Puji syukur kepada Allah yang senantiasa mencurahkan rahmat serta hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul “Model dan Bentuk Penelitian Tindakan Kelas” tepat
pada waktunya.
Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Metode
Penelitian pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih kami
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini
terutama pada dosen pengampu Ibu Nisa Fauziyah Agustini,M.Pd. yang selalu
memberi bimbingan pada kita semua.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu , saran dan kritik yang
membangun dari pembaca pada umumnya sangatlah kami nantikan guna
menyempurnakan makalah ini,dan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Besar
harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Makalah............................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................. 1
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian penelitian tindakan kelas ?
2. Apa itu model-model penelitian tindakan kelas ?
3. Apa itu bentuk penelitian tindakan kelas ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu pengertian penelitian tindakan kelas
2. Mengetahui ap aitu model-model penelitian tindakan kelas
3. Mengetahui ap aitu bentuk penelitan tindakan kelas
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut,maka ada tiga
pengertian yang dapat diterangkan:
2
3. Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan ‘kelas' adalah sekelompok
siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru
yang sama pula.
Menurut KBBI model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya)
dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. (http://kbbi.web.id). Sedangkan
menurut Wina Sanjaya (2009 : 48) Model merupakan abstraksi atau representasi
suatu peristiwa yang kompleks dari suatu sistem dalam bentuk naratif, matematis,
grafis dan lambang-lambang lainnya.
Berdasakan berbagai sumber seperti Mettetal (2003) ; Kardi (2000), dan Nur
(2001), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research (CAR)
didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui
refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai
3
tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dan
tindakan tersebut. (Wina Sanjaya, 2013 : 151).
Terdapat tiga tujuan utama dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu :
Banyak model yang dapat di gunakan dalam penelitian tindakan kelas, diantaranya
sebagai berikut :
Model ini adalah model yang mendassari model yang lain yang berawal dari
action research. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus di lakukan
dalam proses penelitian tindakan kelas. Yaitu : perencanaan, tindakan,observasi, dan
refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas yaitu proses yang terjadi dalam suatu lingkaran
yang terus menerus.
Model penelitian yang di kembangkan oleh John Elliot ini yaitu model yang
menekankan kepada proses untuk mencobakan hal-hal baru dalam proses
pmbelajaran. Langkah yang pertama yaitu menentukan dan mengembangkan gagasan
umum yang di lannjutkan dengan melakukan eksplorasi yakni studi untuk
mempertajam gagasan atau ide. Selanjtnya, yaitu melakukan rencana secara
menyeluruh dan berdasarkan rencana tersebut selanjutnya melaksanakan tindakan
pertama yang selama pelaksanaannya dilakukan monitoring atau eksplorasi. Hasil
dari monitoring dan eksplorasi dapat melakukan tindakan kedua atau kembali
merevisi rencana.
4
c. Model Dave Ebbut
Penelitian tindakan ini dikatakan model Ebbut sebab di kembangkan oleh Ebbut
pada tahun 1985. Ebbut beranggapan bahwa suatu penelitian tindakan harus dimulai
dengan adanya gagasan awal. Gagasan awala adalah didorong oleh keinginan peneliti
untuk melakukan perbaikan proses untuk menghasilkan sesuatu yang lebih optmal.
Berdarkan gagasan awal itu, kemudian penelii berupaya menemukan berbagai
tindakan apa saja yang harus di lakukan untuk menyelesaikannya.
Penelitian tindakan ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc.
Taggart tidak terlalu berbeda dengan model Kurt Lewin. Dikatakan demikian karena
di dalam satu siklus atau putaran terdiri atas empat komponen seperti yang
dilaksanakan Lewin.
e. Model Siklus
Dalam model ini lebih menonjolkan kegiatan yag harus di laksanakan oleh setiap
peneliti misalnya guru dalam setiap kali putaran.
Prosedur penelitian berdasarkan model PTK dalam bentuk siklus diatas adalah
sebagai berikut :
Penelitian Tindakan Kelas dimulai dengan melakukan refleksi awal, yaitu proses
kegiatan menganilisis pembelajaran yang berlangsung. Hasil dari refleksi awal
adalah peneliti merasakan adanya masalah mendesak yang harus di cari jalan
keluarnya. Refleksi bukan hanya dilakukan dengan berpikir saja, akan tetapi
dilakukan dengan cara menganalisis kejadian yang di dasarkan pada secara
empiris, sehingga hasil refleksi awal inilah yang selanjutnya di jadikan dasar
perlunya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas.
Melakukan studi pendahuluan dengan mengkaji literatur dan melakukan
konsultasi dengan orang yang di anggap memiliki keahlian dalam proses
pembelajaran. Studi pedahuluan tersebut dilakukan untuk :
5
1) Lebih menajamkan permasalahan.
2) Mengkaji berbagai tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan
permasalahan.
3) Merumuskan hipotesis tindakan.
Menyususn perencanaan awal tentang tindakan sesuai dengan hasil studi
pendahuluan, yang menyangkut :
1) Tahapan kegiatan, berbagai alat, media, dan sumber belajara yang dapat
digunakan, termasuk waktu yang di perlukan.
2) Instrumen , khususnya observasi sebagai alat, pengumpul data untuk
mengumpulkan informasi tentang efek yang di timbulkan dari perlakuan atau
tindakan yang dilakukan oleh guru.
Melakukan tindakan pada putaran pertama sesuai dengan perencanaan awal. Pada
putaran pertama sesuai dengan perencanaan awal. Pada putaran ini dilakukan tiga
kegiatan yakni :
1) Mengimplimentasikan tindakan sesuai perencanaan awal.
2) Melakukan observasi selama selama tindakan berlangsung sesuai dengan
instrumen penelitian.
3) Melakukan refleksi, yakni kegiatan diskusi dengan observer untuk mengkaji
dan menganalisis proses kegiatan hingga ditemukannya berbagaai kelemahan
tindakan serta mengkaji informasi tentang efek yang ditimbulkannnya dari
adanya tindkan.
Menyusun rencana tahap dua, yakni rencana hasil refleksi pada putaran pertama.
Melakukan tindakan putaran kedua sesuai dengan rencana tahap dua, seperti yang
dilakukan pada tahap satu.
C. Bentuk-bentuk PTK
Ada beberapa bentuk PTK; menurut Oja dan Smulyan (Suyanto, 1997; Soesilo,
2014), membedakan adanya empat bentuk PTK, yaitu a. Guru sebagai Peneliti, b.
Penelitian Tindakan Kolaboratif, c. Simultan-Terintegrasi, dan d. Administrasi Sosial
Eksperimentalerbedaan dari masing-masing bentuk PTK tersebut ditinjau dari ciri-ciri
fungsi guru dalam PTK tersebut. Ciri-ciri PTK berdasar keberadaan guru dalam PTK
ternyata menimbulkan kelebihan dan kelemahan masing-masing bentuk PTK itu
sendiri. Berdasar pendapat Oja dan Smulyan, ke empat bentuk PTK dijelaskan di
bawah ini.
6
Pada bentuk PTK pertama ini memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya
guru itu sendiri dalam proses penelitian. Dalam bentuk ini, tujuan utama PTK ialah
untuk meningkatkan praktikpraktik pembelajaran atau bantuan untuk mengatasi
persoalan yang dihadapi siswa di kelas (sekolah).
Di pihak lain, persoalan yang terjadi dalam PTK "Guru sebagai Peneliti" adalah
kurang lengkapnya data yang dikumpulkan selama proses penelitian dilaksanakan.
Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan esensial setiap penelitian. Jika guru
sebagai Peneliti disibukkan dalam mengimplementasikan tindakan untuk mengatasi
masalah maka bisa jadi pengumpulan data selama berlangsungnya proses tindakan
tersebut menjadi kurang lengkap.
Selain itu, dalam pelaksanaan PTK bentuk Guru sebagai Peneliti dapat
memunculkan unsur subjektivitas si peneliti (guru) dalam menentukan keberhasilan
jika tanpa mengikutsertakan pihak lain. Akibat dari tanpa ada unsur pihak lain dalam
memberi masukan sejak tahap temuan masalah konkrit sampai dengan penentuan
keberhasilan penelitian, maka dapat terjadi bahwa pandangan si peneliti kurang
objektif. Hal ini mengurangi sifat (nilai) keilmiahan hasil penelitian PTK.
Dalam PTK ini, keterlibatan pihak lain hanya dalam rangka konsultatif belaka.
Konsultasi pada pihak lain yang berkompeten hanya terjadi jika si peneliti merasa
memandang perlu kegiatan konsultasinya. Oleh karena itu, persoalan tersebut perlu
dieliminir dengan selalu berusaha melibatkan pihak lain yang berkompeten dalam hal
pengumpulan data, menentukan masalah beserta pencapaian keberhasilan tujuan
penelitiannya.
Pengertian kolaboratif dalam PTK tidak berarti semua komponen (pihak) yang
terlibat melakukan hal yang selalu sama. Semua pihak memiliki peranan yang
7
berbeda, tetapi melalui peranan tersebutmasing-masing pihak berupaya mendukung
penyelesaian dan keberhasilan pelaksanaan PTK. Oleh karena itu, semua pihak yang
terlibat harus memahami sejak awal permasalahan konkrit beserta tujuan yang akan
dicapai, memahami tentang rancangan yang telah dibuat bersama, serta
mengimplementasikan peranannya masing-masing pada saat tindakan sedang
berlangsung.
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa pelaksanaan PTK bentuk Kolaboratif perlu
melibatkan beberapa pihak baik guru matapelajaran, kepala sekolah, maupun dosen
secara serentak untuk melakukan kegiatan penelitian secara bersama-sama. Melalui
implementasi PTK Kolaboratif beberapa tujuan sampingan (manfaat) PTK lebih
nampak (tercapai) dibanding dengan bentuk PTK yang lain antara lain berupa
peningkatan kemampuan tentang praktik pembelajaran atau rancangan bimbingan,
sumbangan terhadap perkembangan teori, dan peningkatan karier guru.
Kerjasama tim peneliti sudah mulai dirasakan ketika pada tahap identifikasi
masalah konkrit yang akan diteliti (diatasi). Berdasar temuan masalah konkrit tersebut
dan landasan teori yang relevan maka tim peneliti merumuskan, tujuan dan kriteria
keberhasilan penelitian serta rancangan tindakan. Pada tahap tindakan, pelaku
tindakannya adalah hanya guru kelas atau guru matapelajaran yang berwenang.
Anggota tim peneliti yang lain dapat menjadi observer atau pengumpul data yang lain
selama tindakan sedang berlangsung. Sedangkan pada tahap refeksi dan evaluasi,
semua tim peneliti kembali lagi duduk bersama untuk menentukan telah atau belum
tercapainya tujuan penelitian. Jika belum tercapai, maka tim peneliti menggali akar
penyebab belum tercapainya tujuan, serta sekaligus menyusun rancangan tindakan
untuk siklus berikutnya.
Model penelitian ini selalu dirancang dan dilaksanakan secara bersama oleh tim
yang terdiri dari guru matapelajaran daran dar atau kepala sekolah yang menjalin
hubungan se 15/34 tr sehingga semua pihak dapat duduk bersama untuk memikirkan
persoalan-persoalan yang diteliti. Dalam proses penelitian ini, berbagai pihak tersebut
dapat bertindak sebagai inovator penelitian. Suasana bekerja seperti itu membuat tim
peneliti saling belajar dan mengisi terhadap proses peningkatan profesionalisme
masing-masing. Proses tersebut dirasakan (dilakukan) semenjak pengidentifikasian
masalah, perancangan, dan implementasi PTK serta tahap refleksi dan evaluasi.
3. Simultan-Terintegrasi WACAN
8
Pada bentuk Simultan Terintegrasi, tujuan utamanya ialah untuk dua hal
sekaligus yaitu memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran atau rancangan
bimbingan di sekolah, dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam
bidang pembelajaran di kelas atau rancangan bimbingan di sekolah. Dalam penelitian
ini guru dilibatkan pada proses penelitian kelasnya, terutama pada aspek aksi dan
refleksi terhadap praktik-praktik pembelajaran di kelas.
Berdasar keterlibatan guru seperti di atas, maka tujuan penyerta PTK yang
diharapkan (misalnya peningkatan profesionalisme guru) justru tidak akan dicapai.
Selain itu, masalah konkrit yang ditentukan belum tentu sesuai dengan temuan
masalah yang dirasakan oleh pihak guru atau sekolah. Sehingga target sasaran atau
tujuan penelitian menjadi berbeda dengan rancangan yang seharusnya dilakukan oleh
guru itu sendiri. Hal ini mengakibatkan pihak guru atau sekolah tidak merasakan
manfaat PTK tersebut secara signifikan.
9
masalah konkrit yang ditentukan juga belum tentu sesuai dengan temuan masalah
yang dirasakan oleh pihak guru atau sekolah. Oleh karena itu, pihak guru atau sekolah
tidak merasakan manfaat PTK tersebut secara signifikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model penelitian tindakan kelas adalah bentuk atau cara-cara yang dapat
digunakan dalam penelitian tindakan kelas.
2. Model Ebbut
3. Model Elliot
10
DAFTAR PUSTAKA
http://kbbi.web.id
11