Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODEL DAN BENTUK PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas
Dosen Pengampu: Nisa Fauziyah Agustini, M. Pd

Disusun oleh kelompok :

Eros Rokasih NIM : 20192005


Resti Fathimah NIM : 20192019
Rispa Maqdisyahr NIM : 20192021

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MA’ARIF
CIAMIS 2022M / 1444 H
Jl. Umar Sholeh Imbanagara Raya Ciamis 46211
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang senantiasa mencurahkan rahmat serta hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul “Model dan Bentuk Penelitian Tindakan Kelas” tepat
pada waktunya.

Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Metode
Penelitian pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih kami
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini
terutama pada dosen pengampu Ibu Nisa Fauziyah Agustini,M.Pd. yang selalu
memberi bimbingan pada kita semua.

Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu , saran dan kritik yang
membangun dari pembaca pada umumnya sangatlah kami nantikan guna
menyempurnakan makalah ini,dan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Besar
harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Ciamis, September 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Makalah............................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas................................................. 2


B. Model Penelitian Tindakan Kelas........................................................ 3
C. Bentuk Penelitian Tindakan Kelas....................................................... 6

BAB III PENUTUP......................................................................................... 10

A. Kesimpulan.......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk melakukan Penelitian Tindak Kelas (PTK), terlebih dahulu


dikemukakan model-model penelitian tindakan kelas beserta siklus pelaksanaannya,
yang selama ini digunakan. Hal ini dimaksudkan agar wawasan kita menjadi lebih
luas dan dengan mengetahui berbagai design model penelitian tindakan kelas, design
yang dikebangkan akan menjadi lebih jelas dan terarah.

Pada prinsipnya diterapkan PTK dimaksudkan untuk mengatasi suatu


permasalahan yang terdapat didalam kelas. Ada beberapa model atau design yang
dapat diterapkan. diantaranya : 1). Model Kurt Lewin, 2). Model Kemmis dan Mc
Taggart, 3). Model John Elliot, 4). Model Dave Ebbutt, 5). Model Siklus

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian penelitian tindakan kelas ?
2. Apa itu model-model penelitian tindakan kelas ?
3. Apa itu bentuk penelitian tindakan kelas ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu pengertian penelitian tindakan kelas
2. Mengetahui ap aitu model-model penelitian tindakan kelas
3. Mengetahui ap aitu bentuk penelitan tindakan kelas

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari istilah penelitian


tindakan (action research) . Oleh karena itu, untuk memahami pengertian PTK perlu
ditelusuri pengertian penelitian tindakan terlebih dahulu. Penelitian tindakan mulai
berkembang di Amerika dan berbagai negara di Eropa, khususnya dikembangkan
oleh mereka yang bergerak di bidang ilmu sosial dan humaniora . Orang-orang yang
bergerak di bidang itu dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau
perlakuan di lapangan. Mereka berarti langsung mempraktikkan tindakan yang telah
direncanakan dan mengukur kelayakan tindakan yang diberikan tersebut. Menurut
Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan
kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran
praktik sosial mereka (Sanjaya, hal. 24). Dalam hal ini, penelitian tindakan memiliki
kawasan yang lebih luas daripada PTK. Penelitian tindakan diterapkan di berbagai
bidang ilmu di luar pendidikan, misalnya dalam kegiatan praktik bidang kedokteran,
manajemen, dan industri (Basrowi & Suwandi, hal. 25). Bila penelitian tindakan yang
berkaitan pada bidang pendidikan dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas, maka
penelitian tindakan tindakan ini disebut PTK.

Tindakan ini di kalangan pendidikan dapat diterapkan pada sebuah kelas


sehingga sering disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut,maka ada tiga
pengertian yang dapat diterangkan:

1. Penelitian-menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan


menggunakan cara-cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan--- menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan.

2
3. Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan ‘kelas' adalah sekelompok
siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru
yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1)


penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan
oleh siswa. Kesalahan umum yang terdapat dalam penelitian tindakan guru adalah
penonjolan tindakan yang dilakukannya sendiri, misalnya guru memberikan tugas
kelompok kepada siswa. Pengutaraan kalimat seperti itu kurang pas. Seharusnya guru
menonjolkan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa mengamati
proses mencair es yang ditempatkan di panci tertutup dan panci terbuka, atau di
dalam gelas. Siswa juga diminta membandingkan dan mencatat hasilnya. Dengan
kata lain, guru melaporkan berlangsungnya proses belajar yang dialami oleh siswa,
perilakunya, perhatian mereka pada proses yang terjadi, dan sebagainya.

B. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas


1. Definisi Model

Menurut KBBI model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya)
dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. (http://kbbi.web.id). Sedangkan
menurut Wina Sanjaya (2009 : 48) Model merupakan abstraksi atau representasi
suatu peristiwa yang kompleks dari suatu sistem dalam bentuk naratif, matematis,
grafis dan lambang-lambang lainnya.

2. Definisi Penelitian Tindakan Kelas

Berdasakan berbagai sumber seperti Mettetal (2003) ; Kardi (2000), dan Nur
(2001), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research (CAR)
didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui
refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai

3
tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dan
tindakan tersebut. (Wina Sanjaya, 2013 : 151).

Terdapat tiga tujuan utama dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu :

a. Penelitian Tinda kan Kelas diarahkan untuk memperbaiki kinerja guru


b. Menumbuhkan sikap profesional guru, dan
c. Peningkatan situasi tempat praktik berlangsung.
d. Ragam Model-Model Penelitian Tindakan Kelas

Banyak model yang dapat di gunakan dalam penelitian tindakan kelas, diantaranya
sebagai berikut :

a. Model Kurt Lewin

Model ini adalah model yang mendassari model yang lain yang berawal dari
action research. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus di lakukan
dalam proses penelitian tindakan kelas. Yaitu : perencanaan, tindakan,observasi, dan
refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas yaitu proses yang terjadi dalam suatu lingkaran
yang terus menerus.

Tindakan adalah perlakuan yang di laksanakan oleh peneliti sesuai dengan


perencanaan yang telah di susun oleh peneliti. Observasi Yaitu pengamaan yang di
lakukan untuk mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang
berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan dan refleksi adalah
kegiatan analisis tentang hasil observasi sehingga memunculkan program atau
perencanaan baru.

b. Model John Elliot

Model penelitian yang di kembangkan oleh John Elliot ini yaitu model yang
menekankan kepada proses untuk mencobakan hal-hal baru dalam proses
pmbelajaran. Langkah yang pertama yaitu menentukan dan mengembangkan gagasan
umum yang di lannjutkan dengan melakukan eksplorasi yakni studi untuk
mempertajam gagasan atau ide. Selanjtnya, yaitu melakukan rencana secara
menyeluruh dan berdasarkan rencana tersebut selanjutnya melaksanakan tindakan
pertama yang selama pelaksanaannya dilakukan monitoring atau eksplorasi. Hasil
dari monitoring dan eksplorasi dapat melakukan tindakan kedua atau kembali
merevisi rencana.

4
c. Model Dave Ebbut

Penelitian tindakan ini dikatakan model Ebbut sebab di kembangkan oleh Ebbut
pada tahun 1985. Ebbut beranggapan bahwa suatu penelitian tindakan harus dimulai
dengan adanya gagasan awal. Gagasan awala adalah didorong oleh keinginan peneliti
untuk melakukan perbaikan proses untuk menghasilkan sesuatu yang lebih optmal.
Berdarkan gagasan awal itu, kemudian penelii berupaya menemukan berbagai
tindakan apa saja yang harus di lakukan untuk menyelesaikannya.

d. Model Kemmis dan Mc Taggart

Penelitian tindakan ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc.
Taggart tidak terlalu berbeda dengan model Kurt Lewin. Dikatakan demikian karena
di dalam satu siklus atau putaran terdiri atas empat komponen seperti yang
dilaksanakan Lewin.

Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi,


diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus.

e. Model Siklus

Dalam model ini lebih menonjolkan kegiatan yag harus di laksanakan oleh setiap
peneliti misalnya guru dalam setiap kali putaran.

Prosedur penelitian berdasarkan model PTK dalam bentuk siklus diatas adalah
sebagai berikut :

 Penelitian Tindakan Kelas dimulai dengan melakukan refleksi awal, yaitu proses
kegiatan menganilisis pembelajaran yang berlangsung. Hasil dari refleksi awal
adalah peneliti merasakan adanya masalah mendesak yang harus di cari jalan
keluarnya. Refleksi bukan hanya dilakukan dengan berpikir saja, akan tetapi
dilakukan dengan cara menganalisis kejadian yang di dasarkan pada secara
empiris, sehingga hasil refleksi awal inilah yang selanjutnya di jadikan dasar
perlunya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas.
 Melakukan studi pendahuluan dengan mengkaji literatur dan melakukan
konsultasi dengan orang yang di anggap memiliki keahlian dalam proses
pembelajaran. Studi pedahuluan tersebut dilakukan untuk :

5
1) Lebih menajamkan permasalahan.
2) Mengkaji berbagai tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan
permasalahan.
3) Merumuskan hipotesis tindakan.
 Menyususn perencanaan awal tentang tindakan sesuai dengan hasil studi
pendahuluan, yang menyangkut :
1) Tahapan kegiatan, berbagai alat, media, dan sumber belajara yang dapat
digunakan, termasuk waktu yang di perlukan.
2) Instrumen , khususnya observasi sebagai alat, pengumpul data untuk
mengumpulkan informasi tentang efek yang di timbulkan dari perlakuan atau
tindakan yang dilakukan oleh guru.
 Melakukan tindakan pada putaran pertama sesuai dengan perencanaan awal. Pada
putaran pertama sesuai dengan perencanaan awal. Pada putaran ini dilakukan tiga
kegiatan yakni :
1) Mengimplimentasikan tindakan sesuai perencanaan awal.
2) Melakukan observasi selama selama tindakan berlangsung sesuai dengan
instrumen penelitian.
3) Melakukan refleksi, yakni kegiatan diskusi dengan observer untuk mengkaji
dan menganalisis proses kegiatan hingga ditemukannya berbagaai kelemahan
tindakan serta mengkaji informasi tentang efek yang ditimbulkannnya dari
adanya tindkan.
 Menyusun rencana tahap dua, yakni rencana hasil refleksi pada putaran pertama.
 Melakukan tindakan putaran kedua sesuai dengan rencana tahap dua, seperti yang
dilakukan pada tahap satu.
C. Bentuk-bentuk PTK

Ada beberapa bentuk PTK; menurut Oja dan Smulyan (Suyanto, 1997; Soesilo,
2014), membedakan adanya empat bentuk PTK, yaitu a. Guru sebagai Peneliti, b.
Penelitian Tindakan Kolaboratif, c. Simultan-Terintegrasi, dan d. Administrasi Sosial
Eksperimentalerbedaan dari masing-masing bentuk PTK tersebut ditinjau dari ciri-ciri
fungsi guru dalam PTK tersebut. Ciri-ciri PTK berdasar keberadaan guru dalam PTK
ternyata menimbulkan kelebihan dan kelemahan masing-masing bentuk PTK itu
sendiri. Berdasar pendapat Oja dan Smulyan, ke empat bentuk PTK dijelaskan di
bawah ini.

1. Guru sebagai Peneliti

6
Pada bentuk PTK pertama ini memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya
guru itu sendiri dalam proses penelitian. Dalam bentuk ini, tujuan utama PTK ialah
untuk meningkatkan praktikpraktik pembelajaran atau bantuan untuk mengatasi
persoalan yang dihadapi siswa di kelas (sekolah).

Dalam proses pelaksanaannya, pada bentuk penelitian ini, guru mencari


problema sendiri untuk dipecahkan melalui PTK, dan terlibat secara penuh dalam
proses perencanaan, aksi (tindakan), dan refleksi. Kemandirian guru untuk melakukan
penelitian pada 34 PTK berbentuk "Guru sebagai Peneliti" sangatlah nampak. Hal ini
disebabkan karena guru (peneliti) melakukan sendiri kesemua tahap kegiatan
penelitiannya mulai dari pencarian (identifikasi) masalah, menentukan sumber
masalah, merancang alternatif tindakan untuk mengatasi masalah konkrit dan
mengimplemen-tasikannya.

Di pihak lain, persoalan yang terjadi dalam PTK "Guru sebagai Peneliti" adalah
kurang lengkapnya data yang dikumpulkan selama proses penelitian dilaksanakan.
Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan esensial setiap penelitian. Jika guru
sebagai Peneliti disibukkan dalam mengimplementasikan tindakan untuk mengatasi
masalah maka bisa jadi pengumpulan data selama berlangsungnya proses tindakan
tersebut menjadi kurang lengkap.

Selain itu, dalam pelaksanaan PTK bentuk Guru sebagai Peneliti dapat
memunculkan unsur subjektivitas si peneliti (guru) dalam menentukan keberhasilan
jika tanpa mengikutsertakan pihak lain. Akibat dari tanpa ada unsur pihak lain dalam
memberi masukan sejak tahap temuan masalah konkrit sampai dengan penentuan
keberhasilan penelitian, maka dapat terjadi bahwa pandangan si peneliti kurang
objektif. Hal ini mengurangi sifat (nilai) keilmiahan hasil penelitian PTK.

Dalam PTK ini, keterlibatan pihak lain hanya dalam rangka konsultatif belaka.
Konsultasi pada pihak lain yang berkompeten hanya terjadi jika si peneliti merasa
memandang perlu kegiatan konsultasinya. Oleh karena itu, persoalan tersebut perlu
dieliminir dengan selalu berusaha melibatkan pihak lain yang berkompeten dalam hal
pengumpulan data, menentukan masalah beserta pencapaian keberhasilan tujuan
penelitiannya.

2. Penelitian Tindakan Kolaboratif

Pengertian kolaboratif dalam PTK tidak berarti semua komponen (pihak) yang
terlibat melakukan hal yang selalu sama. Semua pihak memiliki peranan yang

7
berbeda, tetapi melalui peranan tersebutmasing-masing pihak berupaya mendukung
penyelesaian dan keberhasilan pelaksanaan PTK. Oleh karena itu, semua pihak yang
terlibat harus memahami sejak awal permasalahan konkrit beserta tujuan yang akan
dicapai, memahami tentang rancangan yang telah dibuat bersama, serta
mengimplementasikan peranannya masing-masing pada saat tindakan sedang
berlangsung.

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa pelaksanaan PTK bentuk Kolaboratif perlu
melibatkan beberapa pihak baik guru matapelajaran, kepala sekolah, maupun dosen
secara serentak untuk melakukan kegiatan penelitian secara bersama-sama. Melalui
implementasi PTK Kolaboratif beberapa tujuan sampingan (manfaat) PTK lebih
nampak (tercapai) dibanding dengan bentuk PTK yang lain antara lain berupa
peningkatan kemampuan tentang praktik pembelajaran atau rancangan bimbingan,
sumbangan terhadap perkembangan teori, dan peningkatan karier guru.

Kerjasama tim peneliti sudah mulai dirasakan ketika pada tahap identifikasi
masalah konkrit yang akan diteliti (diatasi). Berdasar temuan masalah konkrit tersebut
dan landasan teori yang relevan maka tim peneliti merumuskan, tujuan dan kriteria
keberhasilan penelitian serta rancangan tindakan. Pada tahap tindakan, pelaku
tindakannya adalah hanya guru kelas atau guru matapelajaran yang berwenang.
Anggota tim peneliti yang lain dapat menjadi observer atau pengumpul data yang lain
selama tindakan sedang berlangsung. Sedangkan pada tahap refeksi dan evaluasi,
semua tim peneliti kembali lagi duduk bersama untuk menentukan telah atau belum
tercapainya tujuan penelitian. Jika belum tercapai, maka tim peneliti menggali akar
penyebab belum tercapainya tujuan, serta sekaligus menyusun rancangan tindakan
untuk siklus berikutnya.

Model penelitian ini selalu dirancang dan dilaksanakan secara bersama oleh tim
yang terdiri dari guru matapelajaran daran dar atau kepala sekolah yang menjalin
hubungan se 15/34 tr sehingga semua pihak dapat duduk bersama untuk memikirkan
persoalan-persoalan yang diteliti. Dalam proses penelitian ini, berbagai pihak tersebut
dapat bertindak sebagai inovator penelitian. Suasana bekerja seperti itu membuat tim
peneliti saling belajar dan mengisi terhadap proses peningkatan profesionalisme
masing-masing. Proses tersebut dirasakan (dilakukan) semenjak pengidentifikasian
masalah, perancangan, dan implementasi PTK serta tahap refleksi dan evaluasi.

3. Simultan-Terintegrasi WACAN

8
Pada bentuk Simultan Terintegrasi, tujuan utamanya ialah untuk dua hal
sekaligus yaitu memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran atau rancangan
bimbingan di sekolah, dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam
bidang pembelajaran di kelas atau rancangan bimbingan di sekolah. Dalam penelitian
ini guru dilibatkan pada proses penelitian kelasnya, terutama pada aspek aksi dan
refleksi terhadap praktik-praktik pembelajaran di kelas.

Dalam PTK Simultan-Terintegrasi persoalan-persoalan konkrit yang diteliti


datang dan diidentifikasi oleh pihak luar guru matapelajaran. Jadi dalam bentuk ini
guru bukan pencetus gagasan terhadap persoalan apa yang harus diteliti di sekolahnya
sendiri. Begitu pula perumusan tujuan beserta kriteria keberhasil penelitian, bukan
berasal dari guru yang bersangkutan, tetapi dari pihak luar. Dengan demikian guru
bukan inovator dalam penelitian ini, tetapi hanya sebagai pelaksana tindakan.
Sebaliknya yang mengambil posisi inovator adalah peneliti lain di luar guru.

Berdasar keterlibatan guru seperti di atas, maka tujuan penyerta PTK yang
diharapkan (misalnya peningkatan profesionalisme guru) justru tidak akan dicapai.
Selain itu, masalah konkrit yang ditentukan belum tentu sesuai dengan temuan
masalah yang dirasakan oleh pihak guru atau sekolah. Sehingga target sasaran atau
tujuan penelitian menjadi berbeda dengan rancangan yang seharusnya dilakukan oleh
guru itu sendiri. Hal ini mengakibatkan pihak guru atau sekolah tidak merasakan
manfaat PTK tersebut secara signifikan.

4. Administrasi Sosial Eksperimental Pada PTK bentuk penelitian Administrasi


Sosial

Eksperimentalenekankan dampak kebijakan dan praktik. Meskipun demikian


dalam bentuk ini guru tidak dilibatkan dalam perencanaan aksi, dan refleksi terhadap
praktik pembelajarannya sendiri di dalam kelas. Jadi guru tidak banyak memberikan
masukan pada proses penelitian yang berbentuk seperti ini. Tanggung jawab penuh
penelitian terletak pada pihak luar, meskipun objek penelitiannya sebenarnya sebagai
kewenangan tugas guru yang akan melakukan tindakan PTK tersebut.

Dalam PTK bentuk Administrasi Sosial Eksperimentaleneliti bekerja atas dasar


hipotesis tertentu, kemudian melakukan berbagai bentuk tes dalam sebuah
eksperimen. Bentuk PTK ini identik dengan jenis penelitian eksperimen. Seperti
halnya yang terjadi pada PTK bentuk simultan-terintegrasi, kegiatan PTK bentuk
administrasi sosial eksperimentasi juga berakibat tidak tercapainya tujuan penyerta
PTK yang diharapkan (misalnya peningkatan profesionalisme guru). Selain itu,

9
masalah konkrit yang ditentukan juga belum tentu sesuai dengan temuan masalah
yang dirasakan oleh pihak guru atau sekolah. Oleh karena itu, pihak guru atau sekolah
tidak merasakan manfaat PTK tersebut secara signifikan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model penelitian tindakan kelas adalah bentuk atau cara-cara yang dapat
digunakan dalam penelitian tindakan kelas.

Macam-macam model penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. Model Kurt Lewin

2. Model Ebbut

3. Model Elliot

4. Model Kemmis dan Taggart

10
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :


PT Bumi Aksara

Sanjaya,Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Jakarta : Kencana

Wiriatmadja, Rochiati. 2014. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja


Rosdakarya

http://kbbi.web.id

Oja dan Smulyan (Suyanto, 1997; Soesilo, 2014)

11

Anda mungkin juga menyukai