Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah :
“METODE PENELITIAN”
Dosen Pengampu : Dr. H. Jamiludin Hidayat, S. Pd., M. Sc.

Disusun Oleh :

Amar Mutaqin 20193001

Asep Kurnia B 20191001

Hasan 20193016

Aziz Abdul H 20193005

Opi Lianti 20191008

Fatimah Zahra 20192007

Tantra Wisnu 20191012

Yesi Amalia 20192023

Resti Fathimah 20192019

SEMESTER VII

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MA’ARIF CIAMIS

TAHUN 2022 M/1444 H


BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu cara yang digunakan untuk memperbaiki suatu proses


pembelajaran, yaitu melakukan penelitian tindakan kelas. Kelas pada prinsipnya
adalah penegasan yang mencerminkan tempat penelitian berlangsung. Penelitian
tindakan di bidang pendidikan dapat dilakukan dikelas, sekolah, atau tempat lain
yang berkaitan dengan kegiatan sekolah. Penelitian Tindakan Kelas merupakan
salah satu jenis penelitian pendidikan yang penting untuk dipahami oleh para
guru. Penelitian Tindakan Kelas secara langsung berkorelasi dengan upaya guru
untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas kinerjanya, utamanya dalam
proses pembelajaran dikelas.

Penelitian tindakan kelas (PTK) semakin lebih dikenal oleh para guru dan
para pendidik, serta para pengambil kebijakan pendidikan karena penelitian
tindakan kelas memang mempunyai kelebihan nyata, yaitu mampu memberikan
ide, perlakuan atau treatment nyata yang berupa tindakan perbaikan praktis yang
bisa dirasakan langsung oleh para responden yaitu guru atau siswa yang diteliti.

Guru sebagai pendidik diharapkan dapat menjadi lebih peka terhadap


permasalahan pembelajaran, banyak sekali persoalan yang dihadapi guru dalam
suasana pembelajaran yang ia hadapi, yang jika masalah tersebut tidak dapat
diatasi, maka akan menghambat tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Untuk
itulah dibutuhkan suatu penelitian pendidikan yang dapat dimanfaatkan oleh guru
untuk memperbaiki kinerjanya.

Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah


dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru,
siswa, kurikulum, lingkungan sosial, dan lain-lain. Namun dari faktor-faktor itu,
guru dan siswa faktor terpenting. Pada kenyataanya pendidikan telah dilaksanakan

1
semenjak adanya manusia, hakikatnya pendidikan merupakan serangkain
peristiwa yang komplek yang melibatkan beberapa komponen antara lain: tujuan,
peserta didik, pendidik, isi/bahan cara/metode dan situasi/lingkungan. Hubungan
keenam faktor tersebut berkait satu sama lain dan saling berhubungan dalam suatu
aktifitas satu pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi penelitian tindakan kelas ?

2. Apakah tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas (PTK) ?

3. Apakah karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK) ?

4. Apa saja prinsip – prinsip penelitian tindakan kelas (PTK) ?

5. Apa saja jenis - jenis penelitian tindakan kelas (PTK) ?

6. Apa saja metodologi penelitian tindakan kelas ?

7. Apa saja model - model penelitian tindakan kelas ?

8. Apa perbedaan karakteristik penelitian tindakan kelas dengan penelitian


tradisional ?

9. Apa saja kelebihan dan kelemahan penelitian tindakan kelas ?

10. Apa saja hambatan dalam penelitian tindakan kelas ?

C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang definisi penelitian tindakan kelas (PTK)

2. Menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas (PTK)

3. Menjelaskan tentang karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK)

4. Menjelaskan tentang prinsip – prinsip penelitian tindakan kelas (PTK)

5. Menjelaskan tentang jenis – jenis penelitian tindakan kelas (PTK)

2
6. Menjelaskan tentang metodologi penelitian tindakan kelas

7. Menjelaskan tentang model – model penelitian tindakan kelas

8. Menjelaskan tentang perbedaan karakteristik penelitian tindakan kelas


dengan penelitian tradisional

9. Menjelaskan tentang kelebihan dan kemurahan penelitian tindakan kelas

10. Menjelaskan tentang hambatan dalam penelitian tindakan kelas

3
BAB II
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Definisi Penelitian Tindakan Kelas

Untuk mengetahui konsep penelitian tindakan kelas (PTK)—yang di dalam


bahasa Inggris disebut classroom action research (CAR)—secara jelas perlu
dikemukakan sejumlah batasan tentang penelitian tersebut. Dave Ebbutt,
sebagaimana dikutip Hopkins (1993), menyatakan bahwa penelitian tindakan
adalah kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan
oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan
melalui refleksi atas hasil tindakan tersebut.

Suharsimi Arikunto (2006) menjelaskan frasa penelitian tindakan kelas dari


unsur kata pembentuknya, yakni penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian
mengacu pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara
atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting
bagi peneliti. Tindakan mengacu pada suatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian tindakan kelas tindakan itu
berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas mengacu pada pengertian
yang tidak terikat pada ruang kelas, tetapi pada pengertian yang lebih spesifik.
Istilah kelas mengacu pada sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Kelas bukan wujud ruang,
tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian, penelitian
tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja
tempatnya, yang penting ada sekelompok anak belajar. Pembelajaran dapat terjadi
di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olahraga, di tempat kunjungan, atau
tempatlain.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa dalam kegiatan penelitian tindakan,


guru merupakan faktor utama yang harus memainkan perannya secara baik. Guru

4
dituntut memiliki kepekaan terhadap setiap permasalahan dalam proses belajar
mengajar. Tanpa kepekaan itu guru sulit menemukan permasalahan yang layak
untuk diteliti atau diperbaiki. Dan jika itu yang terjadi, maka sulit bagi guru untuk
memperbaiki kinerjanya, terlebih memperbaiki sistem yang ada.

Menurut Hopkins (1993), PTK memiliki karakteristik sebagai berikut (1)


perbaikan proses pembelajaran dari dalam (an inquiry om practice from within);
(2) usaha kolaboratif antara guru dan dosen (a collaborative effort between scholl
teachers and teacher educators); dan (3) bersifat fleksibel (a reflective practice
made public).

Secara umum, menurut Rochman Natawidjaya (1977) tujuan penelitian


tindakan kelas adalah sebagai berikut: (1) untuk menanggulangi masalah atau
kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga
kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan
pengembangan materi pengajaran; (2) untuk memberikan pedoman bagi guru atau
administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu
kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif; (3)
untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru,
yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih
banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut; (4) untuk
memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran yang sedang
berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaharuan pada umumnya; (5) untuk
membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi
(guru) dengan para peneliti akademis; dan (6) untuk perbaikan suasana
keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi
pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan dengan
pihaksekolah.

Apabila tujuan-tujuan di atas dapat dicapai, maka guru akan memperoleh


sekurang-kurangnya empat manfaat penting dari pelaksanaan PTK. Manfaat PTK
meliputi (1) Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran; (2) Guru dapat
meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan

5
pembelajaran yang muncul; (3) Melalui PTK guru akan terlatih untuk
mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah; dan (4)
Kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya
inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada
tercapainya peningkatan kemampuan profesionalismeguru.

Berdasarkan pendapat di atas secara ringkas dapat disenaraikan prinsip PTK


yaitu (1) Tidak mengganggu komitmen mengajar; (2) Tidak terlalu menyita
waktu;

(3) Masalah nyata dihadapi guru; (4) Dimulai dari hal-hal yang sederhana; (5)
Metodenya andal, yaitu identifikasi dan rumusan hipotesis → meyakinkan dan
strategi dapat diterapkan di kelas; (6) Pilihan tindakan dapat dilaksanakan; (7)
Terikat oleh waktu (terencana); (8) Konsisten terhadap prosedur etika; (9)
Berorientasi pada perbaikan masalah; (10) Proses belajar sistematik; (11) Guru
perlu membuat jurnal untuk mencatat perubahan; dan (12) Guru memiliki
kemampuanreflektif.

Kegiatan belajar mengajar tidak mungkin terjadi hanya semata-mata karena


ada unsur siswa dan guru. Kegiatan yang mereka lakukan tentu didasarkan pada
tujuan tertentu yang telah ditetapkan dan untuk mencapai tujuan itulah diperlukan
sejumlah komponen pembelajaran lainnya. Guru dan siapapun yang terlibat dalam
proses pembelajaran harus memandang sesuatu selalu dalam keseluruhan dan
dalam kaitan dengan unsur lain.. Komponen-komponen dari sebuah kelas adalah
(1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4) media pembelajaran, (5) lingkungan
pembelajaran, dan (6) manajemen sekolah, dan (7) hasil belajar. Dengan
demikian, objek pengamatan dalam penelitian tindakan kelas tidak harus selalu
ketika proses pembelajaran sedang berlangsung karena kelas bukan ruang, tetapi
sekelompok siswa.

B. Model-Model Penelitian TindakanKelas

Ada beberapa model Penelitian Tindakan Kelas yang sampai saat ini sering
digunakan dalam dunin pendidikan, diantaranya sebagai berikut :

6
1. Model Kurt Lewin

Model ini adalah model yang mendasari model yang lain yang berawal dari
action research. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus di
lakukan dalam proses penelitian tindakan kelas. Yaitu : perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas yaitu proses yang terjadi
dalam suatu lingkaran yangterus menerus.

Tindakan adalah perlakuan yang di laksanakan oleh peneliti sesuai dengan


perencanaan yang telah di susun oleh peneliti. Observasi Yaitu pengamaan yang
di lakukan untuk mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi
tentang berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan dan
refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi sehingga memunculkan
program atau perencanaan baru.

2. Model John Elliot

Model penelitian yang di kembangkan oleh John Elliot ini yaitu model yang
menekankan kepada proses untuk mencobakan hal-hal baru dalam proses
pembelajaran. Langkah yang pertama yaitu menentukan dan mengembangkan
gagasan umum yang dilannjutkan dengan melakukan eksplorasi yakni studi untuk
mempertajam gagasan atau ide. Selanjtnya, yaitu melakukan rencana secara
menyeluruh dan berdasarkan rencana tersebut selanjutnya melaksanakan tindakan
pertama yang selama pelaksanaannya dilakukan monitoring atau eksplorasi. Hasil
dari monitoring dan eksplorasi dapat melakukan tindakan kedua atau kembali
merevisi rencana.

3. Model Dave Ebbut

Penelitian tindakan ini dikatakan model Ebbut sebab di kembangkan oleh


Ebbut pada tahun 1985. Ebbut beranggapan bahwa suatu penelitian tindakan harus
dimulai dengan adanya gagasan awal. Gagasan awala adalah didorong oleh

7
keinginan peneliti untuk melakukan perbaikan proses untuk menghasilkan sesuatu
yang lebih optimal. Berdasarkan gagasan awal itu, kemudian penelitian berupaya
menemukan berbagai tindakan apa saja yang harus di lakukan untuk
menyelesaikannya.

4. Model Kemmis dan McTaggart

Penelitian tindakan ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc.
Taggart tidak terlalu berbeda dengan model Kurt Lewin. Dikatakan demikian
karena di dalam satu siklus atau putaran terdiri atas empat komponen seperti yang
dilaksanakan Lewin. Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya
sesudah ada refleksi, diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan
dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali
siklus.

5. Model Siklus

Dalam model ini lebih menonjolkan kegiatan yag harus di laksanakan oleh
setiap peneliti misalnya guru dalam setiap kali putaran. Prosedur penelitian
berdasarkan model PTK dalam bentuk siklus diatas adalah sebagai berikut :

a. Penelitian Tindakan Kelas dimulai dengan melakukan refleksi awal, yaitu


proses kegiatan menganilisis pembelajaran yang berlangsung. Hasil dari
refleksi awal adalah peneliti merasakan adanya masalah mendesak yang harus
di cari jalan keluarnya. Refleksi bukan hanya dilakukan dengan berpikir saja,
akan tetapi
dilakukandengancaramenganalisiskejadianyangdidasarkanpadasecaraempiris,
sehingga hasil refleksi awal inilah yang selanjutnya di jadikan dasar perlunya
dilakukan Penelitian Tindakan Kelas.
b. Melakukan studi pendahuluan dengan mengkaji literatur dan melakukan
konsultasi dengan orang yang di anggap memiliki keahlian dalam proses
pembelajaran. Studi pedahuluan tersebut dilakukan untuk:
1) Lebih menajamkan permasalahan.

8
2) Mengkaji berbagai tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan
permasalahan.
3) Merumuskan hipotesis tindakan.
c. Menyususn perencanaan awal tentang tindakan sesuai dengan hasil studi
pendahuluan, yang menyangkut:
1) Tahapan kegiatan, berbagai alat, media, dan sumber belajara yang dapat
digunakan, termasuk waktu yang diperlukan.
2) Instrumen , khususnya observasi sebagai alat, pengumpul data untuk
mengumpulkan informasi tentang efek yang di timbulkan dari perlakuan
atau tindakan yang dilakukan olehguru.
d. Melakukan tindakan pada putaran pertama sesuai dengan perencanaan awal.
Pada putaran pertama sesuai dengan perencanaan awal. Pada putaran ini
dilakukan tiga kegiatan yakni:
1) Mengimplimentasikan tindakan sesuai perencanaan awal.
2) Melakukan observasi selama selama tindakan berlangsung sesuai dengan
instrumenpenelitian.
3) Melakukan refleksi, yakni kegiatan diskusi dengan observer untuk
mengkaji dan menganalisis proses kegiatan hingga ditemukannya
berbagaai kelemahan tindakan serta mengkaji informasi tentang efek yang
ditimbulkannnya dari adanya tindakan.
e. Menyusun rencana tahap dua, yakni rencana hasil refleksi pada
putaranpertama.
f. Melakukan tindakan putaran kedua sesuai dengan rencana tahap dua, seperti
yang dilakukan pada tahap satu.
C. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas

Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas Menurut kunandar (2010: 69) kelebihan


PTK adalah sebagai berikut:

1) Kerjasama dengan PTK menimbulkan rasa memiliki


2) Kerjasama dalam PTK mendorong kreatifitas dan pemikiran kritis dalam hal
ini guru yang sekaligus sebagai peneliti

9
3) Melalui kerjasama, kemungkinan untuk berubah meningkat
4) Kerjasama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi.

Sedangkan menurut Sanjaya (2009: 37) kelebihan PTK adalah sebagai berikut:

1) PTK tidak dilaksanakan oleh seorang saja akan tetapi dilaksanakan secara
kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihakantara lain guru sebagai
pelaksana tindakan sekaligus sebagai peneliti, obsevasi baik yang dilakukan
oleh guru lain sebagai teman sejawat atau oleh orang lain, ahli peneliti yang
biasanya orang-orang LPTK dan siswa itu sendiri. Kerjasama semacam itu
akan memberikan kepercayaan, khususnya untuk guru dalam menghasilkan
sesuatu yang lebih berarti.
2) Kerjasama sebagai ciri khas PTK, memungkinkan dapat menghasilakan
sesuatu yang lebih kreatif dan inovatif, sebab yang terlibat memiliki
kesempatan untuk memunculkan pandangan-pamdangan kritisnya.
3) Hasil atau simpulan yang diperoleh adalah hasil kesepakatan semua pihak
khususnya antara guru sebagai peneliti dengan mitranya, demikian akan
meningkatkan validitas dan reabilitas hasil penelitian.
4) PTK berangkat dari masalah yang dihadapi guru secara nyata, dengan
demikian kelebihan PTK adalah hasil yang diperoleh dapat secara langsung
diterapkan oleh guru, (Sanjaya, 2009: 37).

Sementara itu kelemahan PTK sebagai berikut:

1) Kurangnya keterampilan dan pengetahuan dalam teknik dasar PTK pada pihak
peneliti (guru). Para praktisi ini biasanaya berurusan dengan hal-hal yang
praktis, mereka kurang dilengkapi dengan pengaetahuan dan keterampilan
tentang teknik dasar PTK. Hal ini diperparah oleh perasaan bahawa kegiatan
penelitian hanya layak dilakukan oleh masyarakat kampus yang begelut
dengan kegiatan ilmiah, sehingga para praktisi (guru) pada umumnya kurang
tertarik untuk melakukan penelitian, (Kunandar, 2010: 69)

10
2) PTK adalah penelitian yang berangkat dari masalah praktis Yng dihadapi oleh
guru, dengan demikian simpulan yang dihasilkan tidak bersifat universal yang
berlaku secara umum, (Anonim: 2012)
3) Berkenaan dengan waktu. Karena PTK memerlukan komitmen peneliti untuk
terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala yang cukup
besar. Hal ini disebabkan belum optimalnya pembagian waktu antara untuk
kegiatan rutinnya dan aktivitas PTK. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan
mengelola waktu yang optimal sehingga kegiatan rutin dan aktivitas penelitian
dapat dilaksanakan secara efektif, sebab pada hakikatnya kegiatan PTK dapat
dilakukan bersama-sama tanpa saling mengganggu dengan tugas rutin
(mengajar). Disamping itu, perlu juga ditanamkan keinginan atau komitmen
yang tinggi untuk melakukan perubahan. Pada umumnya orang menentang
perubahan, karena perubahan berarti kerja keras dan perubahan melalui PTK
benar-benar menuntut penyediaan tenaga, pikiran dan waktu serta sikap yang
baru. Selama orang merasa sudah mapan dengan situasi kerjanya, selama itu
pula mereka diajak untuk berubah, padahal PTK menghendaki dan menuntut
sikap guru untuk berubah melalui tindakan-tindakan baru yang kreatif dan
inovatif dalam pembelajaran dikelas, (Kunandar, 2010: 69).
D. Hambatan dalam Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hamzah (2011: 95) hambatan itu sangat banyak dan kompleks serta
lebih banyak muncul dibandingkan keuntungannya. Oleh karena itu, jalan yang
harus dilalui oleh guru adalah membuang hambatan menjadi sebuah kesempatan.
Berikut ini beberapahambatan dan pemecahan dalam melaksanakan PTK, yaitu:

1) Malas melakukan oleh karena guru tidak pernah melaksanakan PTK


sebelumnya, terkadang muncul rasa malas melakukan. Alasan yang diberikan
adalah banyak tugas lain, terlalu ribet dan tidak dapat melakukannya. PTK
belum menjadi kewajiban penuh sehingga guru sedikit ogah-ogahan.
2) Merasa tidak bisa yang dipakai sebagai alasan kedua oleh banyak guru adalah
kata-kata “saya tidak bisa”, padahal guru belum mencobanya. Ketika
mendengar PTK lalu terbayang ketebalan laporan, guru menyerah seperti

11
kalah perang. Apalagi dalam dirinya terbanyang selama ini tidak pernah
menulis apapun.
3) Takut diketahui belangnya PTK itu syaratnya harus kolaboratif atau kerja
sama dengan guru lain. Nah, saat guru lain itu membantu, guru yang
bersangkutan takut ketahuan keburukannya. Kalau keburukan diketahui oleh
orang lain, celakalah dunia guru yang bersangkutan.
E. Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas

Terdapat beberapa model penelitian tindakan yang diusulkan oleh sejumlah


tokoh, seperti model Kemmis dan McTanggart, model Elliot, model Ebbutt, dan
model McKernan. Model-model tersebut dikembangkan dari pemikiran Kurt
Lewin—orang yang dianggap sebagai penggagas awal penelitian tindakan. Kurt
Lewin (dalam McNiff, 1992: 22) mengambarkan penelitian tindakan sebagai
serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat
tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflecting). Langkah-langkah itu dapat dilihat pada Gambar 1 di
bawah ini.

Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas

12
Tahap-tahap di atas, yang membentuk satu siklus, dapat dilanjutkan ke siklus
berikutnya dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi ulang berdasarkan
hasil yang dicapai pada siklus sebelumnya. Jumlah siklus dalam suatu penelitian
tindakan bergantung pada apakah permasalahan penelitian yang dihadapi sudah
dapat dipecahkan. Pengembangan terhadap model dasar tersebut dapat dilihat
pada Gambar 2 di bawah ini.

ModelPTK(pengembangan)
plan plan

d st.
reflect act reflect act

observe
observe

Gambar3.ModelDasarPenelitianyangDikembangkan

1. Penetapan Fokus Masalah Penelitian

a. Merasakan AdanyaMasalah

Hal yang sangat diperlukan agar Anda dapat menerapkan PTK sebagai upaya
memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih
profesional, Anda dituntut untuk berani mengatakan secara jujur mengenai
beberapa sisi lemah yang masih terdapat dalam implementasi program
pembelajaran yang Anda kelola. Dengan kata lain, Anda harus mampu merefleksi,
merenung, berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses
pembelajaran dalam rangka mengidentifikasikan sisi-sisi lemah yang mungkin
ada. Dalam proses perenungan itu, terbuka peluang bagi Anda untuk menemukan
kelemahan-kelemahan praktik pembelajaran yang selama ini mungkin Anda
lakukan secara tanpa Anda sadari.

13
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa permasalahan yang Anda angkat
dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah-masalah yang Anda hayati
sebagai guru dalam praktik pembelajaran, bukan praktik yang disarankan, apalagi
ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh kepala sekolah yang menjadi mitra.
Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar,
kurikulum, interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa.

b. Identifikasi Masalah PTK

Sebagaimana telah dijelaskan, penetapan arah PTK berangkat dari diagnosis


terhadap keadaan yang bersifat umum. Anda pun dapat memulai proses penemuan
permasalahan dengan bertolak pada gagasan-gagasan yang masih bersifat umum
mengenai keadaan yang perlu diperbaiki. Menurut Hopkins (1993), untuk
mendorong pikiran-pikiran dalam mengembangkan fokus PTK, kita bisa bertanya
kepada diri sendiri, misalnya:

1) Apa yang sedang terjadisekarang?


2) Apakah yang sedang terjadi itu mengandungpermasalahan?
3) Apa yang bisa saya lakukan untukmengatasinya?

Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan


awal mengenai permasalahan aktual yang Anda alami sebagai guru di kelas.
Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut, Anda dapat berbuat
sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK. Masalah yang
Anda rasakan atau pernah Anda alami dapat Anda catat. Masalah dapat berasal
dari guru, siswa, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, hasil belajar,
media, dansebagainya.

Sering dijumpai betapa tidak mudahnya mengidentifikasi permasalahan. Jika


hal ini terjadi, Anda dapat meminta bantuan pada sesama guru, berdiskusi dengan
dosen mitra dan/atau melacak sumber-sumber kepustakaan yang relevan.

c. Analisis Masalah

14
Setelah identifikasi masalah dapat dilakukan, Anda sebagai peneliti—secara
individu atau bermitra dengan guru lain—melakukan analisis terhadap masalah-
masalah tersebut untuk menentukan urgensi pengatasan. Dengan kegiatan tersebut
akan dapat ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi. Tidak
perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa analisis masalah perlu dilakukan secara
cermat sebab keberhasilan pada tahap analisis masalah akan menentukan
keberhasilan keseluruhan pelaksanaan PTK. Jika PTK berhasil dilaksanakan
dengan membawa kemanfaatan yang dapat Anda rasakan dan dapat dirasakan
pula oleh sekolah (intrinsically rewarding), keberhasilan ini akan menjadi
motivasi bagi Anda untuk meneruskan usaha di masa-masa yang akan datang. Di
samping itu, temuan-temuan yang dihasilkan melalui PTK itu akan menarik bagi
guru lain yang belum mengikuti program PTK untuk juga mencoba
melaksanakannya.

d. Perumusan Masalah

Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisisnya menjadi


bagian-bagian yang lebih kecil, selanjutnya Anda perlu merumuskan
permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah
yang jelas akan membuka peluang bagi Anda untuk menetapkan tindakan
perbaikan (alternatif solusi) yang perlu dilakukannya, jenis data yang perlu
dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya serta cara
menginterpretasikannya, khususnya yang perlu dilakukan sementara tindakan
perbaikan dilaksanakan dan data mengenai proses dan/atau hasilnya itu direkam.
Di samping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan dilakukan itu juga
memberikan arahan kepada Anda untuk melakukan berbagai persiapan termasuk
yang berbentuk pelatihan guna meningkatkan keterampilan untuk melakukan
tindakan perbaikan yang dimaksud.

2. Perencanaan Tindakan

a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesistindakan

15
Alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti
mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal
terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Misalnya, Jika kebiasaan membaca
ditingkatkan melalui penugasan mencari kata atau istilah serapan, perbendaharaan
kata akan meningkat rata-tara 10% setiap bulannya. Dari contoh ini, hipotesis
tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang
ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK.

Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, Anda dapat


melakukan kegiatan berikut ini.

1) Pengkajian teoretik di bidangpembelajaran/pendidikan.


2) Pengkajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
3) Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan
sebagainya.
4) Pengkajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang
dituangkan dalam bentuk program.
5) Perefleksian pengalaman Anda sebagai guru.

b. Analisis kelaikan hipotesistindakan

Setelah diperoleh gambaran awal mengenai sejumlah hipotesis tindakan


saelanjutnya Anda perlu melakukan pengkajian terhadap kelaikan dan masing-
masing hipotesis tindakan itu dari segi “jarak” yang terdapat antara situasi nyata
dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Jika terdapat jarak yang terlalu jauh
di antara keduanya sehingga dalam praktik akan sulit untuk mengupayakan
perwujudannya, tindakan yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil yang
optimal (Imam dkk, 2004).

Berdasarkan pada kondisi dan situasi yang dipersyaratkan perwujudannya


tindakan yang dilakukan dalam rangka PTK harus diterapkan sedemikian
sehingga masih ada dalam batas-batas kemampuan guru serta dukungan fasilitas
yang tersedia di sekolah maupun kemampuan rata-rata siswa untuk
“mencernakannya”. Dengan kata lain, sebagai aktor PTK, guru hendaknya cukup

16
realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah tempat ia berada
dan melaksanakantugasnya.

Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik. Itu berarti bahwa baik
proses “implementasi” tindakan yang dilakukan maupun dampak yang
diakibatkannya dapat diamati oleh guru yang merupakan aktor dalam PTK
maupun mitra kerjanya. Sebagian dan gejala-gejala yang dapat diamati itu dapat
dinyatakan dengan angka-angka namun sebagian lagi hanya dapat diberikan
secara kualitatif.

Namun, yang paling penting gejala-gejala tersebut harus dapat diverifikasi


oleh pengamat lain, apabila diperlukan (Imam dkk., 2004).

c. Persiapan Tindakan

Sebelum PTK dilaksanakan, tim PTK perlu melakukan berbagai persiapan


sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik.
Langkah- langkah persiapan yang perlu ditempuh itu sebagai berikut:

1) membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang


dilakukan guru di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa
dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan;
2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas,
seperti gambar-gambar dan alat-alatperaga;
3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan
hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-
pelatihan;dan
4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji
keterlaksanaan rancangan sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal
kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai aktor PTK,
guru harus terbebas dari rasa takut gagal dan takut berbuatkesalahan.
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi

17
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, sangatlah beralasan
untuk beranggapan bahwa PTK dilakukan oleh seorang guru atas prakarsanya
sendiri, meskipun memang terbuka peluang bagi pelaksana PTK secara
kolaboratif itu berarti bahwa observasi yang dilakukan oleh guru sebagai aktor
PTK tidak dapat digantikan oleh pengamat luar atau oleh sarana perekam,
betapapun canggihnya.

Dengan kata lain, penyaturagaan implementasi tindakan dan observasi-


interpretasi proses dan hasil implementasi tindakan tersebut terjadi karena
keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tindakan alamiah
pembelajaran.

a. Pelaksanaan Tindakan

Jika semua tindakan persiapan telah selesai, skenario tindakan perbaikan yang
telah direncanakan itu dapat Anda laksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan
pelaksanaan tindakan perbaikan ini nmerupakan tindakan pokok dalam siklus
PTK, dan sebagaimana telah diisyaratkan di atas, pada saat yang bersamaan
kegiatan pelaksanaan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi
serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

Observasi dan interpretasi memang lazim dalam konteks supervisi


pengajaran, tetapi sebagaimana diisyaratkan pada bagian terdahulu dan kembali
ditekankan di atas. PTK bukan supervisi pengajaran, meskipun memang mungkin
saja dalam PTK juga tergelar dimensi supervisi pengajaran. Dalam konteks PTK,
supervisi pengajaran yang berpeluang terjadi adalah supervisi kesejawatan (peer
supervision). Dengan kata lain, berbeda dengan konteks supervisi pada umumnya.
Dalam supervisi umum, tata hubungan bersifat subordinatif, sebaliknya dalam
konteks PTK terdapat keterlibatan dua pihak yang setara sehingga mekanisme
yang tergelar lebih menyerupai interaksi kesejawatan ( peer topeer).

b. Observasi dan Interpretasi

Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang
terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.

18
Yang penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat
dalam rekaman hasil observasi. Sesuai dengan hakikat data yang dikehendaki
observasi harus dilakukan secara bersamaan dengan interpretasi. Sebagai contoh,
interpretasi itu perlu dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan
observasi seperti yang lazim diperlukan dalam mengamati dan/atau tindakan
profesional Anda dalam interaksi pembelajaran. Observasi semacam ini
dinamakan observasi yang berinferensi tinggi (high-inference observation) yang
merupakan pendekatan interpretatif dalam observasi yang digunakan dalam
rangka penerapan alat penilai kemampuan guru (APKG) sebagai piranti
penyusunan pengumpulan data mengenai kinerja calon guru dalam pelaksanaan
PPL.

c. Diskusikan Balikan

Meskipun dirujuk supervisi klinis dalam menetapkan observasi PTK, perlu


diingat kekhasannya, yaitu observasi oleh dan untuk sejawat (Hopkins: 1993).
Dalam observasi kejawatan ini mitra pengamat dapat menggelar berbagai fungsi
sesuai dengan kebutuhan yang kontekstual, melakukan pengamatan secara umum,
memusatkan perhatian pada suatu fokus, secara langsung melakukan semacam
verifikasi kepada siswa untuk pada saat-saat yang tepat sementara kegiatan
pembelajaran berlangsung, dan/atau mencatat sesuatu kejadian penting yang
mungkin luput dari perhatian guru sebagai aktor tindakan perbaikan.

Observasi kelas akan memberikan manfaat apabila pelaksanaannya diikuti


dengan diskusi balikan (review discussion). Balikan yang terburuk adalah yang
terlalu dipusatkan pada kekurangan dan/atau kesalahan guru aktor tindakan
perbaikan, diberikan secara satu arah, yaitu dari pengamat kepada guru, yang
bertolak dari kesan-kesan yang kurang didukung data, dan/atau dilaksanakan
terlalu lama setelah observasi dilakukan (Imam dkk.,2004).

4. Analisis dan Refleksi

Salah satu ciri khas profesionalitas adalah dilakukannya pengambilan


keputusan ahli sebelum, sementara, dan sesudah tindakan layanan ahli

19
dilaksanakan. Dengan bermodalkan kemampuan dan wawasan kependidikan.
Anda dapat membuat rancangan pembelajaran berdasarkan serentetan keputusan
situasional dengan menggunakan apa yang telah belajar dari titik berangkat
(Imam, 2004).

Lebih lanjut dijelaskan oleh Imam dkk. (2004) bahwa untuk dapat melakukan
secara efektif, pengambilan keputusan sebelum, sementara, dan setelah program
pembelajaran dilaksanakan, Anda sebagai guru dan terlebih–lebih ketika juga
berperan sebagai pelaksanaan PTK, melakukan refleksi. Artinya, Anda
merenungkan secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa
segala sesuatu terjadi dan/atau tidak terjadi, serta menjajaki alternatif-alternatif
solusi yang perlu dikaji, dipilih, dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa
yang dikehendaki. Secara teknis, refleksi dilakukan dengan melakukan analisis
dan sintesis, di samping induksi dan deduksi. Suatu proses analitik terjadi jika
objek kajian diuraikan menjadi bagian- bagian, serta dicermati unsur-unsurnya.
Sementara itu, suatu proses sintetik terjadi apabila berbagai unsur objek kajian
yang telah diuraikan tersebut dapat ditemukan kesamaan esensinya secara
konseptual sehingga dapat ditampilkan sebagai suatu kesatuan.

a. Analisis Data

Berbeda dari interpretasi data hasil tiap observasi yang dijadikan bahan tiap
diskusi balikan sebagai tindak lanjut dan suatu observasi sebagaimana telah
digunakan sebelumnya, menurut Imam dkk. (2004), analisis data dalam rangka
refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan mencakup proses
dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu siklus PTK sebagai
keseluruhan. Dalam hubungan ini analisis data adalah proses menyeleksi,
menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data
secara sistematik dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat
digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuanPTK.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu
reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses

20
penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian
data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses
penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi

PEMAKNAAN PENJELASAN PENYUSUNAN


SIMPULAN

tabular termasuk dalam format matriks, representasi grafis, dan sebagainya.


Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dan sajian data yang telah
terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang
singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yangluas.

b. Refleksi

Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan/atau
tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan oleh
tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk
menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan
perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau
kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak
lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam
rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya. Apabila dicermati, dalam
proses refleksi tersebut dapat ditemukan komponen-komponen sebagai berikut.

Gambar 4. Proses Refleksi dalam Penelitian

5. Perencanaan Tindak Lanjut

Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah
dilaksanakan dapat mengatasi masalah yang memicu penyelenggaraan PTK atau
belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan,

21
maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan
perbaikan sebelumnya atau, dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-
betul baru untuk mengatasi masalah yang ada.

Jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya,
maka PTK harus dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedur yang sama seperti
pada siklus ke-1, yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Jika pada siklus ke-2 ini
permasalahannya sudah terselesaikan (memuaskan), maka tidak perlu dilanjutkan
dengan siklus ke-3. Namun, Jika pada siklus ke-2 masalahnya belum
terselesaikan, maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3, dan seterusnya.

F. Penyusunan Proposal Penelitian

Kegiatan penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana itu disebut


usulan penelitian atau yang lazim disebut proposal penelitian. Proposal penelitian
merupakan cetak biru (blue print) dari sebuah penelitian. Untuk dapat menyusun
proposal penelitian dengan baik perlu dipahami terlebih dahulu komponen-
komponen proposal. Proposal Penelitian Tindakan Kelas pada umumnya terdiri
atas komponen- komponen sbb.:

Judul

Pengesahan (jika perlu)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
B. Kerangka Berpikir

22
C. Hipotesis Tindakan

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Data dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Validitas Data
F. Teknik Analisis Data
G. Indikato Kinerja/Keberhasilan
H. Prosedur Penelitian

DAFTARPUSTAKA

Berdasarkan sistematika di atas, berikut ini Anda dapat mengikuti uraian


singkat tiap-tiap komponen tersebut.

1. Judul Penelitian

Judul proposal memuat pernyataan yang jelas tentang permasalahan yang


diteliti (misal: peningkatan kemampuan menulis siswa) dan bentuk tindakan yang
akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut (misal: penerapan strategi
komposisi terkendali dan terarah). Meminjam istilah dalam penelitian kuantitatif,
permasalahan yang diteliti (Y) dan bentuk tindakan untuk mengatasi
permasalahan (X). Judul hendaknya dikemukakan secara singkat, spesifik, jelas,
dan mensugesti ketertarikan pembaca (mengorak pesona). Penjudulan yang baik
akan menarik pembaca untuk membaca lebih jauh isi proposal penelitian tersebut.

Contoh Judul PTK:

PENERAPAN STRATEGI KOMPOSISI TERKENDALI DAN TERARAH


UNTUK MENINGKATKAN KAMAMPUAN MENULIS SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Surakarta)

2. Pendahuluan

23
a. Latar BelakangMasalah

Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran di


kelas. Kemukakan hal-hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya
dilakukan penelitian. Mengapa sesuatu itu dipermasalahkan dan akan diteliti.
Uraikan proses yang terjadi—yang dilakukan guru atau antara guru dan guru atau
antara guru dan dosen—dalam mengidentifikasi permasalahan penelitian. Dalam
bagian ini perlu dikemukakan kondisi nyata (baik siswa maupun guru), kondisi
yang seharusnya atau diharapkan (baik siswa maupun guru), masalah nyata
(adanya kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan kondisi yang seharusnya
atau diharapkan). Kemukakan data-data atau fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan (kelas atau sekolah), baik dari refleksi guru itu sendiri, pengamatan
terhadap kegiatan KBM, wawancara dengan siswa atau guru, analisis berbagai
dokumen yang relevan, dan sebagainya. Sejalan dengan masalah yang telah Anda
kemukakan kemukakan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk lebih
meyakinkan bahwa pilihan tindakan yang Anda ajukan memiliki pijakan ilmiah
sedapat mungkin cerahi dengan kerangka teoretik dari studi pustaka.

b. Perumusan Permasalahan

Permasalahan merupakan bagian terpenting dalam sebuah proposal


penelitian. Permasalahan adalah pertanyaan (-pertanyaan) yang jawabannya ingin
dikaji melalui penelitian. Permasalahan hendaknya dirumuskan secara jelas dan
rinci dan sebaiknya dalam bentuk pertanyaan. Hendaknya diingat bahwa
permasalahan yang akan dikaji merupakan permasalahan nyata yang terdapat di
kelas atau sekolah. Oleh karena itu, variabel yang akan diakaji harus diungkapkan
secara jelas dan demikian pula hubungan antarvariabel yang dikaji. Dengan
perkataan lain, dalam perumusan masalah, hendaknya tergambar permasalahan
dan tindakan yang bakal dilakukan.

Contoh:

24
(1) Bagaimanakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah untuk
meningkatkan kemampuan menulis?
(2) Apakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis?
(3) Apakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat
meningkatkan kemampuan menulissiswa?

Penentuan permasalahan penelitian memerlukan kehati-hatian dan


kecermatan. Harus disadari oleh peneliti bahwa tidak semua masalah keilmuan
yang dihadapi dan telah diidentifikasi akan dijamin sebagai masalah yang layak
dan sesuai untuk diteliti. Peneliti perlu memperhatikan hal-hal berikutini.

(1) Kemanfaatan hasil penelitian, yaitu seberapa jauh penelitian terhadap


suatu masalah tersebut akan memberikan sumbangan pada khasanah teori
ilmu pengetahuan atau pada pemecahan masalah-masalahpraktis.
(2) Kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan, yaitu (a) mempunyai
khasanah keilmuan yang dapat dipakai untuk pengajuan hipotesis dan (b)
memiliki kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empirik yang
diperlukan guna pengujianhipotesis.
(3) Persyaratan dari segi peneliti, yaitu seberapa jauh kemampuan si peneliti
untuk melakukan penelitian. Hal ini setidak-tidaknya menyangkut lima
faktor: biaya, waktu, alat dan bahan, bekal kemampuan teoretis peneliti,
dan penguasaan peneliti terhadap metode penelitian yang
akandigunakannya.

c. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menyatakan target tertentu yang akan diperoleh dari


kegiatan penelitian yang direncanakan. Tujuan penelitian harus dinyatakan secara
spesifik dalam pernyataan yang jelas. Kemukakan secara singkat tujuan penelitian
sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah diidentifikasi dan dirumuskan.

25
Tujuan umum dan khusus dikemukakan secara jelas sehingga dapat diukur tingkat
pencapaian keberhasilannya.

Contoh:

Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan strategi komposisi terkendali


dan terarah untuk meningkatkan kemampuan menulissiswa.
(2) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis melalui penerapan
strategi komposisi terkendali danterarah.
(3) meningkatkan kemampuan menulis siswa melalui penerapan strategi
komposisi terkendali dan terarah.
d. Kontribusi Penelitian

Kontribusi atau kegunaan penelitian menyatakan manfaat yang dapat


dipetik dari pemecahan masalah yang didapat dari hasil penelitian. Uraikan
kontribusi atau kegunaan penelitian pada proses belajar mengajar dan inovasi
yang akan dihasilkan dalam penelitian ini dalam memecahkan masalah.
Kemukakan manfaat teoretis (kepentingan ilmiah) dan manfaat praktis
(kepentingan terapan). Berkenaan dengan manfaat praktis, kemukakan, misalnya,
manfaat untuk siswa, guru, dan sekolah.

3. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang
diperoleh dari acuan (buku atau jurnal-jurnal ilmiah), yang dijadikan landasan
untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Kemukakan kajian teori yang relevan
dengan variabel masalah maupun variabel tindakan. Berdasarkan urutan,
kemukakan terlebih dahulu kajian teori yang gayut dengan variabel masalah dan
baru kemudian kajian teori yang gayut dengan variabel tindakan. Sejalan dengan
contoh judul yang telah dikemukakan, peneliti menguraikan kajian teori tentang
Kemampuan Menulis dan selanjutnya teori tentang Strategi Kompoisisi

26
Terkendali dan Terarah. Uraian dalam Tinjauan Pustaka dibawa untuk menyusun
kerangka atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam hubungan ini
hendaknya diusahakan pustaka yang relevan dan terbaru. Dengan demikian, dalam
bagian ini hendaknya dikemukakan hipotesistindakan.

Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka


berpikir sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis.

a. Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang


teori (dan bukan sekadar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil
penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok
teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan akan bergantung pada luasnya
permasalahan dan secara teknis bergantung pada jumlah variabel yang diteliti.
Oleh karena itu, makin banyak variabel yang diteliti, maka akan makin banyak
teori yang perlu dikemukakan.

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-


variabel yang diteliti melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan
mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup, kedudukan dan
perdiksi terhadap hubungan antarvariabel yang akan diteliti akan menjadi lebih
jelas dan terarah.

Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian


dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks
yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan
dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan
antarvariabel yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan
konteks penelitian.

Untuk menguasai teori maupun generalisasi-generalisasi dari hasil


penelitian, peneliti harus rajin membaca. Orang harus rajin membaca dan
menelaah yang dibaca itu setuntas-tuntasnya agar ia dapat menegakkan landasan
yang kokoh bagi langkah- langkah berikutnya. Untuk dapat membaca dengan

27
baik, peneliti harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan
dapat berupa buku-buku teks, kamus (khususnya kamus istilah), ensiklopedia,
jurnal ilmiah, internet, dan hasil-hasil penelitian.

Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevansi,
kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru
menggunakan sumber-sumber yang lama). Relevansi berkenaan dengan
kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan,
kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran
berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, makin
mutakhir teori tersebut.

b. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan


secara teoretis pertautan antarvariabel yang akan diteliti. Pertautan antarvariabel
tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh
karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada
kerangka berpikir.

Kerangka berpikir yang baik antara lain memuat (1) variabel-variabel yang
akan diteliti harus dijelaskan dan (2) diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat
menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antarvariabel yang diteliti dan
ada teori yang mendasari. Dalam PTK, berdasarkan kajian teori yang telah
dilakukan, penyusun proposal harus mampu menjelaskan bahwa bentuk tindakan
yang akan dilakukan dapat mengatasi permasalahan.

c. Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam


penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir.
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian harus merumuskan hipotesis.
Penelitian yang bersifat eksploratif dan sering juga dalam penelitian deskriptif
tidak perlu merumuskan hipotesis

28
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa tinjauan pustaka menguraikan
teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan (buku atau
jurnal-jurnal ilmiah), yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang
diusulkan. Uraian dalam tinjauan pustaka dibawa untuk menyusun kerangka atau
konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan teori dan kerangka
berpikir itulah selanjutnya dikemukakan hipotesis tindakan atau hipotesis kerja.

Contoh:

Penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kualitas


proses pembelajaran menulis.

Penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan


kemampuan menulis siswa.

4. Metode Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian dan memperoleh manfaat penelitian


sebagaimana yang telah dirumuskan perlu dipilih metode penelitian yang tepat.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa komponen-komponen yang tercakup
dalam metode penelitian meliputi setting penelitian, subjek penelitian, data dan
sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan validitas data, teknik
analisis data, indikator kinerja, dan prosedur penelitian. Uraian berikut ini akan
menjelaskan komponen-komponen tersebut secara singkat.

a. Setting Penelitian

Setting penelitian mengacu pada waktu dan tempat penelitian dilakukan.

Contoh:

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10


Surakarta.

Pemilihan tempat itu didasarkan pada pertimbangan (1) .......... , (2) , dsb.

29
Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu September sampai
dengan November 2003. Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sbb.:
persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (perencanaan,
tindakan, monitoring dan evaluasi, dan refleksi), penyusunan laporan penelitian,
seminar hasil penelitian, penyempurnaan laporan berdasarkan masukan seminar,
serta penggandaan dan pengiriman laporan penelitian.

b. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini sangat bergantung pada setting penelitian dan peneliti. Jika
peneliti melakukan penelitian PTK di kelas yang diampunya, maka subjek
penelitian adalah siswa di kelas itu. Namun, jika seorang peneliti melaukan PTK
di kelas yang tidak diampunya dan peneliti tersebut melibatkan guru kelas sebagai
kolaborator, maka subjek penelitiannya meliputi siswa dan guru (guru kelas atau
guru mata pelajaran).

Contoh:

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 10
Surakarta. Siswa kelas VII F berjumlah 35 orang, yang terdiri atas 20 siswa
perempuan dan 15 siswa laki-kali.

Contoh lain:

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa dan guru Bahasa Indonesia SMP
Negeri 10 Surakarta. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa
kelas III F. Dengan perkataan lain, kelas III F ditetapkan sebagai setting kelas.
Sementara itu, guru BI yang dijadikan subjek penelitian ini adalahSy.

c. Data dan Sumber Data

30
Pada bagian ini hendaknya dikemukakan jenis data apa saja yang
dibutuhkan serta sumber data tersebut. Jenis data yang dijelaskan disesuaikan
dengan fokus penelitian.

Contoh:

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses


pembelajaran menulis, kemampuan siswa dalam menulis, motivasi siswa dalam
menulis, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di
kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:

(1) Informan atau nara sumber, yaitu siswa danguru.


(2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran mengarang
dan aktivitas lain yang bertalian.
(3) Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa Kurikulum,Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, hasil karangan siswa, dan buku penilaian.
d. Teknik Pengumpulan

Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada
selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data.

Contoh:

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi


pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen, angket, dan tes yang
masing- masing secara singkat diuraikan berikut ini.

(1) Pengamatan
(2) Wawancara ataudiskusi
(3) Kajiandokumen

31
(4) Angket
(5) Tes
e. Teknik Pemeriksaan Validitas Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa


validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan
review informan kunci.

Triangulasi adalah teknik pemeriksanaan validitas data dengan


memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178). Teknik triangulasi yang
digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode
pengumpulan data. Misalnya, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa dalam kegiatan mengarang dan faktor-faktor penyebabnya, peneliti
melakukan hal-hal berikut: (1) memberikan tes mengarang dan selanjutnya
menganalisis hasil karangan itu untuk mengidentifikasi kesalahan yang masih
mereka buat dan (2) melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui
pandangan guru tentang hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam
mengarang, fasilitas pembelajaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah,
kegiatan pembelajaran mengarang di kelas, penilaian yang dilakukan guru, dan
sebagainya.

Review informan kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interpretasi


temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan
informan tentang data atau interpretasi temuan tersebut. Hal ini dilakukan melalui
kegiatan diskusi antartim peneliti setelah kegiatan pengamatan maupun kajian
dokumen.

f. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah


berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik

32
deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Taknik statistik deskriptif
komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil
antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada
akhir setiap siklus. Misal: membandingkan rerata nilai kemampuan menulis siswa
pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I, setelah siklus II, dan seterusnya.
Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis
mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa
dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang
diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis
tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap
berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan
dan/atau setelah pengumpulan data.

g. Indikator Kinerja

Pada bagian ini perlu dikemukakan atau dirumuskan indikator sebagai tolok ukur
keberhasilan penelitian yang dilakukan. Indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau
keefektifan penelitian.

Contoh:

Peningkatan kemampuan menulis siswa Misalnya:

Anak yang memperoleh nilai 7,5 lebih dari 80 %

Nilai rata-rata menulis siswa meningkat (dari 65 menjadi 70)

h. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas pada umumnya dilakukan dalam beberapa siklus,


misalnya tiga siklus. Oleh karena itu, perlu digambarkan rancangan tindakan pada
masing-masing siklus.

G. Penyusunan Laporan Penelitian

33
Tujuan penulisan laporan penelitian adalah untuk mengomunikasikan hasil-
hasil penelitian kepada pihak lain. Selain itu, laporan penelitian dimaksudkan
sebagai bentuk pertanggungjawaban peneliti kepada pihak tertentu atas proses dan
hasil penelitian yang telah dilakukan. Berkenaan itu, peneliti haruslah menyadari
untuk siapakah laporan penelitian itu ditulis atau disampaikan. Jawaban terhadap
pertanyaan ini mempengaruhi hampir semua bagian atau aspek dalam laporan
penelitian. Laporan yang ditulis dan ditujukan kepada lembaga pemberi dana
penelititan tentu harus disusun sesuai dengan format dan segala ketentuan yang
digariskan. Lain lagi kalau laporan itu berupa skripsi, tesis atau disertasi yang
ditulis orang seorang mahasiswa. Laporan penelitian yang ditulis dalam bentuk
artikel untuk sebuah jurnal ilmiah tentu berbeda dengan artikel yang disusun
dalam bentuk makalah, buku, atau yang akan dipublikasikan di surat kabar
ataumajalah.

Laporan penelitian pada umumnya ditulis setelah peneliti merampungkan


semua proses pengumpulan data serta menganalisis data tersebut. Cara kerja
demikian dapat dikatakan kurang efisien. Peneliti hendaknya mempersiapkan
proses penyusunan laporan sejak kegiatan penelitian dimulai. Sehubungan dengan
itu, peneliti perlu merancang garis besar laporan bersamaan waktunya dengan
pada waktu ia mengajukan desainpenelitian.

Laporan penelitian biasanya terdiri atas tiga bagian, bagian awal


(preliminary), bagian pokok, dan bagian akhir. Namun, aspek-aspek yang
tercakup dalam masing-masing bagian tersebut bisa bervariasi. Hal itu bergantung
pada jenis penelitian maupun lembaga penelitian atau lembaga penyandang dana
penelitian. Berikut ini dikemukakan salah satu contoh struktur atau
formatpenelitian.

Bagian Awal

LEMBAR JUDUL PENELITIAN

LEMBAR IDENTITAS DAN

PENGESAHAN ABSTRAK

34
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (JIKA ADA)

DAFTAR GAMBAR (JIKA ADA)

DAFTAR LAMPIRAN

Bagian Pokok

Bab I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Perumusan Masalah
C. TujuanPenelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II: TINJAUANPUSTAKA

A. KajianTeori
B. Temuan Hasil Penelitian Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan

BAB III: METODEPENELITIAN

A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Data dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Validitas Data
F. Teknik Analisis Data
G. Indikator Kinerja
H. Prosedur Penelitian

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

35
A. HasilPenelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
2. Siklus II
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
3. dst.
B. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V: SIMPULAN DANSARAN

A. Simpulan
B. Saran

Bagian Akhir

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Uraian berikut ini menjelaskan secara singkat setiap bagian laporan


Penelitian Tindakan Kelas.

a. Abstrak
Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas hal-hal pokok tentang (a)
permasalahan, khususnya rumusan masalah atau tujuan penelitian (b)
metode penelitian, dan (c) hasil penelitian.
b. Pendahuluan

36
Bagian ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
c. Tinjauan Pustaka
Bagian ini menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan,
yang memberi arah pada pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun
argumen teoretis bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat
ditingkatkan mutu proses hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk
membuktikan teori. Bab ini diakhiri dengan hipotesis tindakan.
d. Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan setting penelitian (deskripsi tempat atau lokasi
dan waktu penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada), menguraikan
subjek penelitian (termasuk menguraikan karakteristik subjek penelitian
secara rinci), menjelaskan data yang diperlukan sesuai dengan
permasalahan penelitian dan sumber datanya, menjelaskan teknik
pengumpulan data beserta instrument yang digunakan, menjelaskan upaya
peneliti untuk memperoleh data yang valid (validitas data), menjelaskan
teknik analisis data, mengemukakan indicator kinerja atau keberhasilan
sebagaimana telah dirumuskan dalam proposal penelitian, dan
menguraikan prosedur penelitian.
e. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagian ini mengemukakan pelaksanaan penelitian serta hasil penelitian
dan pembahasannya.
Pelaksanaan Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan pelaksanaan penelitian pada setiap siklus:
perencanaan, tindakan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, dan cara
analisis dan refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan
feasible serta collaborative. Uraian masing-masing siklus menyajikan data
lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang
terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar, yaitu hasil perubahan

37
(kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi, dan
aktivitas belajar, situasi kelas, dan hasil belajar. Kemukakan grafik dan
tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang
terjadi disertai pembahasan secara sistematis dan jelas.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara
sistematis dan jelas. Penjelasan hasil menggunakan perspektif teori
tertentu maupun norma atau ketentuan yang berlaku.
f. Kesimpulan dan Saran
Bagian ini menyajikan simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai
dengan tujuan penelitian. Berikan saran tindak lanjut berdasarkan
pembahasan hasil penelitian.
g. Daftar Pustaka
Bagian ini memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam
penelitian secara alfabetis.
h. Lampiran-lampiran
Memuat instrumen penelitian, personalia tenaga peneliti, riwayat hidup
masing-masing peneliti, data penelitian, dan bukti lain pelaksanaan
penelitian.

38
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dave Ebbutt, sebagaimana dikutip Hopkins (1993), menyatakan bahwa penelitian


tindakan adalah kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik
pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka
lakukan dan melalui refleksi atas hasil tindakan tersebut.

Beberapa model Penelitian Tindakan Kelas yang sampai saat ini sering digunakan
dalam dunin pendidikan, diantaranya sebagai berikut :

1. Model Kurt Lewin


2. Model John Elliot
3. Model Dave Ebbut
4. Model Kemmis dan McTaggart
5. Model Siklus

Penentuan permasalahan penelitian memerlukan kehati-hatian dan kecermatan.


Harus disadari oleh peneliti bahwa tidak semua masalah keilmuan yang dihadapi
dan telah diidentifikasi akan dijamin sebagai masalah yang layak dan sesuai untuk
diteliti. Peneliti perlu memperhatikan hal-hal berikutini.

(1) Kemanfaatan hasil penelitian,


(2) Kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan,
(3) Persyaratan dari segi peneliti,

Tujuan penulisan laporan penelitian adalah untuk mengomunikasikan hasil- hasil


penelitian kepada pihak lain. Selain itu, laporan penelitian dimaksudkan sebagai
bentuk pertanggungjawaban peneliti kepada pihak tertentu atas proses dan hasil
penelitian yang telah dilakukan. Berkenaan itu, peneliti haruslah menyadari untuk
siapakah laporan penelitian itu ditulis atau disampaikan. Jawaban terhadap
pertanyaan ini mempengaruhi hampir semua bagian atau aspek dalam laporan
penelitian. Laporan yang ditulis dan ditujukan kepada lembaga pemberi dana

39
penelititan tentu harus disusun sesuai dengan format dan segala ketentuan yang
digariskan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. Douglas. 1994. Teaching by Principles: An Interactive Approach to


Language Pedagogy. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Regents.

Dardjowijojo, Soenjono. 1988. Prinsip dan Format Penulisan Ilmiah. Yogyakarta:


Bharata.

Depdiknas. 2001. Pedoman penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan


dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan Ditjen DikdasmenDepdiknas.

Gorys Keraf. 1980. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah

Harun Joko Prayitno, M. Thoybi, dan Adyana Sunanda (Ed.). 2000.


Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Second Edition.


Philadelphia: Open University Press.

Imam dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Dit.
PLP Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Jujun S. Suriasumantri. 1987. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Sinar Harapan.

Kasihani Kasbolah E.S. 2002. “Penelitian Tindakan kelas untuk Peningkatan


Profesionalisme Guru SLTP” Makalah. Malang: Universitas Negeri
Malang.

McNiff, Jean. 1992. Action Research: Principles and Practice. London:

Routledge. Mukayat D. Brotowidjojo. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta:

Akademika
Pressindo.

Rochman Natawidjaya. 1997. Konsep dasar Penelitian Tindakan. Bandung:


IKIP Bandung.
Sarwiji Suwandi. 2003a. ”Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam
Mengimplementasikan Kurikukum Berbasis Kompetensi,” Makalah
dipresentasikan pada Seminar Kurukulum Berbasis Kompetensi yang
diselenggarakan MKKS SLTP Kab. Wonogiri dan Dinas Pendidikan Kab.
Wonogiri pada tanggal 20 Juli 2003.

41
. 2003b. “Penelitian Tindakan Kelas sebagai Strategi Pengembangan
Profesi Guru”, Makalah dipresentasikan pada Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Sekolah bagi Kepala SLTP Kabupaten Wonogiri yang
diselenggarakan BKD Pemkab Wonogiri, 8-26 September2003.

. 2003c. “Penelitian Tindakan Kelas: Strategi Penyusunan Proposal”,


Makalah dipresentasikan pada Penlok PTK yang diselenggarakan P3M
STAIN Surakarta, 24-25 September2003.

. 2003d. “Peranan Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa


Indonesia Siswa Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Makalah
dipresentasikan pada Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14–17
Oktober 2003.

. 2004. “Penelitian Tindakan Kelas”, Makalah dipresentasikan pada


Penlok PTK yang diselenggarakan Lembaga Penelitian Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 20 September2004.

. 2005a. “Penulisan Makalah dan Artikel Ilmiah”, Makalah


dipresentasikan pada Diklat Pengembangan Profesi bagi Guru Jawa Tengah
diselenggarakan LPMP Jateng Ditjen PMPTK Depdiknas, 20 – 29
Juni2005.

. 2005b. “Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan


Kelas”, Makalah dipresentasikan pada Diklat Peningkatan Profesionalisme
bagi Guru- Guru SD-SMA Kabupaten Cilacap diselenggarakan LPMP
Jateng Ditjen PMPTK Depdiknas, 10-15 Oktober2005.

. 2005. ”Penerapan Strategi Komposisi Terkendali dan Terarah


(Controlled and Guided Composition) untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Siswa, dalam Varidika Vol. 17 No. 1 Juni 2005. Surakarta:UMS.

. 2006. “Classroom Action Research: Penelitian untuk Pemecahan


Permasalahan Pendidikan dan Perbaikan Sistem Pembelajaran”, Makalah
dipresentasikan pada Lokakarya Peningkatan Kemampuan Penelitian
Tindakan bagi Guru dan Kepala Sekolah, diselenggarakan Dinas
Pendidikan Kota Bogor, 14 – 20 Agustus 2006.

Soenjono Dardjowijojo. 1988. Prinsip dan Format Penulisan Ilmiah. Yogyakarta:


Bharata.

Soly Abimanyu dkk. 1995. Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pengajaran.


Jakarta:Bagian Proyek PGSD, Ditjen Dikti Depdikbud.

42
FORM LATIHAN PEMBUATAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN
KELAS

I. PENDAHULUAN
Komponen Deskripsi Masing-masing Subbagian
Judul
Latar belakang 1. Kondisi yangdiharapkan
masalah 2. Kondisi riil yang dihadapiguru
3. Masalah (kesenjangan antara harapan dankenyataan)
4. Faktor-faktor penyebabmasalah
5. Tindakan untuk mengatasimasalah
Perumusan
Masalah
Tujuan
Penelitian
Manfaat Bagi siswa
penelitian Bagi guru
Bagi sekolah
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
TINJAUAN Konsep Variabel 1
PUSTAKA Konsep Variabel 2
dan seterusnya
Kerangka 1. Deskripsi Kerangka Berpikir Penelitian
Berpikir 2. Skema Kerangka Berpikir
Hipotesis
Tindakan
III. Metode Penelitian
Subjek Penelitian
Setting Penelitian

43

Anda mungkin juga menyukai