Anda di halaman 1dari 22

MODEL DAN PELAKSANAAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. Rika Damayanti 6. Ardiyah 11. Eka Cecilia


(06131282126022) (06131282126026) (06131282126043)
2. Mistaf Agung S. 7. Yuniarni 12. Nadiah Tri R.
(06131182126015) (06131282126037) (06131282126033)
3. Talitha Alysia N. A. 8. Fajri pratama 13. Nabilah A.N.
(06131182126011) (06131282126049) (06131282126020)
4. Mutmainnah 9. Septi Yuliastuti 14. Putri S.I.
(06131182126005) (06131282126028) (06131022425012)
5. Latifah R. J. 10. Elza Putri P. 15. Dinda T.H.
06131282126019) (06131382126061) (06131022425013)

DOSEN PRNGAMPU :
Dr. Esti Susiloningsih, M.Si.
Fahmi Surya Adikara, S.Pd., M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas dengan judul
“MODEL DAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS”.

Kami menyadari bahwa dalam dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang memberikan dorongan positif terutama dosen pengampu mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas, serta memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan ilmu dan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Indralaya, 5 Februari 2024

Kelompok 3

i |Penelitian Tindakan Kelas


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2


A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ......................................................... 2
B. Siklus dan Model Penelitian Tindakan Kelas ......................................................... 3
C. Model Penelitian Tindakan Kelas ........................................................................... 4
D. Pola Pelaksanaan PTK ............................................................................................ 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 18


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 19

ii |Penelitian Tindakan Kelas


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru sekolah dasar memiliki tanggung jawab yang besar untuk keberhasilan dan
kemajuan belajar peserta didik disekolah, terkhusus didalam proses belajar pembelajaran
di kelas. Sebagai pendidik profesional, guru dituntut untuk mampu menjadi prefessional
judgement yang memiliki dasar pada data sekaligus teori yang akurat. Untuk mampu
meningkatkan mutu pembelajaran yang optimal bagi peserta didik.
Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memiliki peranan sangat penting
dan strategis dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hopkins (Wiriaatmadya, 2007: 11), bahwa PTK adalah penelitian
yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan
yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa
yang sedang terjadi, sambil terlihat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian penelitian tindakan kelas?
b. Bagaimana siklus dan model penelitian tindakan kelas?
c. Bagaimana pola pelaksanaan penelitian tindakan kelas?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui penelitian tindakan kelas
b. Untuk mengetahui siklus dan model penelitian tindakan kelas
c. Untuk mengetahui pola pelaksanaan penelitian tindakan kelas

1 |Penelitian Tindakan Kelas


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Definisi penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi (2002), dibagi


menjadi tiga kata, yaitu : Penelitian, Tindakan, dan Kelas.
1. Penelitian, adalah suatu kegiatan mengamati suatu objek, menggunakan
aturan metodologi tertentu guna mendapatkan data atau informasi yang
berguna untuk meningkatkan kualitas permasalahan yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
2. Tindakan, adalah kegiatan yang sengaja dilakukan, dengan bentuk rangkaian
siklus kegiatan, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang menerima pelajaran yang sama dari guru
pada waktu yang bersamaan.

Sementara itu, Kemmis (1988) berpendapat bahwa penelitian


tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan
peneliti dalam situasi sosial guna meningkatkan penalaran mereka tentang
praktik sosial (Sanjaya, hal. 24). Dalam hal ini mempunyai cakupan yang lebih
luas dibandingkan PTK. Penelitian tindakan diterapkan pada berbagai disiplin
ilmu di luar pendidikan, seperti kegiatan praktik di bidang kedokteran,
manajemen, dan industri (Basrowi dan Suwandi, hal. 25). Jika penelitian
tindakan yang berkaitan dengan bidang pendidikan dilaksanakan di dalam
kelas, maka penelitian tindakan itu disebut PTK.
Dikutip dari Wiriaatmadja (Rapoport dalam Hopkins) menjelaskan
penelitian tindakan kelas adalah untuk membantu seseorang secara praktis
mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam situasi darurat dan mencapai
tujuan ilmu sosial dengan bekerja sama dalam kerangka etika yang disepakati
bersama.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang
dilakukan guru di dalam kelas. Penelitian tindakan pada dasarnya adalah
serangkaian “penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-…” yang dilakukan
secara siklis untuk memecahkan masalah hingga masalah tersebut terpecahkan.
Penelitian tindakan dianggap sebagai penelitian kualitatif, meskipun

2 |Penelitian Tindakan Kelas


data yang dikumpulkan mungkin bersifat kuantitatif. Penelitian tindakan kelas
(PTK) pada hakikatnya adalah penelitian kualitatif yang berbentuk penelitian
tindakan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara siklis untuk
memecahkan permasalahan pembelajaran sehari-hari guru dan meningkatkan
mutu pengajaran. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang
dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik
pembelajaran di kelas.

B. Siklus dan Model Penelitian Tindakan Kelas


Di dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas perlunya mengetahui dan
mendalami model yang akan digunakan. Tentunya, banyak sekali model penelitian
tindakan kelas ini. Berikut berbagai model yang dikemukakan oleh para ahli :
1. Model Kurt Lewin
2. Model John Elliott
3. Model Mckernan
4. Model Hopkins
5. Model Dave Ebbutt
6. Model Kemmis dan Mc Taggart.
Ada empat langkah dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas antaranya
adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Di bawah ini gambaran
siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Sulipani (2007) :

Perencanaan

Siklus
Refleksi Aksi
PTK

Observasi

Gambar 1: Desain menurut Sulipan

3 |Penelitian Tindakan Kelas


Langkah 1: Perencanaan
Pada langkah ini peneliti mendeskripsikan tentang maksud dan tujuan,
waktu, tempat, serta proses tindakan yang akan dilaksanakan.
Langkah 2: Tindakan
Kegiatan ini diharapkan terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan.
Langkah 3: Pengamatan
Kegiatan ini berdampingan dengan langkah sebelumnya, yaitu tindakan.
Peneliti melakukan pengamatan sambil melaksanakan tindakan.
Langkah 4: Refleksi
Kegiatan refleksi adalah kegiatan mengulas kembali yang sudah dilakukan.
apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau menyimpang. Sebagai acuan agar
pelaksanaan bisa lebih baik lagi ke depannya.

C. Model Penelitian Tindakan Kelas


1) Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin

Model Kurt Lewin menjadi rujukan utama atau landasan bagi beberapa
model penelitian tindakan lainnya khususnya PTK. Mungkin karena beliaulah
orang pertama yang memperkenalkan penelitian tindakan, atau penelitian
tindakan. Melakukan penelitian tindakan merupakan suatu proses yang terjadi
secara berulang-ulang. Ia menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian
langkah yang membentuk spiral.

Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat
komponen, yaitu; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c)pengamatan
(observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut
dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Tindakan (acting)

Perencanaan (planning) Pengamatan (observing)

Refleksi (reflecting)

Gambar 2: Desain Model Kurt Lewin

4 |Penelitian Tindakan Kelas


a. Menyusun perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penyusunan RPP, persiapan
ruang bantu untuk diperlukan di dalam kelas, persiapan ini membutuhkan alat
untuk mencatat dan menganalisis informasi tentang proses dan hasil dari
kegiatan.

b. Melaksanakan tindakan (acting).

Pada tahap ini peneliti perlu melakukan tindakan-tindakan yang telah


dirumuskan dalam RPP, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.

c. Melaksanakan pengamatan (observing)

Memperhatikan perilaku siswa saat berpartisipasi dalam kegiatan


pembelajaran seperti diskusi atau kerja sama kelompok. Perhatikan juga
bagaimana siswa memahami materi pembelajaran yang dirancang dengan
PTK.

d. Melakukan refleksi (reflecting)

Pada tahap ini perlu dilakukan pencatatan hasil observasi, evaluasi hasil
observasi, analisis hasil pembelajaran, perbaikan kelemahan-kelemahan
sebagai bahan perencanaan siklus berikutnya hingga tujuan PTK tercapai.
Contoh:
1. Perencanaan Bagaimana saya dapat membuat para mahasiswa speak
up dalam matakuliah speaking? Mungkin saya perlu
memberikan penghargaan (reward) kepada mahasiswa
yang mau berbicara.

2. Tindakan Saya memberikan penghargaan (yang berupa tambahan


nilai) kepada setiap mahasiswa yang mau berbicara.
3. Pengamatan Bersamaan dengan itu, saya mengamati apakah dengan
penghargaan tersebut para mahasiswa mau berbicara.
4. Refleksi Para mahasiswa mulai mau berbicara. Namun, mereka
tampak masih malu-malu kucing. Saya perlu
merencanakan suatu tindakan agar mahasiswa berbicara
tanpa malu-malu lagi.

Satu siklus terdiri dari tahap-tahap di atas. Hasil dari siklus sebelumnya

5 |Penelitian Tindakan Kelas


dapat digunakan untuk membuat rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi
ulang sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Gambar 3 dapat dihasilkan
dari gambar 2 di atas (McNiff, 1992: 23). Jumlah siklus dalam penelitian
tindakan bergantung pada apakah masalah (utama) telah diselesaikan.
Apabila masih ditemukan adanya masalah yang belum terpecahkan
maka peneliti dapat melangkah ke siklus kedua, dengan membuat rencana
tindakan ulang berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Dengan
demikian, pada siklus kedua ini terjadi revisi atau modifikasi rencana tindakan
pertama, sesuai dengan keadaan di lapangan. Langkah-langkah selanjutnya
relatif sama dengan langkah-langkah yang telah dipaparkan pada siklus
pertama. Demikian seterusnya hingga masalah yang dihadapi dapat
terpecahkan. Untuk itu barangkali diperlukan lebih dari tiga siklus; dan hal itu
tidak menjadi masalah, karena jumlah siklus tidak ditentukan oleh hal lain
kecuali terpecahkannya masalah.

2. Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh John Elliot


Menurut John Elliot, yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi
sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya
(Elliot, 1982). PTK model Elliot dapat digambarkan sebagai berikut:

6 |Penelitian Tindakan Kelas


Gambar 3: Desain Model John Elliot

7 |Penelitian Tindakan Kelas


Model PTK John Elliot ini lebih rinci daripada model Kurt Lewin dan
Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian karena setiap siklus memiliki
beberapa aksi (tindakan), biasanya tiga hingga lima. Sementara itu, setiap
langkah mungkin terdiri dari sejumlah langkah yang dilakukan sebagai
kegiatan belajar-mengajar. Sesuai dengan PTK Model John Elliot ini,
tujuannya adalah untuk meningkatkan kelancaran antara bagian dalam proses
belajar-mengajar atau pelaksanaan aksi.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa karena suatu pelajaran terdiri dari
beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran, dia membagi setiap
tindakan atau tindakan menjadi beberapa langkah. Karena dalam praktik di
lapangan, setiap pokok bahasan biasanya harus diselesaikan dalam beberapa
langkah, John Elliot membuat model PTK yang berbeda secara skematis dari
kedua model sebelumnya.
Penjelasan tahapan PTK John Elliot yaitu:

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk


melihat dan menemukan masalah-masalah apa aja yang terjadi disekolah.
Lebih khusus lagi saat belajar di kelas. Karena tahap ini berfungsi sebagai
dasar untuk kegiatan penelitian berikutnya, identifikasi masalah ini sangat
penting. Seorang peneliti yang baik pasti akan dapat menemukan masalah apa
pun yang perlu ditangani segera untuk sekolah tersebut.
b. Penyelidikan
Penyelidikan dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang masalah yang ditemukan oleh seorang peneliti disekolah. Hasil
penyelidikan menentukan masalah mana yang akan difokuskan dan kemudian
dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasarkan rumusan masalah ini,
tujuan penelitian dapat ditetapkan.
c. Rencana Umum
Rencana umum adalah kumpulan rencana awal tentang apa yang akan
dilakukan oleh seorang peneliti untuk menjawab masalah penelitian yang
ditemukan di kelas atau di sekolah. Pada tahap ini, seorang peneliti
memperlakukan sampel untuk melihat apakah perilaku mereka berubah sesuai
dengan harapan peneliti. Dalam model PTK dari John Elliot, terdapat beberapa

8 |Penelitian Tindakan Kelas


langkah tindakan yang direncanakan oleh peneliti. Bagian inilah yang
membedakan model PTK John Elliot dengan model-model PTK yang lainnya.
d. Implementasi Langkah Tindakan 1
Pada tahap ini, seorang peneliti akan menerapkan atau melakukan
perubahan pada kelas sampel dengan tujuan meningkatkan, mengubah, atau
memperbaiki masalah penelitian yang telah ditemukan oleh peneliti. Tentu
saja, peneliti akan melakukan perubahan ini berdasarkan langkah-langkah
tindakan yang direncanakan pada tahap rencana umum.
e. Memonitor Implementasi
Tahap ini bagi seorang peneliti akan melihat dan memantau hasil
pemberian perilaku pada kelas sampel. Peneliti akan mendata dan mencatat
hasil-hasil dari implementasi pada tahap selanjutnya. Apakah menunjukkan
hasil peningkatan (positif) ataupun malah menunjukkan peningkatan yang
sebaliknya (negatif). Sudah benarkah atau belum implementasi yang
diterapkan oleh peneliti.
f. Penyelidikan
Pada titik ini, peneliti akan berusaha untuk menemukan dan menjelaskan
kegagalan pengaruh. Apa pun yang dapat menyebabkan kegagalan Tidak
diragukan lagi, seorang peneliti akan mengambil pelajaran dari kegagalan
implementasi pada tahap sebelumnya.
g. Merevisi Ide Umum

Pada tahap ini, peneliti berbekal dari data-data yang sudah didapat pada
tahap-tahap sebelumnya akan kembali membuat rencana penelitian. Tentu saja,
tahapan ini hanya akan dilakukan jika implementasi penelitian gagal
memenuhi harapan dan tujuan penelitian. Karena itu, rencana awal harus
diubah untuk memulai siklus kedua.

3. Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan


Mc Taggart

Model ini adalah pengembangan yang lebih lanjut dari model Kurt Lewin,
dengan menambahkan unsur kolaborasi dan partisipasi dari semua pihak yang
terlibat dalam penelitian. Hal ini karena kedua tahap tersebut oleh adanya

9 |Penelitian Tindakan Kelas


kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing merupakan dua
kegiatan yang tidak bisa dipisahkan.
Selain itu, model ini terdiri dari empat tahap yang sama: perencanaan
(plan), pelaksanaan dan pengamatan (lakukan dan amati), dan refleksi. Namun,
model ini menekankan bahwa PTK harus dilakukan secara kolaboratif,
partisipatif, dan spiral. Artinya, PTK harus melibatkan semua pihak yang terkait
dalam proses pembelajaran, seperti guru, siswa, orang tua, dan pihak lain. Selain
itu, PTK juga dilakukan berulang-ulang, dengan perbaikan dan penyesuaian
dilakukan setiap siklusnya. Model ini digambarkan dalam bentuk spiral yang
menunjukkan adanya proses siklus yang terus berkembang.

Gambar 4: Alur PTK Model Kemmis & Taggart

4. Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh Dave Ebbut


Model ini berkembang dari model Kurt Lewin, John Elliott, Kemmis, dan
McTaggart, yang menekankan komunikasi, kolaborasi, dan konteks dalam
penelitian. Model ini mencoba memperbaiki beberapa kekurangan dari model
sebelumnya. Misalnya, itu memberikan penjelasan yang lebih jelas tentang
bagaimana melakukan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, dan
memberikan kriteria untuk menilai kualitas PTK. Selain itu, model ini
menyarankan agar PTK dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan pihak-
pihak yang relevan, seperti siswa, orang tua, kolega, dan ahli. Model ini terdiri
dari enam langkah: identifikasi dan analisis masalah; perumusan dan
pelaksanaan rencana tindakan; observasi dan evaluasi; refleksi dan komunikasi;
dan revisi. Model ini digambarkan dalam bentuk diagram venn yang

10 |Penelitian Tindakan Kelas


menunjukkan adanya interaksi antara peneliti, praktisi, dan konteks.
Menurut Ebbut, untuk memahami dengan baik proses penelitian tindakan,
perlu dipandang sebagai rangkaian siklus yang berurutan, dimana dalam setiap
siklus terdapat peluang untuk menerima umpan balik informasi intra-siklus dan
antar-siklus.55 Ebbut meyakini . bahwa penelitian tindakan harus dimulai
dengan adanya ide awal.
Berikut penjelasan langkah-langkah model PTK Dave Ebbut:
1. Pemikiran/ide awal tersebut didorong oleh keinginan seorang ilmuwan
untuk melaksanakan suatu perbaikan proses untuk menghasilkan sesuatu yang
lebih optimal.
2. Berdasarkan gagasan awal itu, kemudian peneliti berupaya
menemukan berbagai tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk
menyelesaikannya.
3. Selanjutnya peneliti menyusun rancangan umum yang berisi tentang
langkah-langkah yang dapat dilakukan yang kemudian diimplementasikan.
4. Selama proses implementasi dilakukan monitoring, selanjutnya
disusun penjelasan tentang berbagai kegagalan yang terjadi.
Berdasarkan penjelasan tersebut kemudian menjadi masukan untuk revisi
master plan yang menghasilkan rencana implementasi kembali pada putaran
kedua. Hal ini dilakukan terus menerus hingga mencapai lingkaran tertentu.
Prosedur penelitian tindakan seperti itu dapat digambarkan sebagai berikut:

11 |Penelitian Tindakan Kelas


Gambar 4. Model Penelitian Tindakan Dave Ebbutt.

5. Model Penelitian Tindakan Mc Kernan

Dengan model lain yang juga dikembangkan berdasarkan gagasan Lewin atau
ditafsirkan Kemmis adalah model penelitian tindakan Mc Kernan. Model ini
disebut juga model proses waktu. Menurut Mc Kernan, sangat penting untuk
diingat bahwa kita tidak harus selalu terikat oleh waktu, apalagi penyelesaian
masalah, penyelesaian masalah atau pengambilan tindakan harus dilakukan
secara rasional dan demokratis.pemecahan masalah atau tindakan dilakukan
secara rasional dan demokratis.

Dalam model McKernan, gagasan umum disempurnakan dengan


mengidentifikasi masalah, mendefinisikan masalah, menentukan tujuan, menilai
kebutuhan tujuan, mengajukan hipotesis atau jawaban sementara terhadap
masalah pada setiap tingkat atau siklus. Dalam model ini, setiap siklus kegiatan
selalu dievaluasi untuk melihat hasil kegiatan, apakah tujuan tercapai dan
permasalahan penelitian terselesaikan. Jika episode kedua menunjukkan bahwa
tindakan yang diberikan menyelesaikan masalah, penyelidikan dapat dihentikan.
Sebaliknya, jika penelitian tidak dapat mencapai tujuan dan menyelesaikan
masalah penelitian, maka peneliti melanjutkan ke babak berikutnya. Prosedur

12 |Penelitian Tindakan Kelas


penelitian tindakan seperti itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5: Model Penelitian Tindakan McKernan.

6. Model Penelitian Tindakan Margaret Riel

Model Riel mengembangkan model pemecahan masalah yang diterapkan


secara bertahap. Dengan menggunakan model penelitian tindakan, peneliti
membimbing peserta (terutama kolaborator) melalui empat tahap dalam setiap
siklus. Keempat langkah tersebut adalah perencanaan, tindakan, pengumpulan
bukti dan refleksi. Hal tersebut bisa dijelaskan melalui prosedur secara
terperinci sebagai berikut:

1. Mempelajari dan Merencanakan (study and plan),

Pada fase ini, penulis mengadakan pertemuan bersama dampingan guna


membuat kesepakatan atau kontrak dampingan, menyampaikan apa sebenarnya
dampingan, peran pendamping, peran dampingan dan dinamika-dinamika yang
mungkin terjadi selama proses dampingan. Penulis mengatasi permasalahan dan
merencanakan perbaikan atau pemenuhan indikator kompetensi pedagogik.
Penulis memaparkan instrumen-instrumen yang digunakan pada saat
pendampingan dan mempertimbangkan kegunaan masing-masing instrumen.

Instrumen utamanya adalah indikator kompetensi pedagogik. Indikator


kompetensi pedagogik penulis mengelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu

13 |Penelitian Tindakan Kelas


indikator dokumentasi (ID), indikator kesiapan pembelajaran (IPP), dan
indikator persiapan pembelajaran dan/atau observasi pembelajaran (IPPOP).
Bentuk dasar tersebut disertai dengan bentuk persepsi, bentuk Flanders, dan
kamera.

2. Mengambil Tindakan (take action)

Fase ini menganalisis Indikator Dokumen (ID) dan kemudian


mengupayakan pencapaian/pemenuhan seluruh indikator setelah Indikator
Dokumen (ID) terpenuhi dan kemudian mengambil tindakan terhadap Indikator
Kesiapan Pembelajaran (IPP). Pada tahap ini yang terpenting adalah
penyusunan RPP, dan apabila RPP yang dibuat belum memenuhi syarat
indikator maka dilakukan pembahasan untuk menyusun RPP sesuai dengan
yang diharapkan. Selanjutnya asisten melanjutkan ke tahap observasi
pembelajaran.

3. Mengumpulkan dan Menganalisis Bukti (collect and analize

evidence)

Pada fase ini, dampingan mengaplikasikan RPP dan sarana perlengkapan


pembelajaran yang sudah disiapkan. Pendamping/penulis bersama-sama guru
dan dampingan masuk ke dalam kelas. Guru/dampingan melaksanakan tugas
mengajar dan penulis/pendamping mengamati secara sitematik dengan
menggunakan semua instrumen yang sudah disiapkan dan disepakati bersama.

4. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini mentor dan asisten melakukan refleksi bersama dalam
kerangka dialog dan berbagi pemikiran tentang fakta-fakta yang terjadi selama
observasi. Mentor memulai kegiatan reflektif dengan format pendampingan lima
langkah, setelah itu melihat format Flanders dan rekaman kamera. Kemudian
mentor dan pendukung menentukan fokus perbaikan untuk pembelajaran
berikutnya.

Dengan ditentukannya fokus perbaikan maka siklus pertama selesai. Siklus


kedua diawali dari fokus yang sudah disepakati menjadi bahan perbaikan pada
fase mempelajari dan merencanakan (study and plan), diikuti dengan
mengambil tindakan (take action), mengumpulkan dan menganalisis bukti

14 |Penelitian Tindakan Kelas


(collect and analize evidence), dan refleksi. Demikian tahapan dari fase ke fase
dilakukan sehingga membentuk siklus dan dilakukan sebanyak tiga siklus.

7. Model Penelitian Tindakan Hopkins


Hopkins menyususn desain tersendiri sebagai berikut: start-audit-
perencanaan konstruk-perencanaan tindakan (target, tugas, kriteria
keberhasilan)-implementasi dan evaluasi: implementasi (menopang komitmen:
cek kemajuan; mengatasi problem)-cek hasil-pengambilan stok-audit dan
pelaporan.

Gambar 6: Model Penelitian Tindakan Hopkins.

Kemudian dilakukan penelitian dalam model ini, membentuk spiral yang


dimulai dengan mengidentifikasi masalah, membuat rencana, bertindak,
mengamati dan merefleksikan dan merencanakan ulang, dan sebagainya.

Prosedur penelitian Hopkins dilaksanakan dengan menggunakan siklus-


siklus tindakan (daur ulang). Daur ulang dalam penelitian diawali dengan
perencanaan (planning), tindakan (action), mengobservasi (observation), dan
melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai adanya peningkatan yang
diharapkan tercapai.73 Prosedur penelitian tindakan seperti itu dapat
digambarkan sebagai berikut:

15 |Penelitian Tindakan Kelas


Gambar 7: Pengembangan Model Penelitian Tindakan Hopkins

D. Pola Pelaksanaan PTK


Dalam konteks ini, pola yang dimaksud merujuk pada metode atau teknik
pelaksanaan PTK. Pola-pola ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pelaksanaan
PTK sesuai dengan model PTK yang dipilih berdasarkan kondisi peneliti dan sumber
daya yang tersedia. Beberapa pola pelaksanaan PTK diantaranya adalah PTK guru
peneliti, PTK kolaboratif, dan PTK simultan terintegrasi.
1. Pola Guru Peneliti
Pada pola pertama ini, guru berperan penting dalam perencanaan dan pelaksanaan
PTK. Jika mereka melibatkan orang lain, seperti dosen peneliti LPTK, keterlibatan
mereka hanya konsultatif untuk memastikan bahwa tindakan yang mereka lakukan
benar.
Tujuan dari pola guru peneliti adalah untuk memecahkan masalah praktis yang
dihadapi guru sendiri selama proses pembelajaran. Pada kebanyakan kasus, pola
tindakan guru peneliti dimulai dengan keresahan guru sendiri tentang perilaku siswa
selama proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Guru ingin menyelesaikan masalah pengelolaan pembelajaran karena ada masalah di
dalamnya. Guru melakukan studi pendahuluan dengan mengkaji literatur-literatur dan
berbicara dengan pakar pembelajaran atau orang yang dianggap ahli dalam bidang

16 |Penelitian Tindakan Kelas


pembelajaran, untuk meningkatkan masalah dan merancang tindakan yang harus
dilakukan. Di sisi lain, mereka meminta teman sejawat untuk berpartisipasi sebagai
observer, yaitu mengamati tindakan siswa dan menentukan pengaruh yang ditimbulkan
oleh tindakan tersebut. Dikarenakan guru yang merancang program penelitian dan
membuat solusi untuk menyelesaikan masalah, maka guru itu sendiri yang bertanggung
jawab atas keberhasilan penelitian.

2. Pola Kolaborasi
Pada pola ini, inisiatif untuk menerapkan PTK biasanya berasal dari pihak luar
yang ingin memecahkan masalah-masalah pembelajaran, bukan dari guru. PTK
dirancang dan dilaksanakan oleh tim peneliti yang biasanya terdiri dari guru, kepala
sekolah, dosen LPTK, dan orang lain yang berpartsisipasi dalam tim. Dalam pola ini,
guru hanya bertindak sebagai anggota tim peneliti dan bertanggung jawab untuk
melaksanakan tindakan yang telah dirancang oleh tim peneliti. Dengan kata lain, guru
tidak memiliki banyak kesempatan untuk melakukan tindakan karena baik perencanaan
maupun implementasi tindakan tidak ditentukan oleh guru sendiri. Selain itu, penelitian
yang dilakukan secara kolaboratif dengan tim ahli penelitian dalam pembelajaran akan
lebih menjamin hasil yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah karena mereka
dirancang oleh orang-orang yang ahli dalam penelitian pembelajaran. Oleh karena itu,
tidak mengherankan bahwasanya pola kolaboratif banyak digunakan dalam PTK.

3. Pola Penelitian Terintegrasi


Pada pola ini, guru tidak terlibat dalam rancangan penelitian sama sekali.
Dibandingkan dengan guru, inisiatif dan masalah yang akan diteliti sepenuhnya berasal
dari peneliti luar. Penelitian yang dilakukan dengan pola ini sama sekali tidak berkaitan
dengan masalah praktis yang dihadapi oleh guru, sehingga peran dan fungsi guru hanya
sebatas pada melakukan tindakan. Jadi, hasil yang didapat adalah pengetahuan ilmiah
dalam pembelajaran. Meskipun program dan inisiatif tindakan tidak berasal dari guru itu
sendiri, pola penelitian terintegrasi dapat digolongkan sebagai penelitian tindakan kelas
karena guru tetap melakukan perlakuan atau tindakan di kelas.

17 |Penelitian Tindakan Kelas


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas adalah kegiatan mengamati suatu kelas pembelajaran
menggunakan aturan metodologi tertentu dengan bentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. PTK dilakukan melalui empat langkah
diantarnya perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. PTK memliki model
penelitian berbagai macam yang dapat disesuaikan dengan tujuan dan kondisi
penelitian.
B. Saran
Seorang guru diharapkan paham terhadap siklus, model, dan perencanaan
dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. Sehingga guru dapat membuat dan
mebentuk perkembangan bagi proses belajar mengajar di kelas dan bagi peserta
didiknya,

18 |Penelitian Tindakan Kelas


DAFTAR PUSTAKA

Asruri & Rusman. (2020). Classroom Action Research Pengembangan Kompetensi


Guru. Jawa Tengah: CV. Pena Persada.

Jakni. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.

Machali, I. (2022). Bagaimana Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Bagi


Guru. IJAR, 1(2).

Prihantoro, Agung & Fattah Hidayat. (2019). Melakukan Penelitian Tindakan Kelas.
Ulumuddin: Jurnal Ilmu-ilmu keislaman, 9(1), 49-60.

Prof.Dr. Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: KENCAN Premada
Media Grup) hal 58-60

Rosenaeni dkk. (2022). Model-Model Pengembangan Kurikulumdi Sekolah, vol,4 no1

Suria Priangga, Yuyun. (2021). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mathematics Research
and Development: ResearchGate. https://www.researchgate.net/profile/Ys-
Priangga/publication/354353573_PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS_PTK/li
nks/61331f46c69a4e487979ea2c/PENELITIAN-TINDAKAN-KELAS-
PTK.pdf. Diakses 20 Januari 2024.

Widayati, Ani. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jurnal pendidikan akuntansi


indonesia, 6(1).

19 |Penelitian Tindakan Kelas

Anda mungkin juga menyukai