Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi dan Olah Data Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ACTION
RESEARCH DALAM PENDIDIKAN”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah Metodologi dan Olah Data Penelitian Pendidikan .
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa dalam penulisan kami masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik, saran serta bimbingan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat. Harapan kami dengan adanya makalah yang kami buat ini dapat menambah
pengetahuan dan manfaat kepada semua pihak.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Selain bersifat partisipatif, penelitian tindakan juga bersifat kolaboratif. Hal ini dikarenakan
pada penelitian tindakan juga melibatkan guru dan peserta didik dalam proses penelitiannya.
Dalam dunia pendidikan Action Research tergolong relatif masih baru. Diawali oleh
Kurt Lewin pada tahun 1940 an, yang menyimpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan
suatu proses yang memberikan kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir reflektif,
diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi dalam
penelitian kolektif dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam
kegiatannya, Sukmadinata (2012).
Dalam pengertian lain mengenai metode penelitian tindakan dapat disebut juga
sebagai suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama antara peneliti dan Decision
maker tentang variabel - variabel yang dapat dimanipulasikan dan dapat segera digunakan
untuk menentukan suatu kebijakan. Maka dalam hal ini penelitian tindakan (Action Research)
menjadi suatu hal pokok dalam pendidikan karena didalamnya merupakan usaha untuk
menginterpretasikan pada kegiatan yang memiliki urgensi evaluasi dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai penelitian tindakan (Action Research)
dan membahas secara teori mengenai penelitian tindakan (Action Research) dalam
pendidikan.
2
1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah yang sudah dijelaskan diatas adapun Tujuan dari
penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Action Research
2. Untuk mendeskripsikan karakteristik Action Research dalam pendidikan
3. Untuk menjabarkan tujuan dan manfaat Action Research dalam pendidikan
4. Untuk mengetahui prinsip action research dalam pendidikan
5. Untuk menganalisis model-model pelaksanaan Action Research dalam pendidikan
6. Untuk menganalisis langkah-langkah desain Action Research dalam pendidikan
7. Untuk mengetahui penerapan action research pada masa kurikulum merdeka
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Action Research
Pada awalnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan
untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk pendidikan). Penelitian
tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis. Hasil kajian ini
dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk
mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan
dengan observasi dan evaluasi. Dalam bidang pendidikan, penelitian tindakan dimaksudkan
untuk menguji praktik pendidikan secara sistematis dan hati-hati dengan menggunakan teknik
tertentu berdasarkan asumsi bahwa penyelenggaraan pendidikan akan menjadi semakin baik
jika dilakukan kajian mendalam untuk mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Istilah action research di deferensiasi dari pengertian-pengertian berikut, Menurut
Sukmadinata (2012) Ada dua teori yang melandasi penelitian tindakan. Pertama penelitian
tindakan yang merujuk pada teori kritis yang bersumber pada aliran postmodernism. Dari teori
tersebut melahirkan penelitian tindakan kritis (critical action research). Kedua penelitian yang
kedua menekankan proses tindakan. Lebih bersifat praktis dan aplikatif yang kemudian
melahirkan penelitian tindakan praktis (practical action research).
Sementara itu, Menurut Arikunto (2012:3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Menurut Prof. Supardi tahun
2006 dalam Jalil (2014:5) mengutip Mc Niff yang memandang bahwa PTK merupakan sebuah
bentuk penelitian reflektif yang dilakukan pendidik (guru) itu sendiri terhadap kurikulum,
perkembangan sekolah, meningkatkan hasil belajar, pengembangan keahlian mengajar dan
sebagainya.
Kurniasih dan Berlin (2014:3) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang
bersifat kasuistik dan berkonteks pada kondisi, keadaan dan situasi yang ada di dalam kelas
yang dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi guna
meningkatkan kualitas pembelajaran didalam kelas. Dari beberapa pengertian para ahli,
disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu salah satu penelitian yang menjadi
4
upaya untuk mengamati dan mengumpulkan informasi dalam kegiatan pembelajaran, melalui
sebuah tindakan (treatment) secara sengaja dimunculkan guru sebagai refleksi diri dalam
rangka perbaikan serta meningkatkan hasil pembelajaran siswa kearah yang positif.
Dilaksanakan demi meningkatkan kualitas tindakan di dalam kelas yang terdiri dari beberapa
siklus dan tahapan dilaksanakan oleh guru atau peneliti untuk kepentingan peningkatan
kualitas guru ataupun manajemen pembelajaran di dalam kelas.
Berdasarkan cakupan permasalahannya, seorang guru akan dapat menemukan
penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK
dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tugas utama dengan pelaksanaan tugas
utama guru yaitu mengajar didalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan
demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat
masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK,
diharapkan guru memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus sebagai peneliti.
5
4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap
proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/ pembelajaran secara
berkelanjutan.
Output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah peningkatan atau perbaikan
kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa dalam belajar dan kinerja guru mengajar di
sekolah.
2. Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas.
3. Peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber
belajar lainnya.
4. Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk
mengukur proses dan hasil belajar siswa.
5. Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
6. Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan
kompetensi siswa di sekolah.
6
yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai
kepentingan antara lain pengembangan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum tidak
bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai
hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh Guru di lapangan.
PTK dapat membantu guru untuk lebih memahami hakikat pendidikan secara empirik.
2. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel
ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung profesionalisme dan karir pendidik.
3. Mewujudkan kerjasama, kolaborasi, dan atau sinergi untuk bersama-sama memecahkan
masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
4. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau program
pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini turut
memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan peserta didik.
5. Memupuk terwujudnya proses yang menarik, menantang, menyenangkan serta melibatkan
siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran
demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk penelitian tindakan yang
diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang
dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah pembelajaran
di kelas. Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan
penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut. Karakteristik PTK yang membedakannya
dengan jenis penelitian lain menurut Rahdiyanta (2012) adalah:
7
4. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal
yang terjadi di dalam kelas.
5. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan peneliti
dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang
akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action) .
Kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru) dan peneliti (dosen atau widyaiswara)
merupakan salah satu ciri khas PTK. Melalui kolaborasi ini mereka bersama menggali
dengan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dan atau siswa. Sebagai
penelitian yang bersifat kolaboratif, harus secara jelas diketahui peranan dan tugas guru
dengan peneliti. Dalam PTK kolaboratif, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti
masing-masing mempunyai peran serta tanggung jawab yang saling membutuhkan dan
saling melengkapi. Peran kolaborasi turut menentukan keberhasilan PTK terutama pada
kegiatan mendiagnosis masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan penelitian
(tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data,
menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan hasil.
8
5. Topik yang diteliti harus menarik, nyata, mendesak akan tetapi mampu ditangani
oleh peneliti serta berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan
perubahan secara signifikan.
6. Etika dan tata krama serta peringatan-peringatan secara umum dalam penelitian
harus selalu diterapkan.tuntutan terhadap pengembangan dan peningkatan proses
pembelajaran akan menjadi tantangan sepanjang waktu oleh karena itu kegiatan
PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang menggunakan siklus berkelanjutan.
Keempat konsep tersebut dapat dihubungkan melalui diagram gambar sebagai berikut.
9
2. Model Kemmis & Tanggart
Model dari Kemmis & Tanggart merupakan pengembangan dari konsep dasar
yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Terdapat sedikit perbedaan dari kedua model
tersebut dimana pada model Kemmis & Tanggart menyatukan komponen acting
(Tindakan) dengan observing (pengamatan). Menurut Kemmis & Tanggart komponen
Tindakan dan pengamatan tidak dapat dipisahkan dikarenakan kedua kegiatan tersebut
haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Begitu berlangsung suatu kegiatan
dilakukan, observasi harus segera dilakukan. Bentuk model dari Kemmis & Tanggart
dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Model Kemmis & Tanggart pada hakikatnya berupa untaian-untaian atau perangkat-
perangkat dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,
Tindakan, pengamatan, dan refleksi. Untaian tersebut terlihat sebagai siklus. Siklus
disini memiliki artian putaran kegiatan kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
Tindakan, observasi, dan refleksi. Banyaknya siklus dalam penelitian Tindakan kelas
tergantung dari permasalahan yang diperlukan. Semakin banyak masalah yang ingin
dipecahkan maka semakin banyak pula siklus yang yang akan dilakukan. Jika ingin
mengaitkan materi pelajaran dan kompetensi dasar dan suatu penelitian Tindakan kelas
maka dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran melibatkan lebih
dari dua siklus.
10
3. Model Hopkins
yang dihadapi, seperti kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu,
melainkan yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan atau solusi alternatif dari
masalah yang dihadapi melalui tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai
berikut.
11
1. PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam
berbagai tindakan.
(menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan
tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan
siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang
tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus
12
dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran,
sebaiknya tidak kurang dari dua siklus (Alek, 2016).
Dua tahapan yaitu merencanakan dan melakukan tindakan, dengan empat langkah
utama yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru
dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai
bagian yang penting dari dunianya. Berbekalkan kejujuran dan kesadaran tersebut,
untuk mengidentifikasi kesalahannya, guru dapat mengajukan pertanyaan berikut
kepada diri sendiri (Wardhani et al., 2007):
a. Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
b. Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
c. Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
d. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan?
e. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut guru perlu merenung atau melakukan
refleksi tentang apa yang terjadi di dalam kelas. Refleksi akan efektif jika guru
mempunyai pemahaman yang tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri
sendiri. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan
bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah
berhasil mengidentifikasi masalah (Wardhani et al., 2007).
Jika masalah sudah teridentifikasi, maka muncul pertanyaan, masalah mana
yang mungkin dipecahkan melalui PTK? Apakah semua masalah layak dipecahkan
melalui PTK? Untuk menjawab pertanyaan ini, rambu-rambu berikut dapat dijadikan
pegangan. Bidang yang layak dijadikan fokus PTK adalah (Mills dalam Wardhani et
al., (2007): (a) Melibatkan kegiatan belajar mengajar, (b) Mungkin ditangani oleh
guru, (c) Sangat menarik minat guru, serta (d) Ingin diubah/diperbaiki oleh guru.
2. Menganalisis dan merumuskan masalah
13
Setelah masalah teridentifikasi, kita perlu melakukan analisis sehingga dapat
merumuskan masalah dengan jelas. Tentu saja sebelum menganalisis masalah, kita
mengumpulkan data yang terkait dengan masalah tersebut. Tanpa melakukan
analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau refleksi, dan dapat
pula mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau
daftar nilai, atau bahkan bahan pelajaran yang kita siapkan. Semua ini bergantung
dari jenis masalah yang kita identifikasi. Misalnya, jika masalah yang kita identifikasi
adalah rendahnya motivasi belajar siswa, barangkali yang harus kita analisis adalah
dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan harian kita tentang respon siswa dalam
pembelajaran, dan yang tak kalah pentingnya melakukan refleksi, sehingga kita
mendapat gambaran yang jelas tentang perilaku mengajar kita. Masalah yang
dihadapi guru mungkin sangat luas, oleh karena itu guru perlu memfokuskan
perhatiannya pada masalah yang mungkin dapat ditanggulangi dan memerlukan
prioritas untuk ditangani. Dalam hal ini perlu diingat kembali rambu-rambu
pemilihan masalah yang dapat dijadikan fokus PTK atau yang dapat dipecahkan
melalui PTK (Wardhani et al., 2007).
Alek (2016) menambahkan bahwa dalam memformulasikan masalah, peneliti
perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di
berikut:
a. Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau
nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai
aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan
metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan
pendidikan/pembelajaran.
b. Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan bahwa pemecahan dengan
model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah dilakukan
guru sebelumnya.
c. Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti eksplisit
14
dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
d. Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan
penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan
seperti kemampuan teoritis dan metodologi pembelajaran, penguasaan materi
ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk
melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga).
Oleh karena itu, menurut Wardhani et al., (2007) disarankan bagi peneliti
untuk memulai dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai
praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman
belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya. Selanjutnya, masalah
perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional agar rencana perbaikannya dapat
lebih terarah. Misalnya, masalah: tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang
dapat meningkatkan motivasi siswa? Dapat dijabarkan sebagai berikut
1. Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi
siswa?
2. Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi?
3. Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik?
4. Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang diberikan?
Dengan dirumuskannya masalah secara operasional guru sudah mulai
membuat rencana perbaikan atau rencana PTK.
3. Merencanakan PTK
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan guru perlu membuat rencana
tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan. Langkah-langkah dalam
menyusun rencana adalah sebagai berikut (Wardhani et al., 2007):
1. Merumuskan cara perbaikan
15
diskusi dengan teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman
sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun berbagai
alternatif tindakan. Selanjutnya, guru perlu mengkaji setiap alternatif, terutama
keterkaitannya dengan tujuan tindakan (perbaikan) serta kelayakan
pelaksanaannya. Akhirnya dengan mempertimbangkan hasil kajian, guru
memilih alternatif yang dianggap paling layak.
Sebagai contoh cobalah lakukan langkah berikut untuk menemukan
hipotesis tindakan bagi masalah di atas. Kaji teori tentang bahan belajar dan
tugas yang menarik, ingat-ingat pengalaman anda sebagai guru, dan perlu
berbicaralah dengan pakar pendidikan. Dari hasil kajian yang dilakukan
beberapa alternatif dapat dibuat:
1. Tugas akan berhasil dan menantang jika diberikan setiap minggu atau dua
minggu sekali.
2. Bentuk tugas yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk
mengerjakannya.
3. Tugas akan cukup menantang jika materinya diambil dari lingkungan siswa
atau diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa
4. Tugas yang diberikan akan menantang jika dikaitkan dengan bahan belajar
Cocokkan hipotesis yang anda buat dengan alternatif tersebut dan
kemudian pilih alternatif yang paling layak untuk setiap masalah.
2. Analisis kelayakan hipotesis tindakan
16
b. Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut,
misalnya jika diputuskan untuk memberi tugas setiap minggu apakah siswa
cukup mampu menyelesaikannya. Apakah malah membuat siswa menjadi
bosan.
c. Ketersediaan sarana/fasilitas yang diperlukan. Apakah sarana/fasilitas yang
diperlukan dalam perbaikan dapat diadakan oleh siswa, sekolah, atau oleh
guru sendiri?
d. Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Iklim belajar berkaitan dengan
berbagai kebiasaan guru, siswa, dan personil lain dalam menyikapi kegiatan
belajar atau kegiatan akademik, sedangkan iklim kerja berkaitan dengan
kebiasaan personil sekolah dalam menyikapi tugas-tugasnya. Dalam hal ini
guru perlu mempertimbangkan apakah alternatif yang dipilihnya akan
mendapat dukungan dari kepala sekolah dan personil lain di sekolah.
Pada tahapan ini, rancangan strategi dan RPP diterapkan. RPP tindakan harus
dilaksanakan secara konsisten dan benar. Pada PTK yang dilakukan pengajar,
pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu mulai 4 sampai dengan 6 kali
pertemuan. Waktu tersebut dianggap cukup memadai untuk menyampaikan materi
pokok/pokok bahasan dalam mata pelajaran/Matakuliah (MK) tertentu. Berikut
disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan pada
satu PTK (Alek, 2016).
1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok
bahasan: A, B,C, dan D.
2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua,
sekretaris dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok dengan cara
acak (randomly) dengan cara yang menyenangkan.
3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok
bekerja/belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam bentuk PPT
untuk selanjutnya di presentasi oleh masing-masing kelompok sebelum kegiatan
berakhir.
17
4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya
dalam pleno.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis,
kehadiran/presensi, nilai tugas, dan lain-lain). Di samping data kuantitatif, dibutuhkan
butuhkan data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian tindakan kelas (PTK) bahkan
dianggap data utama (primary data). Data kualitatif dalam hal ini, dibutuhkan untuk
menggambarkan tentang proses dan aktivitas selama tindakan berlangsung di dalam
kelas, seperti keaktifan siswa,antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan
tanggung jawab serta kemandirian. Instrumen yang umum dipakai adalah (a) lembar
observasi peserta didik/siswa; (b) rubrik; (c); dan catatan-catatan lain yang relevan
dengan aktivitas selama tindakan berlangsung (Alek, 2016).
Menurut Alek (2016), catatan selama tindakan akan sangat membantu untuk
mensupport/mendukung data terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa
selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau petunjuk petunjuk lain
yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
Selanjutnya data yang dikumpulkan hendaknya diperhatikan atau dicek untuk menjamin
keabsahan atau kesahihannya. Untuk mencapai atau mendapatkan data yang sahih atau
abash, setidaknya dapat dilakukan sebuah teknik yang paling umum digunakan untuk
tujuan ini, misalnya teknik triangulasi. Teknik triangulasi teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Lexy J.
Moleong).
18
atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari langkah atau upaya
yang telah dilakukan. Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap
keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan. Untuk maksud ini, Guru hendaknya
terlebih dahulu menentukan kriteria keberhasilan (Alek, 2016).
Menurut Alek (2016), respon siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran secara
optimal dalam waktu singkat, sulit mendapat giliran dalam diskusi kelas, tidak ada
kesesuaian antara materi diskusi dengan materi tes, dan lain-lain. Terhadap semua data
tersebut, maka guru melakukan refleksi. Misalnya diskusi kelas diubah menjadi diskusi
kelompok, lebih banyak menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi,
memberikan tugas sebelumnya kepada siswa, menunjuk secara bergiliran siswa untuk
mengerjakan tugas sekaligus dinilai secara kualitatif atau kuantitatif, hasil asesmen
didiskusikan kepada siswa sebelum pembelajaran berikutnya, sasaran belajar
dirumuskan secara realistis yang mudah diukur, dan lain-lain. Berdasarkan berbagai
informasi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam tahap ini seorang
peneliti perlu memperhatikan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen
pengumpul data. Aspek-aspek rencana tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK.
1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok
bahasan: A, B, C, dan D.
2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua,
sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topic bahasan untuk kelompok
dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.
19
3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok
bekerja/ belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk
persiapan presentasi.
4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya
dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan
sebagai hasil pembelajaran.
5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja
kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan
sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilaksanakan.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis,
presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan
keaktifan siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.
20
1. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan pertama yaitu dengan mengidentifikasi masalah pada
tahap pra PTK dengan cara menyusun rencana tindakan untuk menguji hipotesis
tindakan yang telah ditetapkan secara empiris. Rencana aksi ini mencakup semua
langkah tindakan secara rinci. Semua kebutuhan pelaksanaan PTK, mulai dari
bahan/materi ajar, rencana pembelajaran yang meliputi metode/teknik
pengajaran, serta teknik atau instrumen observasi/evaluasi, dipersiapkan dengan
matang pada tahap perencanaan ini. Menurut Alek (2016). Tahap perencanaan
tindakan dilakukan sebagai berikut:
a. Meminta izin kepada kepala sekolah dan guru kelas X MAN 1 Soppeng.
b. Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas
sebelumnya.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan
kurikulum
d. Pembelajaran Merdeka dengan model PjBL dengan 2 siklus dan setiap siklus
selama dua kali pertemuan.
e. Membuat penelitian
2. Tindakan
Tahapan ini merupakan implementasi (implementation) dari semua rencana
yang telah dibuat. Aliran dari penelitian ini menggunakan model Kemmis &
McTaggart. Pada tahap ini penerapan pembelajaran model PjBL dilakukan pada
materi Statistika oleh guru yang berlangsung di dalam kelas. Penelitian
dilakukan dalam dua siklus. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru tentunya
mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa
peningkatan efektifitas keterlibatan kolaborator hanya untuk membantu peneliti
agar dapat mempertajam refleksi dan evaluasi yang dilakukannya di lapangan.
apa yang terjadi di kelasnya. Dalam proses refleksi ini semua pengalaman,
pengetahuan, dan teori belajar dikuasai dan relevan (Corey, 1949).
3. Pengamatan
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data
yang terkumpul pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana
21
yang telah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran yang
dikumpulkan dengan bantuan instrumen observasi yang dikembangkan oleh
peneliti. Pada tahap ini perlu dipertimbangkan penggunaan beberapa jenis alat ukur
penelitian untuk kepentingan triangulasi data. Pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan dengan wawancara, observasi, dan tes (Priyono, 2002).
4. Refleksi
Tahapan ini merupakan tahapan untuk mengolah data yang diperoleh selama
observasi. Data yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dan dicari
penjelasannya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses review data ini
dimungkinkan untuk melibatkan pihak luar sebagai kolaborator. Keterlibatan
kolaborator hanya untuk membantu peneliti agar mampu lebih tajam dalam
melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini, semua pengalaman,
pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan dengan tindakan
kelas sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat
ditarik kesimpulan yang kokoh dan valid. Proses refleksi ini memegang peranan
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan PTK (Alek, 2016).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
berbasis proyek pada siswa kelas XII mata pelajaran statistika dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat berdasarkan skor rata-rata hasil
belajar ranah kognitif pada siklus I sebesar 57,12% meningkat menjadi 82,88%
pada siklus II, skor rata-rata hasil belajar ranah psikomotorik pada siklus I
meningkat sebesar 53,65%. menjadi 84,61%, dan skor rata-rata hasil belajar pada
ranah afektif pada siklus I sebesar 72,5% meningkat menjadi 83,85%.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Alek. (2016). Classroom Action Research dalam Pendidikan Bahasa - Teori Desain Praktik. Jakarta:
UIN Jakarta Press.
Arikunto, S . Suhardjono. Supardi, (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara
Corey, S.M. 1949. Action reasearch, fundamental reaserch, and educational practises. Teacher's
College Record, VoL50., halaman 509-4.
Cresswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative
and Qualitative Research. 3rd edition. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall.
Komang T. Dewa et al., (2004). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Ditjen Pendidikan Tinggi.
Kurniasih Imas dan Berlin Sani. (2014). Teknik dan Cara Mudah Memuat Penelitian Tindakan
Kelas Jakarta: Kata Pena.
Priyono, Andreas. (2002). Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom-
Based Action Research). Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Kantor Wilayah
Depdiknas Provinsi Jawa Tengah.
Rahdiyanta, Dwi. (2012). Seminar Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru SMK. Yogyakarta:
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Sukmadinata, N.,S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Wardhani, IGAK., et al. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
24