Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PARADIGMA DAN HAKIKAT PENELITIAN DALAM KELAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Dosen pengampu:
Zainal Abiidin, M.Pd.I

Disusun oleh:

Dinda Fauziah Zahra (0309171027)


Elma Sintia (0309171028)
Faradika Oktavia (0309172042)
Fitriani (0309171146)
Mutiara Sari Lubis (0309172083)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN PELAJARAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah
nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Paradigma dan Hakikat Penelitian
dalam Kelas ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami paradigma
penelitian di kelas yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber.
Penyusun membuat makalah ini dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
            Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kekurangan. Penyusun mohon untuk kritik dan sarannya.

Medan, 7 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan pada generasi maka perlunya


dilakukan yang namanya penelitian. Penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Supaya penelitian dapat
menghasilkan informasi yang akurat, maka peneliti perlu menggunakan metode penelitian
yang tepat. Metode penelitian secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu metode
kuantitatif, kualitatif, dan metode R dan D (research and development).

Guru memiliki kemampuan untuk membimbing, menciptakan, mengenali potensi dan


melatih mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan ini maka dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan salah satu penelian yang menggunakan metode
kuantitatif. Dibidang pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. PTK berkembang
sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran dikelas.

Sehingga PTK dapat diartikan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah


actual yang dihadapi oleh guru di lapangan, atau tindakan yang dilakukan guru sekaligus
peneliti dikelas dengan jalan merancang, melaksanakan dan merekfleksikan tindakan dengan
tujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas melalui tindakan
tertetu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka untuk


memudahkan pembahasan, kami buat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas?
2. Bagaimana sejarah perkembangan penelitian tindakan kelas?
3. Bagaimana prinsip penelitian tindakan kelas?
4. Apa saja karakteristik dari penelitian tindakan kelas?
5. Apa tujuan dan manfaat dari penelitian tindakan kelas?
6. Bagaimana asas-asas penelitian tindakan kelas?
7. Persyaratan apa saja yang diperlukan agar penelitian tindakan kelas berhasil?
8. Apa perbedaan antara penelitian tindakan kelas dengan penelitian non tindakan kelas?
9. Apa kelebihan dan kelemahan penelitian tindakan kelas?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa/pembaca tahu tentang:

1. Pengertian penelitian tindakan kelas


2. Sejarah perkembangan penelitian tindakan kelas
3. Prinsip penelitian tindakan kelas
4. Karakteristik penelitian tindakan kelas
5. Tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas
6. Asas-asas penelitian tindakan kelas
7. Persyarat agar penelitian tindakan kelas berhasil
8. Perbedaan antara penelitian tindakan kelas dengan penelitian non tindakan kelas
9. Kelebihan dan kelemahan penelitian tindakan kelas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Di dalam literature berbahasa Inggris, PTK dikenal dengan istilah classroom action
research, yang disingkat CAR. PTK atau CAR menjadi perhatian para ahli pendidikan dunia,
seiring dengan perubahan pola pandang masyarakat terhadap tugas pendidikan sebagai
profesi yang tidak lagi inferior. Para praktisi pendidikan dunia berupaya memposisikan
pekerjaan guru sebagai profesi yang sejajar dengan profesi-profesi yang lainnya.

Menurut Suyanto, 1997:4, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara professional.

Mc Niff, seperti yang dikutip oleh Suyatno (1997), memandang PTK sebagai bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri, hasilnya dapat digunakan sebagai alat
untuk pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, dan pengembangan keahlian
mengajar. 1

Hopkins (1993) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang
dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-
tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi
dalam peraktik pembelajaran.

Kemmis dan Mc.Taggart (1988) PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki
diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan
dilaksanakan dengan sikap mawas diri.

Kunandar (2008) PTK merupakan pelitian tindakan yang dilakukan oleh guru
sekaligus peneliti dikelas atau bersama-sama dengan orang lain (kalaborasi) dengan jalan
merancang, melaksanakan dan merekfleksikan tindakan dengan tujuan memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas melalui tindakan tertetu dalam suatu siklus.2

1
Mahmud, Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktek (Bandung: Tsabita, 2008) H,19-21
2
Dini Siswani Mulia, PTK dengan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal dan Penulisan Artikel Ilmiah di SD
Negeri Kalisube, Banyumas, (Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2016)
Dari berbagai pendapat tentang PTK, maka dapat disimpulkan bahwasannya PTK
ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif, terhadap berbagai tindakan
yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti guna meningkatan kualitas
pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru tersebut.

B. Sejarah Perkembangan Penelitian Tindakan Kelas

Cikal bakal lahirnya penelitian tindakan kelas (PTK) dapat ditelusuri dari awal
penelitian dalam ilmu pendidikan yang diinspirasi melalui pendekatan ilmiah yang di
advokasi oleh filsuf John Dewey (1910) dalam bukunya How We Think dan The Source of a
Science of Education (Supardi, 2002:101). Pendekatan ilmiah yang dianut Dewey sangat
ideal, namun pendekatan demikian tidak mampu menyelesaikan masalah social menjadi
sebuah inkuiri social maupun kependidikan yang merupakan sebuah upayah kalaboratif
dengan munculnya suatu kebutuhan yang mendesak dalam ilmu pendidikan yang lebih
memfokuskan pada masalah praktif bukan pada teori. Kebutuhan terhadap sebuah upaya
kalaboratif dalam menyibak tabir pendidikan semakin hari dirasakan semakin mendsak.

Perkembangan selanjutnya mengenai PTK digagas oleh seorang psikologi social


Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Gagasan Lewing dikembangkan oleh
ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, Jonh Elliot dan Dave Ebbut dan
sebagainya. Lewin mendirikan lembaga riset The Research Center For Group Dinamics di
Massachusset Institute of Tecnology. Lewin menggunakan istilah action research dalam
upayah memecahkan persoalan di masyarakat. Dalam risetnya, Lewin menekankan
pentingnya kerjasama dalam mengumpulkan data social. 3

Action research dikembangkan Kurt Lewin dengan tujuan untuk mencari


penyelesaian terhadap problem social, seperti pengangguran atau kenakalan remaja yang
dikembangkan di masyarakat. Action research diawali oleh suatu kajian terhadap suatu
problem secara sistematis.

Hasil kajian ini kemudian dikembangkan sebagai dasar untuk menyusun suatu
rencana kerja sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan
dan rencana kerja yang telah disusun, dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang hasilnya
digunakan sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat tahapan
pelaksanaan. Hasil dari proses refleksi ini, melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan
rencana tindakan selanjutnya.
3
Rusydi Ananda dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Citapustaka Media, 2015) h,1
Menurut Lewin, action research dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu: (1)
penelitian kompratif yang membandingkan kondisi dan pengaruh dari berbagai ragam
tindakan social, dan (2) penelitian yang merespon konflik-konflik social tertentu dan
mengarahkannya pada tindakan social. Pengetahuan (teori) tentang tindakan social dapat
dikembangkan dari hasl pengamatan terhadap tindakan dalam konteks.

Riset tindakan Lewin secara umum menggunakan langkah spiral yang terdiri dari
planning, action, observation, reflection, dan planning act. Riset tindakan bukan hanya
membantu manusia dan organisasi bersikap terhadap dunia luar, tetapi juga membantu
mengubah dan berefleksi tentang sistemnya sendiri. Riset tindakan bukan hanya akan
mengembangkan suatu organisasi keluar, tetapi juga mengembangkan kedalam (Suparno,
2008:11).

Dekade 50-an Stephen Corey mengembangkan action research dalam dunia


pendidikan dengan melibatkan guru, supervisor, orang tua dan administrator sekolah. Corey
menyatakan bahwa metode penelitian ilmiah kuantitatif kurang memberikan sumbangan
nyata pada praktek pendidikan dan sebagian besar peneliti kependidikan hanya sampai pada
generalisasi tanpa diikuti tindakan dari hasil penelitiaanya. Dalam penelitian tindakan,
perubahan-perubahan dalam praktek pendidikan sangat mungkin terjadi, sebab pengajar,
pengawas dan tenaga kependidikan lainnya terlibat langsung dalam penelitian dan
mengaplikasikan temuannya. Selanjutnya Corey, menjelaskan bahwa manfaat penelitian
tindakan dalam pendidikan terletak pada asfek peningkatan kualitas praktek kependidikan.
Generalisasi yang dihasilkan dari penelitian tindakan sangat tepat untuk diterapkan pada
situasi penelitian itu sendiri, bukan yang lebih luas. 4

Tahun 1957, Hodgkinson menyapaikan beberapa kritik terhadap penelitian tindakan.


Menurutnya, praktisi pendidikan kurang akrab dengan teknik-teknik dasar penelitian dan
penelitian bukan merupakan pekerjaan amatiran. Guru tidak memiliki cukup waktu untuk
melakukan penelitian dan waktu yang mereka gunakan untuk penelitian sering dikacaukan
dengan kegiatan pengajaran yang dilakukannya.

Riset tindakan juga diadopsi dalam dunia pendidikan pada awal decade 70-an di
Inggris bertepatan dengan munculnya gerakan”guru sebagai peneliti “teacher-
reseachers”yang dikembangkan Lawrence Stenhouse. Stenhouse membantu guru
mengembangkan peran guru sebagai peneliti. Guru diajak berefleksi secara kritis dan

4
Ibid, h,2
sistematis tentang praktek mengajar sehingga dapat membangun teori kurikulum sendiri.
Guru harus menjadi ahli dalam bidangnya lewat penelitian terhadap tindakannya sendiri
sebagai upaya melihat persoalan dan mencari pemecahan tentang persoalan yang ditemui.

Akhir decade 70-an dan awal decade 80-an di Amerika Serikat juga muncul keinginan
mewujudkan riset tindakan dengan melakukan kalaborasi sehingga dengan demikian mampu
mengembangkan profesionalisme pendidikan dan tenaga kependidikan. Tahun 1972-1973
John Elliot dan Adelman memimpin sebuah proyek penelitian pembelajaran yang melibatkan
sekitar 40 guru sekolah dasar dan sekolah menengah. Dalam penelitian tersebut disusun
hipotesis yang dikaitkan dengan upaya meningkatkan dan memperbaiki proses pengajaran
guru peneliti penelitian praktis dan penelitian tindakan. Sekitah tahun 1980, proyek John
Elloit melakukan kajian yang berfokus pada penelaahan kesenjangan antara mengajar yang
seharusnya dengan mengajar pada praktik.

Pada tahun 1976, di Universitas Cambridge didirikan jaringan penelitian tindakan


kelas yang dinamai dengan classroom action research, Gideonse (1983) dalam Suparrdi
(2002:101) menjelaskan bahwa perlu dilakukan restorasi terhadap pendekatan penelitian
sehingga penelitian tindakan merupakan suatu investigasi terkendali terhadap berbagai faset
pendidikan dan pembelajaran dengan cara reflektif dan sistematis. Dukungan kalaboratif
semakin meluas sehingga dikenal dengan suatu penelitian tindakan kelas (classroom
research). 5

Perkembangan PTK semakin meluas dibelahan dunia ini termasuk di Indonesia mulai
dikenal pada akhir decade 80-an. Di Indonesia, PTK mulai digerakan pada waktu upaya-
upaya perbaikan mutu pendidikan dimulai dengan renovasi ditingkat pendidikan guru sekolah
dasar seperti PGSD, kemudian meluas kekalangan guru-guru sekolah menengah (SLTP) dan
SMA terutama yang belajar melalui program-program studi Ke-SD an dan regular pada
Program Pascasarjana LPTK seperti di IKIP Jakarta, Bandung, Malang, dan lainnya dalam
decade tahun 1990-an.

Saat ini PTK banyak dilakukan para tenaga pengajar sebagai upaya pemecahan
masalah dan peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran. Jenis penelitian ini bermanfaat
bagi tenaga pengajar dalam rangka meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.
Melalui PTK tenaga pengajar dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya
5
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014) h,24
sendiri. Disamping itu laporan PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mendapatkanangka
kredit dalam kepangkatan karirnya sebagai pendidik.

C. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Sebelum guru bertindak sebagai peneliti untuk menyelesaikan masalah di kelas, perlu
memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan kelas,
seperti pemahaman terhadap prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila berminat dan akan
melakukan penelitian tindakan kelas. Prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas menurut
Arikunto, dkk (2008:6-8), adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan kelas dilakukan tanpa mengubah situasi rutin. Maksudnya, jika
penelitian dilakukan dalam situasi lain, maka hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi
dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam siituasi wajar. Oleh
karena itu, penelitian tindakan kelas tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah
jadwal yang sudah ada. Dengan demikian, apabila guru akan melakukan beberpakali
penelitian tindakan kelas, tidak menimbulkan kerepotan bagi kepala sekolah dalam
mengelola sekolahnya. 6

b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

Penelitian tindakan kelas didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak
suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan
diri untuk hal yang lebih baik, ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi
sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang
datang susul menyusul. Dengan kata lain, penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada
paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati,
karena menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan
belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan penelitian tindakan kelas
karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan
dan sesudah itu tentunya ingin melakukukan perbaikan.

c. SWOT sebagai dasar berpijak

6
Syafaruddi, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (Medan: Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara) h, 158-
159
Penelitian tindakan kelas harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri dari
unsur Strength (kekurangan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan
Threat (ancaman).

d. Upaya empiris dan sistemik

Mengikuti prinsip analisis swot berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait
dengan pengalamn) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan
sistem objek yang sedang digarab. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang keterkaitan
didukung oleh unsur-unsur yang kait mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru,
harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal
pembelajaran, dan lainnya yang berkaitan dengan cara baru yang diusulkan.

e. Prinsip SMART dalam perencanaan

Smart dalam bahasa inggris artinya cerdas. Dalam proses perencanaan, SMART
merupakan singkatan dari specific (khusus), manageable (mudah dilakukan), Acceptable
(dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan), realistic (tidak menyimpang dari
kenyataan), time bound (jangka waktu tertentu). 7

D. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas


pembelajaran di kelas. Ciri khas PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai
bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah. Tindakan tersebut
dilakukan pada situasi alami serta ditunjukan untuk memecahkan masalah praktis. Tindakan
yang diambil merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu.
Tindakan dalam PTK dilakukan dalam suatu siklus kegiatan.

Terdapat sejumlah kegiatan yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan


penelitian pada umunya, antara lain sebagai berikut:

1. PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah


dalam pembelajaran di kelas, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas
pemecahan masalah tersebut.
7
Ibid, h.160
2. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui
aktivitas berfikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis
dan membuat catatan.
3. Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian
teoritik atau dan penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan
nyata dan aktual (yang terjado saat ini) dalam pembelajaran di kelas. PTK
berfokus pada pemecahan masalah praktis bukan masalah teoretis.
4. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
5. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah)
dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan
(action)
6. PTK dilakukan hanya apabila :
a) Ada keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangkan
b) Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru
c) Alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan
d) Bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya
pemecahan masalah.

Kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru) dan penelitian merupakan salah satu ciri
khas PTK. Melalui kolaborasi ini mereka bersama menggali dan mengkaji permasalahan
nyata yang dihadapi oleh guru dan siswa. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, maka
harus jelas diketahui peranan dan tugas guru dengan peneliti. Dalam PTK
kolaboratif,kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai
peran serta tanggung jawab yang saling melengkapi. 8

Dalam praktiknya, boleh saja guru melakukan PTK tanpa kolaborasi dengan peneliti.
Dalam hal ini guru berperan sebagai peneliti sekaligus sebagai praktisi pembelajaran. Guru
profesional seharusnya mampu mengajar sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti ini, maka
guru melakukan pengamatan terhadap dari sendiri ketika sedang melakukan tindakan
(sugarsini 2002). Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan diri secara obyektif
agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar. Melalui PTK, guru sebagai peneliti
dapat:
8
Masnur Muslich, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2013)h.170
1) Mengkaji/ meneliti sendiri praktek pembelajarannya
2) Melakukan PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya
3) Mengkaji permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami,
4) Melakukan kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan
melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan
nyata guru dalam pengembangan profesinya.

Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna
memperbaiki atau meningkatkan kualitas peroses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci
tujuan PTK antara lain:

1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di
sekolah
2) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainya dalam mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas
3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidkan
4) Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta
sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan / pembelajaran secara
berkelanjutan.9

Output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah peningkatan atau perbaikan
kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Perbaikan atau peningkatan kinerja guru di kelas


2) Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajarandi kelas
3) Peningkatan atau perbaikan cara belajar siswa
4) Peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu beljar dan
sumber belajar lainya.
5) Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan
untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
6) Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah oendidikan anak di sekolah
9
Ibid, h,168
7) Peningkatan dan perbaikan kualitas dan penerapan kurikulum dan pengembangan
kopetensi siswa di sekolah.

Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapat dicapai melalui PTK, terdapat
sejumlah manfaat yang dapat dipetik seperti menginovasikan pembelajaran, mengembangkan
kurikulum di sekolah, serta meningkatkan keprofesionalan guru.10 Selain itu terdapat manfaat
lain dari PTK antara lain sebagai berikut:

1) Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi


para pendidik (guru) untuk meningkatkan kualirtas pemelajaran. Selain itu
hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel inmiah
atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum
ilmiahdan dimuat di jurnal ilmiah.
2) Menumbuhkan kembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan
menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung
profesionalisme dan karir pendidik.
3) Mewujudkan kerja sama, dan atau sinergi antar pendidik dalam satu sekolah
ata beberapa sekolah untuk sama-sama memecahkan masalah dalam
pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran
4) Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikuluk atau
program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan
kelas. Hal ini turut memperkuat relevasi pembelajaranbagi kebutuhan peserta
didik.
5) Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, ketertarikan, kenyamanan, dan
kesenangan siswa dalam mengikuti prosespembelajaran di kelas. Di samping
itu hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
6) Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang,
nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, mode, teknik
dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan
dipilih secara sungguh.

F. Asas-Asas Penelitian Tindakan Kelas


Terdapat asas dalam proses pelaksanaan PTK seperti:
1. Asas reflektif
Sumini, Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Profesi Guru ( Yogyakarta: FKIP- Universitas Sunata
10

Dharma)
PTK tidak berangkat dari keinginan peneliti untuk membuktikan sesuatu, akan tetapi
berangkat dari semangat untuk memperbaiki kinerja guru itu sendiri. Melakukan
refleksi adalah langkah utama dan pertama dalam menemukan berbagai kelemahan
yang dilakukan oleh guru itu sendiri, misalnya dengan menelaah hasil observasi,
wawancara dan mungkin menelaah hasil tes.11
2. Asas koloboarif
Minimal ada tiga kelompok penting dalam melakukan PTK, yakni guru itu sendiri
yang melakukan tindakan, observer, yaitu orang-orang yang bertindak sebagai
pengamat untuk memberikan masukkan pada guru selama tindakan dilakukan, serta
siswa itu sendiri sebagai kelompok belajarnya tanggung jawab guru.
3. Asas risiko
Asas risiko yaitu guru sebagai peneliti harus berani menanggung berbagai
kemungkinan yang terjadi, yakni:
a. Risiko kegagalan tindakan yang dilakukannya, yakni manakala hipotesis yang
diajukan tidak diterima
b. Adanya tuntutan melakukan tindakan tertentu dari berbagai pihak misalnya
dari orangtua atau pimpinan sekolah
c. Ada kejadian-kejadian di luar dugaan dan perhitunga peneliti.
4. Laporan menyeluruh
Semua aspek yang terjadi sebelum, selama, dan sesuadah PTK perlu disusun dan
dilaporkan secara utuh, sehingga pembaca laporan dapat memahaminya secara utuh
pula. Hal ini berbeda dengan laporan penelitian yang lain.
G. Syarat-Syarat Agar PTK Berhasil

Keberhasilan PTK sangat banyak ditentukan factor yang saling kait mengait. Syarat-
syarat agar PTK berhasil adalah sebagai berikut.

No Syarat-Syarat Agar PTK Berhasil

11
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013) h, 39-40
1. Peneliti, kolabolator, harus punya tekad dan komitmen untuk mengingatkan
kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan mereka
dalam seluruh kegiatan PTK secara professional.
2. Peneliti dan kolaborator menjadai pusat penelitian sehingga di tuntut untuk
bertanggung jawab atas peningkatan yang di capai.
3. Tindakan yang dilakukan hendaknya di dasarkan pada pengetahuan baik
pengetahuan konseptual, dan tinjauan pustaka, maupun pengetahuan teknis
procedural, yang diproleh oleh refleksi kritis dan dipadukan dengan
pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka ( hasil penelitian tindakan ).
Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika didukung dengan keterbukaan
dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran mengakui kelemahan
4. atau kekurangan diri.
PTK melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan
5. melalui tindakan yang disadari dalam yang ada dengan seluruh kerumitanya.
Penelitian melakukan pemantauan secara sistematik agar mengetahui dengan
6. mudah arah dan jenis perbaikan, yang sedang dilakukan.
Penelitian perlu membuat deskripsi outentik objektif ( bukan penjelasan )
tentang tindakankan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman
video and Audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku dan refleksi dan
7. observasi pribadi dan riwayat fiksional.12
Penelitian perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi
autentik tersebut diatas, yang mencakup (a) identifikasi makna-makna yang
mungkin di proleh (dibantu) wawasan teoretik yang relevan, pengaitan dengan
penelitian lain (misalnya lewat tinjauan pustaka dimana kesetujuan dan
ketidak setujuan dengan fakar lain perlu dijelaskan), dan konstruksi model
(dalam kontes praktik terkait) bersama penjelasanya; (b) mempermasalahkan
deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan
evaluasi terhadap hasilnya; (c) teorisasi yang dilahirkan dengan memberikan
8. penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu.
Penelitian perlu menyajikan hasil laporan PTK dalam berbagai bentuk
termasuk (a) tulisan tentang hasil refleksi diri, bentuk catatan harian dan
dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (b) percakapan tertulis yang
diologis, dengan gambaran yang jelas dengan proses percakapan tersebut; (c)
12
Masnur Muslich, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2013)h, 173-174
9. narasi dan cerita; dan (d) bentuk visual seperti diagram, gambar dan grafik.
Penelitian perlu memvalidasi pernyataan penelitian tentang keberhasilan
tindakan peneliti lewat pemeriksaan kritis lewat pencocokan pernyataan lewat
bukti ( data mentah) baik dilakukan sendiri baik bersama teman (validasi diri)
meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai
perbaikanya (valid sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam
suatu seminar (valid publik). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras
satu sama lain karena semuanya berdasarkan terhadap pernyataan dan data
mentah. Jika ada perbedan, pasti ada sesuatu yang masih ahrus dicermati
kembali.

H. Perbedaan Antara PTK dan Non PTK

Menurut Salakim 2007 (http//www. Msaifunsalakim, blogspot.com) perbedaan non


PTK dengan PTK adalah:

1. Adanya kritik refleksi, yang merupakan sebuah langkah yang berusaha


mengoptimalkan upaya refleksi teradap pengamatan mengenai latar ( tempat, waktu,
dan suasana) dan kegiatan dalam suatu perbuatan.
2. Adanya kritik dealektis yang mengharapkan guru bersedia melakukan kritikan
terhadap phenomena atau gejala-gejala yang ditelitinya yang selanjutnya guru tersebut
melakukan pemeriksaan terhadap konteks hubunganya secara menyeluruh yang
merupakan satu unit dan merupakan satu struktur kontradiksi internasiaonal. 13
3. Adanya kolaboratif yang menghadirkan suatu kerja sama yang baik dengan pihak-
pihak lain seperti kepala sekolah, sesama guru, dan sebagainya.
4. Adanya resiko yaitu saat melakukan PTK seorang guru dituntut berani mengambil
resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin
akan dialaminya adalah melesetnya perkiraan dan hipotesis awal dan adanya tuntutan
untuk melakukan transpormasi ( perubahan-perubahan kearah yang lebih baik).
5. Adanya internalisasi teori atau praktek yang lebih menekankan keberadaan teori yang
hanya di peruntukan untuk praktik, begitupula untuk selanjutnya sehingga keduanya
dapat digunakan dan dikembangkan secara bersama.

13
Ibid, h,172
Sedangkan menurut Ridwan (2005) perbedaan Non PTK dengan PTK adalah sebagai
berikut:

Non PTK PTK


1. Diilakukan oleh pihak luar 1. Dilakukan oleh guru
2. Ketat oleh syarat-syarat formal, 2. Fleksibel terhadap subjek penelitian
seperti ukuran sampah, populasi
harus representative
3. Instrument dikembangkan hingga 4. Tak menggunakan analisis statistic
valid dan reliable yang rumit
5. Mensyaratkan hipotesis 5. Tak menggunakan hipotesis
penelitian, kecuali hipotesis tindakan
6. Tidak langsung memperbaiki 6. Dapat memperbaiki praktek/ proses
praktek/ proses pembelajaran pembelajaran secara langsung
7. Diarahkan pada generalisasi 7. Tidak diarahkan ke generalisasi

I. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas


A. Kelebihan PTK
1. PTK tidak dilaksanakan oleh seorang saja akan tetapi dilaksanakan secara kolaboratif
dengan melibatkan berbagai pihak antara lain guru sebgaia pelaksana tindakan
sekaligus sebagai peneliti, observasi baik yang dilakukan oleh guru lain sebagai teman
sejawat atau oleh orang lain,ahli peneliti yang biasanya orang-orang LPTK dan siswa
itu sendiri.
2. Kerja sama sebagai cirri khas dalam PTK, memungkinkan dapat menghasilkan
sesuatu yang lebih kreatif dan inovatif, sebab setiap yang terlibat memiliki
kesempatan untuk memunculkan padangan-pandangan kritisnya.
3. Hasil atau simpulan yang diperoleh adalah hasil kesepakatan semua pihak khususnya
antara guru sebagai peneliti dengan mitranya.
4. PTK, berangkat dari masalah yang dihadapi guru secara nyata, dengan demikian
kelebihan PTK adalah hasil yang diperoleh dapat secara langsung diterapkan oleh
guru.
B. Kelemahan PTK
1. Keterbatasan yang berkaitan dengan aspek peeliti atau guru itu sendiri. Banyak guru
yang beranggapa bahwa tugas mereka terbatas pada pelaksanaan mengajar mereka
tidak dibekali dengan kemampuan kemampuan berpikir ilmiah, sehingga dalam
pelaksanaan PTK tidak secara otomatis dapat dilakukan.
2. PTK adalah peneliti yang berangkat dari masalah praktis yang dihadapi oleh
guru,dengan demikian simpulan yang dihasilkan tidak bersifat universal yang berlaku
secara umum.
3. PTK adalah penelitian yang bersifat situasional dan kondisional, yang bersifat
longgar, kadang-kadang tidak menerapkan prinsip-prinsip metode ilmiah secara
ajek.14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran dikelas secara professional. Objek yang menjadi focus penelitian tindakan kelas
ini adalah siswa, guru, peralatan belajar, hasil belajar, lingkungan dan pengelolaannya.

Dari pengertian PTK, maka telah terlihat jelas bahwa tujuan PTK untuk memperbaiki
pembelajaran. Dengan adanya PTK diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi
lebih baik. PTK juga memiliki manfaat yang sangat banyak, khususnya untuk para guru yaitu
memudahkan para guru dalam mengembangkan proses belajar mengajar dikelas. Berdasarkan

14
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013) h, 37-38
pengetahuan tentang teori belajar dan mengajar yang sesuai dengan bidang studi, guru dapat
dengan mudah mengembangkan teknik, metode ataupun pendekatan yang akan terus guru
kaji untuk melihat keefektivitasan dikelas.

B. Saran

Diharapkan dengan selesainya makalah ini semoga dapat dijadikan suatu sumber
informasi dan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat membantu pendidik
dalam memperbaiki mutu pendidikan dan mempermudah penyeklesaian masalah yang
dihadapi peserta didik. Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan. Oleh karena itu, kami menerima semua kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah yang akan dibuat selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Daftar Pustaka

Ananda Rusydi dkk. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Citapustaka Media.

Mahmud. (2008). Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktek. Bandung: Tsabita.

Muslich Masnur. (2013). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.

Sanjaya Wina. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Sumini, Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Profesi Guru . Yogyakarta: FKIP-
Universitas Sunata Dharma.
Siswani Mulia Dini. (2016). PTK dengan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal dan
Penulisan Artikel Ilmiah di SD Negeri Kalisube, Banyumas. Jurnal Ilmiah Pendidikan.
Syafaruddi. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Medan: Fakultas Tarbiyah IAIN
Sumatera Utara.
Wiriaatmadja Rochiati. (2014). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai