Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS FUNGSI BAB II PADA PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Dosen Pembimbing:
Azmil Hasan Lubis, M.Pd

Disusun Oleh:
Suci Lestari ( 190209171 )
Miftahul Jannah ( 190209167 )
Sintia Fitri ( 190209166 )
Fadlia ( 190209168 )

PRODI PENDIDIKAN GURU MADARASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Analisis Fungsi Bab II
Pada Penelitian Tindakan Kelas”. Shalawat beserta salam tidak lupa kami sanjungkan kepada
junjungan alam Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarganya.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas kelompok semester 5, sesuai dengan ketentuan
yang telah diberikan oleh bapak Azmil Hasan Lubis, M.Pd.. Sebagai dosen pembimbing mata
kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk perbaikan makalah ini agar bisa lebih baik.
Semoga makalah ini bermanfaat. Kami selaku penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan
dalam penyusunan makalah ini.

Penulis

DAFTAR ISI

i
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB II : PEMBAHASAN
A. Komponen-Komponen BAB II Pada Penelitian Tindakan Kelas
B. Fungsi BAB II Pada Penelitan Tindakan Kelas
C. Konsep Penelitian Yang Relevan Pada BAB II Penelitian Tindakan Kelas
D. Teknik Menyusun Kajian Teori Pada Penelitian Tindakan Kelas
E. Teknik Menyusun Kerangka Pikir Pada Penelitian Tindakan Kelas
F. Teknik Menentukan Hipotesis Pada Penelitian Tindakan Kelas

BAB III
A. Kesimpupan
B. Saran

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Langkah-langkah dalam PTK merupakan Satu daur atau siklus yang terdiri dari:
1. Merencanakan perbaikan,
2. Melaksanakan tindakan,
3. Mengamati, dan
4. Melakukan refleksi.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk
meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (guru) mencoba
dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang
diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian
secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah kaidah penelitian
tindakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen-komponen bab 2 pada penelitian tindakan kelas ?
2. Apa fungsi bab 2 pada penelitian tindakan kelas
3. Bagaimana Teknik Menyusun Kajian Teori Pada Penelitian Tindakan Kelas
4. Jelaskan bagaimana Konsep Penelitian Yang Relevan Pada BAB II Penelitian
Tindakan Kelas
5. Bagaimana Teknik Menyusun Kerangka Pikir Pada Penelitian Tindakan Kelas
6. Jelaskan Teknik Menentukan Hipotesis Pada Penelitian Tindakan Kelas

C. Tujuan Pembahasan
1. Menyebutkan apa saja komponen-komponen bab 2 pada penelitian tindakan kelas
2. menjelaskan fungsi bab 2 pada penelitian tindakan kelas
3. Mendefinisikan dan mendeskripsikan bagaimana teknik menyusun kajian teori pada
penelitian tindakan kelas
4. menjelaskan bagaimana konsep penelitian yang relevan pada bab 2 penelitian
tindakan kelas

1
5. Mendeskripsikan bagaimana teknik menyusun kerangka pikir pada penelitian
tindakan kelas
6. Menjelaskan bagaimana teknik menentukan hipotesis pada penelitian tindakan kelas

BAB II
PEMBAHASAN

A. Komponen-Komponen BAB II Pada Penelitian Tindakan Kelas


2
Menurut Hopkins, 1993 dalam tindakan kelas diawali dengan perencanaan
tindakan (Planning), penerapan tindakan (action). mengobservasi dan mengevaluasi
proses dan hasil tindakan (Observation and evaluation), prosedur kerja dalam penelitian
tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning). pelaksanaan
seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria
keberhasilan).
1. Perencanaan (Planning), yaitu persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas, seperti: menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dan pembuatan media pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan,
skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan serta prosedur tindakan
yang akan diterapkan.
3. Observasi (Observe). Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan semua
rencana yang telah dibuat dengan baik, tidak ada penyimpangan penyimpangan
yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Kegiatan observasi dapat dilakukan denga cara memeberikan lembar
observasi atau dengan cara lain yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.
4. Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau
hasil yang diperoleh atas yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang
telah dirancang. Berdasarkan langkah ini akan diketahui perubahan yang terjadi.
Bagaimana dan sejauhmana tindakan yang ditetapkan mampu mencapai perubahan
atau mengatasi masalah secara signifikan. Bertolak dari refleksi ini pula suatu
perbaikan indakan dalam bentuk replanning dapat dilakukan.

B. Fungsi BAB II Pada Penelitan Tindakan Kelas

Menurut John Elliot bahwa PTK bertujuan untuk mengkaji situasi Sosial dengan
maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di Dalamnya (Elliot, 1982).
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa tujuan PTK adalah dalam rangka guru bersedia
untuk mengintrospeksi, bercermin, mereflekasi atau mengevaluasi diri nya sendiri
sehingga kemampuannya sebagai eorang guru atau pengajar diharapkan cukup
profesional.Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah perilaku
pengajaran guru, perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik
pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas yang
diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam
menangani proses pembelajaran. Jadi PTK dimaksudkan untuk mengembangkan
keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah
dengan penerapan langsung di ruang kelas. Dekaligus mengajak guru untuk menjadi
seorang peneliti.
3
C. Teknik Menyusun Kajian Teori Pada Penelitian Tindakan Kelas
1. Minat belajar
a) Definisi Minat Belajar
Susanto (2013, hlm. 58) berpendapat, “Minat merupakan dorogan
dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian
seecara efektif yang menyebabkan diilihnya suatu objek atau kegiatan yang
menguntungkan, menyenangkan dan lama-lama akan mendatangkan kepuasan
dalam dirinya”.
Slameto (2015, hlm. 180) dalam bukunya menyebutkan pengertian
minat belajar ialah, “salah satu bentuk keaktifan seseorang yang mendorong
untuk melakukan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dalam lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik”.
Hansen (dalam Susanto, 2013, hlm.57) menyatakan bahwa, “minat belajar
siswa erat hubugannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri
atau identifikasi, factor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungn”.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa minat
belajar adalah dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang
dapat membuatnya tertarik dan senang.

b) Macam- Macam Minat Belajar


Rosyidah dalam Susanto (2013, hlm. 60) berpendapat minat yang timbul
pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua yakni.
1. Minat yang berasal dari pembawaan yakni timbul dengan sendiriya dari
setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau
bakat alamiah.
2. Minat karena pengaruh dari luar diri individu timbul seiring dengan proses
perkembangan individu yang bersangkutan.
3. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua dan
kebiasaan atau adat.
4. Minat belajar siswa harus senantiasa ada dalam setiap proses belajar
mengajar. Guru harus berusaha membangkitkan minat siswa agar proses
belajar mengajar yang efektif tercipta di dalam kelas dan siswa mencapai
suatu tujuan sebagai hasil dari belajarnya. Proses belajar mengajar dan hasil
belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru.

c) Ciri-ciri Minat

4
Penjabaran mengenai ciri-ciri minat, Hurlock (2013, hlm.115) menjelaskan ada
ciri-ciri minat, antara lain:
1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
2. Minat timbul tergantung pada kegiatan belajar. Kesiapan belajar
merupakan salah satu penyebab meningkatkannya minat seseorang.
3. Minat timbul tergantung pada kesempatan belajar.
4. Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan ini mungkin
dikarenakan keadaan fisik yang tidak memungkinkan.
5. Minat dipengaruhi budaya. Budaya sangat memengaruhi, sebab jika
budaya sudah mulai luntur mungkin minat juga ikut luntur.
6. Minat berbobot emosional, artinya minat berhubungan dengan perasaan
yang mengandung makna bila suatu objek dihyati sebagai sesuatu yang
berharga, maka akan timbul perasaan senang yang akhirnya dapat
diminatinya.
7. Minat berbobot egronamis, artinya jika seseorang senang terhadap
sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya

Ciri minat secara umum, meliputi:


1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
2. Minat timbul tergantung pada kegiatan belajar
3. Minat timbul tergantung pada kesempatan belajar

Sedangkan ciri-ciri minat secara khusus dalam aktivitas belajar antara lain:
1. Adanya kemauan untuk berpartisipasi seacara aktif dalam
pembelajaran
2. Ada rasa suka dan senang pada suatu yang diminati
3. Memperoleh suatu kebanggan dan kepuasan pada suatu yang diminati

d) Jenis-jenis Minat Belajar


Menurut Suhartini (2001), berdasarkan sifatnya minat dapat diklasifikasikan
dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Minat personal
Merupakan minat yang bersifat permanen dan relatif stabil yang
mengarah pada minat khusus mata pelajaran tertentu. Minat personal
merupakan suatu bentuk rasa senang ataupun tidak senang, tertarik tidak
tertarik terhadap mata pelajaran tertentu. Minat ini biasanya tumbuh
dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari rangsangan eksternal.
2. Minat situasional
Merupakan minat yang bersifat tidak permanen dan relatif berganti-ganti,
tergantung rangsangan eksternal. Rangsangan tersebut misalnya dapat

5
berupa metode mengajar guru, penggunaan sumber belajar dan media
yang menarik, suasana kelas, serta dorongan keluarga. Jika minat
situasional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka
panjang, minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau
minat psikologis siswa. Semua ini tergantung pada dorongan atau
rangsangan yang ada.
3. Minat psikologikal
Merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara
minat personal dengan minat situasional yang terus-menerus dan
berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang
suatu mata pelajaran, dan memiliki kesempatan untuk mendalaminya
dalam aktivitas yang terstruktur di kelas atau pribadi (di luar kelas) serta
mempunyai penilaian yang tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat psikologikal

e) Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa


Singer (1987, hlm.95) mengemukakan beberapa faktor yang dapat
menimbulkan minat terhadap pembelajaran, sebagai berikut:
1. Pembelajaran akan menarik murid jika terlihat adanya hubungan antara
pelajaran dan kehidupan nyata.
2. Bantuan yang diberikan guru terhadap anak didiknya dalam mencapai
tujuan tertentu.
3. Adanya kesempatan yang diberikan guru terhadap siswa untuk berperan
aktif dalam proses pembelajaran.
4. Sikap yang diperlihatkan guru dalam usaha meningkatkan minat siswa,
sikap seorang guru yang tidak disukai oleh siswa tentu akan mengurangi
minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh
guru yang bersangkutan.

f) Cara Meningkatkan Minat Belajar


Beberapa ahli berpendapat mengenai cara yang efektif untuk
meningkatkan minat belajar seseorang yakni dengan mengembangkan minat
yang telah ada. Sebagai contoh siswa memilih peminatan studinya di bidang
ilmu sosial maka secara otomatis seharusnya semua mata pelajaran yang
tergolong pada rumpun ilmu sosial akan disukai oleh dirinya.
Selain itu, Slameto (2015, hlm. 181) mengatakan bahwa, “pengajar dapat
berusaha membentuk minat minat baru pada diri siswa dengan jalan
memberikan informaasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan
pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa yang akan dating”.

6
Dianjurkan pula oleh Nurkancana dalam Susanto (2013, hlm. 67-68) bahwa
usaha untuk meningkatkan minat belajar dapat dilakukan seperti berikut.
1. Meningkatkan minat anak-anak; setiap guru mempunyai kewajiban untuk
meningkatkan minat siswanya. Karena minat merupakan komponen yang
penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan, serta
pembelajaran di ruang kelas pada khususnya.
2. Memelihara minat yang timbul; apabila anak-anak menunjukkan minat
yang kecil, maka tugas guru untuk memelihara minat tersebut.
3. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik; sekolah
merupakan lembaga yang menyiapkan peserta didik untuk hidup dalam
masyarakat, maka sekolah harus mengembangkan aspek ideal agar
anakanak menjadi anggota masyarakat yang baik.
4. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anakanak tentang
lanjutan studi atau pekerjaan sesuai baginya; minat merupakan bahan
pertimbangan untuk mengetahui kesenangan anak, sehingga
kecenderungan minat terhadap sesuatu yang baik perlu bimbingan lebih
lanjut.
Bila usaha usaha di atas tidak berhasi, pengajar dapat memakai insentif
dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang di
pakai untuk membujuk seseorang agar melakukan seuatu yang tidak mau
melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan
pemberian insentif akan membangkitkan minat belajar siswa dan minat
terhadap bahan yang diajarkan akan muncul.

2. Hasil Belajar
a) Definisi Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau
latihan.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan.1

1
Ratna Yudhawati dan Dani haryanto. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm.25

7
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah dapat
terlepas dari kegiatan belajar. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab
dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata
belajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam
menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka
lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang
hari, sore hari, atau pagi hari. Dipahami ataupun tidak dipahami,
sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari
kita merupakan kegiatan belajar.
Menurut Thorndike (2008, hlm.18) dalam Hamzah salah seorang
pendiri aliran teori belajar tingkah laku dalam buku teori motivasi dan
pengukurannya, mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi
antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan).
Menurut Slameto (2010, hlm.2) belajar merupakan, “suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Perubahan tingkah laku tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku”.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan
dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit
maupun implisit (tersembunyi). Secara umum, belajar boleh dikatakan
juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan
lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun
teori.

Mengenai pengertian belajar, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia


didapatkan tiga pengertian sebagai berikut :
1. belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu
2. belajar adalah berlatih
3. belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan
oleh pengalaman

Dari teori dan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di


atas,terdapat kesamaan mengenai definisi belajar tersebut, sehingga dapat
diambil bahwa, hakekat belajar suatu proses untuk mendapatkan
pengetahuan dapengalaman, sehingga dapat mengubah tingkah laku
manusia dengan segala aspeknya dengan segala latihan dan interaksi
dengan lingkungan. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, watak, minat, penyesuaian diri.
8
Seperti yang sudah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenjang
pendidikan.

b) Hasil Belajar
Menurut Hamalik hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari
sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.2
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai
oleh seseorang siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam
mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai
saja, akan tetapi dapat berupa perubahan, penalaran, kedisiplinan,
keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif.
Pengertian hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar
siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan
pengertian di atas hasil belajar dapat menerangai tujuan utamanya adalah
untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut
kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol.
Dimyati Dan Mudjiono, Belajar Dan Pembalajaran, (Jakarta: Rineka Cipta
Tahun2009), Hlm 2003

c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas sebagai
hasil belajar. Hasil belajar dapat dicapai peserta didik melalui usaha-usaha
sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara optimal.
Hasil belajar yang diperoleh peserta didik tidak sama karena ada beberapa
faktor yang mempengaruhi keberhasilannya dalam proses belajar.
Menurut Slameto (2010, hlm. 54-59), “faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan
yaitu saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah factor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang ada di luar individu.
1. Faktor internal, meliputi:
a) Faktor jasmani
2
Omear Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Hlm 30
3

9
Yang termasuk ke dalam faktor jasmani yaitu faktor kesehatan dan
cacat tubuh.
b) Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor
psikologi yang mempengaruhi belajar, yaitu: intelegensi, perhatian,
minat, bakat, kematangan dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh sedangkan kelelahan rohani dapat
dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang

2. Faktor eksternal, meliputi:


a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan
latar belakang kebudayaan. Menurut Slameto (2010 hlm.60)
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini adalah mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah. Menurut Slameto (2010, hlm.60)
c) Faktor masyarakat
Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu
terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor ini
meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan dalam masyarakat. Menurut Slameto
(2010, hlm.69-70)

Faktor-faktor diatas sangat berpengaruh terhadap proses belajar


mengajar. Ketika dalam proses belajar peserta didik tidak memenuhi
faktor tersebut dengan baik, maka hal tersebut akan berpengaruh
terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Oleh karena
itu, untuk mencapai hasil belajar yang telah direncanakan, seorang
guru harus memperhatikan faktor-faktor diatas agar hasil belajar yang
dicapai peserta didik bisa maksimal.

3. Alat Peraga
10
a) Pengertian alat peraga (media)
Alat peraga bisa dikatakan sebagai media, media berasal dari bahasa
Latin bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantaraatau pengantar, dalam bahasa Inggris media dikenal dengan
istilah medium yang berarti perantara, demikian pula dalam bahasa Arab
disebut wasa’il yang berarti perantara. Ringkasnya, media adalah alat
yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. Media
adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pengajaran1
Menurut Heinich, dkk dalam Sri Anitah, dkk media merupakan alat
bantu saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara”,
yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a
receIer). Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram,
bahan tercetak (printer materials)2
Kata alat peraga diperoleh dari dua kata alat dan peraga. Kata alat
mempunyai arti benda yang dipakai untuk mencapai maksud.7 Sedangkan
kata peraga berarti alat media pengajaran untuk memperagakan sajian
pelajaran.8 Kata utamanya adalah peraga yang artinya bertugas
meragakan, membuat raga atau fisik suatu pengertian yang dijelaskan.
Bentuk fisik itu dapat berbentuk benda nyatanya atau benda tiruan dalam
bentuk model atau dalam bentuk gambar visual/audio visual

Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek”, yakni “Metha” berarti


melalui dan “Hodos” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain,
metode artinya jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan
tertentu.¹
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S.
Poerwadarminta,bahwa “metode adalah cara yang teratur dan berpikir
baik-baik untuk mencapai suatumaksud”.² Sedangkan dalam Kamus
Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metodeadalah cara kerja yang
sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai
maksudnya.³ Dalam metodologi pengajaran agama Islam pengertian
metode adalah suatu cara, seni dalam mengajar.⁴
Para ahli mendefinisikan beberapa pengertian tentang metode antara
lain:
Purwadarminta dalam menjelaskan bahwa, metode adalah cara yang
teratur dan terpikir baik-biak untuk mencapai suatu maksud.5 Ahmad
Tafsir juga mendefinisikan bahwa metode ialah istilah yang digunakan
11
untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam
melakukan sesuatu. Ungkapan “paling tepat dan cepat”itulah yang
membedakan method dengan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa
Inggris”.6 Sehingga metode juga bisa diartikan sebagai cara mengerjakan
sesuatu. Dan cara itu mungkin baik, tapi mungkin tidak baik. Baik dan
tidak baiknya sesuatu metode banyak tergantung kepada beberapa faktor.
Dan faktor-faktor tersebut, mungkin berupa situasi dan kondisi serta
pemakaian dari suatu metode tersebut.

D. Konsep Penelitian Yang Relevan Pada BAB II Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian yang relevan merupakan pembahasan hasil hasil penelitian yang termuat
dalam buku teks, jurnal, tesis. disertasi, prosiding, laporan Penelitian Tindakan Kelas,
dan kegiatan ilmiah lainnya yang mendukung penelitian yang akan dilakukan. Penelitian
yang relevan berfungsi untuk yang dipilih.
1. Membantu peneliti dalam memposisikan permasalahan penelitian mendukung
argumentasi rekomendasi dari rencana tindakan Tujuan penelitian yang relevan
adalah sebagai berikut:
2. Mengetahui orisinilitas permasalahan penelitian
3. Memberikan dasar dalam menyusun kerangka berpikir penelitian.
4. Membantu peneliti dalam merumuskan hipotesis.
5. Membantu peneliti untuk menghindari kelemahan penelitian sebelumnya.

Anda perlu mencatumkan penelitian yang relevan dengan penelitian yang


dilakukan. Salah satu tujuannya agar tidak terjadi duplikasi penelitian. Dalam sub-bab
ini, Anda harus berselancar di dunia maya agar menemukan penelitian yang relevan
terutama yang telah dipublikasikan pada jurnal ilmiah. Tidak keliru juga apabila
laporan penelitian berupa skripsi, tesis, dan disertasi yang terdokumentasi pada
perguruan tinggi Anda dapat dijadikan sebagai bagian dan penelitian yang relevan.
Pengalaman saya dalam membimbing mahasiswa dan sesuai dengan arahan pimpinan,
penelitian yang relevan ini diutamakan artikel yang telah terpublikasikan pada jurnal
nasional terakreditasi. Alangkah baiknya apabila ditemukan dalam jurnal internasional.
Publikasinya juga dibatasi yakni maksimal lima tahun terakhir.
Kegunaan Penelitian Relevan
1. memiliki keterkaitan dengan judul dan topik yang akan diteliti yang berguna
untuk menghindari pengulangan penelitian.
2. referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dibahas.
3. triagulasi data (pengecekan data).

12
Tahapan Menyusun Penelitian Relevan
1. Analisis variabel dalam judul penelitian tindakan kelas.
2. Cari artikel yang relevan dengan variabel penelitian yang dilakukan.
3. Seleksi artikel-artikel tersebut agar sangat relevan dengan penelitian yang
dilakukan, sebanyak 5 artikel.
4. Susun redaksi artikel menjadi paragraf yang menggambarkan hasil penelitian
yang dapat mendukung penelitian yang akan dilakukan.

E. Teknik Menyusun Kerangka Pikir Pada Penelitian Tindakan Kelas

Dalam kerangka teori pikir, peubah dicantumkan sebatax yang diteliti dan dapat
dikutip dari dua atau lebih karya tulis/bacaan. Kerangka teori sebaiknya menggunakan
acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang
berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin banyak sumber bacaan, semakin baik, dengan
jumlah minimal 10 (sepuluh) sumber, baik dari teks. Penyusunan Proposal Penelitian
Tindakan Kelas (Slameto) book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah,
Koran, internet dan lain-lain.
Kerangka pemikiran yang berisi penjelasan teoritik digunakan untuk
mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini, kemudian dilanjutkan dengan memodelkan
penelitian yang kita buat. Di sini terkandung teori dasar dan referensi penelitian
terdahulu. Kerangka pemikiran bisa juga dibantu dengan menampilkan bagan yang akan
membantu mempermudah pembaca mengetahui arah penelitian dan bagi peneliti bisa
sebagai petunjuk penguraian variabel dan indikator instrument penelitian.
Pada akhir kerangka teori penulis menyusun model teori dengan memberi
keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam
penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang
sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-toori pendukung yang ada. Dari
kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap
perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi

Bagian ini merupakan kerangka kerja Anda melaksanakan penelitian.


Berdasarkan deskripsi konseptual/teon ditambah dengan temuan penelitian terdahulu,
Anda mengembangkan sebuah pernyataan (baca: asumsi) tentang penelitian yang
dilakukan. Bagian kerangka pikir ini menggambarkan pijakan masalah penulisan opini,
pijakan pendekatan 3M, landasan pelaksanaan penelitian. termasuk keterkaitan antara
menulis opini dengan pendekatan 3M.
Dari namanya, Anda dapat menangkap esensi sub-bab ini. Sekali lagi, uraian
Anda tentang penelitian tentang menulis opini dengan pendekatan 3M akan memberi

13
pemahaman yang jelas kepada para pembaca. Biasanya (opsional) diakhir dengan
membuat bagan atau skema sehingga menjadi jelas arah penelitian yang Anda lakukan.

Peserta didik kelas IV termasuk peserta didik yang memiliki masalah tentang
hasil belajar yang rendah, sebagian besar peserta didik di kelas tersebut konsentrasi
belajarnya rendah dan peserta didik kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran IPS bagi peserta didik kelas IV dianggap materi yang sulit untuk dipahami.
Hal ini bisa digambarkan sebagai berikut: bila guru menerangkan materi tentang IPS
tentang lingkungan sosial serta peka terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi,
peserta didik terlihat kurang aktif dan jika guru memberikan pertanyaan kepada peserta
didik terlihat peserta didik kurang merespon umak menjawabnya Guru telah memberikan
motivasi berbagai cara agar hasil belajar peserta didik meningkat. Padahal materi IPS
merupakan salah satu materi yang penting untuk dipahami oleh peserta didik.
Metode role playing merupakan suatu cara yang digunakan untuk menina cara
bertingkah laku seseorang dalam sebuah drama. Tingkah laku yang ditekankan dalam
metode bermain peran, kaitannya dengan hubungan sosial. Metode role playing mampu
menciptakan situasi belajar peserta didik lebih terlibat secara langsung sehingga peserta
didik senang dan dapat memberikan pemahaman materi IPS. yang berdampak hasil
belajarnya meningkat.

Konsep Kerangka Pikir


1. Model konseptual tentang cara menghubungkan antara berbagai teori yang telah
teridentifikasi sebagai masalah penting
2. Urutan penalaran yang akan digunakan dalam pemecahan masalah.
3. Urutan argumentasi logis menggunakan skema atau bagan alur pikir.

Berikut ini gambar kerangka berpikir penelitian tindakan kelas ini

PERMASALAHAN SEBELUM TINDAKAN Tuntukan SK dan KD


1. Siswa kurang terlibat aktif dalam tercapai
pembelajaran
2. Kurangnya kreativitas guru dalam
menerapkan metode pembelajaran.
3. Rata-rata hasil belajar siswa dibawah Siswa melakukan
KKM diskusi tentang
materi cerita yang
diperankan

14
Pembelajaran dengan
metode Rode Playing
Siswa terlibat dalam
pembelajaran dan hasil
Role Playing di mainkan belajar siswa
oleh kelompok pemeran, meningkat
para siswa lainnya
mengikuti dengan penuh
perhatian.
Guru memberikan
bantuan kepada
pemeran yang mendapat
kesulitan

F. Teknik Menentukan Hipotesis Pada Penelitian Tindakan Kelas


Secara prosedural, hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian
pustaka. Hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang
diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah
penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat
kebenarannya

Hipotesis dalam PTK berupa hipotesis tindakan yang dirumus kan dengan
menyebutkan dugaan mengenai perubahan yang terjadi jika tindakan dilakukan. Bentuk
umum hipotesis tindakan dalam PTK dirumuskan dalam bentuk keyakinan bahwa
tindakan yang digunakan dapat meningkatkan dan memperbaiki proses, sistem, atau hasil
pembelajaran.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian atau rumusan
masalah. Hipo adalah di bawah, tesis adalah sebuah kebenaran. Disebut sementara karena
hipotesis baru merupakan jawaban sementara pene litiannya belum dilakukan, jadi belum
tahu bagaimana hasilnya

Hipotesis biasanya dibuat oleh peneliti dalam penelitian eksperi men Sebelum
mulai dengan penelitiannya, peneliti membuat hipotesis, sebuah dugaan tentang
kebenaran jawaban terhadap penelitiannya Apabila PTK dipandang sebagai penelitian
eksperimen, PTK itu tidak salah apabila menggunakan hipotesis. Selama ini, PTK
dikatakan mementingkan proses bukan hasil, jadi tidaklah salah apabila PTK tidak
menggunakan hipotesis. Dengan kata lain, hipotesis dalam PTK sifatnya alternatif saja,
menggunakan boleh, tidak menggunakan juga boleh

15
Dalam akhir setiap siklus, peneliti mengetahui hasil atau prestasi belajar siswa.
Jika prosesnya baik, memang diharapkan hasilnya baik Dalam rangkaian siklus,
diharapkan bahwa tindakannya semakin baik. Jika prosesnya semakin baik, tentu hasilnya
juga semakin baik. Dengan harapan demikian, maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan
sebagai berikut: "Prestasi belajar siswa pada akhir siklus ke-2 lebih baik dibandingkan
dengan prestasi belajar siswa pada akhir siklus ke 1. Demikian selanjutnya, apabila dalam
penelitian ini ada tiga siklus, peneliti boleh merumuskan hipotesis selanjutnya dengan
Prestasi belajar siswa dalam siklus ke-3 lebih baik daripada prestasi belajar siswa pada
siklus ke-2. Mungkin peneliti mau merumuskan hipotesis umum untuk penelitiannya,
yaitu "Secara umum, prestasi belajar siswa akan meningkat setiap siklus, dan setelah
siklus terakhir, prestasi belajar siswa akan meningkat lebih baik dibandingkan dengan
prestasi belajar sebelum siklus."

Pada rumusan masalah sebenarnya kita telah melakukan analisis penyebab


masalah dan membuat rencana tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan
yang diusulkan untuk untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Menurut
Kusnandar (2008) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut:

1. Diskusikan rumusan hipotesis tindakan dengan mitra peneliti


2. Pelajari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
3. Masukkan tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.
4. Tetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah.
5. Pilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan dapat dilakukan oleh guru.
6. Tentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan.
7. Dalam menentukan tindakan peneliti bisa berdiskusi dengan teman sejawat, ahli,
buku atau hasil penelitian yang telah ada.
Ada segelintir para ahli dan peneliti yang tidak sependapat adanya hipotesis
dalam penelitian tindakan kelas. Alasan yang menonjol ialah penelitian tindakan kelas
lebih berorientasi pada pendekatan kualitatif. Argumentasi ini sah-sah saja. Namun,
hipotesis penelitian tindakan kelas tidak ditujukan untuk diuji secara statistik,
sebagaimana hipotesis dalam penelitian kuantitatif. Hipotesis tindakan diajukan sebagai
upaya untuk memperbaiki pembelajaran. Jadi, dalam penelitian tentang menulis opini ini.
Anda perlu menetapkan hipotesis tindakan sebagai panduan memperbaiki proses dan
hasil pembelajaran. Sumber utama hipotesis tindakan adalah deskripsi konseptual dan
empiris yang telah Anda paparkan pada bagian sebelumnya. Kajian kepustakaan ini akan
menjadi landasan teoretik sebagai dasar merumuskan hipotesis tindakan.

Konsep Hipotesis

16
1. jawaban sementara untuk masalah penelitian sampai terbukti melalui data
yang dikumpulkan.
2. jawaban hanya berdasarkan teori. Kesimpulan yang bersifat sementara

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara prosedural, hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian
pustaka. Hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang
diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis dalam PTK berupa hipotesis tindakan yang
dirumus kan dengan menyebutkan dugaan mengenai perubahan yang terjadi jika tindakan
dilakukan. Bentuk umum hipotesis tindakan dalam PTK dirumuskan dalam bentuk
keyakinan bahwa tindakan yang digunakan dapat meningkatkan dan memperbaiki proses,
sistem, atau hasil pembelajaran.

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian atau rumusan


masalah. Hipotesis biasanya dibuat oleh peneliti dalam penelitian eksperi men Sebelum
mulai dengan penelitiannya, peneliti membuat hipotesis, sebuah dugaan tentang
kebenaran jawaban terhadap penelitiannya Apabila PTK dipandang sebagai penelitian
eksperimen, PTK itu tidak salah apabila menggunakan hipotesis. Dalam akhir setiap
siklus, peneliti mengetahui hasil atau prestasi belajar siswa. Jika prosesnya baik, memang
diharapkan hasilnya baik Dalam rangkaian siklus, diharapkan bahwa tindakannya
semakin baik.penelitian tindakan kelas lebih berorientasi pada pendekatan kualitatif.

B. Saran
Kami selaku enulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Suhartini, Dewi. 2001. Tesis: Minat Siswa Terhadap Topik-topik Mata Pelajaran Sejarah dan
Beberapa Faktor yang Melatarbelakanginya (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Sekolah
Menengah Umum Negeri di Kota Bogor). Jakarta: Magister Pendidikan Ilmu Sosial UPI.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Toharudin,Moh. 2021. Penelitian tindakan kelas teori dan aplikasinya untuk pendidik yang
profesional. Jawa tengah: Lakeisha
Telaumbanua,sadieli. 2020. Penelitian tindakan kelas panduan bagi pembelajar bahasa. Jawa
tengah: Lakeisha
Telaumbanua,sadieli. 2020. Penelitian tindakan kelas panduan bagi pembelajar bahasa. Jawa
tengah: Lakeisha

18

Anda mungkin juga menyukai