Dosen Pembimbing:
Azmil Hasan Lubis, M.Pd
Disusun Oleh:
Suci Lestari ( 190209171 )
Miftahul Jannah ( 190209167 )
Sintia Fitri ( 190209166 )
Fadlia ( 190209168 )
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Analisis Fungsi Bab II
Pada Penelitian Tindakan Kelas”. Shalawat beserta salam tidak lupa kami sanjungkan kepada
junjungan alam Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarganya.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas kelompok semester 5, sesuai dengan ketentuan
yang telah diberikan oleh bapak Azmil Hasan Lubis, M.Pd.. Sebagai dosen pembimbing mata
kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk perbaikan makalah ini agar bisa lebih baik.
Semoga makalah ini bermanfaat. Kami selaku penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
i
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Komponen-Komponen BAB II Pada Penelitian Tindakan Kelas
B. Fungsi BAB II Pada Penelitan Tindakan Kelas
C. Konsep Penelitian Yang Relevan Pada BAB II Penelitian Tindakan Kelas
D. Teknik Menyusun Kajian Teori Pada Penelitian Tindakan Kelas
E. Teknik Menyusun Kerangka Pikir Pada Penelitian Tindakan Kelas
F. Teknik Menentukan Hipotesis Pada Penelitian Tindakan Kelas
BAB III
A. Kesimpupan
B. Saran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Langkah-langkah dalam PTK merupakan Satu daur atau siklus yang terdiri dari:
1. Merencanakan perbaikan,
2. Melaksanakan tindakan,
3. Mengamati, dan
4. Melakukan refleksi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk
meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (guru) mencoba
dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang
diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian
secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah kaidah penelitian
tindakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen-komponen bab 2 pada penelitian tindakan kelas ?
2. Apa fungsi bab 2 pada penelitian tindakan kelas
3. Bagaimana Teknik Menyusun Kajian Teori Pada Penelitian Tindakan Kelas
4. Jelaskan bagaimana Konsep Penelitian Yang Relevan Pada BAB II Penelitian
Tindakan Kelas
5. Bagaimana Teknik Menyusun Kerangka Pikir Pada Penelitian Tindakan Kelas
6. Jelaskan Teknik Menentukan Hipotesis Pada Penelitian Tindakan Kelas
C. Tujuan Pembahasan
1. Menyebutkan apa saja komponen-komponen bab 2 pada penelitian tindakan kelas
2. menjelaskan fungsi bab 2 pada penelitian tindakan kelas
3. Mendefinisikan dan mendeskripsikan bagaimana teknik menyusun kajian teori pada
penelitian tindakan kelas
4. menjelaskan bagaimana konsep penelitian yang relevan pada bab 2 penelitian
tindakan kelas
1
5. Mendeskripsikan bagaimana teknik menyusun kerangka pikir pada penelitian
tindakan kelas
6. Menjelaskan bagaimana teknik menentukan hipotesis pada penelitian tindakan kelas
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut John Elliot bahwa PTK bertujuan untuk mengkaji situasi Sosial dengan
maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di Dalamnya (Elliot, 1982).
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa tujuan PTK adalah dalam rangka guru bersedia
untuk mengintrospeksi, bercermin, mereflekasi atau mengevaluasi diri nya sendiri
sehingga kemampuannya sebagai eorang guru atau pengajar diharapkan cukup
profesional.Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah perilaku
pengajaran guru, perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik
pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas yang
diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam
menangani proses pembelajaran. Jadi PTK dimaksudkan untuk mengembangkan
keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah
dengan penerapan langsung di ruang kelas. Dekaligus mengajak guru untuk menjadi
seorang peneliti.
3
C. Teknik Menyusun Kajian Teori Pada Penelitian Tindakan Kelas
1. Minat belajar
a) Definisi Minat Belajar
Susanto (2013, hlm. 58) berpendapat, “Minat merupakan dorogan
dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian
seecara efektif yang menyebabkan diilihnya suatu objek atau kegiatan yang
menguntungkan, menyenangkan dan lama-lama akan mendatangkan kepuasan
dalam dirinya”.
Slameto (2015, hlm. 180) dalam bukunya menyebutkan pengertian
minat belajar ialah, “salah satu bentuk keaktifan seseorang yang mendorong
untuk melakukan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dalam lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik”.
Hansen (dalam Susanto, 2013, hlm.57) menyatakan bahwa, “minat belajar
siswa erat hubugannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri
atau identifikasi, factor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungn”.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa minat
belajar adalah dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang
dapat membuatnya tertarik dan senang.
c) Ciri-ciri Minat
4
Penjabaran mengenai ciri-ciri minat, Hurlock (2013, hlm.115) menjelaskan ada
ciri-ciri minat, antara lain:
1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
2. Minat timbul tergantung pada kegiatan belajar. Kesiapan belajar
merupakan salah satu penyebab meningkatkannya minat seseorang.
3. Minat timbul tergantung pada kesempatan belajar.
4. Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan ini mungkin
dikarenakan keadaan fisik yang tidak memungkinkan.
5. Minat dipengaruhi budaya. Budaya sangat memengaruhi, sebab jika
budaya sudah mulai luntur mungkin minat juga ikut luntur.
6. Minat berbobot emosional, artinya minat berhubungan dengan perasaan
yang mengandung makna bila suatu objek dihyati sebagai sesuatu yang
berharga, maka akan timbul perasaan senang yang akhirnya dapat
diminatinya.
7. Minat berbobot egronamis, artinya jika seseorang senang terhadap
sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya
Sedangkan ciri-ciri minat secara khusus dalam aktivitas belajar antara lain:
1. Adanya kemauan untuk berpartisipasi seacara aktif dalam
pembelajaran
2. Ada rasa suka dan senang pada suatu yang diminati
3. Memperoleh suatu kebanggan dan kepuasan pada suatu yang diminati
5
berupa metode mengajar guru, penggunaan sumber belajar dan media
yang menarik, suasana kelas, serta dorongan keluarga. Jika minat
situasional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka
panjang, minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau
minat psikologis siswa. Semua ini tergantung pada dorongan atau
rangsangan yang ada.
3. Minat psikologikal
Merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara
minat personal dengan minat situasional yang terus-menerus dan
berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang
suatu mata pelajaran, dan memiliki kesempatan untuk mendalaminya
dalam aktivitas yang terstruktur di kelas atau pribadi (di luar kelas) serta
mempunyai penilaian yang tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat psikologikal
6
Dianjurkan pula oleh Nurkancana dalam Susanto (2013, hlm. 67-68) bahwa
usaha untuk meningkatkan minat belajar dapat dilakukan seperti berikut.
1. Meningkatkan minat anak-anak; setiap guru mempunyai kewajiban untuk
meningkatkan minat siswanya. Karena minat merupakan komponen yang
penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan, serta
pembelajaran di ruang kelas pada khususnya.
2. Memelihara minat yang timbul; apabila anak-anak menunjukkan minat
yang kecil, maka tugas guru untuk memelihara minat tersebut.
3. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik; sekolah
merupakan lembaga yang menyiapkan peserta didik untuk hidup dalam
masyarakat, maka sekolah harus mengembangkan aspek ideal agar
anakanak menjadi anggota masyarakat yang baik.
4. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anakanak tentang
lanjutan studi atau pekerjaan sesuai baginya; minat merupakan bahan
pertimbangan untuk mengetahui kesenangan anak, sehingga
kecenderungan minat terhadap sesuatu yang baik perlu bimbingan lebih
lanjut.
Bila usaha usaha di atas tidak berhasi, pengajar dapat memakai insentif
dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang di
pakai untuk membujuk seseorang agar melakukan seuatu yang tidak mau
melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan
pemberian insentif akan membangkitkan minat belajar siswa dan minat
terhadap bahan yang diajarkan akan muncul.
2. Hasil Belajar
a) Definisi Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau
latihan.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan.1
1
Ratna Yudhawati dan Dani haryanto. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm.25
7
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah dapat
terlepas dari kegiatan belajar. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab
dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata
belajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam
menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka
lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang
hari, sore hari, atau pagi hari. Dipahami ataupun tidak dipahami,
sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari
kita merupakan kegiatan belajar.
Menurut Thorndike (2008, hlm.18) dalam Hamzah salah seorang
pendiri aliran teori belajar tingkah laku dalam buku teori motivasi dan
pengukurannya, mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi
antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan).
Menurut Slameto (2010, hlm.2) belajar merupakan, “suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Perubahan tingkah laku tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku”.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan
dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit
maupun implisit (tersembunyi). Secara umum, belajar boleh dikatakan
juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan
lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun
teori.
b) Hasil Belajar
Menurut Hamalik hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari
sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.2
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai
oleh seseorang siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam
mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai
saja, akan tetapi dapat berupa perubahan, penalaran, kedisiplinan,
keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif.
Pengertian hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar
siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan
pengertian di atas hasil belajar dapat menerangai tujuan utamanya adalah
untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut
kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol.
Dimyati Dan Mudjiono, Belajar Dan Pembalajaran, (Jakarta: Rineka Cipta
Tahun2009), Hlm 2003
9
Yang termasuk ke dalam faktor jasmani yaitu faktor kesehatan dan
cacat tubuh.
b) Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor
psikologi yang mempengaruhi belajar, yaitu: intelegensi, perhatian,
minat, bakat, kematangan dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh sedangkan kelelahan rohani dapat
dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang
3. Alat Peraga
10
a) Pengertian alat peraga (media)
Alat peraga bisa dikatakan sebagai media, media berasal dari bahasa
Latin bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantaraatau pengantar, dalam bahasa Inggris media dikenal dengan
istilah medium yang berarti perantara, demikian pula dalam bahasa Arab
disebut wasa’il yang berarti perantara. Ringkasnya, media adalah alat
yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. Media
adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pengajaran1
Menurut Heinich, dkk dalam Sri Anitah, dkk media merupakan alat
bantu saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara”,
yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a
receIer). Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram,
bahan tercetak (printer materials)2
Kata alat peraga diperoleh dari dua kata alat dan peraga. Kata alat
mempunyai arti benda yang dipakai untuk mencapai maksud.7 Sedangkan
kata peraga berarti alat media pengajaran untuk memperagakan sajian
pelajaran.8 Kata utamanya adalah peraga yang artinya bertugas
meragakan, membuat raga atau fisik suatu pengertian yang dijelaskan.
Bentuk fisik itu dapat berbentuk benda nyatanya atau benda tiruan dalam
bentuk model atau dalam bentuk gambar visual/audio visual
Penelitian yang relevan merupakan pembahasan hasil hasil penelitian yang termuat
dalam buku teks, jurnal, tesis. disertasi, prosiding, laporan Penelitian Tindakan Kelas,
dan kegiatan ilmiah lainnya yang mendukung penelitian yang akan dilakukan. Penelitian
yang relevan berfungsi untuk yang dipilih.
1. Membantu peneliti dalam memposisikan permasalahan penelitian mendukung
argumentasi rekomendasi dari rencana tindakan Tujuan penelitian yang relevan
adalah sebagai berikut:
2. Mengetahui orisinilitas permasalahan penelitian
3. Memberikan dasar dalam menyusun kerangka berpikir penelitian.
4. Membantu peneliti dalam merumuskan hipotesis.
5. Membantu peneliti untuk menghindari kelemahan penelitian sebelumnya.
12
Tahapan Menyusun Penelitian Relevan
1. Analisis variabel dalam judul penelitian tindakan kelas.
2. Cari artikel yang relevan dengan variabel penelitian yang dilakukan.
3. Seleksi artikel-artikel tersebut agar sangat relevan dengan penelitian yang
dilakukan, sebanyak 5 artikel.
4. Susun redaksi artikel menjadi paragraf yang menggambarkan hasil penelitian
yang dapat mendukung penelitian yang akan dilakukan.
Dalam kerangka teori pikir, peubah dicantumkan sebatax yang diteliti dan dapat
dikutip dari dua atau lebih karya tulis/bacaan. Kerangka teori sebaiknya menggunakan
acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang
berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin banyak sumber bacaan, semakin baik, dengan
jumlah minimal 10 (sepuluh) sumber, baik dari teks. Penyusunan Proposal Penelitian
Tindakan Kelas (Slameto) book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah,
Koran, internet dan lain-lain.
Kerangka pemikiran yang berisi penjelasan teoritik digunakan untuk
mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini, kemudian dilanjutkan dengan memodelkan
penelitian yang kita buat. Di sini terkandung teori dasar dan referensi penelitian
terdahulu. Kerangka pemikiran bisa juga dibantu dengan menampilkan bagan yang akan
membantu mempermudah pembaca mengetahui arah penelitian dan bagi peneliti bisa
sebagai petunjuk penguraian variabel dan indikator instrument penelitian.
Pada akhir kerangka teori penulis menyusun model teori dengan memberi
keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam
penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang
sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-toori pendukung yang ada. Dari
kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap
perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi
13
pemahaman yang jelas kepada para pembaca. Biasanya (opsional) diakhir dengan
membuat bagan atau skema sehingga menjadi jelas arah penelitian yang Anda lakukan.
Peserta didik kelas IV termasuk peserta didik yang memiliki masalah tentang
hasil belajar yang rendah, sebagian besar peserta didik di kelas tersebut konsentrasi
belajarnya rendah dan peserta didik kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran IPS bagi peserta didik kelas IV dianggap materi yang sulit untuk dipahami.
Hal ini bisa digambarkan sebagai berikut: bila guru menerangkan materi tentang IPS
tentang lingkungan sosial serta peka terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi,
peserta didik terlihat kurang aktif dan jika guru memberikan pertanyaan kepada peserta
didik terlihat peserta didik kurang merespon umak menjawabnya Guru telah memberikan
motivasi berbagai cara agar hasil belajar peserta didik meningkat. Padahal materi IPS
merupakan salah satu materi yang penting untuk dipahami oleh peserta didik.
Metode role playing merupakan suatu cara yang digunakan untuk menina cara
bertingkah laku seseorang dalam sebuah drama. Tingkah laku yang ditekankan dalam
metode bermain peran, kaitannya dengan hubungan sosial. Metode role playing mampu
menciptakan situasi belajar peserta didik lebih terlibat secara langsung sehingga peserta
didik senang dan dapat memberikan pemahaman materi IPS. yang berdampak hasil
belajarnya meningkat.
14
Pembelajaran dengan
metode Rode Playing
Siswa terlibat dalam
pembelajaran dan hasil
Role Playing di mainkan belajar siswa
oleh kelompok pemeran, meningkat
para siswa lainnya
mengikuti dengan penuh
perhatian.
Guru memberikan
bantuan kepada
pemeran yang mendapat
kesulitan
Hipotesis dalam PTK berupa hipotesis tindakan yang dirumus kan dengan
menyebutkan dugaan mengenai perubahan yang terjadi jika tindakan dilakukan. Bentuk
umum hipotesis tindakan dalam PTK dirumuskan dalam bentuk keyakinan bahwa
tindakan yang digunakan dapat meningkatkan dan memperbaiki proses, sistem, atau hasil
pembelajaran.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian atau rumusan
masalah. Hipo adalah di bawah, tesis adalah sebuah kebenaran. Disebut sementara karena
hipotesis baru merupakan jawaban sementara pene litiannya belum dilakukan, jadi belum
tahu bagaimana hasilnya
Hipotesis biasanya dibuat oleh peneliti dalam penelitian eksperi men Sebelum
mulai dengan penelitiannya, peneliti membuat hipotesis, sebuah dugaan tentang
kebenaran jawaban terhadap penelitiannya Apabila PTK dipandang sebagai penelitian
eksperimen, PTK itu tidak salah apabila menggunakan hipotesis. Selama ini, PTK
dikatakan mementingkan proses bukan hasil, jadi tidaklah salah apabila PTK tidak
menggunakan hipotesis. Dengan kata lain, hipotesis dalam PTK sifatnya alternatif saja,
menggunakan boleh, tidak menggunakan juga boleh
15
Dalam akhir setiap siklus, peneliti mengetahui hasil atau prestasi belajar siswa.
Jika prosesnya baik, memang diharapkan hasilnya baik Dalam rangkaian siklus,
diharapkan bahwa tindakannya semakin baik. Jika prosesnya semakin baik, tentu hasilnya
juga semakin baik. Dengan harapan demikian, maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan
sebagai berikut: "Prestasi belajar siswa pada akhir siklus ke-2 lebih baik dibandingkan
dengan prestasi belajar siswa pada akhir siklus ke 1. Demikian selanjutnya, apabila dalam
penelitian ini ada tiga siklus, peneliti boleh merumuskan hipotesis selanjutnya dengan
Prestasi belajar siswa dalam siklus ke-3 lebih baik daripada prestasi belajar siswa pada
siklus ke-2. Mungkin peneliti mau merumuskan hipotesis umum untuk penelitiannya,
yaitu "Secara umum, prestasi belajar siswa akan meningkat setiap siklus, dan setelah
siklus terakhir, prestasi belajar siswa akan meningkat lebih baik dibandingkan dengan
prestasi belajar sebelum siklus."
Konsep Hipotesis
16
1. jawaban sementara untuk masalah penelitian sampai terbukti melalui data
yang dikumpulkan.
2. jawaban hanya berdasarkan teori. Kesimpulan yang bersifat sementara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara prosedural, hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian
pustaka. Hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang
diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis dalam PTK berupa hipotesis tindakan yang
dirumus kan dengan menyebutkan dugaan mengenai perubahan yang terjadi jika tindakan
dilakukan. Bentuk umum hipotesis tindakan dalam PTK dirumuskan dalam bentuk
keyakinan bahwa tindakan yang digunakan dapat meningkatkan dan memperbaiki proses,
sistem, atau hasil pembelajaran.
B. Saran
Kami selaku enulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
17
DAFTAR PUSTAKA
Suhartini, Dewi. 2001. Tesis: Minat Siswa Terhadap Topik-topik Mata Pelajaran Sejarah dan
Beberapa Faktor yang Melatarbelakanginya (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Sekolah
Menengah Umum Negeri di Kota Bogor). Jakarta: Magister Pendidikan Ilmu Sosial UPI.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Toharudin,Moh. 2021. Penelitian tindakan kelas teori dan aplikasinya untuk pendidik yang
profesional. Jawa tengah: Lakeisha
Telaumbanua,sadieli. 2020. Penelitian tindakan kelas panduan bagi pembelajar bahasa. Jawa
tengah: Lakeisha
Telaumbanua,sadieli. 2020. Penelitian tindakan kelas panduan bagi pembelajar bahasa. Jawa
tengah: Lakeisha
18