Dosen Pengampu:
Fitriani (190209093)
Wulandari (190209141)
TAHUN AJARAN
2022
Kata Pengantar
Penulis
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Permasalahan................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Pemetaan Tema ...........................................................6
B. Cara Menentukan Tema Pada Pembelajaran Tematik ................................8
C. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Pemilihan Tema .................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemetaan tema itu?
2. Bagaimana cara menetukan tema dalam pembelajaran tematik?
3. Bagaimana prinsip-prinsip pengembangan dan pemilihan tema?
1
Beans, 1993 dalam sa’ud, dkk., 2006
4
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian pemetaan tema
2. Untuk mengetahui cara menentukan tema dalam pembelajaran tematik
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan dan pemilihan tema
5
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sukayati 1998
6
Dalam penentuan tema dapat ditetapkan sendiri oleh guru dan/atau bersama
peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam menetapkan tema perlu
memperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik
2. Mulai dari yang termudah menuju yang tersulit
3. Mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks
4. Dari yang konkret menuju yang abstrak
5. Tema dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada peserta
didik
6. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta
didik, termasuk minat, kebutuhan peserta didik, kebutuhan, dan
kemampuannya.
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas bisa dijabarkan
lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih sfesifik dan lebih
konkret.Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi
menjadi suatu materi/isi pembelajaran. Bila digambarkan akan tampak seperti
dibawah ini. Sebagai contoh adalah :
7
2. Gempa bumi
3. Gunung meletus
4. Tanah longsor dan sebgainya
3
https://books.google.co.id/books?
id=Mqf8DwAAQBAJ&pg=PA36&dq=pemetaan+tema&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi35Nzh6t72AhUR7H
MBHWRhB_gQ6AF6BAgHEAM#v=onepage&q=pemetaan%20tema&f=false
8
Dalam memadukan atau mengikat pelajaran pelajaran menjadi satu tema perlu
diperhatikan syarat-syaratnya :
1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3. Kompetensi dasar yang tidak dipadukan dapat diajarkan tersendiri
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup dalam tema tertentu harus diajarkan
baki melalui tema lain maupun berdiri sendiri
5. Kegiatan ini ditekankan kepada kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung serta penanaman nilai-nilai moral
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat,
lingkungan, dan daerah setempat.
Jika syarat-syarat tersebut telah diketahui, maka penentuan tema bisa dimulai
dengan tahapan persiapan terlebih dahulu berupa :
a. Pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dalam tema
b. Penetapan jaringan tema
c. Penyusunan silabus
d. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
9
Guru selanjutnya mengembangkan akttivitas-aktivitas pembelajaran
berdasarkan permasalahan tersebut.Aktivitas yang direncanakan itu bisa
dilihat dari beberapa aspek.
3. Tahap ketiga
Setelah aktivitas pengembangan tema dan pemetaan telah dilakukan,
pembelajaran tematik dapat dikaitkan dengan ke mata pelajaran lain seperti :
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Pendidikan Agama, IPA, IPS,
Pendidikan Seni, Pendidikan Jasmani dan Rohani.
4
Sumber: kunandar (2007:320)
10
- Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat
diamati.
2. Menetukan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara:
- Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat
dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan
tema yang sesuai.
- Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk
menetukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik
sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3. Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator.
Identigikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator disesuaikan dengan setiap tema sehingga semua
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.5
5
Ahmad Nur Sobah, Perencanaan Pembelajaran MI/SD, (Bangkes: Duta Media Publishing, 2017).
11
5. Mengidentifikasikan tema-tema berdasarkan keterpaduan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari semua mata
pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3
6. Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap SK, KD, dan
indikator harus cocok untuk setiap tema sehingga semua SK, KD dan
indikator berbagai habis akan tetapi jika terdapat kompetensi yang
tidak tercakup pada tema tertentu tetap diajarkan melalui tema lain
ataupun disajikan secara tersendiri.Artinya untuk SK, KD dan
indikator yang tidak dapat dipadukan dengan mata pelajaran lain
disajikan secara tersendiri.
12
C. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Pemilihan Tema
7
Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.Dimungkinkan terjadi
penggabungan kompetensi dasar lintas semester Kompetensi dasar yang tidak dapat
dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.Kompetensi dasar yang tidak bisa
diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri. Kompetensi dasar yang tidak tercakup
pada tema tertentu arus tetap diajarkan naik melalui tema lain maupun disajaikan
secara tersendiri. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca,
menulis, dan berhtitung, serta penanaman ilai-nlai moral. Tema-tema yang dipilih
disesuaikan dengan karkateristik siswa, minat dan lingkungan, dan daerah setempat.
7
https://books.google.co.id/books?
id=Mqf8DwAAQBAJ&pg=PA36&dq=pemetaan+tema&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi35Nzh6t72AhUR7H
MBHWRhB_gQ6AF6BAgHEAM#v=onepage&q=pemetaan%20tema&f=false
13
2. pengalaman dari benda tiruan, contoh : gambar, film, model
3. pengalaman dari kata-kata, contoh buku, majalah, radio, dll.8
2. Dari yang termudah menuju yang sulit. Dari yang sederhana menuju yang
kompleks. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang
secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan
mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta
kedalaman materi.
3. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak. Anak tidak belajar hal yang
abstrak, tetapi belajar dari fenomena kehidupan dan secara bertahap belajar
memecahkan problem kehidupan. Tingkat perkembangan mental anak selalu
dimulai dengan tahap berpikir nyata. Anak-anak biasanya melihat peristiwa
atau objek yang didalamnya memuat sejumlah konsep/ materi beberapa mata
pelajaran.
4. Tema dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri peserta
didik dan membangun pemahaman konsep karena adanya sinergi pemahaman
antar konsep yang dikemas dalam tema.
5. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta
didik, Termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya. Dalam pembelajaran
tematik, berbagai mata pelajaran dihubungkan dengan tema yang cocok
dengan kehidupan sehari-hari anak, bahkan diupayakan yang merupakan
kesenangan anak pada umumnya sehingga peserta didik tertarik untuk
mengikuti pelajaran.
6. Tema yang dipilih, menurut Sukandi (2003) dapat mengembangkan tiga ranah
sasaran pendidikan secara bersamaan, yaitu kognitif, keterampilan, dan sikap.9
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh pendidik anak usia dini dalam
memilih tema yang akan diajarkan pada anak usia dini antara lain:
8
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif (Jakarta: Renika Cipta, 1997), 14.
9
http://eprints.radenfatah.ac.id/379/5/Paket%205.pdf
14
1. Kedekatan
Artinya tema yang hendaknya dipilih dimulai dari tema yang terdekat dengan
kehidupan anak, dekat dimaksud dapat dekat secara fisik atau dekat secara
emosi atau minat anak (Direktorat PAUD, 2018: 4). Tema yang digunakan
dalam pembelajaran harus dimulai dari tema yang dekat dengan kehidupan
anak, masing-masing lembaga PAUD tentu memiliki kondisi yang berbeda-
beda, oleh karena itu tema yang dipilih bisa yang sesuai dengan lokasi
lembaga atau kondisi lembaga.
Contoh tema yang terdekat dengan peserta didik misalnya diri sendiri. Di
dalam tema diri sendiri dapat dikembangkan menjadi sub tema aku dengan
topik bahasan antara lain : mengidentifikasi anggota tubuh, fungsi masing
masing anggota tubuh, cara melindungi anggota tubuh dari hal-hal yang
membahayakan. Setelah tema diri sendiri pendidik dapat memilih tema lain
yang dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Misalnya bagi
lembaga PAUD yang lingkungannya dekat dengan sawah bisa menjadikan
tema lingkungan dengan sub tema sawah menjadi topik dalam pembahasan.
2. Kesederhanaan
Artinya tema yang dipilih yang sudah dikenal oleh anak agar anak dapat
menggali lebih banyak pengalamannya (Direktorat PAUD, 2018, 4).
Pemilihan tema untuk anak usia dini tidak perlu yang muluk-muluk tetapi
tema-tema yang sudah dikenal dan dekat dengan keseharian anak. Pendidik
tidak harus memilih tema yang malah menyusahakn pendidik dalam mencari
materi dan kegiatan yang akan dilakukan anak dalam mendalami tema.
Prinsip kesederhanaan berarti pemilihan atau pengembangan tema di
selaraskan dengan perkembangan anak.
Tema yang dipilih juga memungkinkan untuk dapat dipelajari oleh anak
secara optimal.Misalnya pendidik memilih sub tema pinguins, tentunya
15
pendidik akan mengalami kesusahan ketika menyiapkan pembelajaran dan
memunjukkan objek nyatanya, sehingga pendidik hanya bisa menunjukan
gambar atau video pada anak. Oleh sebab itu dalam memilih tema pilihlah
tema-tema yang sederhana yang sudah dikenal dan memudahkan pendidik dan
anak dalam menggali lebih banyak informasi berkaitan dengan tema yang
dipilih.
Contoh tema berdasarkan prinsip kesederhanaan kita dapat memilih tema
“tanaman” dengan sub tema “Pohon Pisang”. Pohon pisang merupakan sub
tema yang sangat sederhana tetapi menarik untuk digali lebih dalam. Dari sub
tema pohon pisang pendidik dapat membuat topik pembahasan meliputi :
bagian-bagian pohon pisang, manfaat setiap bagian dari pohon pisang,
manfaat buah pisang bagi kesehatan, cara mengkonsumsi buah pisang, dan
cara memasak buah pisang.
3. Kemenarikan
Artinya tema yang dipilih harus mampu menarik minat belajar anak-anak
(Direktorat PAUD, 2018: 4). Suatu tema dikatakan menarik tidak selalu tema
yang aneh tetapi tema sekitar anak juga bisa menarik jika guru dapat memilih
aktifitas yang sesuai dengan perkembangan anak. Untuk lebih memberikan
kemenarikan minat belajar anak dan kebermaknaan suatu tema, guru dapat
merumuskan tema dalam bentuk kalimat yang in spiratif, baik dalam rumusan
satu kata tunggal, frase, maupun dalam ben tuk kalimat. Dalam memilih tema
yang menarik bagi anak, guru dapat melakukan pengamatan terhadap hal-hal
yang dekat dengan anak baik secara fisik maupun pengalaman anak.
Contoh : tema lingkunganku dengan sub tema “Pohon pisang” bisa menjadi
tema yang sangat menarik bagi anak dengan aktifitas antara lain : a.
Mengajak anak-anak untuk mengamati secara langsung pohon pisang
dikebun, mengamati perkembangbiakan pohon pisang dimulai dari tunas
sampai berbuah, dan mengamati bagian-bagian dari pohon pisang; (b)
16
melakukan aktivitas dengan memanfaatkan bagaian pohon pisang misalnya
dengan membuat alat permainan dari pelepah pisang, memasak secara
bersama-sama buah pisang menjadi aneka olahan makanan dan memakan
bersama.
Secara umum, kompetensi merupakan kemampuan untuk
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut
oleh pekerjaan tersebut.10
Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indiktor yang cocok untuk setiap tema sehingga semua
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis. Setelah
tema-tema terbentuk, maka guru mrnyusun pemetaan kompetensi dasar.
Kompetensi dasar mata pelajaran sesuai dengan tema yang sudah ada.
Jika ada kompetensi dasar yang sulit diintegrasikan kedalam tema-tema yang
telah ditentukan, maka kompetensi dasar tersebut diajarkan tersendiri.
Contohnya adalah kompetensi dasar pada mata pelajaran pendidikan agama
dan pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan, karena untuk
mengajarkannya membutuhkan guru yang memiliki latar belakang pendidikan
khusus.
PENUTUP
BAB III
A. Kesimpulan
10
Akhmad Supriyatna, Cara Mudah Merumuskan Indikator Pembelajaran, (Serang: Pustaka Bina
Putera, 2019). 1-2.
17
1. Tema pembelajaran tematik sebagai alat/wahan pemersatu dari standar
kompetensi setiap mata pelajaran yan dipadukan.Dalam penentuan tema dapat
ditetpkan sendiri oleh guru dan/atau bersama peserta didik.
2. Pemetaan tema dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun demikian tidak
ada cara yang terbaik untuk menetukan tema tapi tergantung dari situasi dan
kondisi karena pada dasarnya pembelajaran tematik bergantung pada situasi
dan kondisi kelas, sekolah, guru, atau lingkungan sehingga prosedur
penentuan tema disesuaikan situasi dan kondisi tempat.
3. Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:
memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa. dari yang termudah
menuju yang sulit. dari yang konkret menuju yang abstrak. tema yang dipilih
harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa dan
membangun pemahaman konsep karena adanya sinergi pemahaman antar
konsep yang dikemas dalam tema. ruang lingkup tema disesuaikan dengan
usia dan perkembangan siswa, termasuk minat dan kebutuhan. tema yang
dipilih.
4. Pemetaan tema dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh
dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari
berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.
B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Seperti halnya pribahasa mengatakan “tak ada gading
yang tak retak”. Maka dari itu, demi kelancaran pembuatan makalah
selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari
dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing kami para mahasiswa/i
untuk menyempurnakan makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Ewi35Nzh6t72AhUR7HMBHWRhB_gQ6AF6BAgHEAM#v=onepage&q=pemetaa
n%20tema&f=false.
Ahmad Nur Sobah. 2017. Perencanaan Pembelajaran MI/SD. Bangkes: Duta
Media Publishing.
https://books.google.co.id/books?
id=Mqf8DwAAQBAJ&pg=PA36&dq=pemetaan+tema&hl=id&sa=X&ved=2ahUK
Ewi35Nzh6t72AhUR7HMBHWRhB_gQ6AF6BAgHEAM#v=onepage&q=pemetaa
n%20tema&f=false.
Ahmad Rohani. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Renika Cipta.
http://eprints.radenfatah.ac.id/379/5/Paket%205.pdf.
Akhmad Supriyatna. 2019. Cara Mudah Merumuskan Indikator Pembelajaran.
Serang: Pustaka Bina Putera.
Ni’matuz Zuhroh. 2021. Pengembangan Materi dan Metodologi
Pembelajaran IPS. Indonesia: Guepedia.
20