Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DASAR PEMETAAN TEMA

Dosen Pengampu:

Misbahul Jannah, M.Pd., Ph.D

Disusun Oleh Kelompok 5:

Fitriani (190209093)

Wulandari (190209141)

Wilfa Mustika (200209013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM BANDA ACEH

TAHUN AJARAN

2022
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kami panjatkan atas Allah SWT, shalawat dan salam
juga kami panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Pembelajaran Tematik
dengan ini kami mengangkat judul “Konsep Dasar Pemetaan Tema”.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Banda Aceh ,24 Maret 2022

Penulis

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Permasalahan................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Pemetaan Tema ...........................................................6
B. Cara Menentukan Tema Pada Pembelajaran Tematik ................................8
C. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Pemilihan Tema .................................13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................18
B. Saran ............................................................................................................18
Daftar Pustaka...............................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah pembelajaran tematik sering disebut juga pembelajaran terpadu dan di


persamakan dengan integral teaching and learning, integrated curriculum approach,
a coherent curriculum approach.Konsep ini telah lama di kemukakan oleh John
Dewey sebagai upaya untuk mengintegritaskan perkembangan dan pertumbuhan
siswa-siswi dan kemapuan pengetahuannya1.Pembelajaran tematik adalah
pemebelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pembicaraan dengan
tema diharapkan akan memberikan keuntungan.Pembelajaran tematik lebih
menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu.Oleh karena
itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar menunjukkan kaitan unsur-unsur
konseptual yang menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk
skema, sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan selain itu
dengan penerapan pembelajaran tematik disekolah dasar akan sangat membantu siswa
hal ini dilihat dari tahap perkembangan siswa yang masih melihat sesuatu sebagai
satu keutuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemetaan tema itu?
2. Bagaimana cara menetukan tema dalam pembelajaran tematik?
3. Bagaimana prinsip-prinsip pengembangan dan pemilihan tema?

1
Beans, 1993 dalam sa’ud, dkk., 2006

4
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian pemetaan tema
2. Untuk mengetahui cara menentukan tema dalam pembelajaran tematik
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan dan pemilihan tema

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kosep Pemetaan Tema

Pemetaan tema adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran secara


menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari
berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Pembelajaran
tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi
pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema. Tema menjadi
pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Pada
model pembelajaran ini guru menyajikan pembelajaran dengan tema dan sub tema
yang disepakati dan dihubungkan dengan antar mata pelajaran sehingga siswa-siswi
memperoleh pandangan dan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari mata pelajaran
yang berbeda-beda2.
Sebagaimana Sukayati, Subroto (1998) menegaskan bahwa dalam pembelajaran
tematik yang juga disebut pembelajaran terpadu model terkait, pelajaran dimulai dari
suatu tema. Tema diramu dari kompetensi dan indikator dari beberapa mata pelajaran
yang dijabarkan dalam konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ingin
dikembangkan dan didasarkan atas situasi dan kondisi kelas, guru, madrasah dan
lingkungan. Dengan demikian, menurut Sukayati (2004) siswa-siswi mempunyai
motivasi tinggi karena pelajaran melalui tema ini akan memudahkan mereka dalam
melihat bagaimana berbagai kegiatan dan gagasan dapat saling terkait tanpa harus
melihat batas-batas pemisah beberapa mata pelajaran.

2
Sukayati 1998

6
Dalam penentuan tema dapat ditetapkan sendiri oleh guru dan/atau bersama
peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam menetapkan tema perlu
memperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik
2. Mulai dari yang termudah menuju yang tersulit
3. Mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks
4. Dari yang konkret menuju yang abstrak
5. Tema dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada peserta
didik
6. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta
didik, termasuk minat, kebutuhan peserta didik, kebutuhan, dan
kemampuannya.
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas bisa dijabarkan
lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih sfesifik dan lebih
konkret.Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi
menjadi suatu materi/isi pembelajaran. Bila digambarkan akan tampak seperti
dibawah ini. Sebagai contoh adalah :

o Tema “PENGALAMAN” dapat dikembangakan menjadi anak tema


1. Pengalaman menyenangkan
2. Pengalaman menyedihkan
3. Pengalaman lucu
o Tema “ALAT TRANPORTASI” dapat dikembangkan menjadi anak tema:
1. Alat transportasi darat
2. Alat transportasi laut
3. Alat transportasi udara
o Tema “PERISTIWA ALAM” dapat dikembangakan menjadi anak tema:
1. Banjir

7
2. Gempa bumi
3. Gunung meletus
4. Tanah longsor dan sebgainya

B. Cara Menentukan Tema Dalam Pembelajaran Tematik


Pemetaan tema dapat dilakukan dengan berbagai cara. Namun demikian, tidak
ada cara yang terbaik untuk menentukan tema tetapi tergantung dari situasi dan
kondisi karena pada dasarnya pembelajaran tematik bergantung pada situasi dan
kondisi kelas, sekolah, guru, atau lingkungan sehingga prosedur penentuan tema
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
Menurut Tim Puskur dari Departemen Pendidikan Nasional (2006) menentukan
tema dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, guru mempelajari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam tiap-tiap mata pelajaran,
dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua, guru menetapkan
terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut,
guru dapat bekerja sama dengan siswa-siswi sehingga sesuai dengan minat dan
kebutuhan mereka.
Perbedaan antara cara pertama dengan cara yang kedua terletak pada penentuan
tema. Cara yang pertama penentuan tema dilakukan setelah gurumelakukan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalamindikator. Tema
ditentukan setelah melihat keterhubungan antara kompetensi satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya3.
Yang menjadi permasalahan pokok kemudian adalah bagaimana menentukan
tema yang tepat sehingga dapat mengikat semua mata pelajaran yang harus dikuasai
peserta didik.

3
https://books.google.co.id/books?
id=Mqf8DwAAQBAJ&pg=PA36&dq=pemetaan+tema&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi35Nzh6t72AhUR7H
MBHWRhB_gQ6AF6BAgHEAM#v=onepage&q=pemetaan%20tema&f=false

8
Dalam memadukan atau mengikat pelajaran pelajaran menjadi satu tema perlu
diperhatikan syarat-syaratnya :
1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3. Kompetensi dasar yang tidak dipadukan dapat diajarkan tersendiri
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup dalam tema tertentu harus diajarkan
baki melalui tema lain maupun berdiri sendiri
5. Kegiatan ini ditekankan kepada kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung serta penanaman nilai-nilai moral
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat,
lingkungan, dan daerah setempat.

Jika syarat-syarat tersebut telah diketahui, maka penentuan tema bisa dimulai
dengan tahapan persiapan terlebih dahulu berupa :
a. Pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dalam tema
b. Penetapan jaringan tema
c. Penyusunan silabus
d. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

Pemetaan tema juga dapat dijabarkan dalam tahapan berikut ini:


1. Tahap pertama
Perancangan oleh guru merupakan peringkat yang paling penting.Garis
panduan dibawah ini membantu guru dalam membentuk pengembangan tema
dari perspektif kurikulum berdasarkan tema yang dipilih
2. Tahap kedua
Peringkat ini, guru mengambil permasalahan dan pengembangan dari
peringkat pertama dan mengetahui :
Apakah guru menginnginkan agar peserta didik memahami tentang tema?

9
Guru selanjutnya mengembangkan akttivitas-aktivitas pembelajaran
berdasarkan permasalahan tersebut.Aktivitas yang direncanakan itu bisa
dilihat dari beberapa aspek.
3. Tahap ketiga
Setelah aktivitas pengembangan tema dan pemetaan telah dilakukan,
pembelajaran tematik dapat dikaitkan dengan ke mata pelajaran lain seperti :
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Pendidikan Agama, IPA, IPS,
Pendidikan Seni, Pendidikan Jasmani dan Rohani.

Setelah pemetaan, dapat dibuat jaringan tema yaitu menghubungkan


kompetensi dasar dengan tema pemersatu dan mengembangkan indikator
pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih. Dengan jaringan tema
tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan indikator dari setiap
mata pelajaran. Kompetensi dasar dan materi yang luas dan tersebar pada
mengakibatkan pemahaman yang parsial dan tidak terintegrasi, padahal memiliki
jaringan tema keterhubungan kompetensi dasar dengan temamasing-masing mata
pelajaran dapat pemersatu4

Prosedur Pemetaan Tema


Kegiatan pemetaan ini, menurut tim puskur departemen pendidikan nasional,
dapat dilakukan dengan:
1. Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator
melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
- Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

4
Sumber: kunandar (2007:320)

10
- Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat
diamati.
2. Menetukan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara:
- Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat
dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan
tema yang sesuai.
- Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk
menetukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik
sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3. Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator.
Identigikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator disesuaikan dengan setiap tema sehingga semua
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.5

Pemetaan KD dan indikator kedalam tema dimulai dengan kegiatan sebagai


berikut:
1. Memetakan semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3. Karena
pembelajarn tematik adalah keterpaduan berbagai mata pelajaran yang
diikat dengantema, dalam pemetaan tema harus dimulai dengan
pemetaan mata pelajaran dikelas 1-3
2. Mengidentifikasi standar kompetensi dalam setiap mata pelajaran yang
diajarkan kelas 1-3
3. Mengidentifikasi standar kompetensi dalam setiap mata pelajaran yang
diajarkan kelas 1-3
4. Menjabarkan kompetensi dasar kedalam indikator

5
Ahmad Nur Sobah, Perencanaan Pembelajaran MI/SD, (Bangkes: Duta Media Publishing, 2017).

11
5. Mengidentifikasikan tema-tema berdasarkan keterpaduan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari semua mata
pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3
6. Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap SK, KD, dan
indikator harus cocok untuk setiap tema sehingga semua SK, KD dan
indikator berbagai habis akan tetapi jika terdapat kompetensi yang
tidak tercakup pada tema tertentu tetap diajarkan melalui tema lain
ataupun disajikan secara tersendiri.Artinya untuk SK, KD dan
indikator yang tidak dapat dipadukan dengan mata pelajaran lain
disajikan secara tersendiri.

Pemetaan keterhubungan tema dengan standar kompetensi, KD dan indikator


dilakukan dengan kegiatan sebagai beriku:
1. Mengidentifikasi tema-tema yang digunakan sebagai pangikat ketrpaduan
berbagai mata pelajaran
2. Memetakan semua mata pelajaran yang diajarkan 1-3.Karena
pemebelajaran tematik adalah keterpaduan sebagai mata pelajaran yang
diikat denga tema dalam pemetaan harus dimulai dengan mata pelajaran
yang diajarkan dikelas 1-3
3. Mengidentifikasi standar kompetensi dalam setiap mata pelajaran yang
diajarkan di kelas 2-3
4. Mengidentifikasikan kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang
diajarkan dikelas 1-3
5. Menjabarkan kompetensi dasar kedalam indikator
6. Menganalisis keterhubungan tema-tema dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator dari semua mata pelajaran yang diajarkan
dikelas 1-3. Analisis keterhubungan tema dengan SK, KD dan indikator,
seperti yang dijelaskan6.
6
Najib sulhan : 2006

12
C. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Pemilihan Tema
7
Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.Dimungkinkan terjadi
penggabungan kompetensi dasar lintas semester Kompetensi dasar yang tidak dapat
dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.Kompetensi dasar yang tidak bisa
diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri. Kompetensi dasar yang tidak tercakup
pada tema tertentu arus tetap diajarkan naik melalui tema lain maupun disajaikan
secara tersendiri. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca,
menulis, dan berhtitung, serta penanaman ilai-nlai moral. Tema-tema yang dipilih
disesuaikan dengan karkateristik siswa, minat dan lingkungan, dan daerah setempat.

Menurut Tim Pusat Kurikulum dari Departemen Pendididkan Nasional dalam


menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik. Tema yang
dipilih sebaiknya tema-tema yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan
dialami anak (Sukandi dkk., 2003) Mengangkat realita sehari-hari dapat
menarik minat siswa-siswi dan meningkatkan keterlibatan siswa-siswi dalam
pembelajaran. Dalam pembelajaran tematik, anak belajar tentang dunia nyata
sehingga pencapaian kompetensi dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-
hari.
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa-siswi. Tema yang
dipilih sebaiknya tema-tema yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan
dialami anak.
Menurud Murry Thomas pengalaman di klasifikasikan menjadi
1. pengalaman dari benda asli, contoh : kereta api, bola dll

7
https://books.google.co.id/books?
id=Mqf8DwAAQBAJ&pg=PA36&dq=pemetaan+tema&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi35Nzh6t72AhUR7H
MBHWRhB_gQ6AF6BAgHEAM#v=onepage&q=pemetaan%20tema&f=false

13
2. pengalaman dari benda tiruan, contoh : gambar, film, model
3. pengalaman dari kata-kata, contoh buku, majalah, radio, dll.8
2. Dari yang termudah menuju yang sulit. Dari yang sederhana menuju yang
kompleks. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang
secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan
mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta
kedalaman materi.
3. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak. Anak tidak belajar hal yang
abstrak, tetapi belajar dari fenomena kehidupan dan secara bertahap belajar
memecahkan problem kehidupan. Tingkat perkembangan mental anak selalu
dimulai dengan tahap berpikir nyata. Anak-anak biasanya melihat peristiwa
atau objek yang didalamnya memuat sejumlah konsep/ materi beberapa mata
pelajaran.
4. Tema dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri peserta
didik dan membangun pemahaman konsep karena adanya sinergi pemahaman
antar konsep yang dikemas dalam tema.
5. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta
didik, Termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya. Dalam pembelajaran
tematik, berbagai mata pelajaran dihubungkan dengan tema yang cocok
dengan kehidupan sehari-hari anak, bahkan diupayakan yang merupakan
kesenangan anak pada umumnya sehingga peserta didik tertarik untuk
mengikuti pelajaran.
6. Tema yang dipilih, menurut Sukandi (2003) dapat mengembangkan tiga ranah
sasaran pendidikan secara bersamaan, yaitu kognitif, keterampilan, dan sikap.9
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh pendidik anak usia dini dalam
memilih tema yang akan diajarkan pada anak usia dini antara lain:

8
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif (Jakarta: Renika Cipta, 1997), 14.
9
http://eprints.radenfatah.ac.id/379/5/Paket%205.pdf

14
1. Kedekatan
Artinya tema yang hendaknya dipilih dimulai dari tema yang terdekat dengan
kehidupan anak, dekat dimaksud dapat dekat secara fisik atau dekat secara
emosi atau minat anak (Direktorat PAUD, 2018: 4). Tema yang digunakan
dalam pembelajaran harus dimulai dari tema yang dekat dengan kehidupan
anak, masing-masing lembaga PAUD tentu memiliki kondisi yang berbeda-
beda, oleh karena itu tema yang dipilih bisa yang sesuai dengan lokasi
lembaga atau kondisi lembaga.
Contoh tema yang terdekat dengan peserta didik misalnya diri sendiri. Di
dalam tema diri sendiri dapat dikembangkan menjadi sub tema aku dengan
topik bahasan antara lain : mengidentifikasi anggota tubuh, fungsi masing
masing anggota tubuh, cara melindungi anggota tubuh dari hal-hal yang
membahayakan. Setelah tema diri sendiri pendidik dapat memilih tema lain
yang dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Misalnya bagi
lembaga PAUD yang lingkungannya dekat dengan sawah bisa menjadikan
tema lingkungan dengan sub tema sawah menjadi topik dalam pembahasan.

2. Kesederhanaan
Artinya tema yang dipilih yang sudah dikenal oleh anak agar anak dapat
menggali lebih banyak pengalamannya (Direktorat PAUD, 2018, 4).
Pemilihan tema untuk anak usia dini tidak perlu yang muluk-muluk tetapi
tema-tema yang sudah dikenal dan dekat dengan keseharian anak. Pendidik
tidak harus memilih tema yang malah menyusahakn pendidik dalam mencari
materi dan kegiatan yang akan dilakukan anak dalam mendalami tema.
Prinsip kesederhanaan berarti pemilihan atau pengembangan tema di
selaraskan dengan perkembangan anak.
Tema yang dipilih juga memungkinkan untuk dapat dipelajari oleh anak
secara optimal.Misalnya pendidik memilih sub tema pinguins, tentunya

15
pendidik akan mengalami kesusahan ketika menyiapkan pembelajaran dan
memunjukkan objek nyatanya, sehingga pendidik hanya bisa menunjukan
gambar atau video pada anak. Oleh sebab itu dalam memilih tema pilihlah
tema-tema yang sederhana yang sudah dikenal dan memudahkan pendidik dan
anak dalam menggali lebih banyak informasi berkaitan dengan tema yang
dipilih.
Contoh tema berdasarkan prinsip kesederhanaan kita dapat memilih tema
“tanaman” dengan sub tema “Pohon Pisang”. Pohon pisang merupakan sub
tema yang sangat sederhana tetapi menarik untuk digali lebih dalam. Dari sub
tema pohon pisang pendidik dapat membuat topik pembahasan meliputi :
bagian-bagian pohon pisang, manfaat setiap bagian dari pohon pisang,
manfaat buah pisang bagi kesehatan, cara mengkonsumsi buah pisang, dan
cara memasak buah pisang.

3. Kemenarikan
Artinya tema yang dipilih harus mampu menarik minat belajar anak-anak
(Direktorat PAUD, 2018: 4). Suatu tema dikatakan menarik tidak selalu tema
yang aneh tetapi tema sekitar anak juga bisa menarik jika guru dapat memilih
aktifitas yang sesuai dengan perkembangan anak. Untuk lebih memberikan
kemenarikan minat belajar anak dan kebermaknaan suatu tema, guru dapat
merumuskan tema dalam bentuk kalimat yang in spiratif, baik dalam rumusan
satu kata tunggal, frase, maupun dalam ben tuk kalimat. Dalam memilih tema
yang menarik bagi anak, guru dapat melakukan pengamatan terhadap hal-hal
yang dekat dengan anak baik secara fisik maupun pengalaman anak.
Contoh : tema lingkunganku dengan sub tema “Pohon pisang” bisa menjadi
tema yang sangat menarik bagi anak dengan aktifitas antara lain : a.
Mengajak anak-anak untuk mengamati secara langsung pohon pisang
dikebun, mengamati perkembangbiakan pohon pisang dimulai dari tunas
sampai berbuah, dan mengamati bagian-bagian dari pohon pisang; (b)

16
melakukan aktivitas dengan memanfaatkan bagaian pohon pisang misalnya
dengan membuat alat permainan dari pelepah pisang, memasak secara
bersama-sama buah pisang menjadi aneka olahan makanan dan memakan
bersama.
Secara umum, kompetensi merupakan kemampuan untuk
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut
oleh pekerjaan tersebut.10
Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indiktor yang cocok untuk setiap tema sehingga semua
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis. Setelah
tema-tema terbentuk, maka guru mrnyusun pemetaan kompetensi dasar.
Kompetensi dasar mata pelajaran sesuai dengan tema yang sudah ada.
Jika ada kompetensi dasar yang sulit diintegrasikan kedalam tema-tema yang
telah ditentukan, maka kompetensi dasar tersebut diajarkan tersendiri.
Contohnya adalah kompetensi dasar pada mata pelajaran pendidikan agama
dan pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan, karena untuk
mengajarkannya membutuhkan guru yang memiliki latar belakang pendidikan
khusus.

PENUTUP

BAB III

A. Kesimpulan

10
Akhmad Supriyatna, Cara Mudah Merumuskan Indikator Pembelajaran, (Serang: Pustaka Bina
Putera, 2019). 1-2.

17
1. Tema pembelajaran tematik sebagai alat/wahan pemersatu dari standar
kompetensi setiap mata pelajaran yan dipadukan.Dalam penentuan tema dapat
ditetpkan sendiri oleh guru dan/atau bersama peserta didik.
2. Pemetaan tema dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun demikian tidak
ada cara yang terbaik untuk menetukan tema tapi tergantung dari situasi dan
kondisi karena pada dasarnya pembelajaran tematik bergantung pada situasi
dan kondisi kelas, sekolah, guru, atau lingkungan sehingga prosedur
penentuan tema disesuaikan situasi dan kondisi tempat.
3. Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:
memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa. dari yang termudah
menuju yang sulit. dari yang konkret menuju yang abstrak. tema yang dipilih
harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa dan
membangun pemahaman konsep karena adanya sinergi pemahaman antar
konsep yang dikemas dalam tema. ruang lingkup tema disesuaikan dengan
usia dan perkembangan siswa, termasuk minat dan kebutuhan. tema yang
dipilih.
4. Pemetaan tema dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh
dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari
berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.

B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Seperti halnya pribahasa mengatakan “tak ada gading
yang tak retak”. Maka dari itu, demi kelancaran pembuatan makalah
selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari
dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing kami para mahasiswa/i
untuk menyempurnakan makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Beans. 1993 dalam sa’ud. dkk. 2006.


https://books.google.co.id/books?
id=Mqf8DwAAQBAJ&pg=PA36&dq=pemetaan+tema&hl=id&sa=X&ved=2ahUK

19
Ewi35Nzh6t72AhUR7HMBHWRhB_gQ6AF6BAgHEAM#v=onepage&q=pemetaa
n%20tema&f=false.
Ahmad Nur Sobah. 2017. Perencanaan Pembelajaran MI/SD. Bangkes: Duta
Media Publishing.
https://books.google.co.id/books?
id=Mqf8DwAAQBAJ&pg=PA36&dq=pemetaan+tema&hl=id&sa=X&ved=2ahUK
Ewi35Nzh6t72AhUR7HMBHWRhB_gQ6AF6BAgHEAM#v=onepage&q=pemetaa
n%20tema&f=false.
Ahmad Rohani. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Renika Cipta.
http://eprints.radenfatah.ac.id/379/5/Paket%205.pdf.
Akhmad Supriyatna. 2019. Cara Mudah Merumuskan Indikator Pembelajaran.
Serang: Pustaka Bina Putera.
Ni’matuz Zuhroh. 2021. Pengembangan Materi dan Metodologi
Pembelajaran IPS. Indonesia: Guepedia.

20

Anda mungkin juga menyukai