Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam

Dosen Pembimbing :

Fahmi Khumaini, M.Pd

Disusun Oleh :

Julia Dwi Afridayanti (201955010104762)

Nurhadi (201955010104725)

M Adip Mukhtar (201955010104967)

Shobachatun Nafisah (201955010104919)

Nur Eksan (201955010104966)

Ahmad Roikhanuzzahri(201955010104717)

Moh. Abdul rohman (201955010104969)

Rifqi Prawiro Wardoyo (201955010104909)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO


2021 / 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang senantiasa mencurahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pengantar Metode Penelitian dengan judul
“Penelitian Tindakan Kelas” tepat pada waktunya.

Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Metode Penelitian pada
jurusan Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini terutama pada dosen pengampu Bapak Fahmi Khumaini, M.Pd
yang selalu memberi bimbingan pada kita semua.

Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Oleh karena itu , saran dan kritik yang membangun dari pembaca pada umumnya
sangatlah kami nantikan guna menyempurnakan makalah ini,dan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bojonegoro, 07 Oktober 2021


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penelitian tindakan kelas sudah muncul sekitar belasan tahun yang lalu,Istilah dalam bahasa inggris
adalah classroom Actions Research (CAR).yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. PTK sangat
mendukung program peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah peningkatan
kualitas pendidikan. Hal ini, karena dalam proses pembelajaran, guru adalah praktisi dan teoretisi yang
sangat menentukan. Peningkatan kualitas pembelajaran, merupakan tuntutan logis dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Perkembangan Ipteks mengisyaratkan
penyesuaian dan peningkatan proses pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga berdampak
positif terhadap peningkatan kualitas lulusan dan keberadaan sekolah tempat guru itu mengajar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2. Apa prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

3. Bagaimana Model Penelitian Tindakan Kelas?

4. Bagaimana Persyaratan Penelitian Tindakan oleh Guru?

5. Apa Sasaran atau objek penelitian tindakan kelas?

6. Bagaimana Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan?

C. Tujuan

Adapun tujuan pembahasan pada makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

3. Model Penelitian Tindakan Kelas.

4. Persyaratan Penelitian Tindakan oleh Guru.

5. Sasaran atau objek penelitian tindakan kelas.

6. Bagaimana Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan.


BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari istilah penelitian tindakan (action
research) . Oleh karena itu, untuk memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian
tindakan terlebih dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan berbagai negara di
Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang bergerak di bidang ilmu sosial dan humaniora .
Orang-orang yang bergerak di bidang itu dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau
perlakuan di lapangan. Mereka berarti langsung mempraktikkan tindakan yang telah direncanakan dan
mengukur kelayakan tindakan yang diberikan tersebut. Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan
adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran praktik sosial mereka (Sanjaya, hal. 24). Dalam hal ini, penelitian tindakan
memiliki kawasan yang lebih luas daripada PTK. Penelitian tindakan diterapkan di berbagai bidang ilmu
di luar pendidikan, misalnya dalam kegiatan praktik bidang kedokteran, manajemen, dan industri
(Basrowi & Suwandi, hal. 25). Bila penelitian tindakan yang berkaitan pada bidang pendidikan
dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas, maka penelitian tindakan tindakan ini disebut PTK.
[1]Tindakan ini di kalangan pendidikan dapat diterapkan pada sebuah kelas sehingga sering disebut
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut,maka ada tiga pengertian yang dapat
diterangkan:

1. Penelitian-menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara-cara
dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan--- menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih
spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud
dengan ‘kelas' adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama
dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3)
kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan
oleh siswa. Kesalahan umum yang terdapat dalam penelitian tindakan guru adalah penonjolan tindakan
yang dilakukannya sendiri, misalnya guru memberikan tugas kelompok kepada siswa. Pengutaraan
kalimat seperti itu kurang pas. Seharusnya guru menonjolkan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa mengamati proses mencair es yang ditempatkan di panci tertutup dan panci terbuka,
atau di dalam gelas. Siswa juga diminta membandingkan dan mencatat hasilnya.[3] Dengan kata lain,
guru melaporkan berlangsungnya proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian mereka
pada proses yang terjadi, dan sebagainya.

B. Tujuan Penelitian tindakan Kelas

Dewasa ini perkembangan masyarakat berlangsung dengan cepat, tuntutan akan pendidikan yang
berkualitas pun semakin meningkat oleh karena itu kita sebagai guru yang dengan kata lain merupakan
praktisi lapangan di dunia pendidikan dituntut dapat lebih cepat untuk memenuhi tuntutan-tuntutan
tersebut dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Oleh karena itu guru sebagai praktisi lapangan
dituntut untuk terus- menerus mencari dan mencoba hal-hal baru yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan. Melalui penelitian tindakan kelas, pendidik dapat meningkatkan dan memperbaiki
layananan pendidikan yang dalam hal ini adalah segala yang terjadi dalam proses belajar mengajar di
kelas. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan
layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar di dalam kelas. Tujuan itu dapat dicapai
dengan melaukakan tindakan alternatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Fokus penelitian ini
terdapat pada tindakan yang direncanakan oleh guru, yang selanjutnya akan diterapkan pada peserta
didik, kemudian dievaluasi apakah berhasil atau tidak.

Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu
kiranya difahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila sedang melakukan penelitian
tindakan kelas.Dengan memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya,kiranya apa yang
dilakukan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-prinsip dimaksud adalah sebagai berikut. [4]

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa? Jika penelitian
dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin akan dapat dilaksanakan lagi dalam situasi
aslinya. Oleh karena itu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah
jadwal yang sudah ada.

2. Adanya kesadaran untuk memperbaiki diri

Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang
statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini
dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan
lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Dengan kata lain, penelitian
tindakan dilakukan bukan karena ada paksanaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar
sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu,
yang dirasakan belum memuaskan dan perlu ditingkatkan.

3. SWOT sebagai dasar berpijak


Penelitian tindakan harus dimulai dari melakukan analisis SWOT, terdiri dari unsur-unsur S (Strength) -
kekuatan, W (Weaknesses) - kelemahan, O (Opportunity) - kesempatan, dan T (Threat) - ancaman.
Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan.
Dengan berpijak pada hal-hal yang disebutkan, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila
ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru
sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.

4. Upaya empirik dan sistemik

Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya analisis SWOT,
tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, sudah mengikuti prinsip empirik (terkait dengan
pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang
terkait dengan objek yang sedang digarap. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga
memikirkan tentang sarana pendukung dan hal-hal yang terkait dengan cara baru tersebut.

Ikuti SMART dalam perencanaan

SMART adalah kata bahasa Inggris artinya cerdas, akan tetapi dalam proses perencanaan kegiatan
merupakan singkatan dari lima huruf bermakna.

• S - Specific, khusus, tidak terlalu umum

• M- Managable, dapat dikelola, dilaksanakan

• A - Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau

- Achievable, dapat dicapai, dijangkau

• R - Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan dan

• T - Time-bound, diikat oleh waktu, terencana

Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal- hal yang disebutkan dalam SMART.
Tindakan yang dipilih peneliti harus khusus, tidak sulit dilakukan, dapat diterima oleh subjek yang
dikenai tindakan dan lingkungan, nyata bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai tindakan. Selain
itu yang sangat penting adalah bahwa tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya. Penelitian
tindakan dapat direncanakan dalam waktu satu bulan, satu semester, atau satu tahun.

D. Model Penelitian Tindakan

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan, namun secara garis besar
terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai
berikut.[5]

Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan


Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan
antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Cara ini
dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu
kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan
pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal
yang berada di luar diri, karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung
mengunggulkan dirinya.

Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan isi
rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa
dalam tahap 2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam
rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam reflekasi, keterkaitan antara
pelaksanaan dengan perenca- naan perlu diperhatikan.

Tahap 3: Pengamatan

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat
kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan
dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Sebutan tahap 2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang berstatus juga
sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan
kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu kepada
guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat ini untuk melakukan "pengamatan balik" terhadap apa
yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini guru pelaksana
mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi.

Tahap 4: Refleksi

Tahap ke-4 ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah
"refleksi" dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan.
Kegiatan refleksi ini sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan
tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan. Istilah refleksi di sini sama dengan "memantul-seperti halnya memancar dan menatap kena
kaca", yang dlam hal ini guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru
saja mengamati kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku
tindakan mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dn
bagian mana yang belum. Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi
dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain guru tersebut melihat dirinya kembali, melakukan
"dialog" untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan
rancangan dan mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu
satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak
lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan "bentuk tindakan" sebagaimana disebutkan dalam uraian
ini, maka yang dimaksud dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut. Jadi bentuk penelitian tindakan
tidak pernah merupakan kegiatan tunggal tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke
asal, yaitu dalam bentuk siklus.

E. Persyaratan Penelitian Tindakan oleh Guru

Beberapa hal di bawah ini antara lain merupakan persyaratan untuk diterimanya laporan penelitian
tindakan yang dilakukan oleh guru.

1. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran,
dan berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan secara terus-menerus,
objektif, dan sistematis, artinya dicatat atau direkam dengan baik sehingga diketahui dengan pasti
tingkat keberhasilan yang diperoleh peneliti serta penyimpangan yang terjadi; hasil pencermatan
tersebut akan menetukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti.

3. Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang- kurangnya dalam dua siklus tindakan yang
berurutan; informasi dari siklus yang terdahulu sangat menentukan bentuk siklus berikutnya. Oleh
karena itu siklus yang kedua, ketiga dan seterusnya tidak dapat dirancang sebelum siklus pertama
terjadi. Hasil refleksi harus tampak digunakan sebagai bahan masukan untuk perencanaan siklus
berikutnya.

4. Penelitian tindakan kelas terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan,
dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku. Tindakan yang dilakukan tidak boleh merugikan siswa,
baik yang dikenai atau siswa lain. Makna darim kalimat ini adalah bahwa tindakan yang dilakukan guru
tidak hanya memilih anak-anak tertentu, tetapi harus semua siswa dalam kelas.

5. Penelitian tindakan kelas disadari betul oleh pelakunya, sehingga yang bersangkutan dapat
mengemukakan kembali apa yang dilakukan, baik mengenai tindakan, suasana ketika terjadi, reaksi
siswa, urutan peristiwa, hal-hal yang dirasakan sebagai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan
rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

6. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa
dirumahnya. Informasi tentang lingkungan ini dikaji bukan untuk dilakukan camput tangan, tetapi
digunakan sebagai pertimbangan dan bahan untuk pembahasan.

7. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan
direkayasa dalam bentuk tindakan. Yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara
mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan urutan jadwal, pengaturan, tempat
duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa dan sebagainya.[7]
G. Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan

Selanjutnya apabila guru pelaksana penelitian tindakan kelas sudah merasa puas dengan siklus-siklus
itu, tentu saja langkah berikutnya tidak lain adalah menyusun laporan kegiatannya. Proses penyusunan
laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin mencatat apa saja yang
sudah ia lakukan.

Menulis karya tulis ilmiah laporan penelitian sebetulnya akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan
menulis artikel, karena lahan tulisan akan sudah dipenuhi dengan penjelasan tentang alasan, tujuan,
manfaat dan isi penelitian, kemudian cerita tentang tindakan dengan siklus-siklusnya. Pada akhir tulisan
tinggal disampaikan hasil penelitian, yaitu keberhasilan yang diperoleh dan hambatan atau kesulitan
dalam pelaksanaan, ditutup dengan rekomendasi atau saran.

Sistematika laporan penelitian tidak jauh berbeda dengan laporan penelitian yang lain. Satu hal yang
sangat dicermati oleh penilai adalah bagaimana siklus dilaksanakan, dan penjelasan tentang proses yang
berlangsung. Kesalahan umum yang terjadi, guru hanya menyebutkan sangat sedikit tentang tindakan
yang dilakukan, dan langsung menunjukkan data yang dikumpulkan melalui tes. Hasil tes antar siklus
dibandingkan dengan atau tapa rumus, kemudian disimpulkan. Dalam penelitian tindakan ini guru tidak
diharuskan menonjolkan analisis data, tetapi seperti sudah dikemukakan di depan, sangat menekankan
proses.

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan
oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.Tujuan utama PTK adalah untuk
perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar di dalam
kelas.

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami susun, semoga bermanfaat untuk kita semua dan pastinya
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon partisipasinya untuk memberi saran
dalam menelaah makalah ini lebih jauh.
DAFTAR PUSTAKA

Prof Arikunto,Suharsimi,dkk.Penelitian tindakan kelas,(Jakarta:Bumi Aksara,2007),hal 2

http/Wikipedia.org/wiki/Penelitian_Tindakan_Kelas

[1] Wikipedia.org/wiki/Penelitian_Tindakan_Kelas

[2] Prof Arikunto,Suharsimi,dkk.Penelitian tindakan kelas,(Jakarta:Bumi Aksara,2007),hal 2

[3] Ibid.hal 4

[4] Ibid.hal 6

[5] Ibid.hal16

[6] Ibid.hal 23
[7] Ibid.hal 26

[8] Ibid.hal 27-28

Anda mungkin juga menyukai