Anda di halaman 1dari 37

KEGIATAN BELAJAR 4

PTK, KARYA DAN PUBLIKASI ILMIAH, BEST PRACTICE

Deskripsi Umum
Pada kegiatan belajar 4 akan membahas tentang PTK, Karya dan publikasi ilmiah,
dan Best Practice. Penelitian dilakukan karena ada perasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan mendorong
manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal
sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun
prosedur tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman
atau melalui interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu, guru
sebagai pelaku pendidikan harus terus mengupayakan perbaikan pendidikan yang
dilakukan dengan pendekatan yang lebih bersifat konstruktivis, sehingga pendidik
tidak hanya menjadi penerima pembaharuan pendidikan, namun ikut bertanggung
jawab dan bahkan berperan secara aktif dalam melakukan pembaruan tersebut serta
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya melalui penelitian tindakan dalam
pengelolaan pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom
action research merupakan langkah yang tepat dalam upaya memperbaiki atau
meningkatkan mutu pendidikan.

Petunjuk Penggunaan Modul


A. Bagi Mahasiswa
Bila saudara ingin berhasil dalam mempelajari modul ini, saudara diharapkan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Baca dan pahamilah modul ini dengan baik sesuai dengan capaian pembelajaran
yang telah ditetapkan;
2. Pelajari modul secara bertahap sesuai urutan KB yang disajikan, dan lakukan secara
berulang-ulang sampai saudara benar-benar memahaminya.
3. Bacalah sumber bacaan lain yang dipandang relevan dengan materi yang dipelajari
sebagai bahan rujukan dan pembanding;
4. Diskusikan materi pada setiap KB dengan rekan sejawat dan/atau dosen
pengampu modul;

100
5. Ikuti seluruh kegiatan pembelajaran sebaik mungkin bersama dosen pengampu
baik secara tatap muka online ataupun melalui chat diskusi di LMS yang telah
disediakan;
6. Pastikan saudara dapat menyelesaikan seluruh tugas tagihan yang telah ditetapkan.
7. Bila saudara belum memenuhi passing grade, silahkan pelajari kembali modul
tersebut secara maksimal dan saudara dimnta menyelesaikan tugas remedial yang
telah.
B. Bagi Dosen
Bila dosen ingin mahasiswa berhasil dalam mempelajari modul ini, dosen
diharapkan melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Dosen memperdalam materi-materi yang disajikan pada modul ini guna


memberikan pemahaman lebih kepada mahasiswa.
2. Dosen melakukan perkuliahan secara online dan atau melalui disksui sesuai
dengan kesepakatan.
3. Dosen memberikan penjelasan terkait materi-materi yang masih sulit dipahami
dalam modul;
4. Dosen menyusun soal formatif pada setiap KB dan menginputkannya pada LMS
yang tersedia;
5. Dosen menyusun bahan tayang setiap KB dalam bentuk PDF dan mengunggahnya
ke LMS pada Fitur Analisa Bahan Ajar;
6. Dosen membimbing mahasiswa yang memiliki nilai tugas tagihan kurang dari
passing grade.
7. Dosen dapat memberikan sumber-sumber bacaan lain yang dipandang relevan
dengan meteri yang disajikan jika diperlukan;
8. Dosen mengarahkan mahasiswa untuk selalu mengikuti pembelajaran sampai
selesai dan menyelesaikan seluruh tugas tagihan yang ditetapkan sebagai syarat
kelulusan modul.

Capaian Pembelajaran
Menganalisis PTK, Karya dan Publikasi Ilmiah sebagai Bentuk Pengembangan Profesi

101
Sub Capaian Pembelajaran

• Menganalisis Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas

• Menganalisis Prosedur Pelaksanaan PTK

• Menganalisis Konsep Karya dan Publikasi Ilmiah

• Menganalisis Best Practice sebagai karya ilmiah

Pokok Materi Dalam Peta Konsep

Kegiatan Belajar 4 : PTK, Karya Dan Publikasi Ilmiah, Best Practice

• Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas

• Prosedur Pelaksanaan PTK

• Konsep Karya dan Publikasi Ilmiah

• Best Practice sebagai karya ilmiah

102
Uraian Materi:

A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian
Penelitian diartikan sebagai “Suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan,
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu dilakukan dengan
metode ilmiah” (Sutrisno Hadi, 2001). Penelitian didefinisikan sebagai upaya
menemukan pengetahuan baru. Hal ini memang sudah sewajarnya karena
pengetahuan merupakan sesuatu yang dicari dan ingin dimiliki oleh manusia untuk
dapat memahami hal-hal di sekitarnya. Dalam perkembangannya penelitian
didefinisikan sebagai sebuah upaya menemukan jawaban secara ilmiah dari sebuah
masalah yang dihadapi manusia.
Ilmiah diartikan sebagai berlandaskan atas bangunan ilmu tertentu. Dengan
demikian pengetahuan yang bersifat ilmiah diperoleh melalui sebuah proses
pendekatan ilmiah yang disebut penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu.
Teori yang berkembang melalui penelitian yang sistematis dan terkendali akan dapat
diuji validitas dan reliabilitasnya, artinya jika penelitian tersebut dilakukan oleh orang
lain dengan metode dan kondisi yang sama akan diperoleh hasil yang sama pula.
Penelitian dilakukan karena ada perasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan
salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan mendorong manusia
bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal sehat sudah
pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur
tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau
melalui interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Setelah data terkumpul maka
dilakukan pengolahan data dan mengorganisasikannya dalam ukuran-ukuran
kuantitatif atau kualitatif, yang kemudian dianalisis serta disimpulkan hasilnya.
Selanjutnya hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk yang sistematis, mengandung
penjelasan masalah, tujuan, jenis penelitian, pengumpulan data, analisis dan
kesimpulan.
Terdapat bebebapa pendekatan dalam penelitian diantaranya pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Sejalan dengan berkembangnya pengetahuan maka metode
penelitian pun berkembang yang salah satunya adalah penelitian tindakan. Penelitian
Tindakan atau action research memiliki ruang lingkup yang lebih dari PTK, karena
objek penelitian tindakan tidak hanya terbatas di dalam kelas, tetapi bisa di luar kelas,

103
seperti sekolah, organisasi, komunitas, dan masyarakat. (Kunandar: 2011). Penelitian
tindakan atau action research mulai berkembang sejak perang dunia ke dua. Di
Indonesia, model penelitian tindakan saat ini dikenal dengan istilah PTK. Para ahli
penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap
PTK.
Menurut Ebbut dan Hopkin (1993), penelitian tindakan adalah kajian sistemik
dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Bagi Carr & Kemmis, 1986 dalam
Burns (1999) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian
reflektif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta pesertanya dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka
serta pemahaman mereka terhadap praktikpraktik mereka dan terhadap situaasi
tempat praktik-praktik tersebut dilakukan.
PTK merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk
meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru
ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya,
sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini tentu akan
menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama dari semua pihak yang terkait
dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku
positif pada peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah dirancangkan. Konteks ini
pada dasarnya bergantung pada pendidik sebagai elemen penting dalam kegiatan
pembelajaran. Memang saat ini sudah menjadi tidak lazim apabila seorang pendidik
menjadi dominator kegiatan pembelajaran di kelas, namun hal ini bukan berarti
pendidik melepaskan tanggung jawab terhadap keberhasilan peserta didik dalam
belajar. Untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut seorang pendidik harus selalu
proaktif dan responsif terhadap semua fenomena yang dijumpai di kelas. Saat ini upaya
perbaikan pendidikan dilakukan dengan pendekatan yang lebih bersifat konstruktivis,
sehingga pendidik tidak hanya menjadi penerima pembaharuan pendidikan, namun
ikut bertanggung jawab dan bahkan berperan secara aktif dalam melakukan
pembaruan tersebut serta mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya melalui
penelitian tindakan dalam pengelolaan pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan
kelas (PTK) atau classroom action research merupakan langkah yang tepat dalam
upaya memperbaiki atau meningkatkan mutu pendidikan.

104
Beberapa alasan dan kepentingan di balik itu antara lain:
1) Pendidik berada di garis paling depan dan terlibat langsung dalam proses
tindakan perbaikan mutu pendidikan tersebut.
2) Penelitian pada umumnya dilakukan para ahli di perguruan tinggi/lembaga
pendidikan, sehingga pendidik tidak terlibat dalam pembentukan pengetahuan
yang merupakan hasil penelitian.
3) Penyebaran hasil penelitian ke kalangan praktisi di lapangan memerlukan
waktu lama.

Pertama kali Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diperkenalkan oleh ahli psikologi
sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasannya yang
selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc
Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal
pada akhir dekade 80-an.
➢ Menurut Stephen Kemmis (1983), PTK adalah suatu bentuk kegiatan penelaahan
atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan
tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas
dan kebenaran dari
(a) praktikpraktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan sendiri,
(b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan
(c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (band. Juga David Hopkins, 1993: 44).
➢ Bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam
melakasanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang
dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan.
(Proyek PGSM Diknas, 1999)
➢ Bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan
sosial serta pemahaman mengenai praktik dan situasi tempat dilakukannya.
(Taggart, 1988).

Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang


dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana uraiannya bersifat deskriptif dalam

105
bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data,
proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan kepada
pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu tindakan
(Rochiati, 2005). Penelitian Tindakan Kelas harus dilakukan di kelas yang sehari-hari
diajar bukan kelas yang diajar oleh guru lain meksipun masih dalam satu sekolah. Hal
ini disebabkan karena PTK adalah suatu penelitian yang berbasis pada kelas. Inilah
perbedaan ciri antara penelitian formal dengan PTK.
Ada perbedaan antara penelitian formal dengan Penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research) disajikan dalam tabel berikut:
Penelitian Formal PTK

1. Dilakukan oleh orang luar / 1. Dilakukan oleh pendidik sendiri


penelitian
secara khusus
2. Sampel harus representative 2. Tidak perlu sampel
3. Instrumen harus valid 3. Instrumen bersifat fleksibel dan
adaptif
4. Menuntut penggunaan analisis 4. Tidak perlu analisis statistik yang
statistic rumit
5. Mempersyaratkan hipotesis 5. Hipotesis berupa tindakan yang
bersifat
nyata dan fleksibel
6. Mengembangkan teori/konsep 6. Memperbaiki praktik pembelajaran
baru secara langsung
7. Hasil penelitian bersifat general 7. Hasil penelitian bersifat spesifik dan
Kontekstual

Ada tiga prinsip dasar yang menjadi ciri PTK, yaitu:


1) adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program kegiatan;
2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan
melalui penelitian tindakan; dan
3) adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program
atau kegiatan.

106
Dengan demikian, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakantindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek
pembelajaran dilaksanakan. PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Tujuan utama PTK adalah
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan
nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.
2. Tujuan Penelitian Tindakan
Tujuan utama dari PTK adalah terjadinya suatu peningkatan kualitas
pembelajaran dalam proses pembelajaran. Guru di kelas dapat menganalisis,
merefleksi, sekaligus menawarkan solusi yang tepat tentang permasalahan yang
muncul di kelas. Menurut Kunandar (2008) tujuan PTK, antara lain:
a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami
langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar,
meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik
dikalangan para guru. Mutu pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil
belajar siswa, baik yang bersifat akademis yang tertuang dalam nilai ulangan
harian (formatif), ulangan tengah semester (sub-sumatif) dan ulangan akhir
semester (sumatif) maupun yang bersifat non akademik, seperti motivasi,
perhatian, aktivitas, minatt, dan lain sebagainya.
b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus
mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses
pembelajaran.
d. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan
metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi kesadaran
dirinya.
e. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap
sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi belajar
siswa.
f. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
g. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga
tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran secara berkelanjutan.

107
h. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses
pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil
pendidikan juga ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-
sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.
Pendapat dari Mc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama dilaksanakannya
penelitian ini adalah untuk perbaikan; yang harus dimaknai dalam konteks proses
belajar khususnya, implementasi program sekolah umumnya; dengan sudut tinjauan
yang lebih dititik beratkan pada sisi pengembangan staf. Borg (1986) menyebutkan
secara eksplisit bahwa tujuan utama classroom action research adalah pengembangan
keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai
permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapinya di kelas.

3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan
secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya inovasi pendidikan,
karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa
professional secara mandiri. Sikap mandiri tersebut akan memicu lahirnya “percaya
diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem
pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu peningkatan kinerja dan
profesionalisme seorang guru secara berkesinambungan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas


PTK memiliki kelebihan berikut (Shumsky, 1982):
(1) Tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK;
(2) Tumbuhnya kreativitas dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang
bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK;
(3) Dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah; dan
(4) Meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam
PTK (silakan lihat Passow, Miles, dan Draper, 1985).
PTK juga memiliki kelemahan:
(1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada
guru itu sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis,
(2) rendahnya efisiensi waktu karena guru harus punya komitmen peneliti untuk
terlibat dalam prosesnya sementara guru masih harus melakukan tugas rutin;

108
(3) konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang
demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan
anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak mudah
untuk mendapatkan pemimpin demikian.

5. Berbagai Model Penelitian Tindakan


Berbagai model tentang penelitian tindakan dapat dipahami pada uraian berikut
ini:
a. Participatory Action Research (PAR) Model penelitian ini biasanya dilakukan
sebagai strategi transformasi sosial yang menekankan pada keterlibatan
masyarakat, rasa ikut memiliki program, dan analisis masalah sosial berbasis
masyarakat. Pada penelitian ini, suatu rekayasa untuk perubahan sosial
direncanakan, kemudian dilakukan, diamati dan dievaluasi/ dilakukan refleksi
setelah berjalan selama jangka waktu tertentu.
b. Critical Action Research (CAR) Penelitian model ini biasanya dilakukan oleh
kelompok tertentu yang secara kolektif mengkritisi masalah praksis, dengan
penekanan pada komitmen untuk bertindak menyempurnakan situasi, misalnya
hal-hal yang terkait dengan ketimpangan gender atau ras. Kelompok peneliti
masuk dan bergabung dengan kelompok sasaran, untuk mengetahui lebih dalam
berbagai hal yang menjadi fokus penelitian aksi, sambil melakukan tindakan yang
telah direncanakan bersama kelompok sasaran
c. Institutional Action Research (IAR) Penelitian model ini biasanya dilaksanakan oleh
pihak manajemen atau organisasi untuk meningkatkan kinerja, proses dan
produktivitas dalam suatu lembaga. Tindakan yang dilakukan berupaya
memecahkan masalah-masalah organisasi atau manajemen melalui pertukaran
pengalaman secara kritis. Riset ini dilakukan bersama konsultan yang memiliki
keahlian di dalam melakukan tindakan perubahan dalam rangka meningkatkan
kinerja organisasi atau manajemen.
d. Classroom Action Research Biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah
tempat ia mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan
proses dan praksis pembelajaran. Guru merencanakan perubahan yang akan
dilakukan bersama dengan para siswa, bersama observer lainnya (jika ada) sambil
melakukan observasi, dan proses belajar berlangsung sesuai dengan jadwal belajar
seperti biasanya.

109
B. Prosedur Pelaksanaan PTK
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan dalam Penelitian
tindakan Kelas, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)
pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting), seperti digaram di bawah ini:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar: 1
Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

1. Penyusunan Rencana Penelitian Tindakan


Perencanaan selalu mengacu kepada tindakan apa yang dilakukan, dengan
mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif dan subyektif. Dalam perencanaan

110
tersebut, perlu dipertimbangkan tindakan khusus apa yang dilakukan, apa tujuannya.
Mengenai apa, siapa melakukan, bagaimana melakukan, dan apa hasil yang
diharapkan. Setelah pertimbangan itu dilakukan, maka selanjutnya disusun gagasan-
gagasan dalam bentuk rencana yang dirinci. Kemudian gagasan-gagasan itu
diperhalus, hal-hal yang tidak penting dihilangkan, pusatkan perhatian pada hal yang
paling penting dan bermanfaat bagi upaya perbaikan yang dipikirkan. Sebaiknya
perencanaan tersebut didiskusikan dengan guru yang lain untuk memperoleh masukan
berkaitan dengan contoh permasalahan dan tema kepedulian yang telah diuraikan
tersebut. Alternatif perencanaan untuk melaksanakan PTK adalah menyiapkan
rancangan pembelajaran dan lembaran kerja siswa dengan model Problem-Based
Learning, mengalokasikan waktu sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model
Problem Based Learning, menyiapkan pedoman observasi, pedoman penilaian kinerja,
menyiapkan tes kompetensi kognitif, menyiapkan tes sikap, meyiapkan format
observasi, menyiapkan angket respon siswa. Penyusunan proposal merupakan langkah
awal dalam kegiatan penelitian. Proposal mempunyai kedudukan yang sangat penting
karena proposal tersebut merupakan gambaran umum tentang tahapan dan langkah-
langkah yang akan dilakukan oleh seorang peneliti. Dengan adanya proposal, seorang
peneliti tidak akan ragu-ragu melakukan tindakanya karena sudah memiliki pedoman.
Proposal Penelitian Tindakan Kelas tidak jauh berbeda dengan rancangan
proposal penelitian secara umum. Suatu proposal penelitian tindakan kelas,
memberikan rancangan yang cukup jelas dan akurat tentang judul, masalah, kajian
teori, hipotesis. Pengembangan instrumen, analisis data, teknik pelaporan. Substansi
secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas terdiri dari komponen-
komponen berikut: (1) judul, (2) latar belakang masalah, (3) identifikasi masalah, (4)
pembatasan dan perumusan masalah, (5) cara pemecahan masalah, (6) tujuan tindakan,
(7) manfaat tindakan, (8) kerangka konseptual dan hipotesis tindakan, (9) metode
penelitian. Metode penelitian mencakup unsur-unsur: (a) subjek dan objek penelitian,
(b) rancangan penelitian, yang mencakup: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi,
perencanaan ulang, (c) instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data, (d) analisis
data dan kriteria keberhasilan.

2. Pengumpulan Data
Jika perencanaan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan
yang cukup matang, maka proses tindakan semata-mata merupakan pelaksanaan
perencanaan itu. Namun, kenyataan dalam praktik tidak sesederhana yang dipikirkan.

111
Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan boleh jadi berubah atau dimodifikasi sesuai
dengan keperluan di lapangan. Tetapi jangan sampai modifikasi yang dilakukan terlalu
jauh menyimpang. Jika perencanaan yang telah dirumuskan tidak dilaksanakan, maka
guru hendaknya merumuskan perencanaan kembali sesuai dengan fakta baru yang
diperoleh. Sesuai dengan contoh permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka
tindakan dapat dilakukan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama-
tama guru menyajikan permasalahan kepada siswa. Selanjutnya, dia bisa memulai
pembelajaran 4 dengan langkah-langkah sesuai dengan model Problem-Based
Learning. Jika perencanaan telah menetapkan pelaksanaan asesmen kinerja diadakan
setiap kali pertemuan, lakukanlah asesmen kinerja tersebut dengan seksama. Hasil
asesmen dianalisis sekaligus diberi komentar pada masingmasing konsep yang menjadi
materi kinerja para siswa. Komentar hendaknya menyatakan penilaian kuantitatif pada
setiap tahap yang dikehendaki secara logis. Komentar berikut nilai dikembalikan
kepada siswa untuk dibahas pada pertemuan berikutnya. Agar waktunya efisien, maka
diadakan identifikasi kesalahpahaman siswa sekaligus dapat dikelompokkan jenis-jenis
kesalahpahaman tersebut. Setelah pembahasan tentang hasil asesmen tersebut selesai,
mulailah pembelajaran topik baru, dan demikian seterusnya. Langkah tersebut
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah disusun dalam rancangan penelitian
dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan menyelesaikan masalah.
Langkah-langkah praktis tindakan diuraikan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut. Apa yang pertama kali dilakukan? Kapan dilakukan? Bagaimana
melakukannya? Siapa yang mengambil data? Data apa yang diperlukan? Pada saat
pelaksanaan ini, guru benar-benar harus memahami siswanya jangan sampai ada yang
menjadi objek tindakan. Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar bukan
laboratorium tindakan. Membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan treatment harus
dihindarkan karena model penelitian ini bukan penelitian eksperimen. Hal yang tidak
bisa dilupakan, bahwa sambil melakukan tindakan hendaknya juga dilakukan
pemantauan secara cermat tentang apa yang terjadi. Dalam pemantauan itu, lakukan
pencatatan-pencatatan sesuai dengan form yang telah disiapkan. Catat pula gagasan-
gagasan dan kesan-kesan yang muncul, dan segala sesuatu yang benar-benar terjadi
dalam proses pembelajaran. Secara teknis operasional, kegiatan pemantauan dapat
dilakukan oleh guru lain. Di sinilah letak kerja kolaborasi antar guru. Namun, jika
petugas pemantau itu bukan rekanan peneliti, sebaiknya diadakan sosialisasi materi
pemantauan untuk menjaga agar data yang dikumpulkan tidak terpengaruh minat
pribadinya. Untuk memperoleh data yang lebih objektif, guru dapat menggunakan

112
alat-alat optik atau elektronik, seperti kamera, perekam video, atau perekam suara.
Pada setiap kali akan mengakhiri penggalan kegiatan, lakukanlah evaluasi terhadap
hal-hal yang telah direncanakan. Jika observasi berfungsi untuk mengenali kualitas
proses tindakan, maka evaluasi berperanan untuk mendeskripsikan hasil tindakan
yang secara optimis telah dirumuskan melalui tujuan tindakan. Secara ilustratif,
berkaitan dengan contoh permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka
pemantauan dilakukan untuk mengamati selama pembelajaran, mengamati interaksi
selama proses penyidikan berlangsung, mengamati respon siswa terhadap proses
pembelajaran. Sedangkan evaluasi ditujukan kepada hasil belajar siswa melalui
asesmen kinerja, portofolio, tes, dan respon siswa melalui penyebaran angket.
Observasi kelas akan memberi manfaat apabila pelaksanaannya diikuti diskusi balikan
(review discussion). Diskusi balikan akan bermanfaat jika: (1). Diberikan oleh observer
tidak lebih dari 24 jam setelah observasi (2). Dilakukan dalam suasana yang mutually
supportive dan non-threatening, (3). Berdasarkan rekaman data yang ada. (4).
Diinterpretasikan secara bersama-sama dengan kolaborator. (5). Pembahasannya
mengacu pada penetapan sasaran serta pengembangan strategi perbaikan untuk
menentukan rencana berikutnya. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk
melakukan pemantauan dalam penelitian tindakan kelas. Penggunaan setiap teknik
tentu saja ditentukan oleh sifat dasar data yang akan dikumpulkannya. Teknik-teknik
yang dimaksud disajikan berikut ini:
a. Catatan Anekdot. Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif,
longitudinal tentang apa yang dikatakan atau dilakukan perseorangan dalam
kelas
b. Catatan Lapangan. Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup
kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup referensi misalnya
pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran picik,
kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau pimpinan terkait.
c. Deskripsi Perilaku Ekologis. Teknik ini kurang terarah pada persoalan jika
dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini berusaha untuk
mencatat hasil observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang
lengkap.
d. Analisis Dokumen. Gambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian sekolah,
kantor atau bagian kantor, dapat dikonstruksi dengan menggunakan berbagai
dokumen: surat, memo untuk staff, edaran untuk orangtua atau karyawan,
memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman siswa,

113
pekerjaan siswa yang dipamerkan, tes formal dan informal, publikasi siswa atau
karyawan, kebijaksanaan, dan/atau peraturan.
e. Catatan Harian. Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara
teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan. Catatan harian
mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan,
hipotesis, dan penjelasan.
f. Logs. teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya
disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu,
pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya ditingkatkan jika
mencakup komentar seperti yang terdapat dalam catatan harian tentang
organisasi dan peristiwa lain.
g. Kartu Cuplikan Butir. Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar enam
kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah topik, satu untuk satu
kartu.
h. Portfolio. Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun
dengan tujuan tertentu. Portfolio mungkin memuat dokumen apa pun yang
relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat.
i. Angket. Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan
jawaban tertulis. Pertanyaan ada dua macam. a) Terbuka: meminta informasi
atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri. Pertanyaan macam ini
berguna bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi dapat menghasilkan jawaban
jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah angket yang dikembalikan mungkin
juga sangat rendah. b) Tertutup atau pilihan ganda: meminta responden untuk
memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasan,
penilaian, atau posisi mereka.
j. Wawancara. Teknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari pada
angket, dan oleh sebab itu berguna untuk persoalan-persoalan yang sedang
dijajaki daripada yang secara jelas dibatasi dari awal. Wawancara ada beberapa
macam/cara yaitu: a) Tak terencana. b) Terencana tetapi tak terstruktur: Satu
atau dua pertanyaan pembukaan dari pewancara, tetapi setelah itu pewancara
memberikan kesempatan bagi responden untuk memilih apa yang akan
dibicarakan. c) Terstruktur: Pewancara telah menyusun serentetan pertanyaan
yang akan diajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan arah
pertanyaan-pertanyaan.

114
k. Metode Sosiometri. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-
individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan
dengan niat untuk mengetahui dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama,
atau berhubungan dalam suatu kegiatan bersama. Pertanyaan juga mungkin
berusaha mengungkapkan dengan siapa subyek tertentu tidak suka bekerja
sama atau berhubungan.
l. Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksi. Kedua teknik ini dapat digunakan
oleh peneliti atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh berdasarkan waktu, atau
berdasarkan peristiwa, yang pencatatannya dilakukan kapan saja peristiwa
tertentu terjadi. Berbagai perilaku dicatat dalam kategori waktu perilaku itu
terjadi untuk membangun gambaran tentang urutan perilaku yang diteliti.
m. Rekaman pita. Merekam berbagai peristiwa seperti pelajaran, rapat diskusi,
seminar, lokakarya, dapat menghasilkan banyak informasi yang bermanfaat
yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini khususnya
berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di mana perekam
jinjing dapat digunakan atau analisis suatu perilaku dapat dilakukan.
n. Rekaman video. Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk merekam
satuan kegiatan/peristiwa untuk dianalisis kemudian, misalnya kegiatan
pembelajaran di kelas. Akan lebih baik jika satuan rekamannya pendek karena
pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada asisten yang membantu, lebih
banyak perhatian dapat diberikan pada reaksi dan perilaku subyek secara
perorangan (guru dan siswa), yang aspekaspeknya disepakati sebelum
perekaman.
o. Foto dan slide. Foto dan slide mungkin berguna untuk merekam peristiwa
penting, misalnya aspek kegiatan kelas, atau untuk mendukung bentuk rekaman
lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman fotografik.
p. Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaian. Teknik ini digunakan
untuk menilai prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan dsb. Alat
penilaian tersebut dapat dibuat oleh peneliti atau para ahlinya.

3. Pengolahan dan Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis. Analisis hanya bersifat kualitatif.
Jika ada data kuantitatif, analisisnya paling banyak menggunakan statistik deskriptif
dengan penyimpulan lebih mendasarkan diri pada nilai rata-rata dan simpangan baku
amatan atau persentase amatan. Hasil analisis data kualitatif dikonsultasikan dengan

115
makna kualitatif yang mencerminkan struktur dasar terhadap jawaban masalah
penelitian. Misalnya, bagaimana metode demonstrasi dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam belajar? Hasil analisis data hendaknya dikonsultasikan dengan makna
demonstrasi secara aktual, bukan pikiran guru atau pengamat lainnya.
Hasil analisis kuantitatif, selanjutnya dikonsultasikan pada pedoman konversi.
Dalam PTK biasanya digunakan pedoman konversi nilai absolut skala lima. Misalnya,
data hasil belajar, pedoman konversinya adalah sebagai berikut. Interval Kualifikasi 0 –
39,9 Sangat Kurang; 40,0 – 54,9 Kurang; 55,0 – 69,9 Cukup; 70,0 – 84,5 Baik; dan 85,0 –
100 Sangat Baik.
Sebagai kriteria keberhasilan, peneliti dapat menetapkan nilai rata-rata minimal
55,0 atau 70,0 tergantung rasional yang dijadikan dasar atau Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru. Di samping itu, kriteria ketuntasan belajar
juga dapat dijadikan kriteria keberhasilan. Misalnya, ketuntasan individual adalah nilai
7,5 pada skala 11 dan ketuntasan klasikal 85%, dan seterusnya.

4. Penyusunan Laporan

Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan,
review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil
penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam
pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan
artikel hasil PTK dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

116
C. Konsep Karya dan Publikasi Ilmiah
1. Pengertian
Karya Ilmiah Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang disusun berdasarkan fakta
atau analisa, disajikan dengan menggunakan bahasa baku dan memberikan informasi
yang bersifat obyektif dan rasional. Oleh karena itu, meskipun dimungkinkan sebuah
karya ilmiah bersifat spekulatif dan tentatif, namun dia didasarkan atas fakta-fakta atau
rujukan-rujukan yang valid dan argumentasi yang logis. Di samping itu, karya tulis
ilmiah juga disajikan dengan metode penulisan yang disusun sedemikian rupa untuk
memastikan otentisitas karya penulis.
Otentisitas atau orisinalitas sebuah karya menjadi salah satu faktor penting dalam
penulisan karya ilmiah, karena keotentikan sebuah karya mencerminkan kredibilitas
penulis. Oleh karena itu, penanda rujukan pada setiap kalimat yang diambil dari
sumber- sumber lain harus selalu merujuk kepada sumber-sumber tersebut secara jelas
dan akurat. Hal ini penting bukan hanya untuk memberikan peluang kepada pembaca
untuk menelusuri lebih lanjut ke referensi-referensi yang dirujuk, tetapi juga
memberikan kredit kepada penulis sebelumnya, dan terutama menghindarkan penulis
dari ancaman plagiarisme.
Perlu dipahami bahwa plagiarisme merupakan salah satu bentuk kejahatan
akademik, dan tidak dapat ditolerir terjadi pada sebuah karya tulis ilmiah. Yang
dimaksud dengan plagiarisme adalah penulis sebuah naskah menulis ulang tulisan
atau ide orang lain, tanpa merujuk kepada sumber asalnya, sehingga pembaca
meyakini bahwa semua ide dan tulisan itu adalah milik penulis. Hal ini bisa
dikategorikan pencurian dalam konteks akademik. Di sinilah ketentuang tentang
referensi dan teknik mengutip (citation) menjadi sangat penting untuk dipahami

2. Bentuk Tulisan
Secara umum ada dua bentuk karya tulis yang sering dipublikasikan, yaitu bentuk
tulisan populer dan nonpopuler. Yang dimaksud dengan tulisan populer adalah tulisan
yang disajikan dengan gaya bahasa sederhana dengan tidak secara ketat
memperhatikan unsur-unsur karya akademik seperti disebutkan di atas. Semengtara
tulisan non-populer adalah tulisan yang disusun untuk konsumsi kalangan tertentu
dan memenuhi kriteria tertentu. Karya ilmiah termasuk kategori tulisan non-populer,
karena ia dibuat untuk kalangan akademik dan memiliki aturan-aturan menyangkut isi
dan teknik penulisan.aturan tersebut dapat diamati dari cara menyajikan argumen

117
dalam tulisannya. Karangan ilmiah biasanya menyajikan fakta secara objektif yang
ditulis dengan cermat dan akurat.
Karya ilmiah dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, namun pada prinsipnya,
semua karya tulis ilmiah itu sama yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Yang
membedakan hanyalah materi, susunan, tujuan serta panjang pendeknya karya tulis
ilmiah. Adanya perbedaan ini karena disesuaikan dengan kebutuhan, dan
keperluannya, diantaranya:
a. Makalah
Makalah adalah sebuah karya tulis yang dibuat untuk keperluan presentasi
maupun diskusi. Biasanya makalah menyajikan sebuah topik dari sudut pandang
tertentu yang ditawarkan oleh penulis. Makalah yang baik memiliki struktur dan
alur berpikir yang sistematis dan rasional, serta ditulis dengan standar bahasa
yang baku dan mengikuti pedoman penulisan karya ilmiah. Panjang makalah
biasanya berkisar antara 10 – 50 halaman, bergantung pada keluasan tema yang
dibahas dan kepentingan penulisannya. Di samping itu, makalah yang baik juga
dilengkapi dengan daftar referensi yang memadai dari sumber-sumber yang
otoritatif. Penulis makalah harus selektif dalam menentukan sumber tulisannya,
karena di samping isi, kualitas makalah juga dapat dilihat dari kualitas sumber-
sumber rujukan (referensi)-nya.
b. Artikel Jurnal Ilmiah
Artikel dapat ditulis untuk berbagai kepentingan publikasi. Sebuah tulisan di
koran atau majalah popular, misalnya, disebut artikel, tetapi tidak dapat
dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah. Artikel ilmiah biasanya dimuat oleh
jurnal-jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang memiliki
otoritas akademik, seperti universitas ataupun lembaga riset. Sebuah artikel yang
diterbitkan oleh jurnal ilmiah biasanya telah melewati proses review yang cukup
panjang. Review dilakukan oleh editor dan editor ahli baik menyangkut isi
maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, jurnal yang dianggap baik atau
otoritatif biasanya sangat selektif dalam menentukan artikel yang akan
diterbitkan. Sama seperti makalah, artikel jurnal biasanya memuat sebuah topik
tertentu yang dibahas menurut sebuah sudut pandang yang ditawarkan oleh
penulis. Tema yang disajikan oleh artikel harus relevan dengan disiplin ilmu yang
dipilih oleh jurnal tersebut. Misalnya artikel tentang metode pengajaran
matematika dimuat oleh jurnal yang relevan dengan pengajaran matematika.

118
Artikel jurnal biasanya merupakan hasil penelitian yang dipublikasikan untuk
diketahui kalangan akademis.
c. Buku akademik
Buku adalah sarana seseorang untuk mengekspresikan pikirannya secara
elaboratif. Berbeda dengan makalah dan artikel jurnal yang dibatasi oleh jumlah
kata ataupun halaman, buku tidak membatasi penulis untuk mengemukakan ide
dan gagasannya. Tidak ada jumlah halaman yang membatasi sebuah buku,
kecuali faktor-faktor nonakademik semisal ukuran, berat dan harga. Bahkan jika
penulis memerlukan ruang yang sangat luas untuk mengekspresikan ide atau
pendapatnya mengenai satu hal, ia bisa menulis buku dalam beberapa jilid.
Sebagai sebuah karya akademik, buku harus memenuhi kriteria penulisan karya
akademik seperti yang telah disebutkan di atas. Buku yang tidak memenuhi
kriteria penulisan karya ilmiah tidak layak untuk disebut sebagai sebuah karya
akademik. Oleh karena itu, penulis sebuah karya akademik harus memperhatikan
apakah buku yang dirujuknya merupakan karya akademik atau tidak. Di sinilah
kehatia-hatian dan kejelian penulis diperlukan dalam mencari sumber-sumber
referensi.
d. Review Buku/Artikel
Review adalah pembahasan tentang sebuah hasil karya akademik. Biasanya karya
karya akademik yang telah dipublikasikan dibahas oleh akademisiakademisi yang
lain untuk mengapresiasi atau mengkritik karya yang telah dihasilkan. Review
terhadap karya akademik biasanya disajikan secara akademik pula dan
diterbitkan di jurnal-jurnal ilmiah. Review ini biasanya memberikan penilaian
sebuah karya akademik dengan membandingkannya dengan karyakarya sejenis
lain, atau mengkontekstualisasikannya pada kondisi tertentu. Hal ini dapat
membantu pembaca untuk memiliki pandangan lebih tajam dan kritis.
e. Laporan Penelitian
Laporan penelitian adalah karya ilmiah yang disusun untuk mengungkapkan
sebuah proses penelitian dari awal hingga akhir. Pada laporan disebutkan latar
belakan masalah, persoalan yang diteliti, metode yang digunakan, data yang
diambil, kerangka teori atau kerangka berfikir yang ditawarkan, serta temuan
yang dihasilkan. Semua itu disusun secara sistematis dan logis sehingga mampu
meyakinkan pembaca bahwa penelitian tersebut benar-benar dilakukan secara
obyektif, dengan metodologi yang memastikan akurasi data dan pengolahannya,
serta menghasilkan temuan yang 5 signifikan. Sebagai sebuah tulisan akademik,

119
laporan penelitian harus dibuat dengan memperhatikan aturan penulisan karya
ilmiah.

3. Isi Tulisan dan posisi penulis


Ciri utama dari sebuah karya tulis ilmiyah adalah objektivitas. Obyektivitas
berarti melihat sesuatu, baik itu fakta ataupun masalah secara jernih dan jujur, tanpa
menunjukkan keberpihakan. Hal ini penting sehingga pembaca mendapatkan
informasi yang utuh dan tidak terjebak pada kepentingan tertentu. Obyektivitas isi
tulisan mencerminkan posisi penulis dalam menjelaskan sebuah persoalan atau
mendeskripsikan fakta. Isi tulisan biasanya diawali dengan mengungkapkan persoalan
atau masalah yang dianggap penting oleh penulis.
Di bagian awal penulis akan menjelaskan mengapa persoalan itu muncul dan
mengapa ia dianggap penting, sehingga perlu diteliti atau ditulis. Persoalan di sini
dapat berupa sebuah pertanyaan untuk diteliti, atau sebuah fakta untuk
dideskripsikan. Isi tulisan harus meyakinkan pembaca bahwa tulisan ini penting untuk
dibaca. Persoalan biasanya didapatkan dari hasil pengamatan terhadap sebuah atau
beberapa fenomena nyata, atau dari berbagai bacaan mengenai tema tertentu. Dalam
menjawab persoalan di atas, penulis kemudian mengemukakan data atau fakta.
Seperti telah disebutkan di atas, data atau fakta ini harus disajikan secara obyektif dan
memiliki validitas (sahih). Untuk memastikan objektivitas data atau fakta yang
disampaikan, penulis biasanya menjelaskan cara atau metode yang digunakan untuk
mendapatkan data. Data atau fakta disajikan secara sistematis sesuai dengan persoalan
dan cara pandang terhadap persoalan tersebut.
Guna mendukung analisa dan interpretasi data, penulis memerlukan sejumlah
referensi yang dapat membantu penulis membentuk dan mempertajam analisanya.
Referensi ini juga penting dimiliki agar penulis tidak terjebak untuk membahas
persoalan yang telah ditulis oleh penulis sebelumnya. Posisi penulis dalam penulisan
karya ilmiah berperan sebagai nara sumber yang berupaya mengkomunikasikan
pikirannya kepada pembaca.
Posisi ini tentunya sangat menentukan layak tidaknya tulisan yang dibuat dapat
diterima atau tidak oleh pembaca. Hal yang harus diperhatikan oleh penulis sebagai
nara sumber adalah harus jujur dengan semua data yang ada. Sebagaimana disebutkan
di atas, objektivitas harus selalu menjadi prinsip dalam setiap penjelasan dalam
tulisan.

120
Dengan menjunjung tinggi prinsip obyektivitas bukan berarti penulis tidak boleh
memiliki posisi dalam melihat sebuah masalah. Sejauh data, fakta dan analisa
dilakukan secara jujur dan rasional, penulis dapat menjelaskan penilaiannya disertai
dengan argumen-argumen yang kuat. Di samping itu, penulis juga harus mampu
membuktikan bahwa analisa dan argumen yang dikemukakannya adalah benarbenar
merupakan hasil pemikiran penulis. Di sini penulis harus memperhatikan sebuah
prinsip lain, yaitu orisinalitas.
Orisinalitas atau keaslian sebuah tulisan dapat dilihat dari persoalan yang
diajukan dan analisa yang dilakukan. Penulis yang memiliki integritas hanya akan
mengemukakan persoalan yang dirumuskannya sendiri dan melakukan analisa
dengan argumen yang disusun sendiri. Tentu keduanya dibantu oleh referensi yang
memadai, tetapi logika tulisan atau alur berfikir tulisan murni dimiliki oleh penulis

4. Karakteristik Karya Ilmiah


Untuk memahami lebih mendalam tentang karya tulis ilmiah, setidaknya kita
perlu memahami karakteristik penulisannya. Dengan memahami hal ini, dapat
memberikan bekal bagi kita untuk dapat membedakannya dengan karya tulis lainnya,
diantaranya adalah:
a. Karya ilmiah adalah tulisan yang disusun secara sistematis, logis dan rasional
yang didukung oleh fakta, yaitu berupa fakta umum yang dapat dibuktikan
kebenarannya secara ilmiah dengan mengikuti metodologi penulisan ilmiah yang
benar.
b. Karya ilmiah menerapkan teori-teori yang dilandasi oleh hasil pengamatan,
penelitian dan/atau pemikiran yang mendalam.
c. Karya ilmiah dapat merekomendasikan pemecahan masalah dengan berbagai cara
atau metode sesuai dengan masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian,
biasanya menggunakan deduksi atau induksi.
Ketiga karakteristik ini setidaknya dapat menjadi bekal dalam menentukan
perbedaan dengan karya tulis lainnya, dan yang lebih penting adalah, tidak terjadi
ekspektasi berlebihan terhadap sebuah karya ilmiah.

5. Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah


Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan dalam komunikasi antar manusia.
Meskipun secara teori bahasa adalah kesepakatan bersama untuk menggunakan
simbol-simbol bunyi maupun tulis tertentu, namun pada kenyataannya dalam sebuah

121
komunitas sering dibedakan antara bahasa formal dan bahasa tidak formal. Bahasa
formal adalah bahasa yang digunakan dengan memperhatikan kaidah-kaidah
berbahasa yang benar dan menggunakan kosakata yang standar. Sementara, bahasa
non-formal adalah bahasa yang merupakan bahasa yang digunakan dengan tidak
memberlakukan kaidah kebahasaan secara ketat. Dan, dengan mempertimbangan
aspek publikasi dari penulisan karya ilmiah yang bersifat informatif-argumentatif,
maka bahasa yang harus digunakan adalah bahasa formal atau bahasa ilmiah.
Dengan demikian, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang jelas, tepat, format
dan lugas. Kejelasan dan ketepatan isi diwujudkan dengan menggunakan kata dan
istilah yang jelas dan tepat serta tidak memiliki banyak makna dalam setiap kata,
kalimat tidak berbelit-belit, dan struktur paragraf yang runtut. Sedangkan kelugasan
dan keformatan gaya bahasa diwujudkan dengan menggunakan kalimat pasif dan kata-
kata tidak emotif, ini yang dibut bahasa ilmiah.
Dengan mempertimbangkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi tertulis dalam
penulisan karya ilmiah, maka bahasa yang digunakan harus mengikuti kaidah-kaidah
logis dan definisi bermakna tunggal. Tujuannya, adalah supaya hasil karya yang ditulis
dapat dipahami dengan mudah dan tepat serta kebenarannya dapat dimengerti dengan
baik dan logis sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis

6. Sifat dan Ciri Bahasa Tulis Ilmiah


Bahasa tulis sebagai alat komunikasi dalam penulisan karya ilmiah memiliki sifat
dan ciri tulis tersendiri yang membedakan dengan penggunaan bahasa lainnya, dilihat
dari fungsinya, bahasa tulis ilmiah dijadikan alat untuk menyampaikan informasi dari
penulis kepada pembaca. Implikasinya, bahasa tulis yang digunakan harus mampu
menimbulkan persamaan persepsi antara penulis dengan pembaca tentang informasi
yang disampaikan. Untuk mendukung hal ini, maka bahasa tulis ilmiah bersifat
denotatif, artinya setiap kata yang diungkapkan dalam bahasa tulis ilmiah memiliki
satu makna yang paling sesuai untuk mengungkapkan konsep dalam bidang ilmu
pengetahuan tersebut. Sedangkan untuk ciri-cirinya di antaranya adalah:
a. Bahasanya adalah bahasa resmi
b. Sifatnya formal dan objektif
c. Nadanya tidak emosional
d. Keindahan bahasanya tetap diperhatikan
e. Kemubaziran dihindari
f. Isinya lengkap, ringkas, meyakinkan, dan tepat.

122
Dengan memperhatikan beberapa ciri tulis ilmiah ini, penulisan karaya ilmiah
yang akan ditulis dapat memenuhi kelayakan sebagai karya tulis yang informatif,
argumentatif dan dapat dengan mudah dipahami oleh banyak orang, terutama orang
awam sekalipun.

7. Struktur Tulisan Karya Ilmiah


Komponen-komponen utama dalam karya tulis ilmiah disajikan dalam bentuk
tulisan yang terstruktur. Struktur ini kemudian dikenal sebagai outline tulisan.
Meskipun komponen-komponen tersebut di atas ada dalam tulisan, namun format atau
struktur tulisan tidak selalu sama. Meski beda dalam format penyajiannya, sebuah
karya tulis ilmiah setidaknya memiliki struktur demikian: pendahuluan, isi karangan,
dan penutup. Untuk mempermudah penjelasan ini, akan dijelaskan satu-persatu
melalui contoh struktur penulisan karya ilmiah hasil penelitian di bawah ini:

123
Contoh Outline Laporan Penelitian

• Halaman Judul
• Lembar Pengesahan/persetjuan
• Abstrak
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Daftar Tabel (Jika ada)
• Daftar Gambar (Jika ada)
• Daftar Lampiran (Jika ada)

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembtasan dan Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
B. Penelitian Terdahulu
C. Hipotesis Penelitian (Jika ada)

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
B. Variabel Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumulan Data
E. Teknisk Analisa atau Pengujian Hipotesis (Jika ada)
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
B. Deskripsi Hasil Penelitian
C. Analisa atau Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi dan Rekomendasi

Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran

124
8. Penggunaan Rujukan
Salah satu karya tulis dapat dikategorikan sebagai karangan ilmiah dapat dilihat
dan dinilai dari rujukannya. Rujukan dalam karya ilmiah menjadi indikator kekuatan
pengarang dalam menguasi pokok permaslahaan yang dihubungkan dengan teori dan
konsep yang dijadikan rujukan. Selain itu, pencantuman rujukan juga dapat dinilai
sebagai bentuk penghargaan terhadap penulis sebelumnya yang dijadikan rujukan
dalam menguatkan argumen dalam tulisan yang dibuat. Namun, dalam prakteknya,
mengutip dan pencantuman rujukan dalam karya ilmiah memiliki aturan tersendiri

9. Cara Merujuk dalam Menulis Karya Ilmiah


Salah satu bagian terpenting dalam menulis karya ilmiah adalah bagian rujukan,
karena dengannya sebuah tulisan dapat diukur akurasinya. Selain itu, penggunaan
rujukan menunjukkan keilmiahan yang tulis, semakin banyak penulis memperkuat
gagasannya dengan argumen-argumen lainnya yang telah ditulis ataupun diteliti
sebelumnya, maka objektivitasnya semakin kuat. Dengan ini, maka untuk menghindari
plagiarisme ataupun pencurian ilmiah, maka penulis harus mencantumkan sumber-
sumber informasi dan gagasan-gagasan yang dijadikan rujukan yang dimanfaatkan
penulis dalam menulis karya ilmiah.

Terdapat tiga hal penyebab terjadinya plagiarisme, di antaranya adalah:


a. Penulis tahu dia harus mengakui gagasan atau informasi yang dipinjamnya,
tetapi sengaja tidak mengakui
b. Penulis tidak tahu bila dia harus mencantumkan gagasan atau informasi yang
dipinjamnya
c. Penulis secara tidak sengaja salah mencantumkan suatu gagasan atau
informasi yang dipinjamnya sehingga seakan-akan gagasan atau informasinya
tersebut miliknya.
Dalam pencantuman rujukan memang tidak ada yang baku, seperti yang telah
dikatakan sebelumnya, bahwa terkait dengan sistematika penulisan termasuk bentuk
penyajiannya tergantung untuk apa penulisan karya ilmiah ditulis. Namun, kalau
dikembalikan pada tujuan dicantumkan rujukan tersebut, sebenarnya sama meskipun
beda penulisannya, hal yang terpenting adalah pembaca tahu bahwa argumen yang
penulis gunakan untuk memperkuat argumennya diambil dari sumber tertentu yang
dapat ditelusuri oleh pembaca. Dengan demikian, komponen yang harus ada pada
umumnya adalah nama penulis atau pengarang, judul sumber yang dirujuk, tahun

125
diterbitkanya, dan tempat dan nama penerbitnya, dan hal yang terpenting adalah
halaman tulisan yang dirujuk bagi sumber yang berupa buku, jurnal atau artikel, dan
media tertulis lainnya. Sedangkan untuk media elektronik seperti sumber dari internet,
biasanya ditambah pencantuman tanggal akses dan alamat webnya.
Beberapa komponen yang telah disebutkan tadi, pada umumnya selalu ada dalam
setiap bentuk rujukan, yang membedakan hanyalah urutan penulisannya, mulai dari
penulisan nama penulis atau pengarang, tahun, dan seterusnya. Untuk menyiasati hal
ini, berikut akan dipaparkan beberapa bentuk pencantuman rujukan yang lazim
digunakan dalam penulisan karya ilmiah, setidaknya hal ini dapat menjadi petunjuk
bagi siapa saja yang ingin menulis karya ilmiah

10. Penulisan rujukan dengan catatan kaki atau footnote


Catatan kaki atau footnote dalam halaman karya tulis, bertujuan untuk
menyatakan sumber dari kutipan yang dimanfaatkan dalam memperkuat argumen
penulis, yang berisi pendapat, buah pikiran, fakta-fakta dan lainnya. Dalam
pencantuman footnote ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipan tersebut
dan diletakkan pada bagian bawah yang dipisah dengan garis pembatas antara tulisan
dalam halaman dengan penulisan sumber di bagian bawahnya setelah paragraf terakhir
paling bawah, atau untuk mempermudah peletakannya secara otomatis dapat
menggunakan Ctrl Alt F saat ingin memberikan catatan kaki bagi yang pengetikannya
menggunakan komputer, atau laptop, caranya adalah meletakkan tanda kursor pada
akhir teks yang ingin dicantumkan rujukan dengan footnote, kemudian tekan tombol
Ctrl diikuti Alt kemudian F dengan tanpa melepas ketiganya sampai catatn kaki pada
rujukan muncul di layar , maka dengan sendirinya peletakan catatan kaki dapat ditulis
rujukannya.

11. Penulisan Daftar Pustaka


Bagian pelengkap dalam karangan ilmiah adalah daftar pustaka. Dalam
penyajiannya, terdapat beberapa bentuk penulisan daftar pustaka, namun unsur yang
lazim digunakan dalam mencantumkan daftar rujukan meliputi: nama penulis (nama
akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik), tahun penerbitan, judul
termasuk anak judul (subjudul), kota tempat penerbitan, dan nama penerbit.
Sedangkan penyusunannya secara keseluruhan dari sumber rujukan yang disajikan
daftar pustaka diurutkan berdasarkan alfabet.

126
D. Best Practice Sebagai Karya Ilmiah
1. Pengertian Best Practice
Salah satu jenis kegiatan untuk menunjang profesionalisme guru adalah
pendidikan dan pelatihan karya ilmiah yang yang disebut praktik terbaik (Best
Practice). Unsur kegiatan Pengembangan Keprofesian terdiri dari tiga macam kegiatan,
yaitu:
a. Pengembangan Diri, yang terdiri dari:
1) Kegiatan Kolektif Kepala Sekolah
2) Diklat Fungsional
b. Menyusun Karya Tulis, yang terdiri dari:
1) Hasil Karya Tulis Ilmiah atau Gagasan Inovatif.
2) Buku
3) Pengalaman Lapangan Bidang Pendidikan (Best Practice)
c. Melaksanakan Karya Inovatif, yang terdiri dari:
1) Membuat Alat Pelatihan/Pembimbingan bagi Guru
2) Membuat Karya Teknologi Tepat Guna
3) Menciptakan Karya Seni
4) Mengikuti pengembangan bidang pendidikan.
Best Practice adalah sebuah karya tulis yang menceritakan pengalaman terbaik
dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi oleh guru, kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan sehingga mereka mampu memperbaiki
mutu layanan pendidikan dan pembelajaran di sekolah (Apandi, 2018). Sumber lain
dinyatakan bahwa Best Practice adalah cerita keberhasilan terbaik dari guru kepala
sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan dalam menyelesaikan masalah
ketika melaksanakan tugas. Cerita keberhasilan terbaik bukan laporan hasil Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK), tetapi fokus pada
keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya. Tugas pengawas sekolah meliputi
pengawasan akademik dan manajerial. Adapun tugas guru dibatasi pada pembelajaran
di kelas [disalin dari https://www.scribd.com/document/350298266 /Pengertian-Best-
Practice]. Istilah best practice mengandung arti “pengalaman terbaik” dari keberhasilan
seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas, termasuk dalam mengatasi
berbagai masalah dalam lingkungan tertentu.
Suatu pengalaman dapat dikategorikan sebagai best practice karena memiliki
pertanda khas sebagai berikut (Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Dikdasmen Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian

127
Pendidikan Dan Kebudayaan. 2016. Pedoman Lomba Penulisan Best Practice Bagi
Pengawas Sekolah)
1) mengembangkan cara baru dan inovatif dalam mengatasi suatu masalah dalam
pendidikan khususnya pembelajaran;
2) memberikan sebuah perubahan atau perbedaan sehingga sering dikatakan
hasilnya luar biasa (outstanding result);
3) mengatasi persoalan tertentu secara berkelanjutan (keberhasilan lestari atau
berlangsung lama) atau dampak dan manfaatnya berkelanjutan (tidak sesaat);
4) menjadi model dan memberi inspirasi dalam membuat kebijakan (pejabat) serta
inspiratif perorangan, termasuk murid;
5) cara dan metode yang digunakan bersifat ekonomis dan efisien.

Suatu pengalaman dikategorikan Best Practice jika memiliki ciri ciri atau indikator
sebagai berikut (Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. 2019. Penulisan
Laporan dan Penilaian Best Practice Kepala Sekolah).
1) hasil luar biasa (outstanding result);
2) cara penyelesaian masalah menggambarkan rangkaian kegiatan yang jelas
sehingga dapat dilakukan pengulangan oleh kepala sekolah lain, dan hasil yang
dicapai bersifat berkesinambungan, bukan sesaat);
3) inovatif, hasil yang dicapai mengandung ide kebaharuan, bukan hasil
pengulangan atau peniruan (ide gagasan sendiri), dan hasil yang dicapai
berkaitan dengan peningkatan kualitas profesi kepala sekolah;
4) keberhasilannya lestari (berkelanjutan);
5) inspiratif, topik bahasan dapat memberikan inspirasi bagi kepala sekolah, dan
topik bahasan memberikan inspirasi terhadap pembuatan kebijakan);
6) mampu menjadi model;
7) ekonomis dan efisien; dan
8) mendapatkan pengakuan dari masyarakat atau lingkungannya serta tidak
bertentangan dengan moralitas.

2. Karakteristik Laporan Best Practice


Karakteristik laporan best practice adalah sebagai berikut:
a. Orisinalitas; topik dan bahasan merupakan ide yang memuat keaslian maupun
kreativitas dengan memadukan sejumlah gagasan maupun ide-ide baru tanpa
mengurangi keaslian sumber utamanya.

128
b. Inovatif; hasil yang dicapai memuat ide kebaruan atau novelty, bukan jiplakan
atau peniruan apa adanya, dan berkaitan dengan peningkatan kualitas kinerja
pengawas sekolah yang lebih terampil, elegan, dan bermakna.
c. Elaboratif; kepiawaian seseorang dalam menguraikan, merinci, menghubungkan
suatu konsep/data satu dengan lainnya sehingga menghasilkan gagasan/karya
baru yang lebih kompleks tetapi terurai.
d. Inspiratif; memberikan dorongan dan motivasi maupun spirit dalam
melaksanakan tugas pangawas sekolah bagi orang lain.
e. Empirik; menunjukkan bukti nyata kinerja berbasis pengalaman, dalam supervisi
manajerial maupun akademik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
f. Aplikatif; hasil best practice dapat direflikasi, dimanfaatkan, dan atau
dikembangkan baik di sekolah sendiri maupun di sekolah lain.

3. Isi Laporan Best Practice


Laporan Best Practice yang disusun dan ditulis oleh pengawas sebagai peserta
lomba harus berisi tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Bagian Awal
Bagian ini terdiri atas halaman judul, halaman pernyataan keaslian naskah lomba
bermaterai cukup, halaman lembar persetujuan dari atasan langsung dan atau
pejabat terkait, kata pengantar, abstrak atau ringkasan, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, dan daftar lampiran.
b. Bagian Isi
Bagian ini berisi paparan tentang hal-hal sebagai berikut:
1) Pendahuluan, berisi paparan latar belakang, masalah, tujuan, dan manfaat Best
Practice yang dilaporkan.
2) Metode Pemecahan Masalah, berisi paparan teori atau pengalaman yang
dijadikan rujukan dalam menyelesaikan masalah, dan metode atau cara yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah beserta langkah-langkah rinci dari
metode atau cara tersebut.
3) Pelaksanaan dan Hasil yang dicapai, berisi tentang paparan tentang
pelaksanaan Best Practice terkait tempat, waktu, dan perangkat atau instrumen
yang digunakan ketika Best Practice dilakukan serta hasil yang diperoleh dari
pelaksanaan pemecahan masalah yang telah dilakukan disertai dengan data dan
informasi yang mendukung.

129
c. Bagian Akhir
Bagian ini berisi tentang simpulan, refleksi dan rekomendasi.
d. Daftar pustaka dan lampiran-lampiran

FORUM DISKUSI
Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat melakukan beberapa
aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di antaranya sebagai berikut:

1. Diskusikan apa yang menjadi isu penelitian anda dengan teman serta dosen
untuk untuk menjadi tema penelitian PTK yang menarik

2. Buatlah latar belakang masalah peneltian yang mengambarkan isu penelitian anda
dengan gambaran konsep serta fakta problematika sosial yang terjadi di lapangan

130
Daftar Pustaka
Adnyana, G. M & Suyanto, W. 2013. Penggunaan Efi Scanner Sebagai Media
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Minat, Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3, No. 2.

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi. Bandung:


Angkasa.

Ayu Dwi Kesuma Putri dan Nani Imaniyati. 2017. Pengembangan profesi guru dalam
meningkatkan kinerja guru (Professional development of teachers in improving
the performance of teacher). Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran Vol. 2
No. 2, Juli 2017.

Bernadus Wahyudi Joko Santoso, Yoyok Nugroho, Devara Ordelia Apfia Parapat. 2020.
Pendidikan dan Pelatihan Penulisan Best Practice untuk Meraih Predikat Guru
Berprestasi bagi Guru SMA Negeri 1 Semarang dengan Metode Special Projects
Assignments. Jurnal Panjar 2(2) (2020): 52-60.

Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor


20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas RI: Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga pengajar


(Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor


14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Depdiknas RI : Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2019. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005


Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dikdasmen Direktorat Jenderal Guru dan


Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2016.
Pedoman Lomba Penulisan Best Practice Bagi Pengawas Sekolah/Madrasah.

131
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. 2019. Penulisan Laporan dan
Penilaian Best Practice Kepala Sekolah

Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Andi Offset.

Kemendiknas. 2010. Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis


Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jakarta: Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan.

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan


Agama Islam. 2019. Modul KB 4 Penelitian Tindakan Kelas.

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan


Agama Islam. 2019. Modul KB 3 Penelitian Tindakan Kelas.

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan


Agama Islam. 2019. Modul KB 2 Penelitian Tindakan Kelas.

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan


Agama Islam. 2019. Modul KB 1 Penelitian Tindakan Kelas.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga


Kependidikan. 2016. Buku 1: Pengelolaan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar
(PPGP).

Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan


Tenaga Kependidikan. 2010. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru Buku
2: Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru).

Kunandar. 2011. langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembang


Profesi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007


Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2000 Pasal 2 tentang
pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil.

Pujiriyanto. 2019. Modul 2 Peran Guru Dalam Pembelajaran Abad 21. Direktorat
Pembinaan GTK PAUD dan Dikmas.

132
Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Rusydi Ananda. 2018. Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).

Udin Saefudin Sa’ud. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Usman, M.U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

TUGAS AKHIR
Setelah mempelajari modul Pengembangan Profesi Guru, mahasiswa
diwajibkan mengerjakan tugas berikut:

Best Practice adalah sebuah karya tulis yang menceritakan pengalaman terbaik
dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi oleh guru, kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan sehingga mereka mampu memperbaiki
mutu layanan pendidikan dan pembelajaran di sekolah (Apandi, 2018). Sumber lain
dinyatakan bahwa Best Practice adalah cerita keberhasilan terbaik dari guru kepala
sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan dalam menyelesaikan masalah
ketika melaksanakan tugas. Cerita keberhasilan terbaik bukan laporan hasil Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK), tetapi fokus pada
keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya.

Buatlah suatu karya tulis (Best Practice) dari pengalaman yang pernah saudara
alami selama menjadi guru. (Karya ini akan didiskusikan bersama dosen dan teman
rombel.

133
GLOSARIUM

Adaptif : mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan.

Artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah,
surat kabar, dan sebagainya; bagian undang-undang atau peraturan yang
berupa ketentuan; pasal; unsur yang dipakai untuk membatasi atau
memodifikasi nomina, misalnya the dalam bahasa Inggris.

Diagnostik : ilmu untuk menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala

Etik : kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat;
pembangunan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat dalam proses pembangunan.

Grafik : lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar (tentang
turun naiknya hasil, statistik, dan sebagainya).

Ideal : sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau dianganangankan atau


dikehenda

Ikhtisar : pemandangan secara ringkas (yang penting-penting saja); ringkasan.

Inovatif : bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru; ber-sifat pembaruan (kreasi


baru).

Instrumen : sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk


mengumpul-kan data sebagai bahan pengolahan.

Karakteristik : mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

Kecakapan : kemampuan; kesanggupan; kepandaian atau kemahiran mengerjakan


sesuatu.

Kinerja : sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan; kemampuan kerja


(tentang peralatan).

Kolokium : pertemuan keahlian; seminar; kegiatan belajar (pada tataran pendidikan


sarjana) yang dilakukan dalam bentuk seminar untuk membahas proyek
penelitian bertaraf lanjutan.

134
Komprehensif : bersifat mampu menangkap (menerima) dengan baik; luas dan
lengkap (tentang ruang lingkup atau isi); mempunyai dan
memperlihatkan wawasan yang luas.

Komunikasi : pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan;
kontak.

Kreatif : memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat


(mengandung) daya cipta.

Kredibilitas : perihal dapat dipercaya.

Minat : kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan.

Motivasi intrinsik : dorongan atau keinginan dari dalam diri seseorang.

Profesi : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,


kejuruan, dan sebagainya) tertentu.

Professional : bersangkutan dengan profesi; memerlukan kepandaian khusus untuk


menjalankannya.

Profil : pandangan dari samping (tentang wajah orang); lukisan (gambar) orang
dari samping; sketsa biografis; penampang (tanah, gunung, dan
sebagainya); grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal
khusus.

Promosi : kenaikan pangkat (tingkat); naik pangkat (tingkat); hal memperoleh gelar
doktor; pemberian gelar doktor yang dilakukan dengan upacara khusus.

Publikasi : pengumuman; penerbitan.

Reliabilitas: : perihal sesuatu yang bersifat reliabel (bersifat andal); ketelitian dan
ketepatan teknik pengukuran; keterandalan.

Wawasan : hasil mewawas; tinjauan; pandangan; konsepsi cara pandang

135
PROFIL PENULIS

Dr. Agusthina Siahaya, M.Th Lahir di Ullath, 27 Agustus 1971.


Menyelesaikan S1 dan S2 dari STAKPN Ambon (Sekarang
Institut Agama Kristen Negeri Ambon) dan program doctoral
dari STBI Semarang pada tahun 2012. Sekarang menjabat
sebagai Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Kristen (FIPK) Institut
Agama Kristen Negeri Ambon. Beberapa tulisan jurnal yang
telah dihasilkan baik berupa jurnal nasional atau bahkan jurnal internasional, yaitu :
Improve Teacher Creativity through Leadership and Principals Management,
Optimalisasi Pendidikan Karakter untuk Memperkuat Jati Diri Bangsa, Paradigma
Pelayanan Guru PAK berdasarkan Efesus 4:1-13, Pendidikan Nilai di Era Global, Isu
teologis yang penting bagi Guru PAK, Konsep Teologis tentang Panggilan Guru dan
beberapa karya yang lainnya, Eksistensi Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam
Melaksanakan Pembelajaran di masa pandemic covid-19, Pelatihan dan Pendampingan
Pembuatan Multimedia Interaktif Untuk Guru Pendidikan Agama Kristen Indoneisa
Secara Virtual, Transformasi Budaya Pembelajaran Era Kenormalan Baru Pasca Covid-
19 di SMP Negeri 2 Kairatu Barat.

136

Anda mungkin juga menyukai