Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Pinta Deniyanti S, M.Si

Disusun Oleh:
Ratna Nurherdiati (1309819019)
Dika Dani Septiati (1309819008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JENJANG


MAGISTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul PENELITIAN TINDAKAN KELAS.
Tim penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Jakarta 23 Oktober 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika kita mendengar kata “penelitian ilmiah” maka yang terbayang
dalam benak kita adalah pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan di dalam
sebuah laboratorium dengan alat-alat dan bahan-bahan kimia disertai dengan
hitungan angka yang rumit. Padahal tidak semua penelitian ilmiah dilakukan
berupa eksperimen di dalam laboratorium dengan melibatkan bahan kimia,
penelitian pada masalah-masalah sosial dan pendidikan dirancang dengan
menciptakan lingkungannya sendiri.
Penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Perlu dipahami bahwa semua penelitian
harus bersifat ilmiah, oleh karena itu supaya penelitian dapat menghasilkan
informasi yang akurat maka semua penelitian harus berlandaskan teori dan
perlu menggunakan metode penelitian yang tepat.
Jenis-jenis metode penelitian menurut Sugiyono (2013) adalah:
Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan
tujuan dan tingkat kealamiahan (nature setting) obyek yang diteliti.
Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan
menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan
(applied research) dan penelitian pengembangan (reseach and
development). Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan, metode
penelitian dapat dikelompokkan menjadi penelitian eksperimen,
survey dan naturalistik.
Penelitian terapan (applied research) bertujuan untuk menerapkan atau
menguji teori untuk menyelesaikan masalah. Salah satu bentuk pegembangan
dari penelitian terapan (applied research) adalah penelitian tindakan (action
research).
Penelitian tindakan (action research) adalah sebuah upaya melalui
prosedur yang sistematis untuk melakukan tindakan dalam memperbaiki
kualitas atau mutu. Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian
yang muncul di tempat kerja, misalnya kelas yang merupakan tempat kerja

3
seorang guru maka penelitian tersebut dapat dilakukan di kelas, yang dikenal
dengan classroom action research atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PTK menjadi salah satu solusi ilmiah dalam memecahkan masalah yang
dihadapi guru ketika di kelas, selain itu PTK juga berperan dalam
mengembangkan profesionalisme guru karena pada hakikatnya seorang guru
adalah seorang profesional yang mengembangkan diri dan senantiasa belajar
untuk meningkatkan kompetensi dirinya. Dewasa ini, PTK menjadi semakin
popular di kalangan guru, dosen, dan praktisi pendidikan karena prinsipnya
mengekplorasi fenomena, gejala, atau informasi yang muncul di tempat
aktivitas peneliti untuk mendapatkan variasi perbaikan terhadap masalah yang
dihadapi.
Budaya meneliti bagi sebagian guru belum berkembang dengan baik.
Guru masih perlu mengembangkan keterampilan dalam menuangkan ide,
gagasan, pikiran ke dalam tulisan. Hal ini karena pemahaman guru yang masih
menganggap bahwa meneliti adalah pekerjaan yang sulit dan menyita banyak
waktu. Ditambah dengan keluhan bahwa beban kerja guru sudah banyak selain
kewajiban mengajar minimal 24 jam pelajaran, tugas-tugas lain sehingga
seolah-olah semakin memperkuat argumen bahwa guru tidak ada waktu untuk
meneliti.
Padahal penelitian yang dilakukan oleh guru tidaklah harus penelitian
yang sulit, guru dapat mengkaji pembelajaran yang dilakukan sehari-hari dan
masalah yang diangkat pun masalah yang ditemui atau dikeluhkan oleh guru
dalam kegiatan mengajar sehari-hari di kelas, seperti kesulitan siswa dalam
menerima materi pembelajaran atau kendala guru dalam menerapkan metode
pembelajaran tertentu. PTK menjadi salah satu solusi bagi guru dalam
melakukan penelitian dengan permasalahan tersebut karena peneliti melakukan
penelitian di tempat aktivitas sehari-hari yaitu di kelas dan permasalahan yang
dikaji berhubungan dengan bidang keguruan. Hasil yang didapatpun tidak
dapat dipungkiri bahwa akan meningkatkan profesionalisme guru dan
memunculkan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran.

4
Dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru tercantum klausul megenaik
kompetensi penelitian. Pada kompetensi pedagogik poin 10.3 tertulis bahwa
guru harus dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. Peraturan tersebut
dipertegas dalam Perpen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan tersebut menuntut guru
untuk mengumpulkan angka kredit dari unsur publikasi ilmiah dan mulai
golongan III/d salah satu publikasi ilmiah yang diwajibkan adalah hasil
penelitian.
Peraturan-peraturan di atas memberikan tanggung jawab kepada guru
untuk melakukan penelitian dan berdampak langsung terhadap pengembangan
profesionalisme guru dalam menjalankan tugasnya karena dengan melakukan
kegiatan penelitian tindakan kelas guru akan belajar terus menerus serta
membiasakan diri untuk membahas teori-teori pembelajaran, mengatasi
permasalahan yang ditemui di kelas dan meningkatkan proses pembelajaran
serta keberhasilan peserta didik dalam belajar di kelas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa karakteristik dari penelitian tindakan kelas?
2. Mengapa dilakukan penelitian tindakan kelas?
3. Bagaimana rancangan penelitian tindakan kelas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik penelitian tindakan kelas.
2. Untuk mengetahui perlunya dilakukan penelitian tindakan kelas.
3. Untuk mengetahui rancangan penelitian tindakan kelas.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu penelitian yang
dikembangkan dari penelitian tindakan (action research). Penelitian tindakan
pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama
Kurt Lewin pada tahun 1940-an sebagai salah satu model penelitian yang
muncul di tempat kerja di mana peneliti melakukan pekerjaan pokok sehari-
hari. Praktik penelitian tindakan oleh Lewin diawali dari keprihatinan terhadap
kondisi di Amerika Serikat ketika terjadi Perang Dunia II. Beberapa fenomena
yang memprihatinkan Lewin diantaranya buruknya hubungan social dan
pelayanan publik. Menurut Lewin, permasalahan tersebut hanya dapat
diselesaikan dengan cara melibatkan anggota masyarakat dalam diskusi
kelompok (group discussion). Gagasan tersebut direalisasikan melalui aksi
social dalam empat lagkah yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Praktik tersebut telah dikukuhkan menjadi sebuah metode baru sebagai
alternatif terhadap metode penelitian yang sudah ada sebelumnya dan dipelajari
dan diterapkan sebagai inovasi, baik di kalangan akademisi maupun di kalangan
praktisi. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-
ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave
Ebbutt, dan sebagainya. Bentuk penerapan penelitian tindakan dalam
pendidikan diantaranya classroom action research yang di Indonesia dikenal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir
dekade 80-an.
Menurut Stephen Kemmis (1983), PTK adalah suatu bentuk kegiatan
penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta
kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau
pendidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap

6
praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan
(David Hopkins, 1993: 44). Sedangkan Tim Pelatih Proyek PGSM (1999)
mengemukakan bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi
dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan (M. Nur, 2001)
Secara khusus John Elliot (Suryadi & Berdiati, 2018) merumuskan
definisi penelitian tindakan pendidikan sebagai “Action research is the process
through which teachers collaborate in evaluating their practice jointly; raise
awareness of their personal theory; articulate a shared conception of value; try
out new strategies to render the value they espouse; record their work in a form
which is readily available to and understandable by other teachers; and thus
develop a shared theory of teaching by research practice.”
Definisi di atas menjelaskan bahwa penelitian tindakan pendidikan
yang dilakukan oleh guru (penelitian tindakan kelas) adalah sebuah proses di
mana guru berkolaborasi di antara sesama, mengevaluasi tindakan yang mereka
lakukan, mengartikulasi (menegaskan) penerapan nilai-nilai yang mereka anut
dalam melaksanakan tugas sebagai guru, melaksanakan refleksi untuk
menyadari kelemahan-kelemahan teoritis yang mereka gunakan; menguji coba
strategi baru untuk meyakinkan bahwa praktik yang mereka lakukan sudah
sesuai dengan rambu-rambu, mencatat dampak dari pekerjaan dalam bentuk
yang mudah dipahami guru lain, kemudian membangun teori mengenai praktik
pembelajaran melalui pengalaman praktis.
Berdasarkan pengertian para ahli dapat di sintesa bahwa PTK adalah
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas oleh guru dengan berkolaborasi
dengan kolega yang bertujuan memperdalam pemahaman terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan, meningkatkan mutu pembelajaran, dan bersifat
reflektif.

7
B. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Sebagaimana diisyaratkan (Krisyani-Laksono, Tatag Yuli Eko
Siswono, 2018) PTK antara lain bertujuan untuk memperbaiki dan/atau
meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada
dasarnya ”melekat” penunaian misi profesional pendidikan yang diemban oleh
guru. Dengan kata lain, tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan
layanan profesional guru. Di samping itu, sebagai tujuan penyerta PTK adalah
untuk meningkatkan budaya meneliti bagi guru guna memperbaiki kinerja di
kelasnya sendiri.
Dalam hubungannya dengan peningkatan profesionalisme guru,
kegiatan PTK penting untuk dilakukan dengan alasan:
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap
terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki
proses pembelajaran di kelas.
4. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena tidak
perlu meninggalkan kelasnya.
5. Dengan PTK guru akan menjadi kreatif.

C. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Para praktisi dan akademisi PTK yang sudah berpengalaman lebih dari
30 tahun di Amerika, Eropa, dan Australia sudah merasakan manfaat dari PTK,
seperti yang diungkapkan Creswell (Suryadi & Berdiati, 2018) beberapa
manfaat PTK adalah sebagai berikut:
1. Mendorong perubahan di satuan Pendidikan
2. Menggalang demokratisasi dalam pembelajaran (melibatkan berbagai
komponen pendidikan) dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan
pembelajaran.
3. Membangkitkan (empower) setiap anggota kelas untuk terlibat dalam
kolaborasi proyek

8
4. Menempatkan guru dan para penanggung jawab Pendidikan sebagai
pembelajar yang selalu berupaya mempersempit kesenjangan antara visi
pendidikan mereka dengan praktik pembelajaran.
5. Mendorong para pendidik untuk selalu mengevaluasi/merefleksi praktik
pembelajaran yang dilakukan.
6. Sebagai wahana untuk menerapkan dan menguji coba ide-ide.

D. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


Terdapat beberapa karakteristik dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
diantaranya sebagai berikut: (Kardi, 2000)
1. Bersifat situasional, artinya masalah diangkat dari praktik pembelajaran
keseharian yang benar-benar dirasakan oleh guru, peserta didik, atau
keduanya dan kemudian diupayakan peneyelsaiannya melalui penelitian.
2. Merupakan upaya kolaboratif antara guru dengan peserta didiknya atau
antara guru dengan kepala sekolah, yaitu suatu kerja sama dengan perspektif
berbeda.
3. Bersifat self-evaluative yaitu kegiatan yang dilakukan secara kontinu,
dievaluasi dalam proses, dan bertujuan untuk perbaikan dan/atau
peningkatan praktik pembelajaran.
4. Bersifat luwes dan selalu dapat disesuaikan.
5. Mengutamakan data pengamatan dan perilaku empiris pembelajaran
6. Agak longgar, artinya tidak seketat penelitian eksperimen yang sebenarnya.
Sifat sasarannya situasional-spesifik, artinya sasarannya dapat berubah
disesuaikan dengan keadaan. Sampel terbatas dan tidak representatif
sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan, artinya hanya berlaku bagi
guru yang bersangkutan.

E. Pinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas


Dalam (Krisyani-Laksono, Tatag Yuli Eko Siswono, 2018) yang
mengatakan ada enam prinsip penting dalam PTK. Prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:

9
1. Tidak menggangu komitmen mengajar. Artinya, PTK tidak boleh
mengganggu kegiatan guru mengajar di kelasnya.
2. Tidak terlalu menyita waktu. Metode pengumpulan data yang digunakan
tidak menuntut waktu berlebihan sehingga mengganggu proses
pembelajaran. Oleh sebab itu, sejauh mungkin harus digunakan prosedur
pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru sementara ia tetap
aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.
3. Metode yang digunakan harus cukup andal (relieble) sehingga
memungkinkan guru mengidentifikasikan serta merumuskan hipotesis
secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada
situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk
menjawab hipotesis yang dikemukakaknnya. Meskipun ada kelonggaran,
penerapan asas-asas dasar telaah yang taat kaidah tetap harus dipertahankan.
4. Merupakan masalah guru. Masalah penelitian yang diangkat oleh guru
seharusnya merupakan masalah yang memang benar-benar merisaukannya
dan bertolak dari tanggung jawab profesionalnya.
5. Konsisten terhadap prosedur etika. Dalam menyelenggarakan PTK guru
harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap
prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Prakarsa penelitian
harus dikomunikasikan kepada pemimpin lembaga, disosialisasikan kepada
teman sejawat, dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah, dilaporkan
hasilnya sesuai dengan tatakrama penyusunan karya ilmiah, di samping
tetap mengedepankan kemaslahatan peserta didik.
6. Permasalahan ada dalam perspektif misi sekolah. Dalam pelaksanaan PTK
sejauh mungkin guru harus menggunakan wawasan lebih luas daripada
perspektif kelas. Artinya, permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks
kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi dan
visi sekolah secara keseluruan.

10
F. Model Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan (termasuk PTK) dilakukan dalam suatu siklus
(putaran) tertentu. Setiap siklus terdiri dari sejumlah langkah yang harus
dikerjakan peneliti. Ada beberapa model rancangan yang dikemukakan para
pakar. Pada kesempatan ini dikemukakan tiga model di antaranya, yaitu (1)
model Kurt Lewin, (2) model Kemmis & Taggart, dan (3) model John Elliot.
1. Model Penelitian Tindakan model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin merupakan model dasar yang kemudian
dikembangkan oleh ahli-ahli lain. Penelitian tindakan, menurut Kurt Lewin,
terdiri dari empat komponen kegiatan yang dipandang sebagai satu siklus,
yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflecting). Digambarkan dalam sebuah bagan, model ini
tampak sebagai berikut.

Gambar 2.1. Model Kurt Lewis


Pada awalnya proses penelitian dimulai dari perencanaan, namun
karena ke empat komponen tersebut berfungsi dalam suatu kegiatan yang
berupa siklus, maka untuk selanjutnya masing-masing berperan secara
berkesinambungan.
2. Model Penelitian Tindakan Model Kemmis & McTaggart
Model yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan
pengembangan lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak
ada perbedaan yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai
karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart
dapat mencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap:
perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan

11
refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-ulang,
sampai tujuan penelitian tercapai. Dituangkan dalam bentuk gambar,
rancangan Kemmis & McTaggart akan tampak sebagai berikut:

Gambar 2.1 Penelitian Tindakan Kelas Menurut Stephen Kemmis

Langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana


tindakan. Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan
terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi
dalam bentuk refleksi. Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan
bahwa pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil sebagaimana
diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana untuk dilaksanakan pada
siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang dinginkan benar-
benar tercapai.
3. Rancangan Penelitian Tindakan Model John Elliott
Seperti halnya model Kemmis & McTaggart, model John Elliott
juga merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Lewin. Elliott
mencoba menggambarkan secara lebih rinci langkah demi langkah yang

12
harus dilakukan peneliti. Ide dasarnya sama, dimulai dari penemuan
masalah kemudian dirancang tindakan tertentu yang dianggap mampu
memecahkan masalah tersebut, kemudian diimplementasikan, dimonitor,
dan selanjutnya dilakukan tindakan berikutnya jika dianggap perlu. Berikut
ini adalah bagan model PTK versi John Elliott.

Gambar 2.3. Rancangan Penelitian Tindakan Model John Elliot


(versi revisi model Lewin)

Berdasarkan ketiga model penelitian tindakan kelas yang telah


dijelaskan di atas, maka penulis menyimpulkan model penelitian tindakan yang
paling sederhana adalah model Kemmis & McTaggart. Model ini sering
digunakan dalam PTK di Indonesia, karena sederhana dan mudah dipahami.
Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing-
masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan (act),
pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).

G. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

13
PTK memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan
Mc Taggar, 1992) yaitu Planning (Rencana), Action (Tindakan), Observation
(Pengamatan), dan Reflection (Refleksi). Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Planning (Rencana)
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum
melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan,
serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan
rencana tersebut secara dini kita dapat mengatasi masalah. Dengan
perencanaan yang baik seorang prak-tisi akan lebih mudah untuk mengatasi
kesulitas dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih
efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama
dalam diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam
menganalisis dan memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka dalam
situasi tertentu.
2. Action (Tindakan)
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang
dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan
untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan.
Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung
dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan
diperguna-kan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
3. Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendoku-mentasikan
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil
pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga
pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang
sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti
adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-
hambatan yang muncul.
4. Reflection (Refleksi)

14
Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran
(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi
adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan,
yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan
selanjutnya. Dengan demikian, PTK tidak dapat dilaksanakan dalam sekali
pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya
sebagai planning untuk siklus selanjutnya.

PTK dianggap tuntas apabila sudah mencapai kriteria sebagai berikut:


(Suryadi & Berdiati, 2018)
1. Tersusunnya prosedur dan teknik penerapan metode pertanyaan 5W + 1H
yang konsisten.
2. Peningkatan kemampuan menangkap informasi rinci dari teks dari
biasanya hanya 65% jumlah peserta didik mencapai KKM 75%.
3. Peningkatan aktivitas peserta didik dari sebelumnya hanya 50% peserta
didik yang aktif belajar menjadi 75% peserta didik aktif belajar.

H. Teknik Pengumpulan Data


Agar informasi dari responden dapat dikumpulkan, para peneliti
dianjurkan untuk melakukan sendiri atau terjun dan berinteraksi dengan para
siswa atau para guru. Peneliti sebagai instrumen mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan instrumen lainnya, yakni manusia lebih peka
terhadap stimulus yang mempengaruhi makna, dapat beradaptasi diri, mampu
mengambil dan menangkap gejala yang muncul secara simultan (Prof. H. M.
Sukardi, 2013)
Dalam PTK, peneliti dapat menggunakan beberapa macam teknik untuk
mengumpulkan data yang diperlukan. Data kualitatif selalu berciri naratif
artinya berupa kata-kata yang dimunculkan dalam bentuk transkrip wawancara,
catatan observasional, atau transkrip rekaman audio dan video. Untuk
memperoleh data yang lengkap dan memadai dilakukan Teknik triangulasi data.

15
Triangulasi adalah proses pengumpulan data dari berbagai sumber
menggunakan berbagai jenis instrumen.
Untuk kegiatan PTK, teknik pengumpulan data dikelompokkan menjadi
tiga macam metode, yaitu paper and pen (kertas dan pena), live (aktif), dan
ostensive (ostensif) (Prof. H. M. Sukardi, 2013).
1. Metode Kertas dan Pena (Paper and Pen Methods)
a. Catatan lapangan
Catatan lapangan merupakan alat pengumpul data yang memiliki nilai
yang tinggi, guru dapat mencatat situasi kelas dan macam-macam
fenomena yang muncul selama penelitian berlangsung.
b. Profil kegiatan
Alat pengumpulan data ini memberikan gambaran kegiatan seorang
guru atau dari siswa tertentu dari waktu ke waktu.
c. Peta Organisai Sosial Kelas
Peta organisasi kelas ini bisa menunjukkan bagaimana guru berinteraksi
dengan siswa dan ruang yang diperlukan dalam proses belajar-
mengajar.
d. Dokumentasi
Data ini memiliki objektifitas yang tinggi dalam memberikan informasi
kepada para guru sebagai tim peneliti.
2. Metode Aktif (Live Methods)
a. Sosiometrik
Metode sosiometrik dapat digunakan untuk mengumpulkan data dan
analisis hubungan seorang siswa dengan siswa lainnya di dalam kelas.
b. Wawancara dan diskusi
Pertemuan lansung yang direncanakan antara pewawancara dan yang
diwawancarai untuk salinng bertukar pikiran, guna memberikan atau
menerima informasi tertentu yang diperlukan dalam penelitian.
c. Observasi

16
Observasi pada konteks pengumpulan data adalah tindakan atau proses
pengambilan informasi atau data melalui media pengamatan, dalam
observasi ini menggunakan indera penglihatan.
3. Metode Ostensif (Ostensive Methods)
Alat pengumpulan data ini disebut ostensive karena bila digunakan peneliti
pengalaman terbatas, kehadirannya akan dapat mengganggu setting kelas
yang alami. Alat pengumpul data yang termasuk ostensive, yakni leaflet
(gambar selebaran), slide dan photograph, audio tape recorder, dan video
camera recorder.

I. Analisis Data
Komponen penelitian yang paling banyak berkaitan dengan proses
analisis data adalah komponen refleksi dalam setiap siklus PTK. Proses analisis
data pada penelitian mengandung beberapa langkah yang saling terkait, yaitu:
(Prof. H. M. Sukardi, 2013)
1. Menghimpun data
Data yang telah dikumpulkan tersebut dihimpun dalam kelompok-
kelompok sejenis, dengan mengacu pada fokus penelitian atau pertanyaan
penelitian.
2. Melakukan koding
Kode sebaiknya dibuat sebelum terjun ke lapangan, dengan list yang dibuat
atas dasar konsep kisi-kisi kerja, seperti pertanyaan penelitian, hipotesis,
cakupan permasalahan, dan variabel kunci yang peneliti gunakan selama
proses penelitian.
3. Menampilkan data
Peneliti berusaha menyusun data yang ada, sehingga menjadi informasi
yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu, dengan cara
menampilkan dan membuat hubungan antarvariabel, agar peneliti lain atau
pembaca laporan penelitian mengerti apa yang telah teradi dan apa yang
perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
4. Mereduksi data

17
Langkah dalam reduksi data, kegiatannya mencakup unsur-unsur spesifik,
seperti proses memilih data atas dasar tingkat relevansi dan kaitannya
dengan setiap kelompok data, dan menyusun data dalam satuan-satuan
sejenis. Kegiatan lain dalam reduksi data yaitu kegiatan memfokuskan,
menyederhanakan, dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan.
5. Verifikasi data
Verifikasi atau konfirmasi yang mengarah kepada penarikan kesimpulan
merupakan kegiatan penting lainnya dari komponen analisis data. Peneliti
sebaiknya masih tetap mengakomodasi dua hal, yaitu menuju ke arah
kesimpulan yang sifatnya terbuka, dan masih dapat menerima masukan data
dari peneliti lain.
6. Mengintepretasi data
Interpretasi data mempunyai tujuan penting, diantaranya menjadikan data
lapangan yang telah diadministrasikan, dikelompokkan dan dikoding ke
dalam deskripsi yang tersusun, dan dapat mengungkapkan tindakan
perbaikan. Peneliti dianjurkan untuk secara maksimal memerlukan energi
berpikir kreatif, mengingat langkah ini merupakan langkah yang berkaitan
erat dengan mengartikulasi fakta, konsep, dan teori tentang mengapa
bentuk-bentuk perilaku dan sikap tertentu telah muncul selama proses
pembelajaran yang diamati para peneliti.

J. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas


Berikut ini adalah sistematika penyusunan Proposal penelitian tindakan
kelas (PTK):
1. Judul
Judul dinyatakan dengan kalimat sederhana, namun tampak jelas
maksud tindakan yang akan dilakukan dan dimana penelitian
dilangsungkan, jika diperlukan cantumkan penanda waktu catur
wulan/semester/tahun ajaran.
Contoh:

18
“Aplikasi Pendekatan Problem-Based Learning (PBL) Dapat
Meningkatkan Pembelajaran Sosiologi pada Kelas XII IPS Madrasah
Aliyah Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2005-2006”
2. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Menguraikan kondisi objektif yang mengharuskan dilaksanakannya
PTK. Kondisi ini merupakan hasil identifikasi guru terhadap masalah
proses pembelajar-an yang diselenggarakan.
b. Rumusan Masalah
Mengemukakan masalah-masalah yang akan dipecahkan melalui PTK
yang akan dilaksanakan.
Contoh:
1. Apakah dengan pendekatan Problem-Based Learning dapat
meningkatkan pembelajaran Sosiologi pada kelas XII IPS Madrasah
Aliyah Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2006-2007?
2. Bagaimana perubahan tingkah laku yang menyertai peningkatan
pembelajaran Sosiologi melalui pendekatan Problem-Based
Learning?
c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan proses yang akan dilaku-kan atau kondisi
yang diinginkan setelah dilaksanakan PTK.
Contoh:
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Sosiologi melalui
pendekatan Problem-Based Learning pada kelas XII IPS Madrasah
Aliyah Negeri 2 Surakarta.
2. Untuk mengetahui tingkah laku yang menyertai peningkatan
pembelajaran Sosiologi melalui pendekatan Problem-Based
Learning pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta.

d. Manfaat Hasil Penelitian

19
Contoh:
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Dapat meningkatkan kompetensi dan aktivitas pembelajaran para
siswa kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta.
2. Dapat menganalisis perubahan tingkah laku yang menyertai
peningkatan pembelajaran Sosiologi melalui perlakuan khusus
pendekatan Problem-Based Learning.

3. Kajian pustaka
Kajian pustaka berisikan ulasan-ulasan teoritis dengan konsep pembelajaran
dan konteks PTK yang akan dilaksanakan.

4. Metode penelitian
Metode penelitian adalah tahapan-tahapan cara dalam melaksanakan
penelitian. Contoh kerangka rancangan PTK yang lazim digunakan sebagai
berikut:
a. Setting Penelitian
Contoh:
Penelitian ini berbasis kelas dengan lokasi kelas XII IPS Madrasah
Aliyah Negeri 2 Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Akan dilaksanakan
tahun 2005-2006 yang melibatkan siswa berjumlah 40 siswa.

b. Subyek Penelitian
Contoh:
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 2
Surakarta tahun pelajaran 2005-2006 yang berjumlah 40 siswa,
sebagaimana digambarkan dalam tabel (lampiran).

c. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Contoh:

20
Instrumen pengumpulan data dalam PTK ini ada dua, yaitu instrumen
tes dan nontes:
1) Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan pembelajaran
konsep modernisasi sesaat setelah proses pembelajaran Sosiologi
dilaksanakan pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2
Surakarta tahun pelajaran 2005-2006. Pada setiap siklus guru
memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam
penguasaan konsep modernisasi dalam pembelajaran Sosiologi.
Pada saat melaksanakan tes tertulis kelas XII IPS Madrasah Aliyah
Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2005-2006 yang berjumlah 40
siswa dibagi menjadi dua gelombang, masing-masing terdiri dari 20
siswa dan 20 siswa. Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar
peneliti lebih mudah melaksanakan tes tertulis secara objektif untuk
mengukur kemampuan siswa secara individual.
2) Non Tes
Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini ada 3 yaitu observasi,
wawancara, dan jurnal. Observasi digunakan untuk mengetahui
tentang respon dan sikap siswa terhadap pemahaman konsep
modernisasi dalam pembelajaran Sosiologi, respon dan sikap siswa
terhadap pendekatan PBL, dan siswa yang menunjukkan gejala
khusus dalam penerapan pendekatan PBL.
Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan dan sikap siswa
dalam pelaksanaan pendekatan PBL, penyebab siswa kurang dapat
berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan motivasi yang
menjadikan siswa bersemangat mengikuti proses pendekatan PBL.
Jurnal digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul
dan tercatat atau terekam pada saat penerapan pendekatan PBL baik
yang bersifat maju maupun mundur untuk mengadakan perbaikan
pada siklus berikutnya
d. Validitas Data

21
Contoh:
Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes menentukan
validasi teoritik maupun validasi empirik (analisis kualitatif dan
kuantitatif). Proses pembelajaran (observasi dan wawancara) yang
divalidasi datanya melalui trianggulasi, baik sumber maupun metoda.
Untuk kepentingan keabsahan data, penelitian ini menggunakan
teknik trianggulasi, yaitu pengujian validitas data dengan cara
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda, dengan
metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
(2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang
dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang di
berbagai tingkatan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dikumen yang berkaitan (Lexy J. Moleong, 2002: 178).
e. Analisis Data
Contoh :
Teknik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini
adalah teknik deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan
menggunakan deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh siswa
dirata-rata untuk menemukan tingkat pemahaman konsep
modernisasi para siswa dalam pembelajaran Sosiologi. Nilai
persentase dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
NK
NP = × 100%
R
Keterangan:
NP = Nilai persentase

22
NK = Nilai komulatif
R = Jumlah responden
2) Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara dan jurnal
diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus
analisis. Data kuantitatif dan kualitatif ini kemudian dikaitkan
sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan penerapan
pendekatan PBL, yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman
konsep modernisasi dalam pembelajaran Sosiologi secara klasikal,
dan perubahan tingkah laku yang menyertainya.

f. Indikator Kinerja
Contoh:
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) artinya
penelitian dengan berbasis pada kelas. Dengan penelitian ini diperoleh
manfaat berupa perbaikan praksis yang meliputi penanggulangan
berbagai masalah belajar siswa dan kesulitan mengajar oleh guru.
Untuk mengevaluasi ada tidaknya dampak positif terhadap
tindakan, diperlukan kriteria keberhasilan, yang ditetapkan sebelum
tindakan dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini, diperoleh ketetapan
tentang hal-hal yang telah tercapai menjadi bahan dalam merencanakan
kegiatan siklus berikutnya.
Indikator kinerja dari data kuantitatif ditetapkan kriteria bahwa
semakin meningkat perolehan hasil tes pada kategori di atasnya
menunjukkan kriteria peningkatan pembelajaran dalam penelitian
tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada siklus ke-2 kategori sangat
paham lebih besar daripada siklus ke-1 berarti terjadi peningkatan yang
positif sebagaimana terlihat pada tabel 1 berikut ini:
Indikator kinerja dari data kualitatif ditetapkan bahwa peningkatan
partisipasi responden (siswa) dan peningkatan sikap positif baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya sebagai indikator peningkatan
pembelajaran yang positif, dari siklus ke siklus. Jika terjadi sebaliknya

23
maka sebagai indikasi kurang berhasil dalam perlakuan Penelitian
Tindakan Kelas ini.

24
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas oleh guru
dengan berkolaborasi dengan kolega yang bertujuan memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, meningkatkan mutu
pembelajaran, dan bersifat reflektif. Para pengembang penelitian ini berasumsi
bahwa para pelaksana (orang biasa) mampu berfikir reflektif, melakukan
diskusi, dan menentukan keputusan sendiri dalam mengatasi kesulitannya.
Banyak model langkah-langkah penelitian tindakan hasil
pengembangan para ahli mulai dari pengagasan pertama penelitian ini, yaitu
Kurt Lewin 1954 sampai dengan pengembangan abad 2. Penulis melihat
langkah-langkah dari Kemmis & McTaggart, model ini banyak dipakai karena
sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat
mencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap:
perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi
(reflect).
Teknik pengumpulan data, meliputi: identifikasi pengalaman sendiri,
pengungkapan dengan menggunakan teknik wawancara, angket, observasi, tes,
dll, pembuktian dengan data-data bersifat dokumenter. Dalam dalam
pengumpulan data hal cukup penting adalah, persyaratan pengumpulan data,
meliputi: pengujian validitas, dan reliabilitas pengumpulan data, kebergunaan,
serta ketelitian berkenaan dengan etika penelitian.
Analisis dan interpretasi: analisis data dan interpretasi hasil dilakukan
sambil jalan (mengumpulkan data), dengan teknik analisis dan terpretasi yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Rencana kegiatan: berdasarkan hasil
interpretasi disusun rencana kegiatan perbaikan program ataupun kegiatan.
Pelaksanaan program dievaluasi dan dimonitor cesara seksama dan
berdasarkan hasil-hasil evaluasi-monitoring tersebut diadakan penyempurnaan
lanjutan.

25
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Diantaranya kekurangan dalam pemahaman model-model penelitian
tindakan kelas. Tahapan pemilihan sampel, pengumpulan data, dan analisis
data dan sistematika penulisan dapat dijabarkan dalam penulisan makalah
berikutnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
untuk pembuatan makalah kedepannya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Amir. (2019). PTK Tematik Integratif Teori dan Praktik Dilengkapi
Contoh PTK SD, SMP & SMA Sesuai Kurikulum 2013. Malang: Literasi
Nusantara Abadi.

Hopkins, David. (1992). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Milton


Keynes: Open University.

Hopkins, David. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas (A Teacher’s


Guide to Classroom Research). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kardi, S. (2000). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori


Pembelajaran MIPA. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri
Surabaya PSMS Pascasarjana.

Kemmis, Stephen. & Mc. Taggart, Robin. (1992). The Action Research Planner.
Victoria: Deakin University Press.

Krisyani-Laksono, Tatag Yuli Eko Siswono. (2018). Penelitian Tindakan Kelas.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nur, Mohamad, (2001). Penelitian Tindakan Kelas (konsep dasar dan langkah-
langkah PTK). Kumpulan Makalah Teori Pembelajaran MIPA. Departemen
Pendidikan Nasional Universitas Negeri Surabaya PSMS Pascasarjana.

Prof. H. M. Sukardi, M.Ed., M.S., Ph.D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan


Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya. Jakarta: Bumi
Aksara.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suryadi, Asip, & Berdiati, I. (2018). Menggagap Penelitian Tindakan Kelas Bagi
Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

27

Anda mungkin juga menyukai