Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dinda Fauziah Zahra

Nim : 0309171027

Matkul : Isu Sosial Kontemporer

Prodi/ sem : P.ips 3/ 7

Implementasi Wajib Belajar Di Indonesia Dan Berbagai Negara

Program wajib belajar 9 tahun yang dikeluarkan pemerintah melalui Inpres No. 1
tahun 1994 tanggal 15 April bukanlah program yang dikeluarkan secara mendadak. Program
itu nampaknya merupakan kelanjutan dari program wajib belajar 6 tahun yang telah sukses
dilakukan. Suksesnya wajib belajar 6 tahun yang dilaksanakan pemerintah telah mendorong
UNESCO untuk memberikan penghargaan Aviciena pada tahun 1984.

Menurut Grindle (Rusdiana, 2015:132) implementasi kebijakan sesungguhnya tidak


hanya terbatas pada mekanisme penjabaran keputusan politik ke dalam prosedur rutin melalui
saluran birokrasi, tetapi berkaitan dengan masalah konflik, yaitu siapa memperoleh apa dalam
seuatu kebijakan, bahkan pelaksanaan kebijakan merupakan sesuatu yang penting,
kemungkinan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Setelah kebijakan
dirrumuskan, disahkan dan dikomunikasikan kepada khalayak, kemudian dilaksanakan atau
diimplementasikan. Implementasi ini adalah aktualisasi kebijakan pendidikan yang telah
disahkan, bergantung cara pelaksanaannya di lapangan. Tolok ukur keberhasilan kebijakan
pendidikan adapa pada implementasinya. Menurut Imron (Rusdiana, 2015:146) sebaik
apapun rumusan kebijakan, jiak tidak diiplementasikan, tidak akan diraakan gunanya.
Sebaliknya, sesederhana apapun rumusan kebijakan, jika sudah diimplemntasikan akan lebih
berguna, apapun dan seberapapun gunanya.

Mengacu kepada Undang- undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional sebenarnya ketentuan tentang wajib belajar telah ada dalam pasal 14 ayat 2 yang
menyatakan bahwa warga negara yang berumur 7 (tujuh) tahun berkewajiban mengikuti
pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai tamat. Hanya saja pada ayat 3 terdapat
klausul yang menyatakan bahwa pelaksanaan wajib belajar ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah (PP). Sampai keluarnya Inpres mengenai wajib belajar 9 tahun, PP yang
dimaksud ayat 3 tersebut tidak kunjung ada. Mengapa pemerintah tidak mengeluarkan PP
tersebut? Berdasarkan sumber-sumber yang didapatkan, tidak ada keterangan resmi
pemerintah kenapa selama kurang lebih 5 tahun tidak mengeluarkan PP sebagaimana yang
diamanatkan UU No. 2 tahun 1989.

Dirjen Dikdasmen Depdikbud Zainal Arifin Achmady dalam Seminar Pendidikan


Dasar di FKIP Universitas Slamet Riyadi Solo mengungkapkan wajib belajar di Indonesia
tidak diatur dengan undang-undang tersendiri, melainkan berupa Inpres sebab wajib belajar di
Indonesia tidak identik dengan dengan wajib belajar (compulsary education) sebagaimana di
negara-negara maju.2 Di negara- negara maju compulsary education bercirikan; adanya unsur
paksaan, diatur dengan undang-undang wajib belajar, sanksi bagi orang tua yang tidak
menyekolahkan anaknya. Sedangkan wajib belajar di Indonesia lebih diartikan sebagai
universal primary education yaitu terbukanya kesempatan luas bagi peserta didik untuk
memasuki pendidikan dasar. Sasaran utamanya untuk menumbuhkan aspirasi pendidikan
orang tua dan peserta didik yang telah cukup umur untuk mengikuti pendidikan.

Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Indonesia memiliki empat ciri utama,
yaitu; 1) dilakukan tidak melalui paksaan tetapi bersifat himbauan, 2) tidak memiliki sanksi
hukum, tetapi menekankan tanggung jwab moral dari orang tua untuk menyekolahkan
anaknya, 3) tidak memiliki undang-undang khusus dalam implementasi program, 4)
keberhasilan dan kegagalan program diukur dari peningkatan partisipasi sekolah anak usia 6-
15 tahun. Meskipun tolok ukur keberhasilan program wajib belajar itu diukur dari tingkat
partisipasi sekolah anak, tetapi ada beberapa aspek yang dapat dilihat bagaimana
perkembangan pelaksanaannya selama tahun 1994-2001 tersebut.

Pendidikan Malaysia Sistem pendidikan di Malaysia diatur oleh Kementerian


Pendidikan Malaysia (KPM). Pendidikan formal yang ada di malaysia dimulai dari Pra-
sekolah, Pendidikan Rendah, Pendidikan Menengah, Pendidikan Pra-Universiti dan
Pengajian Tinggi. Pendidikan merupakan tanggungjawab pemerintah federal. Sistem
pendidikan nasional meliputi pendidikan prasekolah hingga perguruan tinggi. Pada tahun
2004 pendidikan prasekolah, dasar dan menengah berada dibawah yurisdiksi Kementrian
Pendidikan (the Ministry of Education). Sedangkan pendidikan tinggi merupakan
tanggungjawab Kementerian Pendidikan Tinggi (the Ministry of Higher Education). Semua
bentuk penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada visi dan misi. Adapaun visi dan misi
utama pemerintahan Malaysia adalah menjadikan negerinya sebagai pusat pendidikan
berkualitas dan siap bersaing dangan lembaga pendidikan tinggi di negara lain seperti
Singapura dan Australia. Indonesia yang sering terjadi pergantian kebijakan serta kurikulum
sehingga pelaksana teknis di Indonesia lambat untuk berkembang.

Pendidikan Singapura Sistem pendidikan Singapura bertujuan untuk menyediakan


pengetahuan dasar dan agama bagi murid – murid. Untuk menyatukan keberagaman
karasteristik perbedaan ras dan budaya di Singapura, keberagaman bahasa, setiap siswa
belajar Bahasa Inggris sebagai bahasa keseharian. Siswa juga belajar Bahasa Ibu mereka
(China, Malaysia dan Tamil/ Thailand) untuk membantu mereka mempertahankan identitas,
budaya, warisan, dan nilai-nilai bangsa. Pendidikan formal di Singapura dimulai dari jenjang
Kindergarten School atau setara dengan Taman Kanak-Kanak (TK) di Indonesia. Setelah
lulus Kindergarten School, siswa melanjutkan ke jenjang Primary School atau setara dengan
Sekolah Dasar (SD) di Indonesia selama enam tahun. Untuk menuju ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, siswa – siswa harus mengikuti Primary School Leaving Examination
(PSLE). Kemudian pendidikan dilanjutkan ke jenjang Secondary School selama empat atau
lima tahun. Secondary School dibagi menjadi empat jalur. Special/ Express Course, Normal
(Academic) Course, Normal (Technical) Course, dan Integrated Programme (IP) Course.
Special/ Express Course adalah empat tahun pendidikan yang diakhiri dengan Singapore
Cambridge General Certificate of Education (GCE) ‗O‘ Level Examination. Di jalur ini,
siswa mempelajari Bahasa Inggris dan Bahasa Ibu, Matematika, Sains dan Budaya (Sosial).
Sekolah diijinkan untuk menawarkan Applied Grade Subject (AGS) sebagai tambahan atau
pengganti kurikulum untuk menawarkan berbagai pilihan kepada siswa. AGS secara umum
mengajak murid untuk berlatih atau berorientasi pada pendidikan seperti politeknik

Referensi:

file:///C:/Users/Acer/Documents/Downloads/1285-17148-1-PB.pdf

file:///C:/Users/Acer/Documents/Downloads/2378-Article%20Text-3486-1-10-
20170622%20(1).pdf

file:///C:/Users/Acer/Documents/Downloads/MEMBANDINGKANKAN
%20KURIKULUM_2017.pdf

Anda mungkin juga menyukai