Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MANDIRI MODUL 8 : LATIHAN KEGIATAN BELAJAR 1

TUTORIAL MPDR5302

STUDI KOMPARATIF PENDIDIKAN DASAR DI BERBAGAI NEGARA

NAMA : EFRIALIZA DIANI PUTRI

NIM : 530075127

PROGRAM PASCA SARJANA


UNVERSITAS TERBUKA

2022
1. Apa yang dimaksud kompetensi dalam kurikulum 2013?

Berdasar pada arti estimologi kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang

dibutuhkan untuk melakukan atau untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan

yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja.

Dalam kurikulum 2013 terdapat empat kompetensi inti yang lebih mengacu pada

pendidikan moral. Empat kompetensi itu adalah semangat religius, sikap sosial

sebagai anggota masyarakat, memiliki pengetahuan yang faktual, konseptual,

prosedural, meta kognitif dan aplikasi kompetensi inti ini menjadi satu kesatuan.

Kekeliruan menempatkan standar kompetensi lulusan dibawah standar isi pada

kurikulum sebelumnya menjadi salah satu latar belakang terjadinya perubahan

kurikulum dalam sistem pendidikan nasional mengingat pendidikan idealnya adalah

proses sepanjang hayat sehingga lulusan atau keluaran dari suatu proses pendidikan

tertentu harus dipastikan memiliki kompetensi yang diperlukan agar esensi tujuan

pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas dapat dicapai, yakni membentuk

potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Oleh sebab itu sangat diperlukan sebuah kompetensi inti yang

mengikat seluruh mata pelajaran, sehingga seluruh mata pelajaran harus berkontribusi

terhadap pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Sejalan dengan UU Sisdiknas, kompetensi inti ibarat anak tangga yang harus ditapak

peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan.

Kompetensi inti meningkat seiring meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan

dengan meningkatnya kelas. Melalui kompetensi inti, sebagai anak tangga menuju ke

kompetensi lulusan, integrasi vertikal antarkompetensi dasar dapat dijamin, dan


peningkatan kemampuan peserta dari kelas ke kelas dapat direncanakan. Untuk

kemudahan operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi

dua, yaitu sikap spiritual terkait tujuan membentuk peserta didik yang beriman dan

bertakwa, dan kompetensi sikap sosial terkait tujuan membentuk peserta didik yang

berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. 

Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi

Lulusan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program.

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk

kualitas. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, melainkan untuk dibentuk melalui

pembelajaran mata pelajaran yang relevan. Setiap mata pelajaran harus tunduk pada

kompetensi inti yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang

diajarkan dan dipelajari pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap

pembentukan kompetensi inti.

Dalam mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran mata pelajaran diuraikan

menjadi kompetensi dasar yang dikelompokkan menjadi empat bagian. Hal ini sesuai

dengan rumusan kompetensi inti yang didukungnya, yaitu dalam kelompok

kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Uraian

kompetensi dasar sedetil ini adalah untuk memastikan bahwa capaian pembelajaran

tidak berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut ke keterampilan,

dan bermuara pada sikap. Kompetensi dasar dalam kelompok kompetensi inti sikap

bukanlah untuk peserta didik, tetapi sebagai pegangan bagi pendidik, bahwa dalam

mengajarkan mata pelajaran tersebut, ada pesan-pesan sosial dan spiritual yang

terkandung dalam materinya. 


2. Apa yang menjadi karakteristik kurikulum pendidikan Indonesia

dibandingkan negara lain?

Indonesia dan negara lain memiliki perbedaan yang mencolok dalam sistem

pembelajaran yang diterapkan. Seperti halnya dalam menetapkan pendidikan usia

dini. Di mana pendidikan ini sangatlah baik untuk melatih perkembangan motorik

anak. Namun, di Indonesia lebih menekankan kepada belajar membaca, menulis, dan

berhitung untuk anak usia dini. Sedangkan di luar negeri, pendidikan usia dini lebih

menekankan kepada bermain dan berinteraksi untuk mengeksplorasi lingkungannya.

Kemudian dari sisi waktu belajar, di mana waktu belajar di Indonesia sangatlah padat

dalam waktu yang lama. Diketahui bersama, bahwa siang hari mayoritas pelajar

Indonesia menghabiskan waktunya untuk belajar. Sedangkan di luar negeri, pelajar

hanya melakukan belajar di kelas sekitar 30 – 40% saja dan selebihnya dihabiskan

untuk bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya.

Lalu untuk tugas yang diberikan guru, inilah yang sangat membedakan Indonesia

dengan negara lain. Sebagian besar negara di luar Indonesia tidak memberikan tugas

atau pekerjaan rumah. Namun di Indonesia, hampir setiap sekolah akan selalu

memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah. Tujuannya baik yakni untuk

menambah pengetahuan pelajar, namun hal ini justru bisa membuat mereka bosan dan

tertekan.

Dari sisi ujian akhir, diketahui bersama bahwa Indonesia menerapkan ujian akhir

sebagai penentu kelulusan. Sedangkan di luar negeri, hasil akhir ditentukan berdasar
pada akumulasi pembelajaran yang sudah dilakukan setiap harinya. Dan untuk wajib

belajar, setiap anak sudah dikenalkan dengan pendidikan sejak usianya masih kecil.

Namun di luar negeri, pendidikan baru mulai dikenalkan pada anak saat usianya

menginjak 7 tahun. Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa

untuk mengenalkan pendidikan anak secara baik adalah ketika usianya sudah 7 tahun.

Kelebihan kurikulum Indonesia dengan negara lain adalah pendidikan moral yang

sangat dikedepankan sebagai konten utamanya. Terdapat pendidikan karakter yang

mengakar dan tidak pernah terlepas dari kurikulum manapun meski telah berganti dari

waktu ke waktu. Sedangkan kurikulum di negara lain, lebih study oriented dan

mengesampingkan pendidikan moral serta pembentukan karakter. Contohnya negara

Singapura yang terkenal maju dalam bidang matematika dan penguasaan bahasa

asing, tetapi sekolah-sekolah di Singapura tidak memperkenankan tumbuhnya budaya

demokratis di sekolah, tidak memberi wadah aspirasi bagi pelajar-pelajar Singapura

tentang issue-issue yang berkembang di Singapura.

3. Apa perbedaan kurikulum Indonesia dengan Jepang, Inggris, Jerman,

Australia, Amerika Serikat dan Singapura?

Jepang

Kurikulum sekolah di Jepang meliputi tiga aspek yaitu, subjects (kamoku), moral

education (doutoukukyouiku) dan extra- curricular. Subjects atau mata pelajaran

terdiri dari mata pelajaran wajib di SD, dan mata pelajaran wajib dan pilihan di SMP

dan SMA.
Inggris

Semua pelajar yang belajar di Inggris diwajibkan mengikuti pendidikan dasar dan

menengah yang dimulai ketika berumur 5 tahun hingga umur 16 tahun. Secara singkat

sistem pendidikan dasar di Inggris dibagi menjadi tahapan penting “Key Stages” yaitu

: Pendidikan Dasar (Key Stage 1) (Primary Education) dan Pendidikan Menengah

(Key Stage 2) (Secondary Education) 5 hingga 11 tahun, Pendidikan Lanjutan (Key

Stage 3) (Further Education) 11 hingga 14 tahun dan Program Lanjutan (HND) &

Pra-Universitas (Key Stage 4) (Foundation Studies) 14 hingga 16 tahun. Untuk Key

stage 1 dan 2 biasanya berlangsung di sekolah dasar, pada usia 11 tahun melanjutkan

ke sekolah menengah dan menyelesaikan key stage 3 dan 4.

Pendidikan di Inggris diatur dan diawasi oleh Department for Education dan

Department for Business, Innovation and Skills. Otoritas lokal bertanggung-jawab

menerapkan kebijakan untuk pendidikan dan sekolah negeri di tingkat lokal. Inggris

mempunyai lebih dari 3.000 Institusi Pendidikan yang menerima pelajar internasional

di berbagai level dengan ribuan pilihan bidang studi. Di samping itu terdapat beragam

akses pendidikan dan pelatihan yang dapat dipilih dengan mengkombinasikan

berbagai pilihan bidang studi sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan.

Sistem pendidikan di Inggris terbagi atas 4 bagian utama.

Jerman

Struktur dan jenis pendidikan yang diterapkan di Jerman terdapat tiga tahapan yaitu

Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Pendidikan di

Jerman di mulai dari tahap pra sekolah yang disebut Kindergarten atau Taman Kanak-

Kanak yang dimulai dari umur 3 sampai 6 tahun. Setelah itu dilanjutkan dengan

Pendidikan dasar pada usia 7 sampai 10 tahun. Pendidikan ini


dinamakan Grundschule, yang berarti Sekolah Dasar. Dari Grundschule, seseorang

mempunyai empat pilihan untuk melanjutkan sekolah. Pilihan tersebut diantaranya:

1. Hauptschule

2. Realschule

3. Gesamtschule

4. Gymnasium

Untuk memasuki Hauptschule, Realschule atau Gymnasium, seseorang harus melalui

Orienterungsstufe atau Tahapan Orientasi. Di tahap ini diteliti bakat dan kemampuan

dari anak, dan tahap ini menentukan kemana tujuan seorang anak

selanjutnya. Hauptschule dan Realschule lebih ditekankan kepada anak yang ingin

langsung kerja bila telah menyelesaikan sekolah. Tentu saja setelah melalui

pendidikan di “Berufsfachschule” atau “Fachoberschule”.Bagi yang ingin

melanjutkan ke Universitas, jalan tercepat adalah melalui Gymnasium. Jalan

pendidikan lain juga dapat mengikuti kuliah di universitas, tapi dengan melalui jalan

yang panjang. Misal harus melakukan praktek kerja dahulu selama sekian tahun.

Australia

Terdapat bidang-bidang yang menjadi fokus dalam pendidikan Australia. Bidang-

bidang tersebut memberikan kepada para pelajar suatu pendidikan yang utuh dan

keterampilan bermasyarakat (sosialisasi). Semua sekolah yang menerima pelajar

Internasional akan mengajar sesuai dengan 8 Bidang Pembelajaran Yang Penting itu,

seperti :
1. Seni

2. Bahasa Inggris

3. Pendidikan Kesehatan dan Jasmani

4. Bahasa selain Bahasa Inggris

5. Matematika

6. Ilmu Pengetahuan

7. Kajian Penduduk dan Lingkungan

8. Teknologi

Kurikulum Australia berisi tentang hak untuk mendapatkan bagi setiap siswa

Australia. Hal-hal yang terkait meliputi hal-hal dasar untuk mencapai sukses, belajar

seumur hidup, dan partisipasi dalam masyarakat Australia. Hal ini berarti bahwa

kebutuhan dan kepentingan siswa akan bervariasi, sehingga sekolah dan guru akan

merencanakan kurikulum berdasarkan kebutuhan dan kepentingan

tersebut. Kurikulum Australia juga mengakui perubahan cara di mana siswa akan

belajar dan ada berbagi tantangan-tantangan yang akan terus membentuk

pembelajaran mereka di masa yang akan depan.

Amerika Serikat

Pada dasarnya  proses pengembangan kurikulum dipusatkan pada Negara Bagian

(State), namun demikian guru, sekolah, ataupun distrik dapat mendesain sendiri

program yang ditawarkan sesuai dengan pedoman/ petunjuk yang dikeluarkan oleh

Negara Bagian. Sekolah harus membuat program sesuai dengan persyaratan Negara

Bagian dan mendesain kurikulum yang dapat mempersiapkan siswa untuk mengikuti

ujian negara (state examinations).


Pada tingkat sekolah dan kelas, guru dapat mengembangkan kurikulum berdasarkan

standar dan kerangka dari pemerintah Negara Bagian (State), menggunakan sumber-

sumber material yang ditentukan oleh pemerintah atau menentukan sendiri. Dengan

demikian, dalam pendidikan di Amerika Serikat guru-guru diharapkan menggunaka

standar dan kerangka sebagai penyusunan kurikulum, mereka bisa

mempertimbangkan flesibilitas/ keluwesan desain suatu kurikulum bagi kelas mereka

sendiri, termasuk dalam memilih media dan metode pembelajaran.

Tak ada persyaratan mengenai alokasi waktu yang digunakan pada setiap mata

pelajaran, dengan demikian setiap sekolah dan guru menggunakan waktu untuk

masing-masing pelajaran yang dipersyaratkan oleh pemerintahan dan harus diajarkan

pada tingkat sekolah dasar (tingkat 1 sampai dengan 6), yaitu:

1. Matematika (Mathematic);

2. Membaca (Reading);

3. Mengeja (Spelling);

4. Menulis (Writing);

5. Bahasa Inggris (English Language);

6. Geografi (Geography);

7. Sejarah Amerika (US History);

8. Ilmu Pengetahuan Sosial (Sosial Studies);

9. Kesehatan (Healthy);

10. Musik (music);

11. Seni Rupa (Visual Arts);

12. Olahraga (Physical Education).


Singapura

kualitas pendidikan negara ini menduduki puncak di ASEAN. Menurut Indeks PISA

2019, siswa Singapura memiliki skor membaca di atas rata-rata OEDC. 

Bahasa Inggris merupakan bahasa utama yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar di Singapura. Dalam mengemban pendidikan, siswa diberi ruang untuk bisa

mengembangkan diri sesuai minat dan bakatnya. 

Oleh sebab itu, guru tidak hanya fokus pada teori namun juga praktiknya.

Indonesia

Kurikulum di Indonesia masih dirasakan sangat kurang karena tidak melihat secara

langsung bagaimana prospek masa depan siswa. Dengan kurikulum yang sekarang,

ketika pengajaran hanya terpaku pada hal-hal yang bersifat teori. Tingkat

pengangguran pada tingkat SMA yang semakin meningkat juga bisa saja disebabkan

karena ketidakaplikatifnya pengajaran. Ada beberapa faktor yang membuat kurikulum

di Indonesia kurang aplikatif. Pertama, kurangnya sarana dan prasarana. Banyak

sekolah di pedalaman yang kurang memanfaatkan atau bahkan tidak mempunyai

fasilitas belajar, seperti laboratorium dan perpustakaan. Kedua, dapat dilihat dari segi

tenaga pengajar dan kondisi pengajaran itu sendiri. Para guru di Indonesia terbiasa
mengajarkan hal-hal yang bersifat teori. Kebiasaan kuno yang diajarkan secara turun

termurun inilah yang salah dan menjadi faktor penyebab permasalahan.

4. Antara Indonesia dan singapura sama-sama terdapat ujian akhir untuk

melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Jelaskan kesamaan dan

perbedaan tes akhir tersebut!

Singapura dan Indonesia pada masa saat ini sudah menghapuskan ujian akhir nasional.

Hal ini karena pendidikan di Singapura dan Indonesia berkaca pada pendidikan di

negara-negara maju yang telah lebih dulu menghapus ujian akhir. Hal ini bertujuan

karena pendidikan bukan semata mengejar angka-angka yang menyingkirkan hakikat

pendidikan itu sendiri, bahwa pendidikan bertujuan memanusiakan manusia.

Namun pada prakteknya sekolah-sekolah di Indonesia dalam prosesnya tetap berpatok

pada angka sebagai sistem pengukuran keberhasilan proses pembelajaran yang telah

dilalui.

Pada saat akhir Primary (grade 6), siswa di Singapura akan menghadapi PSLE atau

Primary School Leaving Examination. Merujuk pada situs resmi Badan Ujian dan

Penilaian Singapura (SEAB), PSLE merupakan sebuah ujian tahunan yang

diselenggarakan untuk siswa Primary yang akan melanjutkan ke jenjang Secondary.

Tidak ada batas kelulusan dalam arti semua siswa pasti lulus. Hanya saja, PSLE juga

merupakan tes penempatan dimana siswa akan dibedakan menjadi 3 golongan

berdasarkan nilai tes mereka, yakni ; Express, Special dan Normal (Academic dan

Technical).
Hebatnya PSLE ini sudah ada sejak tahun 1960an dan hingga artikel ini ditulis masih

diteruskan. Sangat berbeda dengan Indonesia yang memilih sibuk untuk bergonta-

ganti kurikulum serta sistem penilaian secara rutin.

Setelah lulus dari primary, mereka akan digolongkan menjadi 3 kategori. Semua ini

ternyata memiliki maksud agar siswa bisa fokus mengembangkan minat dan

potensinya.

Express dan Special akan mengikuti Ordinary tes di kelas 4 Secondary. Sedang

Normal Academic dan Normal Technical akan mengambil ujian di tahun kelima.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sangat sulit untuk menuliskan apa yang ada di

negeri ini mengingat ketidakstabilan kondisi politik nampaknya juga mempengaruhi

kebijakan dari pemerintah yang selalu berubah-ubah.

Pada suatu masa, Indonesia pernah menikmati sebuah kestabilan dimana Ujian

dilangsungkan di kelas  6 SD, 3 SMP dan 3 SMA yang masing-masing tidak

menentukan kelulusan namun menentukan sekolah mana mereka akan melanjutkan

pendidikannya.

Lalu muncullah ambang batas kelulusan yang disambut dengan histeria. Kemudian

berubah lagi dengan kebijakan kejar paket untuk yang tak lulus. Hanya bertahan

sebentar, kemudian kebijakan itu dirombak lagi dengan adanya remidial test.

Anda mungkin juga menyukai