Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bidang yang paling penting di setiap negara, begitu
juga di Indonesia. Tingkat kemajuan suatu negara bergantung pada kualitas
pendidikan yang ada di negara tersebut. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana
tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan "bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab".
Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan
bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: 1) beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian
luhur; 2) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; 3) sehat, mandiri, dan
percaya diri; dan 4) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil
kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi
lulusan.
Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, terutama
pendidikan dasar dan menengah, pemerintah telah menetapkan Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013. Peraturan ini telah
menjelaskan kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat
dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Akan tetapi, dalam penerapannya terdapat
beberapa permasalahan atau problematika yang muncul di berbagai sekolah yang
ada di Indonesia. Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk membahas mengenai
permasalahan yang ada dan pemecahan yang bisa mengatasi permasalahan
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimanakah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMP/MTs?
2. Apakah permasalahan SKL SMP/MTs yang ada?
3. Bagaimanakah perbandingan SKL SMP/MTs dengan negara lain (Malaysia)?
4. Bagaimanakah solusi alternatif pemecahan masalah yang ditemukan?
C. Tujuan
1

1.
2.
3.
4.

Tujuan disusunnya makalah ini yaitu:


Memahami Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMP/MTs.
Memahami permasalahan SKL SMP/MTs yang ada.
Mengetahui perbandingan SKL SMP/MTs dengan negara lain.
Memberikan solusi alternatif pemecahan masalah yang ditemukan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMP/MTs


Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(Permen No. 54 Tahun 2013). Menurut Mulyasa (2006), SKL berfungsi sebagai
kriteria dalam menentukan kelulusan peserta didik pada setiap satuan pendidikan;
rujukan untuk penyusunan standar-standar pendidikan lain: dan merupakan arah
peningkatan kualitas pendidikan secara mendasar dan holistik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, serta merupakan pedoman dalam penentuan
kelulusan peserta didik, yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran,
serta mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas
kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai
setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Tabel di bawah ini merupakan Standar
Kompetensi Lulusan untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Tabel 1. KOMPETENSI LULUSAN SD/MI/SDLB/Paket A

Tabel 2. KOMPETENSI LULUSAN SMP/MTs/SMPLB/Paket B

Tabel 3. KOMPETENSI LULUSAN SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C

Setiap proses pembelajaran yang dilakukan di institusi pendidikan di


Indonesia harus berorientasi terhadap standar kompetensi lulusan (SKL)
kurikulum 2013. SKL dapat diimplementasikan ke dalam pembelajaran dengan
cara diturunkan ke dalam kompetensi inti. Sehingga pada tingkat Pendidikan
Dasar dan Menengah di Indonesia, kualifikasi kemampuan peserta didik
diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya sesuai dengan
kualifikasi kemampuan pada tabel di atas.

B. Permasalahan SKL SMP/MTs


Di Indonesia, UNAS merupakan ujian penentu untuk kelulusan siswa SD,
SMP, dan SMA. UNAS di Indonesia masih menjadi momok yang menakutkan
para siswa. UNAS merupakan hal yang dinilai memberatkan bagi standar
kelulusan siswa karena kelulusan siswa ditentukan dalam 3 hari masa ujian saja.
UNAS atau ujian nasional merupakan salah satu agenda pemerintah untuk
menentukan standar kelulusan siswa dan untuk melihat hasil dari pencapaian
siswa dalam kegiatan belajar di sekolah. Sistem ujian nasional terus diperbaiki
dan di tingkatkan mutu soal didalamnya. Karena ujian nasional tersebut
ditentukan dalam 3 hari saja dinilai sangat tidak pro dengan siswa. Karena banyak
yang menganggap tidak patutlah ujian nasional tersebut dijadikan standar
kelulusan bagi siswa.
Kelulusan siswa tidak ditentukan oleh guru yang memantau dan mendidik
serta membimbing dan membina anak didik selama 3 tahun dalam proses belajar
dan mengajar, tetapi cukup ditentukan dengan hasil UNAS yang sudah ditentukan
standar nilai minimumnya. Suatu hal yang tidak logis untuk menilai seseorang
mampu dan tidak mampu hanya dari satu aspek saja yaitu aspek kognitif. Padahal
pemerintah sendiri telah membuat peraturan bahwa Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang tidak bisa dinilai dari hasil Ujian Nasional
saja. Beberapa kasus terjadi, ada seorang siswa yang sering menjuarai berbagai
olimpiade sampai tingkat Nasional, berperilaku baik dan santun namun pada saat
kelulusan ia dinyatakan tidak lulus. Di sisi lain ada seorang siswa yang kurang
baik dalam berperilaku, sering bolos dan tidak sopan, namun ia mendaat nilai
tertinggi saat kelulusan. Sungguh ketidakadilan dalam hal ini sangat menonjol.
Di sinilah permasalahan pendidikan di Indonesia yang memunculkan suatu
pertanyaan terhadap kelulusan siswa yang hanya ditentukan oleh 3 materi Ujian
Nasional, sedangkan materi lain dan keaktifan serta intelektual siswa lainnya yang
menyangkut aspek afekti dan psikomotorik siswa tidak dinilai. Jadi peran guru
sebagai pengajar sekaligus pendidik disini kurang menentukan hasil pendidikan
jika tolok ukurnya masih demikian. Di samping itu, masing-masing daerah di
Indonesia kemampuan dari siswa sangat berbeda-beda, misalnya untuk di daerah
pedalaman yang terpencil, mutu pendidikan di daerah terpencil tersebut sangatlah
jauh bila dibandingkan dengan mutu pendidikan di kota-kota besar. Hal itu
dikarenakan kurang adanya tanaga pengajar yang bagus untuk mengajar di
daerah-daerah terpencil tersebut. Akibatnya, pengetahuan yang didapatkan siswa
sangat kurang dan jauh dari standar kurikulum yang ada sehingga kemampuan
mereka dalam menjawab soal Ujian Nasional juga masih kurang.
C. Perbandingan SKL SMP/MTs dengan Negara Lain (Malaysia)
Malaysia dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki rumpun
yang sama, bahasa yang hampir sama, serta berbagai budaya yang juga hampir

sama. Di Malaysia, pendidikan telah mengalami evolusi yang sejalan dengan


pembangunan dan kemajuan negara ini. Pada mulanya, pendidikan di Malaysia
menggunakan sistem pondok yang dijalankan di madrasah dan sekolah-sekolah
agama. Sekolah ini memiliki kuruikulum yang lebih terstruktur, waktu berlajar
yang terjadwal, sarana dan prasana yang memadai. Tujuan sekolah tersebut ialah
untuk melahirkan sumber daya yang bermoral tinggi. Selain sekolah pondok
tersebut, adapula sekolah vernakular yang menggunakan bahasa ibu dalam sistem
pengajarannya. Bahasa yang digunakan di antaranya yaitu Melayu, Cina, dan
Tamil.
Sistem pendidikan di Malaysia saat ini berada di bawah kewenangan
Kementrian Pelajaran Malaysia. Di Malaysia, warga negaranya dapat menempuh
pendidikan dari sekolah milik kerajaan, sekolah swasta maupun secara individu.
Sistem pendidikan yang wajib ditempuh yakni sekolah rendah dan sekolah
menengah. Meskipun, bentuk pemerintahan adalah kerajaan, namun kerajaan tak
memiliki hak untuk menentukan kurikulum atau cara pengajaran yang harus
diterapkan. Semua kewenangan tersebut telah sepenuhnya dilimpahkan kepada
Kementrian Pelajaran Malaysia, sementara untuk peraturan pendidikan tinggi
diatur oleh Kementrian Pengajian Tinggi Malaysia yang didirikan tahun 2004.
Mulai dari tahun 2003 hingga saat ini, Malaysia telah menggunakan Bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar dalam mata pelajaran tertentu sepeti sains dan
matematika.
Sama halnya dengan Indonesia, Malaysia juga memiliki beberapa jenjang
dalam pendidikannya yakni: 1) Pendidikan Prasekolah atau yang disebut dengan
'tadika' mengajar anak mulai usia 4-6 tahun; 2) Pendidikan Rendah, ditempuh
selama kurun waktu 6 tahun pada usia 7 hingga 12 tahun; 3) Pendidikan
Menengah, berlangsung selama 5 tahun; 4) Pendidikan Pra-Universiti, merupakan
pendidikan yang memberikan kesempatan untuk menempuh studi tingkat 6 di
berbagai institusi pendidikan seperti Politeknik yang ditempuh selama 2 tahun;
dan 5) Pengajian Tinggi, merupakan program pendidikan tinggi yang ada di
Malaysia.
Tujuan pendidikan nasional Malaysia yaitu: Pendidikan di Malaysia
adalah suatu usaha berterusan ke arah memperkembangkan lagi potensi individu
secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan
harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan
dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah bagi melahirkan rakyat Malaysia
yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, berakhlak mulia, bertanggungjawab,
dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri serta memberi sumbangan
terhadap keharmonian dan kemakmuran keluarga, masyarakat, dan negara.
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, maka pemerintah Malaysia
menetapkan enam ciri utama yang harus dimiliki siswa dalam bersaing di dunia
internasional. Keenam ciri yang dalam bahasa Melayu disebut konsep kualiti
yang perlu ada pada setiap murid yaitu:

1. Pengetahuan: Di peringkat paling asas, setiap kanak-kanak perlu menguasai


kemahiran literasi dan numerasi. Selain itu, adalah penting bagi setiap murid
menguasai mata pelajaran teras seperti Matematik dan Sains. Murid juga
perlu didedahkan dengan pengetahuan am yang menyeluruh tentang
Malaysia, Asia dan dunia menerusi mata pelajaran sejarah, kemanusiaan dan
geografi. Murid juga digalakkan untuk menambah ilmu dan kemahiran dalam
bidang lain seperti Seni, Muzik dan Sukan.
2. Kemahiran Berpikir: Setiap murid belajar cara untuk memperoleh ilmu
pengetahuan sepanjang kehidupan mereka (menerapkan perasaan ingin tahu
dan mengamalkan pembelajaran sepanjang hayat) untuk membolehkan murid
menghubungkan pelbagai disiplin ilmu. Lebih penting lagi, dalam ekonomi
berasaskan pengetahuan, mereka mencipta ilmu yang baharu. Setiap murid
perlu menguasai pelbagai kemahiran kognitif termasuk penyelesaian masalah,
penaakulan dan pemikiran kreatif dan inovatif. Dalam sistem pendidikan,
bidang ini kurang diberi perhatian menyebabkan murid kurang berupaya
untuk mengaplikasi ilmu pengetahuan dan berfikir secara kreatif di luar
konteks akademik.
3. Kemahiran Memimpin: Dalam dunia yang saling berhubung kait, kebolehan
untuk memimpin dan bekerja dengan orang lain secara berkesan adalah
penting. Sistem pendidikan negara akan membantu setiap murid mencapai
potensi sepenuhnya dengan mewujudkan peluang yang formal dan bukan
formal, bekerja dalam pasukan dan mengamalkan ciri kepimpinan. Dalam
konteks sistem pendidikan, kepimpinan merangkumi empat dimensi, iaitu
keusahawanan, berdaya tahan, kecerdasan emosi, dan kemahiran
berkomunikasi dengan berkesan.
4. Kemahiran Dwibahasa: Setiap kanak-kanak menguasai sekurang-kurangnya
bahasa Malaysia sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa perpaduan, serta
bahasa Inggeris sebagai bahasa komuniksai antarabangsa. Dengan tahap
penguasaan bahasa ini selepas menamatkan persekolahan, murid sepatutnya
berupaya menggunakan bahasa Malaysia dan bahasa Inggeris dalam
persekitaran kerja. Di samping itu, Kementerian akan menggalakkan semua
murid untuk mempelajarai bahasa lain sebagai bahasa tambahan.
5. Etika dan Kerohanian: Sistem pendidikan akan menyediakan pengalaman
kepada setiap kanak-kanak untuk berdepan dengan cabaran yang bakal
ditempuhi ketika dewasa, agar mereka dapat menyelesaikan konflik secara
harmoni, bijak membuat pertimbangan, berpegang pada prinsip ketika berada
dalam situasi yang kritikal, serta berani melakukan sesuatu yang betul. Sistem
pendidikan juga berhasrat untuk membentuk individu penyayang yang dapat
menyumbang kepada kesejahteraan komuniti dan negara.
6. Identiti Nasional: Identiti nasional yang kukuh terikat dengan prinsip
Rukunegara yang diperlukan untuk kejayaan masa depan Malaysia. Setiap
murid akan berbangga dikenali sebagai rakyat Malaysia tanpa mengira etnik,
agama atau status sosioekonomi. Semangat patriotik perlu dipupuk dalam diri
7

setiap murid dengan cara memahami sejarah negara, dan berkongsi aspirasi
yang sama untuk masa depan negara. Demi mewujudkan identiti nasional
yang sebenar, semangat kukuh cintakan tanah air diperlukan. Identiti nasional
akan dapat dicapai bukan hanya melalui belajar memahami, tetapi juga
menerima serta menghayati hakikat kepelbagaian
Pada dasarnya sekolah di Malaysia dan Indonesia tidak jauh berbeda.
Perbedaan yang menonjol dari pendidikan kedua negara tersebut pada nama
jenjang kedua negara. Tingkatan jenjang pendidikan juga berbeda contohnya ada
pada jenjang sekolah menengah dimana sekolah menengah Malaysia ditempuh
dalam jenjang waktu 5 tahun sedangkan di Indonesia 6 tahun. Ditinjau dari
Standar Kompetensi Lulusan pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah,
terdapat perbedaan antara Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia, Standar
Kompetensi Lulusan pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah mempunyai
tiga dimensi, yaitu dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan di
Malaysia, standar kompetensi lulusan atau yang dalam bahasa Malaysia (Melayu)
disebut konsep kualiti yang perlu ada pada setiap murid mempunyai 6 ciri
utama, yaitu Pengetahuan, Kemahiran Berpikir, Kemahiran Memimpin,
Kemahiran Dwibahasa, Etika dan Kerohanian, dan Identiti Nasional.
D. Solusi Alternatif Pemecahan Masalah
Ujian Nasional pada tahun 2013 dan 2014 sudah diperbaiki dan tidak
menjadikan ujian nasional sebagai standar kelulusan siswa. Pada tahun 2013,
standar kelulusan siswa ditentukan dari 2 aspek yaitu proporsi 40% kelulusan dari
pihak sekolah dan 60% kelulusan dari ujian nasional. Untuk tahun 2014 masih
sama ditentukan dari 2 aspek, namun proporsinya berbalik, proporsi 60% dari
pihak sekolah dan 40% dari ujian nasional. Hal itu sudah sangat bagus untuk
standar kelulusan siswa. Karena, ujian nasional sudah tidak lagi menjadi faktor
utama yang menentukan kelulusan bagi para siswa namun ada aspek lain yaitu
kelulusan dari pihak sekolah yang dinilai bagus untuk ikut serta dalam
menentukan kelulusan para siswa karena di masing-masing daerah kemampuan
para siswa berbeda. Pihak sekolah dinilai tahu untuk standar kelulusan di
daerahnya masing-masing namun tetap sesuai dengan kurikulum yang ada.
Akan tetapi, adanya ujian nasional teutama pada tingkat SMP/MTs ini
masih menjadi sebuah permasalahan jika ditinjau dari Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah yang mempunyai tiga dimensi dalam
menentukan kualifikasi kemampuan yang harus dimiliki seorang lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu dimensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Pada dimensi sikap, kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi
yaitu Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak
mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.

Dimensi pengetahuan mempunyai kualifikasi kemampuan yang harus


dipenuhi yaitu Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang
tampak mata. Dimensi terakhir yaitu keterampilan, mempunyai kualifikasi
kemampuan yang harus dipenuhi yaitu Memiliki kemampuan pikir dan tindak
yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang
dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis. Dengan adanya penjelasan dari SKL
ini, adanya Ujian Nasional SMP/MTs perlu dikaji ulang karena dianggap tidak
mewakili ketiga dimensi yang harus dimiliki sebagai kualifikasi kemampuan yang
harus dipenuhi bagi kelulusan di jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, terdapat perbedaan mengenai Ujian
Nasional yang diadakan disana. Di Malaysia, terdapat 2 lembaga yang
bertanggung jawab terhadap sistem evaluasi capaian hasil belajar peserta didik.
The Malaysia Examination Syndicate mengelola ujian di tingkat sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama, sedangkan the Malaysia Examination Council
mengelola ujian di tingkat sekolah menengah atas. Kelulusan siswa SD ditentukan
berdasarkan Ujian Pelajaran Sekolah Rendah (UPSR/Primary School Evaluation)
yang mencakup bahasa (Malaysia dan Inggris), matematika dan Sains. Ujian ini
lebih bersifat untuk mendiagnosa kelebihan dan kekurangan siswa, dan
memonitor proses pembelajaran. Karenanya, hasil ujian tidak akan menghalangi
siswa melanjutkan ke sekolah menengah tingkat pertama. Lebih dari itu, ujian
UPSR akan dilengkapi dengan attitude test yang berkaitan dengan integritas dan
sikap yang ditanamkan sejak dini. Adapun ujian bagi siswa sekolah menengah
pertama dalam bentuk Penilaian Menengah Rendah/PMR (Lower Secondary
Examination). Ujian ini melengkapi penilaian berbasis sekolah melalui portofolio
siswa dalam sejarah, geografi dan life skill yang diujikan oleh guru sekolah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini yaitu:
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan
peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa
belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
2. Permasalahan utama pada SKL SMP/MTs adalah masih diterapkannya Ujian
Nasional (UNAS) dalam menentukan kelulusan siswa tingkat SMP/MTs.
Ujian Nasional ini dianggap tidak mewakili dalam menentukan kelulusan
sesuai dengan SKL SMP/MTs yang mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
3. Standar Kompetensi Lulusan pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah di
Indonesia mempunyai tiga dimensi, yaitu dimensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Sedangkan di Malaysia, standar kompetensi lulusan atau yang
dalam bahasa Malaysia (Melayu) disebut konsep kualiti yang perlu ada
pada setiap murid mempunyai 6 ciri utama, yaitu Pengetahuan, Kemahiran
Berpikir, Kemahiran Memimpin, Kemahiran Dwibahasa, Etika dan
Kerohanian, dan Identiti Nasional.
4. Ujian Nasional perlu dikaji ulang dalam menentukan standar kelulusan pada
jenjang SMP/MTs. Di Malaysia Penilaian Menengah Rendah/PMR lebih
bersifat untuk mendiagnosa kelebihan dan kekurangan siswa, dan memonitor
proses pembelajaran. Ujian ini melengkapi penilaian berbasis sekolah melalui
portofolio siswa dalam sejarah, geografi dan life skill yang diujikan oleh guru
sekolah.
B. Saran
Diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk menemukan berbagai
permasalahan yang ada mengenai Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar
dan Menengah misalnya dengan cara survei langsung pada lebih dari satu
sekolahan.

10

DAFTAR RUJUKAN

Laporan Awal. Ringkasan Eksekutif Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia


Tahun 2013-2025. (Online), (http://www.moe.gov.my/userfiles/file/PPP/
Preliminary-Blueprint-ExecSummary-BM.pdf., diakses tanggal 12 Januari
2015).
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan
Menengah.
Widodo, Murih. 2012. Perbandingan Pendidikan Indonesia dan Malaysia.
(Online), (http://murihwidodo.blogspot.com/2012/09/perbandingan-pendidikan-indonesia-dan.html, diakses tanggal 12 Januari 2015).

11

Anda mungkin juga menyukai