TUGAS
PENGEMBANGAN BUKU BERGAMBAR
WAWASAN
UNTUK PENDIDIKAN
MENINGKATKAN DASAR
KETERAMPILAN DAN
BERBICARA
BAHASA INDONESIA
PROFESI SISWA KELAS I SD
PENDIDIKAN
NIM. 1829041056
OLEH
LUH ARI PARWATI
NIM. 1829041056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
KELAS B / I
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI2020
PENDIDIKAN DASAR
A. JUDUL
1
PENGEMBANGAN BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN
B. PENDAHULUAN
untuk menghasilkan generasi yang berkwalitas agar mampu bersaing di era abad 21.Pendidikan
berwawasan masa depan diartikan sebagai pendidikan yang dapat menjawab tantangan masa
depan,yaitu suatu proses yang dapat melahirkan individu - individu yang berbekal
pengetahuan,keterampilan dan niali –nilai yang diperlukan untuk hidup dan berkiprah dalam era
melaporkan bahwa di era global ini pendidikan dilaksanakan dengan bersandar pada empat pilar
menjadi individu yang utuh,yang menyadari segala hak dan kewajiban,serta menguasai ilmu
dan teknologi untuk bekal dan kelangsungan hidupnya serta kelestarian alam tempat
Sekolah Dasar (SD) merupakan satuan atau unit lembaga sosial yang diberi amanah atau
sistematis.Dengan demikian sebutan Sekolah Dasar merujuk pada satuan lembaga sosial yang
diberi spesifik oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar penggalan pertama
2
selama enam tahun untuk dilanjutkan ke penggalan dasar kedua selama tiga tahun di SLTP atau
satuan pendidikan yang sederajat. (Waini Rasyidi(1993) dalam Agus Taufiq (2016)).
Sekolah Dasar merupakan salah satu bagian komponen penting dalam sistem pendidikan
nasional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pendidikan dasar mencakup SD/MI, SMP/MTs. atau
bentuk lain yang sederajat, Sedangkan pendidikan menengah meliputi antara lain SMA/MA
SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan dasar dan menengah merupakan
pendidikan untuk mengembangkan kualitas minimal yang harus dimiliki oleh setiap manusia
Indonesia sesuai dengan tuntutan perubahan-perubahan kehidupan lokal, Nasional dan global
berkesinambungan. Sekolah Dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan yang berlangsung
selama 6 tahun dan merupakan jenjang pendidikan formal level rendah yang sangat menentukan
pembentukan karakter siswa kedepannya. Di level inilah awal mula anak mendapatkan ilmu
pengetahuan dan juga penanaman nilai-nilai yang nantinya akan berguna dalam kehidupanya.
Orang tua dan guru bahu-membahu mengarahkan anak agar mampu menjadi pribadi yang
cerdas secara akademik, spiritual, dan juga emosionalnya. Karena pentingnya sekolah dasar
dalam mempersiapkan karakter anak kedepan, maka penyelenggaraan sekolah dasar tidak dapat
dilakukan secara asal saja hanya dengan mementingkan kuantitas dengan mengabaikan kualitas.
Di sisi lain, pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas ditentukan oleh kualitas
pendidikan. Untuk itu penyelenggaraan pendidikan khususnya di jenjang sekolah dasar harus
memperhatikan kualitas.
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar
lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus
3
dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah
penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang
perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik
Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD
untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas
unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius
tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius
seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti
Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam,
sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu,
guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau
bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak
sebagai siksaan.
Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Dari
pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses
sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak
bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa
implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk
bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini
4
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan
anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk
kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas
secara kelompok.
sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap
operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-
konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-
konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan
sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika
anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan
demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah
mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung
setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari
Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat juga
bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-
tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat
atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa
sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia,
5
Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik diantaranya adalah belajar
berjalan, belajar melempar menangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin
kebudayaan seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab sebagai
warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-nlai kepribadian
individu diantaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja, memperoleh nilai filsafat
dalam kehidupan.
Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1)kepercayaan anak untuk
keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya (2)kepercayaan anak memasuki dunia
permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental
untuk memasuki dunia konsep, logika, dan ligika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa.
perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD,
dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan
Selain tugas perkembangan tersebut,ada satu hal yang mesti mendapat perhatian para
berbicara dapat meningkat jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti
menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara ini sangat penting posisinya dalam
kegiatan belajar-mengajar. Pentingnya keterampilan berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga
bagi siswa sebagai subjek dan objek didik. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dituntut
terampil berbicara. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Suyoto (2003:32)
6
bahwa seseorang yang terampil berbicara cenderung berani tampil di masyarakat. Dia juga
Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak
dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan dikuasai dengan
baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan semakin baik.
Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau
pada anak SD diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergambar. Buku
bergambar adalah buku yang berisi yang dilengkapi gambar ilustrasi dengan menggunakan
tema tertentu. Gambar pada media buku bergambar bertujuan untuk memberikan imajinasi atau
gambar visual kepada anak. Hal tersebut dimaksudkan agar anak lebih cepat menyerap dan
memahami yang terkandung dalam buku. Hal ini disebabkan anak usia SD masih dalam tahap
berimajinasi, berfantasi, dan bermain. Gambaran ilustrasi tersebut mengarahkan anak membuat
imajinasi yang sesuai gambar. Penggunaan media gambar dapat menjadi alat bantu
melalui penggunaan media gambar cerita dengan maksud agar siswa dapat menginterpretasikan
isi cerita sesuai dengan imajinasinya yang akhirnya siswa dapat mengungkapkan kembali isi
bermakna. Penggunaan gambar cerita merupakan alat bantu (media) agar pembelajaran tidak
terkesan monoton dan terjadi bina suasana kelas. Dengan media ini diharapkan anak terangsang
untuk menggunakan daya indera pendengarannya secara maksimal untuk menyimak cerita
guru. Setelah anak menyimak cerita guru, daya imajinasi anak akan muncul selaras dengan alur
7
dan tokoh cerita guru, dan akhirnya anak diharap mempunyai kemampuan menceritakan
kembali apa yang telah diceritakan oleh gurunya dan juga dapat mengadopsi perilaku positif
dari tokoh cerita. Kemampuan anak untuk menceritakan kembali isi cerita merupakan modal
dasar anak dalam melatih aspek keterampilan berbicara. Siswa kurang berminat terhadap
dipergunakannya alat peraga atau gambar yang membuat siswa tertarik untuk mempelajarinya.
Siswa juga kurang menguasai keterampilan berbicara dalarn Bahasa Indonesia yang baik dan
benar.Buku bergambar bisa digunakan dalam pembelajaran agar anak memperoleh bahasa
Guru merupakan kunci pokok pembelajaran di dalam kelas, namun bukan berarti dalam
proses pembelajaran hanya guru yang aktif. Proses pembelajaran menuntut keaktifan dari kedua
subjek pembelajaran, yaitu guru dan peserta didik. Di dalam kelas guru memiliki peran yang
penting dalam mengasah bahasa anak. Oleh karena itu, guru harus dapat menentukan metode
dan media yang tepat untuk meningkatkan minat belajar. Guru yang tidak mampu memilih dan
menerapkan metode maupun media pembelajaran yang tepat maka tujuan pembelajaran tidak
akan tercapai secara optimal. Slameto (2010) menyebutkan guru mempunyai peran penting
dalam membantu siswa dalam mempergunakan kesempatan belajar dan berbagai sumber serta
khususnya di SD Negeri 2 Tajen.Pada saat itu ditemukan bahwa Siswa kelas I sulit
berinteraksi dan memahami tuturan guru apabila kata atau kalimat tertentu diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Gurupun sudah menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah
dipahami. Misalnya ketika guru mengajak dengan mengatakan “ayo” itupun disertai dengan
8
gerakkan memegang tangan anak tersebut supaya ikut guru, tetapi siswa tidak merespon.
Karena anak tidak merespon, guru lain menerjemahkan dengan bahasa daerah, anak tersebut
mengerti maksudnya lalu mengikuti perkataan guru. Siswa seharusnya sudah memiliki
kosakata-kosakata dalam bahasa Indonesia agar dapat memahami tuturan guru dan siswa dapat
mengerti proses pembelajaran dengan baik. Penggunaan buku bergambar juga belum efektif
dalam membantu pemerolehan bahasa Indonesia terhadap siswa . Hal ini dikarenakan buku
bergambar yang dimiliki oleh para pengajar hanya membacakan yang ada dalam buku, tidak
mengesplorasi tuturan dari gambar tersebut. Hasilnya pemerolehan bahasa anak menjadi tidak
optimal. Slameto (2010) menyebutkan alat dan media pembelajaran yang lengkap dan tepat
akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran sehingga mudah menguasai apa yang
disampaikan guru.
Buku bergambar pada dasarnya merupakan salah satu media yang efektif dalam proses
pembelajaran terutama diterapkan pada anak kelas rendah untuk meningkatkan pemerolehan
bahasa anak. Tarigan (dalam Marliawita, 2015) menyatakan bahwa buku bergambar
merupakan salah satu bentuk media yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang
lain. Media gambar merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan suatu informasi kepada
orang lain. Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan buku bergambar dapat mendukung
pemerolehan bahasa Indonesia karena dapat meningkatkan motivasi, melatih daya serap, daya
tangkap, daya pikir anak, daya konsentrasi anak, daya imajinasi anak, dan membantu
9
1. Guru belum menggunakan media yang tepat untuk mengajar siswa mengenai
keterampilan berbicara.
berbicara
Agar penelitian ini ,mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas maka perlu adanya
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan
dibahas yaitu :
10
dengan media buku bergambar pada anak SD kelas I.
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang
bergambar.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi siswa
bergambar.
b) Bagi Peneliti
11
c) Pendidik
C.LANDASAN TEORI
Pada deskripsi teori ini akan membahas beberapa sub diantaranya adalah
Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang penting dalam kurikulum.
Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran startegis karena melalui bahasa
seorang pendidik (guru) menularkan ilmu, pengetahuan dan informasi kepada siswa,
begitu juga sebaliknya. Bahasa Indonesia menjadi tujuan dari kurikulum yang hendak
dicapai dalam pembelajaran. Bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan dasar khususnya Sekolah Dasar (SD) yaitu mempercepat
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi karena bahasa Indonesia merupakan sarana
berpikir untuk menumbuh kembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan kritis. Dengan
landasan itulah, mata pelajaran Bahasa Indonesia penting untuk diajarkan di SD yang
12
(Depdiknas, 2006 yang dikutip Isnani, 2013). Pembejaran Bahasa Indonesia diajarkan di
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa secara berkala mengembangkan dan
masyarakat, bangsa dan negara. Sikap positif dapat ditujukkan siswa dengan mampu
menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dalam kehidupan seharihari. Tujuan dari
suatu pembelajaran menjadi dasar acuan dalam kegiatan pembelajaran. Begitu juga tujuan
siswa dapat mencapai tujuan umum pembelajaran Bahasa Indonesia. Di dalam KTSP telah
dinyatakan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tujuan agar peserta didik
mempunyai kemampuan yaitu: (a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan
etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (b) menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (c)
memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (e) menikmati dan memanfaatkan
karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (f) menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia . Belajar Bahasa
Indonesia untuk siswa SD pada dasarnya bertujuan untuk mengasah dan membekali siswa
dengan tepat untuk berbagai tujuan dan dalam konteks yang berbeda (Solchan, dkk. 2008:
1.31). Bekal kemampuan komunikasi sebaiknya mulai dikembangkan pada siswa SD.
13
Kemampuan ini sangat bermafaat bagi kehidupan siswa di masa yang akan datang. Siswa
Menurut Puji Santosa, dkk. (2011: 3.18-3.19), pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi
empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam merancang
aspek tersebut merupakan aspek yang saling berhubungan erat satu sama lain dan harus
dikembangkan secara seimbang agar kemampuan berbahasa siswa dapat terasah secara
pun dituntut kreatif agar semua aspek kemampuan siswa berkembang dengan baik.
keterampilan tersebut yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3)
keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Berikut ini dijelaskan tentang
keterampilan berbicara.
Hakikat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 20 menjelaskan pengertian
pembelajaran sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.Menurut Jihad pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri
dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa,
mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi
interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang
berlangsung.Kemudian menurut Usman pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu
14
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri
peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk
berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.Pembelajaran
harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses
belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat
Penjelasan lain diungkapkan oleh Lerner yang mendefinisikan bahasa sebagai suatu
sistem komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa ujaran, membaca dan menulis
Sedangkan menurut Chaer bahasa adalah sebuah sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,
digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri.
Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola
tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan,
kaidah, atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu. Lambang yang digunakan
dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Karena lambang yang digunakan berupa bunyi, maka yang dianggap primer didalam bahasa
adalah bahasa yang diucapkan, atau yang sering disebut bahasa lisan. Karena itu pula, bahasa
tulisan, yang walaupun dalam dunia modern sangat penting, hanyalah bersifat sekunder. Bahasa
tulisan sesungguhnya tidak lain adalah rekaman visual, dalam bentuk huruf-huruf dan tanda-
tanda baca dari bahasa lisan. Dalam dunia modern, penguasaan terhadap bahasa lisan dan
15
bahasa tulisan sama pentingnya. Jadi, kedua macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari
dengan sungguh-sungguh-sungguh.
sekolah. Belajar merupakan alat utama dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur
proses pendidikan di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita harus mengetahui tujuan dan
dipahami oleh guru dinyatakan dalam Badan Standar Nasional Pendidikan adalah sebagai
berikut: 1.Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulisan. 2.Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa Negara. 3.Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4.Menggunakan bahasa Indonesia untuk
dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sementara itu
ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa
atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah,
yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan
berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita
16
anak-anak,cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton
drama anak.
dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga,
kegiatan sehari-hari.
3. Membaca Seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, pragraf, berbagai teks
mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa
4. Menulis Seperti menulis karangan naratif dan nonnaratif dengan tulisan rapih dan jelas
dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca,
dan kosakata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk
serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa
kelompok utama yakni peringkat pemula (kelas I– III) dan peringkat lanjutan (kelas IV–VI).
Penerapan pembelajaran bahasa untuk kedua kelompok tersebut berbeda karena sasaran dan
tujuan pengajarannya pun berbeda. Bagi peringkat pemula penguasaan keterampilan membaca,
menulis permulaan dan menyimak, berbicara tingkat sederhana bertujuan untuk mengarahkan
pada pelatihan penggunaan keterampilan berbahasa yang lebih kompleks dan mendekati
kenyataan.
17
Pembelajaran yang ditujukan untuk tingkat lanjutan (kelas IV– VI) dimaksudkan untuk
melatih dan mengembangkan penguasaan keterampilan berbahasa murid secara integral yang
keterampilan menulis. Keterampilan berbicara adalah suatu proses penyampaian pesan yang
dilakukan secara lisan. Sebagai proses, di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang
terlibat, yaitu pembicara, isi pembicaraan, saluran, penyimak, dan tanggapan penyimak.15 Ada
beberapa tahapan kemampuan bahasa yang dimiliki oleh anak di antaranya adalah sebagai
berikut:
Tahap pralinguistik, yaitu fase perkembangan bahasa di mana anak belum mampu
menghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna. Bunyi yang dihasilkan seperti tangisan, rengekan,
dekutan, dan celotehan hanya merupakan sarana anak untuk melatih gerak artikulatorisnya
Tahap satu-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang baru mampu menggunakan
ujaran satu-kata. Satu-kata itu mewakili ide dan tuturan yang lengkap. Tahap dua-kata, yaitu
fase anak telah mampu menggunakan dua kata dalam pertuturannya. Tahap banyak-kata, yaitu
fase perkembangan bahasa anak yang telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga kata atau
penerimaan pesan yang disampaikan oleh orang lain. Sebagai proses, kegiatan menyimak terdiri
atas tahap penerimaan rangsangan lisan, pemusatan perhatian, serta pemahaman makna atas
pesan yang disampaikan. Penyimak akan dapat menyimak dengan baik apabila ia memiliki
18
memahami unsur linguistik dan nonlinguistik secara memadai.Sedangkan keterampilan menulis
dalam pembelajaran bahasa adalah proses penyampaian pesan kepada pihak lain secara tertulis.
Beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar
lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus
dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah
penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang
perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik
Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD
untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas
unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius
tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius
seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti
Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam,
sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu,
guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau
bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak
sebagai siksaan.
Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Dari
pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses
19
sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak
bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa
implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk
bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan
anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk
kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas
secara kelompok.
sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap
operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-
konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-
konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan
sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika
anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan
demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah
mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung
setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari
Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat juga
bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-
20
tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat
atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa
sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia,
Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik diantaranya adalah belajar
berjalan, belajar melempar menangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin
kebudayaan seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab sebagai
warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-nlai kepribadian
individu diantaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja, memperoleh nilai filsafat
dalam kehidupan.
Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1)kepercayaan anak untuk
keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya (2)kepercayaan anak memasuki dunia
permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental
untuk memasuki dunia konsep, logika, dan ligika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa.
perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD,
dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan
Buku bergambar (picture book) menunjuk pada pengertian buku yang menyampaikan
21
pesan lewat dua cara, yaitu lewat ilustrasi dan tulisan Dikemukakan juga oleh Mitchel (dalam
Nurgiyantoro, 2005: 153) bahwa buku bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan
teks dan keduanya cukup untuk mengungkapkan cerita secara lebih mengesankan, dan keduanya
ide-ide secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar
(Sudjana dan Rivai, 2002). Buku bergambar adalah sebuah buku yang dilengkapi dengan
gambar untuk menyampaikan fakta atau gagasan tertentu cenderung dengan ciri khas obrolan.
Buku bergambar memuat pesan melalui ilustrasi gambar. Buku-buku bergambar memuat
berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak. Karakter
dalam buku cerita dapat berupa manusia dan binatang. Kualitas manusia, karakter, dan
kebutuhan, ditampilkan dalam cerita tersebut, sehingga anak-anak dapat memahami dan
sebagaimana yang diungkapkan oleh Liz Rothlein dan Anita Meyer Meinbach (1991),
“picture books encourage an appreciation and love for reading as they allow children to
participate in the literate community. Menurut Sheu Hsiu-Chih (2008) fungsi gambar dalam
umum tersebut, menurut Sadiman (2008) (dalam Faizah, 2009) secara khusus grafis berfungsi
untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang
22
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa buku bergambar adalah buku
yang memuat pesan melalui ilustrasi gambar untuk menyampaikan gagasan maupun informasi
supaya lebih mudah dipahami. Buku bergambar dalam penelitian ini adalah buku yang disusun
dalamnya memuat ilustrasi gambar sesuai dengan tema-tema yang dipilih agar dapat
memudahkan guru dalam merangsang keterampilan berbicara Bahasa Indonesia anak kelas I
SD.
beberapa hal tentang fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi anak sebagai
berikut:
2. Buku bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, menyadarkan
3. Buku bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain, hubungan yang
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buku bergambar dapat menjadi media
pembelajaran yang efektif diterapkan pada anak SD kelas I . Buku bergambar menarik dan
disukai oleh anak sehingga dapat menjadi sarana untuk belajar, menambah wawasan,
23
mendapatkan kesenangan, belajar menghargai dan merangsang imajinasi anak sehingga
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium,
yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan
wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan (Djamarah, 2010). Menurut Sadiman
(1986) media adalah bentuk-bentuk sarana komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatannya. Media yang digunakan untuk mendukung kegiatan belajar merupakan media
pembelajaran.
adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai
tujuan pengajaran. Media dapat diartikan sebagai alat bantu dalam bentuk apapun yang
dapat dijadikan sebagai penyampai pesan kepada penerima pesan. Media dapat digunakan
untuk alat bantu belajar. Media pembelajaran diharapkan dapat membuat siswa semakin
motivasi belajar;
2. Bahan pengajaran akan lebih maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
baik;
24
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; dan
kegiatan belajar-mengajar dan memberikan dampak positif serta manfaat bagi guru
maupun siswa.
Menurut Sudirman (1992) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape
recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan
komputer adalah merupakan media pembelajaran. Media gambar dapat menampilkan materi
pelajaran secara visual melalui pembuatan transparansi yang dibuat oleh guru atau dengan cara
mengambil gambar-gambar dari sumber lainnya (buku atau majalah) sesuai dengan materi yang
akan dibahas.
materi pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih mudah dicerna karena membantu peserta didik
belajar dengan menggunakan indra penglihatan, di samping itu pembelajaran akan lebih
meningkatkan daya tarik peserta didik. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar,
akan merangsang daya pikir peserta didik, atau peserta didik akan lebih cermat dalam
mengamati semua langkah pembelajaran, dan peserta didik mempertajam daya pikirnya dalam
25
menghubungkan berbagai teori yang diterima melalui bukti kongkrit melalui gambar-gambar
yang dilihatnya. Media gambar salah satu alat peraga yang efektif untuk menstimulasi anak
Media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan peserta
didik lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai
dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat peserta didik dalam
mengikuti proses pembelajaran (Sardiman, 1992). Alat peraga dapat memberi gagasan dan
dorongan kepada guru dalam mengajar anak-anak di sekolah. Sehingga tidak tergantung pada
gambar dalam buku teks, tetapi dapat lebih kreatif dalam mengembangkan alat peraga agar
para murid menjadi senang belajar. Media digunakan untuk membawa pesan dengan suatu
tujuan. Jadilah kelebihan alat peraga visual khususnya sebagai salah satu dari media
pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga
proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna
berdaya guna. Sementara cerita bergambar adalah berupa buku-buku bergambar. Buku-buku ini
memiliki kata- kata sederhana yang memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa,
Buku bergambar merupakan suatu informasi yang memiliki peran yang sangat mudah
untuk dijangkau dan memiliki sifat mobilitas tinggi. Cerita bergambar dapat berupa komik,
cergam atau kartun, merupakan sebuah kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang
26
berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman
pembelajaran: (1) Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam
bentuk 2 dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan,
potret, slide, film, strip, opaque proyektor. (2) Media gambar adalah media yang paling umum
dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja.
a.Pengertian Keterampilan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2011: 1180), keterampilan
seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau berbicara.
yang serupa dikemukankan oleh Gordon (1994) dalam Satria (2008), pengertian keterampilan
adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini
biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor. Sedangkan, Menurut Nadler (1986) dalam
Satria (2008), pengertian keterampilan (skill) adalah kegiatan yang memerlukan praktik atau
dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Berdasarkan sejumlah pengertian di atas,
b. Pengertian Berbicara.
27
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi yang dalam proses itu terjadi
pemindahan pesan dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan). Pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke simbol-simbol yang dipahami oleh
kedua belah pihak (Abd. Gofur dalam Kundharu Saddhono & Slamet, 2012: 6). Menurut Henry
Guntur Tarigan (2008: 16) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Berbicara juga didefinisikan sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-
gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar dan
penyimak. Senada dengan pendapat tersebut, Djago Tarigan (1990) dalam Kundharu Saddhono
& Slamet (2012: 34) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan
melalui lisan. Kundharu Saddhono & Slamet (2012: 34), mengungkapkan bahwa berbicara
secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran, isi hati
seseorang kepada orang lain. Brown (2001) dalam Kundharu Saddhono & Slamet (2012: 57),
mengungkapkan bahwa berbicara sebagai salah satu aspek kemampuan berbahasa yang
berfungsi untuk menyampaikan informasi secara lisan. Pendapat itu juga dikuatkan oleh
pendapat yang diungkapkan oleh Lee (2009) dalam Kundharu Saddhono & Slamet (2012: 58),
menyatakan bahwa berbicara adalah suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut
dipahami orang lain. Pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan
seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa (Solchan, dkk. 2008: 1.31). Berdasarkan sejumlah
pengertian di atas, disimpulkan berbicara adalah suatu kegiatan kemampuan berbahasa untuk
28
menyampaikan sebuah ide, gagasan, penadapat, pikiran, dan isi hati kepada orang lain dalam
semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara. Tidak ada orang yang langsung
terampil berbicara tanpa melalui proses latihan (Kundharu Saddhono dan Slamet, 2012: 36)
dalam Isnaini,2013. Menurut Iskandarwassid & Dadang Sunendar (2011: 241) dalam Isnaini ,
artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang
lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang
memungkinkan untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada,
kesenyapan, dan lagu bicara. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Muammar (2008:
320)dalam Isnaini 2013, seperti berikut. “Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan
kepada orang lain dengan kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan
bertanggung jawab, serta dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah
diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.” Berdasarkan sejumlah pengertian di atas,
untuk menyampaikan kehendak, perasaan, ide maupun gagasan kepada orang lain secara lisan.
29
d.Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran
secara efektif, sebaiknya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan (Henry Guntur Tarigan, 2008: 16)dalam Isnaini 2013. Kundharu Saddhono
& Slamet (2012: 36) dalam Isnaini 2013, mengungkapkan bahwa berbicara dapat
dimanfaatkan untuk mengkomukasikan ide, perasaan, dan kemauan, serta untuk lebih
maksud umum yang ingin disampaikan. Ada tiga maksud umum dalam berbicara, yaitu: (a)
memberitahu dan melaporkan (to inform), (b) menjamu dan menghibur (to entertain), dan (c)
membujuk, mengajak, mendesak, serta meyakinkan (to persuade) (Henry Guntur Tarigan,
2008: 16-17) dalam Isnaini,2013. Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990)
dalam Kundharu Saddhono & Slamet (2012: 37), menyatakan bahwa tujuan berbicara
meliputi: (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimuli, (4) meyakinkan, dan (5)
menggerakkan. Menurut Mudini Salamat Purba (2009: 4-5)dalam Isnaini,2013, secara umum
tujuan pembicaraan adalah: (1) mendorong atau menstimulasi, (2) meyakinkan, (3)
menggerakkan, (4) menginformasikan, dan (5) menghibur. Tujuan suatu uraian dikatakan
mendorong atau menstimulasi apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah
hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inspirasi atau
membangkitkan emosi para pendengar. Tujuan suatu uraian dikatakan meyakinkan apabila
pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar. Alat yang
paling penting dalam uraian itu adalah argumentasi. Untuk itu diperlukan bukti, fakta, dan
30
contoh konkret yang dapat memperkuat uraian untuk meyakinkan pendengar. Reaksi yang
diharapkan adalah adanya persesuain keyakinan, pendapat atau sikap atas persoalan yang
adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar. Misalnya, berupa seruan persetujuan atau
Dasar dari tindakan atau perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya
emosi. Tujuan suatu uraian dikatakan menginformasikan apabila pembicara ingin memberi
informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya. Misalnya
kebersihan lingkungan, seorang polisi menyampaikan masalah tertib berlalu lintas, dan
dilakukan dalam suatu resepsi, ulang tahun, pesta, atau pertemuan gembira lainnya. Reaksi
yang diharapkan adalah timbulnya rasa gembira, senang, dan bahagia pada hati pendengar.
Berdasarkan sejumlah tujuan yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan tujuan berbicara
langkah yang harus dikuasai dengan baik oleh seorang pembicara. Berikut ini merupakan
langkah-langkah yang harus dikuasai oleh seorang pembicara yang baik yaitu: (a) memilih
31
topik, minat pembicara, kemampuan berbicara, minat pendengar, kemampuan mendengar,
waktu yang disediakan, (b) memahami dan menguji topik, memahami pendengar, situasi, latar
belakang pendengar, tingkat kemampuan, sarana, dan (c) menyusun kerangka pembicaraan,
pendahuluan, isi serta penutup (Kundharu Saddhono dan Slamet, 2012: 6) dalam Isnaini 2013.
Menurut Maidar G. Arsjad & Mukti (1993: 26-30) dalam Isnaini 2013, langkah-langkah
berbicara yaitu: (1) memilih topik pembicaraan, (2) menentukan tujuan, (3) mengumpulkan
bahan, dan (4) menyusun kerangka. Pendapat yang senada tentang langkah-langkah berbicara
juga dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan (2008: 32) dalam Isnaini 2013 yaitu: (1)
memilih pokok pembicaraan yang menarik, (2) membatasi pokok pembicaraan, (3)
mengumpulkan bahan, dan (4) menyusun bahan, yang terdiri atas: (a) pendahuluan, (b) isi,
serta (c) simpulan. Kelangsungan kegiatan berbicara dipengaruhi oleh si pembicara sendiri itu.
Pembicara harus memperhatikan beberapa hal agar kegiatan berbicara berjalan dengan baik.
Hal-hal tersebut yaitu: (a) menguasai masalah yang dibicarakan, (b) mulai berbicara kalau
situasi sudah mengizinkan, (c) pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian
pendengar, (d) berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat, (e) pandangan mata dan gerak-
gerik yang membantu, (f) pembicara sopan, hormat, dan melihatkan rasa persaudaraan, (g)
dalam komunikasi dua arah, mulailah berbicara kalau sudah dipersilakan, (h) kenyaringan
suara, serta (i) pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicara
dalam penelitian ini yaitu: (1) memilih topik pembicaraan, (2) menentukan tujuan, (3)
membatasi pokok pembicaraan, (4) mengumpulkan bahan, dan (5) menyusun kerangka, yang
32
terdiri atas: (a) pendahuluan, (b) isi, serta (c) simpulan.
Terdapat hasil penelitian yang relevan yang mendukung penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Purwanti Agus ,tahun 2018 yang berjudul Pengembangan Buku Bergambar sebagai
Media Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Paud.Tujuan dari penelitian ini adalah 1)
mendeskripsikan pemerolehan bahasa Indonesia dengan media buku bergambar pada anak
atau yang disebut research and development (R&D). Sumber data penelitian adalah guru,
orang tua dan siswa PAUD St. Alfonsus Bali Laura Sumba Barat Daya Nusa Tenggara Timur.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, kuesioner dan wawancara. Teknik analisis
data yang digunakan yaitu teknik kualitatif dan kuantitatif. Hasil pemerolehan bahasa
Indonesia anak PAUD terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pralinguistik, tahap satu kata,
tahap dua kata, dan tahap banyak kata. Pengembangan buku bergambar pada penelitian melalui
pemerolehan bahasa anak akibat keterbatasan buku dan juga kompetensi guru dalam mengajar.
Tahap selanjutnya dilakukan penyusunan instrumen dan dilanjutkan dengan validasi instrumen
yang telah disusun didapatkan hasil bahwa instrumen layak untuk digunakan. Tahap
selanjutnya dilakukan pengembangan desain buku yaitu buku panduan guru dan buku siswa.
Hasil validasi ahli pada produk didapatkan hasil rata-rata skor penilaian terhadap produk buku
panduan guru dan buku siswa yaitu 3,98, sehingga buku yang dikembangkan layak digunakan
tanpa revisi. Tahap selanjutnya dilakukan uji coba produk didapatkan hasil penilaian buku
panduan guru mendapat skor 3,93 dengan kategori “sangat baik” dan buku siswa mendapat
33
skor 3,96 dengan kategori “sangat baik”. Penelitian ini menghasilkan produk akhir berupa
buku bergambar dilengkapi dengan buku panduan guru untuk satu tahun, buku siswa semester
Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah pada
ketercapaian yang ingin diperoleh dan pada subjek penelitian yang dilakukan.Ketercapaian
yang ingin diperoleh pada penelitian tersebut adalah pemerolehan bahasa anak PAUD dengan
subjek penelitian anak PAUD.Sedangkan pada penelitian yang saya lakukan adalah untuk
menningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan subjek penelitian siswa kelas
I SD.
Peran Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Wates. Penelitian ini bertujuan
meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bermain peran siswa kelas V SD Negeri
2 Wates, Kulon Progo. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek
penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Wates yang berjumlah 35 siswa. Objek penelitian
adalah keterampilan berbicara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Tindakan pembelajaran siklus I siswa bermain peran berdasarkan naskah
percakapan. Siswa tidak mengalami kendala dalam aspek kebahasaan (kosa kata/ungkapan dan
struktur kalimat yang digunakan) dan aspek nonkebahasaan (keberanian, keramahan, dan
sikap). Tindakan bermain peran siklus II berdasarkan naskah drama. Siklus II lebih difokuskan
pada aspek kebahasaan (tekanan, ucapan, serta nada dan irama) dan aspek nonkebahasaan
(kelancaran dan penguasaan materi) yang masih kurang. Pembelajaran keterampilan berbicara
34
keterampilan berbicara siswa.
Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah bahwa
metode bermain peran,sedangkan pada penelitian yang saya lakukan subjeknya adalah siswa
pembelajaran dapat meningkatkan dan memotifasi semangat belajar siswa. Dalam hal ini yaitu
perkembangan anak usia dini. Perkembangan anak menurut Piaget dibagi menjadi empat tahap,
yaitu (1) Sensorimotor yang berlangsung sejak lahir sampai usia dua tahun, (2) tahap
praoperasional yang berlangsung dari usia dua tahun sampai tujuh tahun, (3) tahap operasional
konkret yang berlangsung dari usia tujuh tahun sampai dua belas tahun, (4) tahap formal yang
berlangsung pada usia dua belas tahun sampai dengan dewasa Salkind (dalam Saputro, 2017).
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman belajar anak usia dini. Untuk
mengetahui perkembangan pembelajar PAUD perlu analisis kebutuhan anak usia dini yaitu
Pengembangan yang sesuai anak kelas I SD yaitu buku cerita bergambar, karena buku cerita
bergambar sebagai media bertujuan untuk memotivasi siswa dalam pemerolehan bahasa
Indonesia. Dengan buku cerita bergambar, anak mudah berimajinasi, karena anak akan lebih
cepat menyerap dan memahami cerita yang terkandung dalam gambar-gambar yang disajikan.
35
Hal ini disebabkan anak usia dini masih dalam tahap berimajinasi, berfantasi, dan bermain.
mendukung keterampilan berbicara anak kelas I SD. Buku cerita bergambar diperoleh melalui
D.METODE
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas 1 SD Negeri 2 Tajen Kecamatan
Penebel Kabupaten Tabanan yang terdiri dari 14 orang, data ini didapatkan dari hasil observasi
langsung di SD Negeri 2 Tajen Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan dengan melakukan
wawancara pada guru , kepala sekolah dan orang tua murid.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan “Sejumlah kelompok kecil yang mewakili populasi untuk dijadikan
sebagai objek penelitian” (Setyosari, 2015:221). Hal ini sejalan dengan pendapat Agung
(2014:69) yang menyatakan, sampel ialah “Sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap
mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu”. Jadi dapat
disimpulkan bahwa sampel merupakan kelompok kecil yang mewakili populasi untuk dijadikan
objek penelitian yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Dalam penelitian ini
sampel yang dipilih adalah satu kelas, yaitu kelas I SD Negeri 2 Tajen.
36
menghasilkan produk yang dikembangkan dengan menggunakan hakikat dan langlah-langkah
atau sesuai standar (Borg dan Gall, 2007). Produk yang dihasilkan dengan menggunakan
penelitian ialah buku bergambar untuk mendukung peningkatan keterampilan berbicara siswa
kelas I SD.
Sumber data penelitian adalah guru, orang tua dan siswa SD Negeri 2
selama kegiatan belajar di rumah, tuturan anak di rumah selama diobservasi oleh peneliti dan
1. Observasi
Observasi dilakukan pada proses pembelajaran anak dan tuturan anak, hal
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data
yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Dua di
antara yang terpenting adalah proses -proses pengamatan dan ingatan. Observasi
yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi terstruktur, observasi ini
telah dirancang secara sitematis tentang hal-hal apa saja yang akan diamati di
diberikan respon atau jawaban mengenai fenomena yang sedang diamati sesuai
tertulis kepada responden yaitu guru dan orang tua untuk dijawabnya.
3. Wawancara
sedang diteliti. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat dari
responden
Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan oleh peneliti untuk mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati. Adapun
jenis-jenis intrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan cara observasi,
wanwancara, dan penyebaran kuesioner. Variabel yang menjadi tolok ukur oleh peneliti
kelas I SD.
38
Teknik analisis data yang digunakan, yaitu teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik
analisis data kualitatif berfungsi untuk menganalisis data yang dikumpulkan dengan cara
observasi, wawancara. Teknik analisis data kuantitatif berfungsi untuk menganalisis data
berupa skor pada kuesioner atau angket analisis kebutuhan, skor validasi materi, bahasa, dan
tampilan oleh ahli, skor validasi produk oleh ahli skor penilaian produk oleh guru .Langkah
pertama yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah melihat kembali tujuan
penelitian yang telah ditetapkan. Ada beberapa tahap yang peneliti kembangkan dalam teknik
analisis data ini yaitu identifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan (Furchan, 1982: 475)
1. Indentifikasi
Data dalam penelitian ini adalah hasil analisis kebutuhan observasi, hasil analisis
kebutuhan kuesioner, hasil analisis wawancara guru dan wawancara orang tua.
Pada tahap ini data-data tersebut kemudian diidentifikasi, mana yang relevan
dengan penelitian pengembangan ini dan mana yang tidak menunjukkan ciri
penanda yang berkaitan dengan rumusan masalah. Ini adalah langkah pertama
diidentifikasi sesuai hari atau tanggal, nama anak, kata dan kalimat. Hasil
39
pembelajaran dan kegiatan guru dalam pengajaran serta kegiatan anak di rumah
kualitatif.
Kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti untuk guru sebanyak 4 orang guru
berisi 19 pertanyaan dengan rentang skor 1-4. Data kuantitatif disajikan dalam
dianalisis dengan statistik deskriptif yaitu dengan rata-rata. Setelah itu, dikonversi
ke dalam skala liktert dengan model skala 4 menjadi beberapa kategori yaitu
sanagat baik (4), baik (3), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1). Penggunaan
Skor Kategori
4 Sangat Setuju
3 Setuju
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
skor tertinggi, skor terendah, dan jumlah kelas (kategori sangat baik sampai sangat tidak
baik) untuk menemukan jarak interval (Widoyoko, 2015:111) Berikut merupakan aplikasi
Keterangan:
40
Skor tertinggi (ideal) : 4 (sangat setuju)
2. Klasifikasi
kuantitatif. Data dari hasil analisis diklasifikasi sesuai dengan aspek analisis
observasi, kuesioner, wawancara guru dan orang tua murid. Hasil klasifikasi
analisis kebutuhan .Interpretasi ini dilakukan terhadap data yang diperoleh dari
4. Pelaporan
diinterpretasi selesai, pada tahap ini semua hasil analisisnya dilaporkan dalam
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Menghadapi Tantangan Global).Makalah. Disajikan pada Seminar Nasional
HMJ-PGSD dan IKMA-PGSD Daerah III Wilayah II Singaraja, 4 Mei 2017.
Universitas Pendidikan Ganesha
Negeri Yogyakarta.
Puji Santosa. (2011). Materi dan pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
Sudjana, Nana & Riva’i, Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru
Algensindo
Terbuka
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Tarigan. 2011. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa
Taufiq Agus ,dkk.2015.Pendidikan Anak Di SD.Tangerang Selatan.Universitas Terbuka
43