Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PENELITIAN

TUGAS
PENGEMBANGAN BUKU BERGAMBAR
WAWASAN
UNTUK PENDIDIKAN
MENINGKATKAN DASAR
KETERAMPILAN DAN
BERBICARA
BAHASA INDONESIA
PROFESI SISWA KELAS I SD
PENDIDIKAN
 

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Prof. Dr. I NYOMAN DANTES


OLEH

LUH ARI PARWATI

NIM. 1829041056
OLEH
LUH ARI PARWATI
NIM. 1829041056
 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
KELAS B / I
PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

 PROGRAM STUDI2020
PENDIDIKAN DASAR
A. JUDUL

1
PENGEMBANGAN BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS I SD

B. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan satu komponen yang sangat signifikan untuk menunjang

keberhasilan pembangunan bangsa.Memasuki era globalisasi,pendidikan menjadi hal terpenting

untuk menghasilkan generasi yang berkwalitas agar mampu bersaing di era abad 21.Pendidikan

berwawasan masa depan diartikan sebagai pendidikan yang dapat menjawab tantangan masa

depan,yaitu suatu proses yang dapat melahirkan individu - individu yang berbekal

pengetahuan,keterampilan dan niali –nilai yang diperlukan untuk hidup dan berkiprah dalam era

globalisasi.Komisi Internasional bagi pendidikan Abad ke 21 yang dibentuk oleh UNESCO

melaporkan bahwa di era global ini pendidikan dilaksanakan dengan bersandar pada empat pilar

pendidikan,yaitu learning to know,learning to do,learning to be dan learning to life

together.Dengan demikian,melalui pilar pendidikan ini diharapkan peserta didik tumbuh

menjadi individu yang utuh,yang menyadari segala hak dan kewajiban,serta menguasai ilmu

dan teknologi untuk bekal dan kelangsungan hidupnya serta kelestarian alam tempat

kehidupannya ( Nyoman Dantes,2017)

Sekolah Dasar (SD) merupakan satuan atau unit lembaga sosial yang diberi amanah atau

tugas khusus oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara

sistematis.Dengan demikian sebutan Sekolah Dasar merujuk pada satuan lembaga sosial yang

diberi spesifik oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar penggalan pertama

2
selama enam tahun untuk dilanjutkan ke penggalan dasar kedua selama tiga tahun di SLTP atau

satuan pendidikan yang sederajat. (Waini Rasyidi(1993) dalam Agus Taufiq (2016)).

Sekolah Dasar merupakan salah satu bagian komponen penting dalam sistem pendidikan

nasional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pendidikan dasar mencakup SD/MI, SMP/MTs. atau

bentuk lain yang sederajat, Sedangkan pendidikan menengah meliputi antara lain SMA/MA

SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan dasar dan menengah merupakan

pendidikan untuk mengembangkan kualitas minimal yang harus dimiliki oleh setiap manusia

Indonesia sesuai dengan tuntutan perubahan-perubahan kehidupan lokal, Nasional dan global

sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan

berkesinambungan. Sekolah Dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan yang berlangsung

selama 6 tahun dan merupakan jenjang pendidikan formal level rendah yang sangat menentukan

pembentukan karakter siswa kedepannya. Di level inilah awal mula anak mendapatkan ilmu

pengetahuan dan juga penanaman nilai-nilai yang nantinya akan berguna dalam kehidupanya.

Orang tua dan guru bahu-membahu mengarahkan anak agar mampu menjadi pribadi yang

cerdas secara akademik, spiritual, dan juga emosionalnya. Karena pentingnya sekolah dasar

dalam mempersiapkan karakter anak kedepan, maka penyelenggaraan sekolah dasar tidak dapat

dilakukan secara asal saja hanya dengan mementingkan kuantitas dengan mengabaikan kualitas.

Di sisi lain, pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas ditentukan oleh kualitas

pendidikan. Untuk itu penyelenggaraan pendidikan khususnya di jenjang sekolah dasar harus

memperhatikan kualitas.

Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar

lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus

3
dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah

penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang

perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik

dibahas sebagai berikut:

Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD

untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas

rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya

unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius

tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius

seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti

pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam,

sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu,

guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau

bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak

sebagai siksaan.

Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Dari

pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses

sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak

tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar

bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa

implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk

bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini

4
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan

anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk

kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas

secara kelompok.

Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan

sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap

operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-

konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-

konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan

sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika

anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan

demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat

langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah

mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung

setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari

arah mana angin saat itu bertiup.

Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat juga

bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-

tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat

atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa

bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya,

sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia,

ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

5
Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik diantaranya adalah belajar

berjalan, belajar melempar menangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin

yang berbeda dengan dirinya.Beberapa tugas pekembangan terutama bersumber dari

kebudayaan seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab sebagai

warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-nlai kepribadian

individu diantaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja, memperoleh nilai filsafat

dalam kehidupan.

Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1)kepercayaan anak untuk

keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya (2)kepercayaan anak memasuki dunia

permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental

untuk memasuki dunia konsep, logika, dan ligika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa.

Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas

perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD,

dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan

kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

Selain tugas perkembangan tersebut,ada satu hal yang mesti mendapat perhatian para

pendidik yaitu keterampilan berbicara.Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan

berbahasa dan juga merupakan sasaran pembelajaran berbahasa Indonesia. Keterampilan

berbicara dapat meningkat jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti

menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara ini sangat penting posisinya dalam

kegiatan belajar-mengajar. Pentingnya keterampilan berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga

bagi siswa sebagai subjek dan objek didik. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dituntut

terampil berbicara. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Suyoto (2003:32)

6
bahwa seseorang yang terampil berbicara cenderung berani tampil di masyarakat. Dia juga

cenderung memiliki keberanian untuk tampil menjadi pemimpin pada kelompoknya.

Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak

dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan dikuasai dengan

baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan semakin baik.

Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau

keterampilan berbicara itu semakin jauh dari penguasaan

Upaya untuk mendukung perkembangan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia

pada anak SD diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergambar. Buku

bergambar adalah buku yang berisi yang dilengkapi gambar ilustrasi dengan menggunakan

tema tertentu. Gambar pada media buku bergambar bertujuan untuk memberikan imajinasi atau

gambar visual kepada anak. Hal tersebut dimaksudkan agar anak lebih cepat menyerap dan

memahami yang terkandung dalam buku. Hal ini disebabkan anak usia SD masih dalam tahap

berimajinasi, berfantasi, dan bermain. Gambaran ilustrasi tersebut mengarahkan anak membuat

imajinasi yang sesuai gambar. Penggunaan media gambar dapat menjadi alat bantu

pembelajaran yang efektif (Hamalik, 2009). Guru mengembangkan media pembelajaran

melalui penggunaan media gambar cerita dengan maksud agar siswa dapat menginterpretasikan

isi cerita sesuai dengan imajinasinya yang akhirnya siswa dapat mengungkapkan kembali isi

cerita, mengungkapkan hasil pengamatan dengan bahasa yang runtut, sehingga

bermakna. Penggunaan gambar cerita merupakan alat bantu (media) agar pembelajaran tidak

terkesan monoton dan terjadi bina suasana kelas. Dengan media ini diharapkan anak terangsang

untuk menggunakan daya indera pendengarannya secara maksimal untuk menyimak cerita

guru. Setelah anak menyimak cerita guru, daya imajinasi anak akan muncul selaras dengan alur

7
dan tokoh cerita guru, dan akhirnya anak diharap mempunyai kemampuan menceritakan

kembali apa yang telah diceritakan oleh gurunya dan juga dapat mengadopsi perilaku positif

dari tokoh cerita. Kemampuan anak untuk menceritakan kembali isi cerita merupakan modal

dasar anak dalam melatih aspek keterampilan berbicara. Siswa kurang berminat terhadap

pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya keterampilan berbicara, karena tidak

dipergunakannya alat peraga atau gambar yang membuat siswa tertarik untuk mempelajarinya.

Siswa juga kurang menguasai keterampilan berbicara dalarn Bahasa Indonesia yang baik dan

benar.Buku bergambar bisa digunakan dalam pembelajaran agar anak memperoleh bahasa

Indonesia dengan baik.

Guru merupakan kunci pokok pembelajaran di dalam kelas, namun bukan berarti dalam

proses pembelajaran hanya guru yang aktif. Proses pembelajaran menuntut keaktifan dari kedua

subjek pembelajaran, yaitu guru dan peserta didik. Di dalam kelas guru memiliki peran yang

penting dalam mengasah bahasa anak. Oleh karena itu, guru harus dapat menentukan metode

dan media yang tepat untuk meningkatkan minat belajar. Guru yang tidak mampu memilih dan

menerapkan metode maupun media pembelajaran yang tepat maka tujuan pembelajaran tidak

akan tercapai secara optimal. Slameto (2010) menyebutkan guru mempunyai peran penting

dalam membantu siswa dalam mempergunakan kesempatan belajar dan berbagai sumber serta

media belajar agar dapat dicapai tujuan pembelajaran.

Fakta yang ada di lapangan hasil pengamatan di Kecamatan Penebel,Tabanan

khususnya di SD Negeri 2 Tajen.Pada saat itu ditemukan bahwa Siswa kelas I sulit

berinteraksi dan memahami tuturan guru apabila kata atau kalimat tertentu diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia. Gurupun sudah menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah

dipahami. Misalnya ketika guru mengajak dengan mengatakan “ayo” itupun disertai dengan

8
gerakkan memegang tangan anak tersebut supaya ikut guru, tetapi siswa tidak merespon.

Karena anak tidak merespon, guru lain menerjemahkan dengan bahasa daerah, anak tersebut

mengerti maksudnya lalu mengikuti perkataan guru. Siswa seharusnya sudah memiliki

kosakata-kosakata dalam bahasa Indonesia agar dapat memahami tuturan guru dan siswa dapat

mengerti proses pembelajaran dengan baik. Penggunaan buku bergambar juga belum efektif

dalam membantu pemerolehan bahasa Indonesia terhadap siswa . Hal ini dikarenakan buku

bergambar yang dimiliki oleh para pengajar hanya membacakan yang ada dalam buku, tidak

mengesplorasi tuturan dari gambar tersebut. Hasilnya pemerolehan bahasa anak menjadi tidak

optimal. Slameto (2010) menyebutkan alat dan media pembelajaran yang lengkap dan tepat

akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran sehingga mudah menguasai apa yang

disampaikan guru.

Buku bergambar pada dasarnya merupakan salah satu media yang efektif dalam proses

pembelajaran terutama diterapkan pada anak kelas rendah untuk meningkatkan pemerolehan

bahasa anak. Tarigan (dalam Marliawita, 2015) menyatakan bahwa buku bergambar

merupakan salah satu bentuk media yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang

lain. Media gambar merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan suatu informasi kepada

orang lain. Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan buku bergambar dapat mendukung

pemerolehan bahasa Indonesia karena dapat meningkatkan motivasi, melatih daya serap, daya

tangkap, daya pikir anak, daya konsentrasi anak, daya imajinasi anak, dan membantu

perkembangan kemampuan bahasa anak dalam berkomunikasi menjadi semakin baik.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

9
1. Guru belum menggunakan media yang tepat untuk mengajar siswa mengenai

keterampilan berbicara.

2. Siswa terbiasa menggunakan bahasa daerah karena berada di daerah pedesaan..

3. Sumber belajar yang kurang menarik bagi anak –anak.

4. Guru sering menggunakan metode ceramah yang kurang mengaktifkan siswa

berbicara

5. Siswa masih banyak yang belum lancar membaca dan menulis .

1.3. Pembatasan masalah

Agar penelitian ini ,mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas maka perlu adanya

pembatasan masalah,Adapun pembatasan masalah tersebut adalah pengembangan buku

bergambar,dan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Negeri 2 Tajen.

1.4. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan

dibahas yaitu :

1. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan

media buku bergambar pada anak SD kelas I ?

2. Bagaimana pengembangan buku bergambar yang sesuai dengan

perkembangan anak SD kelas I ?

1.5. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah,adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia

10
dengan media buku bergambar pada anak SD kelas I.

2. Mendeskripsikan pengembangan buku bergambar yang sesuai dengan

perkembangan anak SD kelas I.

1.6. Manfaat penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian,penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang

keterampilan berbicara Bahasa Indonesia anak SD kelas I melalui media buku

bergambar.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan untuk pengembangan media pembelajaran bagi

anak SD Kelas I, dan sebagai bahan tambahan bagi pengajar dalam

mengembangkan materi ajar.

a) Bagi siswa

1) Keluarga dapat mendukung proses pemerolehan bahasa yaitu

keterampilan berbicara Bahasa Indonesia melalui media buku

bergambar.

b) Bagi Peneliti

Peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan

perbandingan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan materi

keterampilan berbicara menggunakan media buku bergambar.

11
c) Pendidik

Hasil penelitian berupa buku bergambar dapat diterapkan oleh pengajar

khususnya guru SD kelas rendah sebagai media peningkatan keterampilan

berbicara bahasa Indonesia dalam pembelajaran.

C.LANDASAN TEORI

2.1 Deskripsi Teori

Pada deskripsi teori ini akan membahas beberapa sub diantaranya adalah

pengembangan buku bergambar,Karakteristik Anak SD, Hakikat Bahasa Indonesia dan

keterampilan berbicara Bahasa Indonesia.Pemaparannya adalah sebagai berikut :

2.1.1 Tinjauan tentang Hakikat Bahasa Indonesia

Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang penting dalam kurikulum.

Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran startegis karena melalui bahasa

seorang pendidik (guru) menularkan ilmu, pengetahuan dan informasi kepada siswa,

begitu juga sebaliknya. Bahasa Indonesia menjadi tujuan dari kurikulum yang hendak

dicapai dalam pembelajaran. Bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan dasar khususnya Sekolah Dasar (SD) yaitu mempercepat

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi karena bahasa Indonesia merupakan sarana

berpikir untuk menumbuh kembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan kritis. Dengan

landasan itulah, mata pelajaran Bahasa Indonesia penting untuk diajarkan di SD yang

nantinya dapat menjadi bekal di jenjang-jenjang berikutnya. Pembelajaran Bahasa

Indonesia berfungsi sebagai sarana untuk membantu peserta didik mengemukakan

gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa

tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif

12
(Depdiknas, 2006 yang dikutip Isnani, 2013). Pembejaran Bahasa Indonesia diajarkan di

SD sebagai bekal untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Dalam

pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa secara berkala mengembangkan dan

mengasah kemampuan berbahasanya untuk bekal kehidupan dalam lingkungan

masyarakat, bangsa dan negara. Sikap positif dapat ditujukkan siswa dengan mampu

menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dalam kehidupan seharihari. Tujuan dari

suatu pembelajaran menjadi dasar acuan dalam kegiatan pembelajaran. Begitu juga tujuan

pembelajaran dalam Bahasa Indonesia guru memberikan pembelajaran dengan harapan

siswa dapat mencapai tujuan umum pembelajaran Bahasa Indonesia. Di dalam KTSP telah

dinyatakan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tujuan agar peserta didik

mempunyai kemampuan yaitu: (a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan

etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (b) menghargai dan bangga

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (c)

memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk

berbagai tujuan, (d) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (e) menikmati dan memanfaatkan

karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (f) menghargai dan membanggakan sastra

Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia . Belajar Bahasa

Indonesia untuk siswa SD pada dasarnya bertujuan untuk mengasah dan membekali siswa

dengan kemampuan berkomunikasi atau kemampuan menerapkan Bahasa Indonesia

dengan tepat untuk berbagai tujuan dan dalam konteks yang berbeda (Solchan, dkk. 2008:

1.31). Bekal kemampuan komunikasi sebaiknya mulai dikembangkan pada siswa SD.

13
Kemampuan ini sangat bermafaat bagi kehidupan siswa di masa yang akan datang. Siswa

lebih terampil dalam berkomunikasi maupun bersosialisai dengan lingkungan sekitarnya.

Menurut Puji Santosa, dkk. (2011: 3.18-3.19), pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi

empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam merancang

pembelajaran Bahasa Indonesia harus memperhatikan keempat aspek tersebut. Keempat

aspek tersebut merupakan aspek yang saling berhubungan erat satu sama lain dan harus

dikembangkan secara seimbang agar kemampuan berbahasa siswa dapat terasah secara

optimal. Guru sebagai fasilitator harus mampu memfasilitasi siswa dalam

mengembangkan aspek-aspek kemampuan tersebut. Dalam merancang pembelajaran guru

pun dituntut kreatif agar semua aspek kemampuan siswa berkembang dengan baik.

Pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa. Keempat

keterampilan tersebut yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3)

keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Berikut ini dijelaskan tentang

keterampilan berbicara.

Hakikat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 20 menjelaskan pengertian

pembelajaran sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar.Menurut Jihad pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri

dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa,

mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.

Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi

interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang

berlangsung.Kemudian menurut Usman pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu

14
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih lanjut Winataputra menyatakan Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri

peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk

menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran

berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.Pembelajaran

harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses

belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat

Penjelasan lain diungkapkan oleh Lerner yang mendefinisikan bahasa sebagai suatu

sistem komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa ujaran, membaca dan menulis

Sedangkan menurut Chaer bahasa adalah sebuah sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,

digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

mengidentifikasi diri.

Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola

tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan,

kaidah, atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu. Lambang yang digunakan

dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Karena lambang yang digunakan berupa bunyi, maka yang dianggap primer didalam bahasa

adalah bahasa yang diucapkan, atau yang sering disebut bahasa lisan. Karena itu pula, bahasa

tulisan, yang walaupun dalam dunia modern sangat penting, hanyalah bersifat sekunder. Bahasa

tulisan sesungguhnya tidak lain adalah rekaman visual, dalam bentuk huruf-huruf dan tanda-

tanda baca dari bahasa lisan. Dalam dunia modern, penguasaan terhadap bahasa lisan dan

15
bahasa tulisan sama pentingnya. Jadi, kedua macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari

dengan sungguh-sungguh-sungguh.

Belajar Bahasa Indonesia di sekolah merupakan pokok dari proses pendidikan di

sekolah. Belajar merupakan alat utama dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur

proses pendidikan di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita harus mengetahui tujuan dan

peran pembelajaran Bahasa Indonesia.Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang harus

dipahami oleh guru dinyatakan dalam Badan Standar Nasional Pendidikan adalah sebagai

berikut: 1.Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik

secara lisan maupun tulisan. 2.Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa Negara. 3.Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya

dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4.Menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5.Menikmati

dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6. Menghargai dan membanggakan

sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sementara itu

ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa

dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Mendengarkan Seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi

atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah,

pidato, pembicaraan narasumber, dialog atau percakapan, pengumuman, serta perintah

yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan

berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita

16
anak-anak,cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton

drama anak.

2. Berbicara Seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan,

dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga,

masyarakat, benda, tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri,

kegiatan sehari-hari.

3. Membaca Seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, pragraf, berbagai teks

bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia serta

mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa

dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat.

4. Menulis Seperti menulis karangan naratif dan nonnaratif dengan tulisan rapih dan jelas

dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca,

dan kosakata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk

serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa

cerita dan puisi.

Pembelajaran bahasa Indonesia pada satuan pendidikan di SD dibagi ke dalam dua

kelompok utama yakni peringkat pemula (kelas I– III) dan peringkat lanjutan (kelas IV–VI).

Penerapan pembelajaran bahasa untuk kedua kelompok tersebut berbeda karena sasaran dan

tujuan pengajarannya pun berbeda. Bagi peringkat pemula penguasaan keterampilan membaca,

menulis permulaan dan menyimak, berbicara tingkat sederhana bertujuan untuk mengarahkan

pada pelatihan penggunaan keterampilan berbahasa yang lebih kompleks dan mendekati

kenyataan.

17
Pembelajaran yang ditujukan untuk tingkat lanjutan (kelas IV– VI) dimaksudkan untuk

melatih dan mengembangkan penguasaan keterampilan berbahasa murid secara integral yang

meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan

keterampilan menulis. Keterampilan berbicara adalah suatu proses penyampaian pesan yang

dilakukan secara lisan. Sebagai proses, di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang

terlibat, yaitu pembicara, isi pembicaraan, saluran, penyimak, dan tanggapan penyimak.15 Ada

beberapa tahapan kemampuan bahasa yang dimiliki oleh anak di antaranya adalah sebagai

berikut:

Tahap pralinguistik, yaitu fase perkembangan bahasa di mana anak belum mampu

menghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna. Bunyi yang dihasilkan seperti tangisan, rengekan,

dekutan, dan celotehan hanya merupakan sarana anak untuk melatih gerak artikulatorisnya

sampai ia mampu mengucapkan kata-kata yang bermakna.

Tahap satu-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang baru mampu menggunakan

ujaran satu-kata. Satu-kata itu mewakili ide dan tuturan yang lengkap. Tahap dua-kata, yaitu

fase anak telah mampu menggunakan dua kata dalam pertuturannya. Tahap banyak-kata, yaitu

fase perkembangan bahasa anak yang telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga kata atau

lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik.

Adapun keterampilan menyimak dalam pembelajaran bahasa adalah suatu proses

penerimaan pesan yang disampaikan oleh orang lain. Sebagai proses, kegiatan menyimak terdiri

atas tahap penerimaan rangsangan lisan, pemusatan perhatian, serta pemahaman makna atas

pesan yang disampaikan. Penyimak akan dapat menyimak dengan baik apabila ia memiliki

kemampuan berkonsentrasi, menangkap bunyi tuturan, mengingat hal-hal penting, serta

18
memahami unsur linguistik dan nonlinguistik secara memadai.Sedangkan keterampilan menulis

dalam pembelajaran bahasa adalah proses penyampaian pesan kepada pihak lain secara tertulis.

2.1.2 Karakteristik Anak SD

Beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar

lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus

dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah

penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang

perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik

dibahas sebagai berikut:

Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD

untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas

rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya

unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius

tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius

seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti

pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam,

sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu,

guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau

bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak

sebagai siksaan.

Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Dari

pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses

19
sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak

tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar

bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa

implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk

bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini

membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan

anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk

kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas

secara kelompok.

Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan

sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap

operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-

konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-

konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan

sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika

anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan

demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat

langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah

mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung

setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari

arah mana angin saat itu bertiup.

Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat juga

bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-

20
tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat

atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa

bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya,

sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia,

ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik diantaranya adalah belajar

berjalan, belajar melempar menangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin

yang berbeda dengan dirinya.Beberapa tugas pekembangan terutama bersumber dari

kebudayaan seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab sebagai

warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-nlai kepribadian

individu diantaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja, memperoleh nilai filsafat

dalam kehidupan.

Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1)kepercayaan anak untuk

keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya (2)kepercayaan anak memasuki dunia

permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental

untuk memasuki dunia konsep, logika, dan ligika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa.

Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas

perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD,

dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan

kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

2.1.3. Buku Bergambar

a. Pengertian Buku Bergambar

Buku bergambar (picture book) menunjuk pada pengertian buku yang menyampaikan

21
pesan lewat dua cara, yaitu lewat ilustrasi dan tulisan Dikemukakan juga oleh Mitchel (dalam

Nurgiyantoro, 2005: 153) bahwa buku bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan

teks dan keduanya cukup untuk mengungkapkan cerita secara lebih mengesankan, dan keduanya

saling membutuhkan untuk saling mengisi dan melengkapi.

Buku bergambar merupakan media grafis yang dipergunakan dalam proses

pembelajaran, mempunyai pengertian praktis, yaitu dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan

ide-ide secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar

(Sudjana dan Rivai, 2002). Buku bergambar adalah sebuah buku yang dilengkapi dengan

gambar untuk menyampaikan fakta atau gagasan tertentu cenderung dengan ciri khas obrolan.

Buku bergambar memuat pesan melalui ilustrasi gambar. Buku-buku bergambar memuat

berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak. Karakter

dalam buku cerita dapat berupa manusia dan binatang. Kualitas manusia, karakter, dan

kebutuhan, ditampilkan dalam cerita tersebut, sehingga anak-anak dapat memahami dan

menghubungkan dengan pengalaman pribadinya.

Buku bergambar dapat mendorong bagi anak terhadap kecintaan membaca,

sebagaimana yang diungkapkan oleh Liz Rothlein dan Anita Meyer Meinbach (1991),

“picture books encourage an appreciation and love for reading as they allow children to

participate in the literate community. Menurut Sheu Hsiu-Chih (2008) fungsi gambar dalam

cerita setidaknya memiliki dua fungsi, yakni: 1) memberikan pemahaman yang

menyeluruh/lengkap (comprehension), dan 2) memberikan rangsangan imajinasi. Selain fungsi

umum tersebut, menurut Sadiman (2008) (dalam Faizah, 2009) secara khusus grafis berfungsi

untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang

mungkin akan cepat dilupakan dan diabaikan bila tidak digrafiskan.

22
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa buku bergambar adalah buku

yang memuat pesan melalui ilustrasi gambar untuk menyampaikan gagasan maupun informasi

supaya lebih mudah dipahami. Buku bergambar dalam penelitian ini adalah buku yang disusun

dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan berbicara Bahasa Indoneisa yang di

dalamnya memuat ilustrasi gambar sesuai dengan tema-tema yang dipilih agar dapat

memudahkan guru dalam merangsang keterampilan berbicara Bahasa Indonesia anak kelas I

SD.

B.Fungsi Buku Bergambar

Agus Purwanti,2018 dalam Mitchelle dalam Nurgiyantoro (2005: 159-161) menunjukkan

beberapa hal tentang fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi anak sebagai

berikut:

1. Buku bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan

dan perkembangan emosi.

2. Buku bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, menyadarkan

anak tentang keberadaan dunia di tengah masyarakat dan alam.

3. Buku bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain, hubungan yang

terjadi, dan pengembangan perasaan.

4. Buku bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh kesenangan.

5. Buku brgambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi

6. Buku bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi imajinasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buku bergambar dapat menjadi media

pembelajaran yang efektif diterapkan pada anak SD kelas I . Buku bergambar menarik dan

disukai oleh anak sehingga dapat menjadi sarana untuk belajar, menambah wawasan,

23
mendapatkan kesenangan, belajar menghargai dan merangsang imajinasi anak sehingga

pemerolehan bahasa anak semakin meningkat.

2.1.4 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium,

yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan

wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan (Djamarah, 2010). Menurut Sadiman

(1986) media adalah bentuk-bentuk sarana komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya. Media yang digunakan untuk mendukung kegiatan belajar merupakan media

pembelajaran.

Agus Purwanti (2018) dalam Djamarah (2010) mengungkapkan bahwa media

adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai

tujuan pengajaran. Media dapat diartikan sebagai alat bantu dalam bentuk apapun yang

dapat dijadikan sebagai penyampai pesan kepada penerima pesan. Media dapat digunakan

untuk alat bantu belajar. Media pembelajaran diharapkan dapat membuat siswa semakin

memahami maksud dan tujuan yang akan dicapai.

Beberapa manfaat media pembelajaran yang diutarakan oleh Sudjana (1990)

adalah sebagai berikut:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan

motivasi belajar;

2. Bahan pengajaran akan lebih maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh

para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih

baik;

3. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

24
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak

kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; dan

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati,

malukakan, mendengarkan dan lain-lain.

Pengembangan media pembelajaran diharapkan mampu menunjang dalam

kegiatan belajar-mengajar dan memberikan dampak positif serta manfaat bagi guru

maupun siswa.

2.1.5. Buku Bergambar sebagai Media Pembelajaran

Menurut Sudirman (1992) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang

digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape

recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan

komputer adalah merupakan media pembelajaran. Media gambar dapat menampilkan materi

pelajaran secara visual melalui pembuatan transparansi yang dibuat oleh guru atau dengan cara

mengambil gambar-gambar dari sumber lainnya (buku atau majalah) sesuai dengan materi yang

akan dibahas.

Djamarah (2010) menyebutkan penggunaan media gambar, diharapkan penyampaian

materi pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih mudah dicerna karena membantu peserta didik

belajar dengan menggunakan indra penglihatan, di samping itu pembelajaran akan lebih

meningkatkan daya tarik peserta didik. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar,

akan merangsang daya pikir peserta didik, atau peserta didik akan lebih cermat dalam

mengamati semua langkah pembelajaran, dan peserta didik mempertajam daya pikirnya dalam

25
menghubungkan berbagai teori yang diterima melalui bukti kongkrit melalui gambar-gambar

yang dilihatnya. Media gambar salah satu alat peraga yang efektif untuk menstimulasi anak

dalam pembelajaran aspek berbicara.

Media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan peserta

didik lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai

dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat peserta didik dalam

mengikuti proses pembelajaran (Sardiman, 1992). Alat peraga dapat memberi gagasan dan

dorongan kepada guru dalam mengajar anak-anak di sekolah. Sehingga tidak tergantung pada

gambar dalam buku teks, tetapi dapat lebih kreatif dalam mengembangkan alat peraga agar

para murid menjadi senang belajar. Media digunakan untuk membawa pesan dengan suatu

tujuan. Jadilah kelebihan alat peraga visual khususnya sebagai salah satu dari media

pembelajaran yang efektif.

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga

proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna

berdaya guna. Sementara cerita bergambar adalah berupa buku-buku bergambar. Buku-buku ini

memiliki kata- kata sederhana yang memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa,

daya khayal, keindahan dan kreatifitas anak (Slameto, 2010).

Buku bergambar merupakan suatu informasi yang memiliki peran yang sangat mudah

untuk dijangkau dan memiliki sifat mobilitas tinggi. Cerita bergambar dapat berupa komik,

cergam atau kartun, merupakan sebuah kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang

26
berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman

terhadap isi gambar tersebut.

Pengertian media gambar menurut Hamalik (2000) sebagai alat pembantu

pembelajaran: (1) Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam

bentuk 2 dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan,

potret, slide, film, strip, opaque proyektor. (2) Media gambar adalah media yang paling umum

dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja.

2.1.6 Keteramplilan Berbicara.

a.Pengertian Keterampilan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2011: 1180), keterampilan

merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas; ~ bahasa Ling merupakan kecakapan

seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau berbicara.

Keterampilan merupakan kecakapan menyelesaikan tugas (Sanjaya Yasin, 2012). Pendapat

yang serupa dikemukankan oleh Gordon (1994) dalam Satria (2008), pengertian keterampilan

adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini

biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor. Sedangkan, Menurut Nadler (1986) dalam

Satria (2008), pengertian keterampilan (skill) adalah kegiatan yang memerlukan praktik atau

dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Berdasarkan sejumlah pengertian di atas,

disimpulkan keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan suatu tugas atau

kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas praktik.

b. Pengertian Berbicara.

27
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi yang dalam proses itu terjadi

pemindahan pesan dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan). Pesan yang akan

disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke simbol-simbol yang dipahami oleh

kedua belah pihak (Abd. Gofur dalam Kundharu Saddhono & Slamet, 2012: 6). Menurut Henry

Guntur Tarigan (2008: 16) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi

atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan. Berbicara juga didefinisikan sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-

gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar dan

penyimak. Senada dengan pendapat tersebut, Djago Tarigan (1990) dalam Kundharu Saddhono

& Slamet (2012: 34) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan

melalui lisan. Kundharu Saddhono & Slamet (2012: 34), mengungkapkan bahwa berbicara

secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran, isi hati

seseorang kepada orang lain. Brown (2001) dalam Kundharu Saddhono & Slamet (2012: 57),

mengungkapkan bahwa berbicara sebagai salah satu aspek kemampuan berbahasa yang

berfungsi untuk menyampaikan informasi secara lisan. Pendapat itu juga dikuatkan oleh

pendapat yang diungkapkan oleh Lee (2009) dalam Kundharu Saddhono & Slamet (2012: 58),

menyatakan bahwa berbicara adalah suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut

dipahami orang lain. Pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan

seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa (Solchan, dkk. 2008: 1.31). Berdasarkan sejumlah

pengertian di atas, disimpulkan berbicara adalah suatu kegiatan kemampuan berbahasa untuk

28
menyampaikan sebuah ide, gagasan, penadapat, pikiran, dan isi hati kepada orang lain dalam

menjalin berkomunikasi dalam lingkup kehidupan sehari-hari.

c.Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistik. Semakin banyak berlatih,

semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara. Tidak ada orang yang langsung

terampil berbicara tanpa melalui proses latihan (Kundharu Saddhono dan Slamet, 2012: 36)

dalam Isnaini,2013. Menurut Iskandarwassid & Dadang Sunendar (2011: 241) dalam Isnaini ,

2013, keterampilan berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi

artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang

lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang

memungkinkan untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada,

kesenyapan, dan lagu bicara. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Muammar (2008:

320)dalam Isnaini 2013, seperti berikut. “Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan

keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk

menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan

kepada orang lain dengan kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan

bertanggung jawab, serta dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah

diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.” Berdasarkan sejumlah pengertian di atas,

disimpulkan keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang

untuk menyampaikan kehendak, perasaan, ide maupun gagasan kepada orang lain secara lisan.

29
d.Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran

secara efektif, sebaiknya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin

dikomunikasikan (Henry Guntur Tarigan, 2008: 16)dalam Isnaini 2013. Kundharu Saddhono

& Slamet (2012: 36) dalam Isnaini 2013, mengungkapkan bahwa berbicara dapat

dimanfaatkan untuk mengkomukasikan ide, perasaan, dan kemauan, serta untuk lebih

menambahkan pengetahuan dan cakrawala pengetahuan. Berbicara pada dasarnya mempunyai

maksud umum yang ingin disampaikan. Ada tiga maksud umum dalam berbicara, yaitu: (a)

memberitahu dan melaporkan (to inform), (b) menjamu dan menghibur (to entertain), dan (c)

membujuk, mengajak, mendesak, serta meyakinkan (to persuade) (Henry Guntur Tarigan,

2008: 16-17) dalam Isnaini,2013. Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990)

dalam Kundharu Saddhono & Slamet (2012: 37), menyatakan bahwa tujuan berbicara

meliputi: (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimuli, (4) meyakinkan, dan (5)

menggerakkan. Menurut Mudini Salamat Purba (2009: 4-5)dalam Isnaini,2013, secara umum

tujuan pembicaraan adalah: (1) mendorong atau menstimulasi, (2) meyakinkan, (3)

menggerakkan, (4) menginformasikan, dan (5) menghibur. Tujuan suatu uraian dikatakan

mendorong atau menstimulasi apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah

hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inspirasi atau

membangkitkan emosi para pendengar. Tujuan suatu uraian dikatakan meyakinkan apabila

pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar. Alat yang

paling penting dalam uraian itu adalah argumentasi. Untuk itu diperlukan bukti, fakta, dan

30
contoh konkret yang dapat memperkuat uraian untuk meyakinkan pendengar. Reaksi yang

diharapkan adalah adanya persesuain keyakinan, pendapat atau sikap atas persoalan yang

disampaikan. Tujuan suatu uraian disebut menggerakkan apabila pembicara menghendaki

adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar. Misalnya, berupa seruan persetujuan atau

ketidaksetujuan, pengumpulan dana, penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial.

Dasar dari tindakan atau perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya

emosi. Tujuan suatu uraian dikatakan menginformasikan apabila pembicara ingin memberi

informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya. Misalnya

seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas, seorang dokter menyampaikan masalah

kebersihan lingkungan, seorang polisi menyampaikan masalah tertib berlalu lintas, dan

sebagainya. Tujuan suatu uraian dikatakan menghibur, apabila pembicara bermaksud

menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya. Pembicaraan seperti ini biasanya

dilakukan dalam suatu resepsi, ulang tahun, pesta, atau pertemuan gembira lainnya. Reaksi

yang diharapkan adalah timbulnya rasa gembira, senang, dan bahagia pada hati pendengar.

Berdasarkan sejumlah tujuan yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan tujuan berbicara

yaitu: untuk menginformasikan, menghibur, memberitahukan dan meyakinkan orang lain

dalam rangka berkomunikasi untuk menambah pengetahuan dan cakrawala.

e.Langkah –langkah Berbicara

Berbicara merupakan sebuah rangkaian proses. Dalam berbicara terdapat langkah-

langkah yang harus dikuasai dengan baik oleh seorang pembicara. Berikut ini merupakan

langkah-langkah yang harus dikuasai oleh seorang pembicara yang baik yaitu: (a) memilih

31
topik, minat pembicara, kemampuan berbicara, minat pendengar, kemampuan mendengar,

waktu yang disediakan, (b) memahami dan menguji topik, memahami pendengar, situasi, latar

belakang pendengar, tingkat kemampuan, sarana, dan (c) menyusun kerangka pembicaraan,

pendahuluan, isi serta penutup (Kundharu Saddhono dan Slamet, 2012: 6) dalam Isnaini 2013.

Menurut Maidar G. Arsjad & Mukti (1993: 26-30) dalam Isnaini 2013, langkah-langkah

berbicara yaitu: (1) memilih topik pembicaraan, (2) menentukan tujuan, (3) mengumpulkan

bahan, dan (4) menyusun kerangka. Pendapat yang senada tentang langkah-langkah berbicara

juga dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan (2008: 32) dalam Isnaini 2013 yaitu: (1)

memilih pokok pembicaraan yang menarik, (2) membatasi pokok pembicaraan, (3)

mengumpulkan bahan, dan (4) menyusun bahan, yang terdiri atas: (a) pendahuluan, (b) isi,

serta (c) simpulan. Kelangsungan kegiatan berbicara dipengaruhi oleh si pembicara sendiri itu.

Pembicara harus memperhatikan beberapa hal agar kegiatan berbicara berjalan dengan baik.

Hal-hal tersebut yaitu: (a) menguasai masalah yang dibicarakan, (b) mulai berbicara kalau

situasi sudah mengizinkan, (c) pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian

pendengar, (d) berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat, (e) pandangan mata dan gerak-

gerik yang membantu, (f) pembicara sopan, hormat, dan melihatkan rasa persaudaraan, (g)

dalam komunikasi dua arah, mulailah berbicara kalau sudah dipersilakan, (h) kenyaringan

suara, serta (i) pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicara

sepenuhnya.Berdasarkan sejumlah pendapat di atas, disimpulkan langkah-langkah berbicara

dalam penelitian ini yaitu: (1) memilih topik pembicaraan, (2) menentukan tujuan, (3)

membatasi pokok pembicaraan, (4) mengumpulkan bahan, dan (5) menyusun kerangka, yang

32
terdiri atas: (a) pendahuluan, (b) isi, serta (c) simpulan.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Terdapat hasil penelitian yang relevan yang mendukung penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Purwanti Agus ,tahun 2018 yang berjudul Pengembangan Buku Bergambar sebagai

Media Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Paud.Tujuan dari penelitian ini adalah 1)

mendeskripsikan pemerolehan bahasa Indonesia dengan media buku bergambar pada anak

PAUD; 2) mendeskripsikan pengembangan buku bergambar yang sesuai dengan

perkembangan kognitif anak PAUD.Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan

atau yang disebut research and development (R&D). Sumber data penelitian adalah guru,

orang tua dan siswa PAUD St. Alfonsus Bali Laura Sumba Barat Daya Nusa Tenggara Timur.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, kuesioner dan wawancara. Teknik analisis

data yang digunakan yaitu teknik kualitatif dan kuantitatif. Hasil pemerolehan bahasa

Indonesia anak PAUD terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pralinguistik, tahap satu kata,

tahap dua kata, dan tahap banyak kata. Pengembangan buku bergambar pada penelitian melalui

tahapan pengumpulan informasi dan diketahui adanya permasalahan dalam mengembangkan

pemerolehan bahasa anak akibat keterbatasan buku dan juga kompetensi guru dalam mengajar.

Tahap selanjutnya dilakukan penyusunan instrumen dan dilanjutkan dengan validasi instrumen

yang telah disusun didapatkan hasil bahwa instrumen layak untuk digunakan. Tahap

selanjutnya dilakukan pengembangan desain buku yaitu buku panduan guru dan buku siswa.

Hasil validasi ahli pada produk didapatkan hasil rata-rata skor penilaian terhadap produk buku

panduan guru dan buku siswa yaitu 3,98, sehingga buku yang dikembangkan layak digunakan

tanpa revisi. Tahap selanjutnya dilakukan uji coba produk didapatkan hasil penilaian buku

panduan guru mendapat skor 3,93 dengan kategori “sangat baik” dan buku siswa mendapat
33
skor 3,96 dengan kategori “sangat baik”. Penelitian ini menghasilkan produk akhir berupa

buku bergambar dilengkapi dengan buku panduan guru untuk satu tahun, buku siswa semester

satu dan dua.

Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah pada

ketercapaian yang ingin diperoleh dan pada subjek penelitian yang dilakukan.Ketercapaian

yang ingin diperoleh pada penelitian tersebut adalah pemerolehan bahasa anak PAUD dengan

subjek penelitian anak PAUD.Sedangkan pada penelitian yang saya lakukan adalah untuk

menningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan subjek penelitian siswa kelas

I SD.

Isnani,tahun 2013,Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bermain

Peran Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Wates. Penelitian ini bertujuan

meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bermain peran siswa kelas V SD Negeri

2 Wates, Kulon Progo. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek

penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Wates yang berjumlah 35 siswa. Objek penelitian

adalah keterampilan berbicara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan

deskriptif kuantitatif. Tindakan pembelajaran siklus I siswa bermain peran berdasarkan naskah

percakapan. Siswa tidak mengalami kendala dalam aspek kebahasaan (kosa kata/ungkapan dan

struktur kalimat yang digunakan) dan aspek nonkebahasaan (keberanian, keramahan, dan

sikap). Tindakan bermain peran siklus II berdasarkan naskah drama. Siklus II lebih difokuskan

pada aspek kebahasaan (tekanan, ucapan, serta nada dan irama) dan aspek nonkebahasaan

(kelancaran dan penguasaan materi) yang masih kurang. Pembelajaran keterampilan berbicara

melalui metode bermain peran berdasarkan naskah drama menunjukkan peningkatan

34
keterampilan berbicara siswa.

Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah bahwa

penelitian tersebut menggunakan subjek penelitian siswa kelas V SD dengan penggunaan

metode bermain peran,sedangkan pada penelitian yang saya lakukan subjeknya adalah siswa

kjelas I SD dengan menggunakan media buku bergambar.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran di kelas I SD, sangat menarik jika dalam menyampaikan materi

pembelajaran dapat meningkatkan dan memotifasi semangat belajar siswa. Dalam hal ini yaitu

perlunya pengembangan perangkat pembelajaran yang membantu pendidik dalam menghadapi

perkembangan anak usia dini. Perkembangan anak menurut Piaget dibagi menjadi empat tahap,

yaitu (1) Sensorimotor yang berlangsung sejak lahir sampai usia dua tahun, (2) tahap

praoperasional yang berlangsung dari usia dua tahun sampai tujuh tahun, (3) tahap operasional

konkret yang berlangsung dari usia tujuh tahun sampai dua belas tahun, (4) tahap formal yang

berlangsung pada usia dua belas tahun sampai dengan dewasa Salkind (dalam Saputro, 2017).

Dari tahap-tahap perkembangan tersebut diharapkan dalam pembelajaran bisa menggunakan

perangkat pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman belajar anak usia dini. Untuk

mengetahui perkembangan pembelajar PAUD perlu analisis kebutuhan anak usia dini yaitu

melalui obsevasi wawancara dan kuesioner.

Pengembangan yang sesuai anak kelas I SD yaitu buku cerita bergambar, karena buku cerita

bergambar sebagai media bertujuan untuk memotivasi siswa dalam pemerolehan bahasa

Indonesia. Dengan buku cerita bergambar, anak mudah berimajinasi, karena anak akan lebih

cepat menyerap dan memahami cerita yang terkandung dalam gambar-gambar yang disajikan.

35
Hal ini disebabkan anak usia dini masih dalam tahap berimajinasi, berfantasi, dan bermain.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengembangkan buku cerita bergambar untuk

mendukung keterampilan berbicara anak kelas I SD. Buku cerita bergambar diperoleh melalui

analisis kebutuhan, observasi, wawancara, kuesioner.

2.4 Perumusan Hipotesis


Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat rumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan media

buku bergambar pada anak SD kelas I

2. Pengembangan buku bergambar sesuai dengan perkembangan anak SD kelas I.

D.METODE

3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas 1 SD Negeri 2 Tajen Kecamatan
Penebel Kabupaten Tabanan yang terdiri dari 14 orang, data ini didapatkan dari hasil observasi
langsung di SD Negeri 2 Tajen Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan dengan melakukan
wawancara pada guru , kepala sekolah dan orang tua murid.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan “Sejumlah kelompok kecil yang mewakili populasi untuk dijadikan
sebagai objek penelitian” (Setyosari, 2015:221). Hal ini sejalan dengan pendapat Agung
(2014:69) yang menyatakan, sampel ialah “Sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap
mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu”. Jadi dapat
disimpulkan bahwa sampel merupakan kelompok kecil yang mewakili populasi untuk dijadikan
objek penelitian yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Dalam penelitian ini
sampel yang dipilih adalah satu kelas, yaitu kelas I SD Negeri 2 Tajen.

3.3 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan atau yang disebut research and

development (R&D). Digolongkan sebagai penelitian pengembangan karena penelitian ini

36
menghasilkan produk yang dikembangkan dengan menggunakan hakikat dan langlah-langkah

penelitian pengembangan secara sistematis sampai memenuhi kriteria keefektivitasan, kualitas,

atau sesuai standar (Borg dan Gall, 2007). Produk yang dihasilkan dengan menggunakan

penelitian ialah buku bergambar untuk mendukung peningkatan keterampilan berbicara siswa

kelas I SD.

3.4 Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah guru, orang tua dan siswa SD Negeri 2

Tajen,Kecamatan Penebel,Kabupaten Tabanan. Data penelitiannya adalah hasil observasi

selama kegiatan belajar di rumah, tuturan anak di rumah selama diobservasi oleh peneliti dan

hasil wawancara peneliti dengan guru.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa

obervasi, kuesioner, wawancara. Komponen tersebut digunakan peneliti untuk mengumpulkan

data dijelaskan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan pada proses pembelajaran anak dan tuturan anak, hal

ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan dalam keterampilan berbicara Bahasa

Indonesia. Nasution dalam Sugiyono (2014) menyatakan observasi adalah dasar

semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data

yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Dua di

antara yang terpenting adalah proses -proses pengamatan dan ingatan. Observasi

yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi terstruktur, observasi ini

telah dirancang secara sitematis tentang hal-hal apa saja yang akan diamati di

dalam proses pembelajaran.


37
2.Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pernyataan dan pertanyaan tertulis kepada responden untuk

diberikan respon atau jawaban mengenai fenomena yang sedang diamati sesuai

dengan permintaan penggunan atau peneliti. Adapun penyebaran kuesioner yang

dilakukan yaitu penyeberan kuesioner langsung terhadap responden. (Widoyoko,

2015). Sugiyono (2012) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden yaitu guru dan orang tua untuk dijawabnya.

3. Wawancara

Setelah penyebaran kuesioner dan responden sudah memberi jawaban

mengenai kebutuhan awal maka peneliti akan melakukan wawancara untuk

mengetahui lebih dalam tentang kebutuhan pembelajar mengenai topik yang

sedang diteliti. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat dari

responden

3.6 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan oleh peneliti untuk mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati. Adapun

jenis-jenis intrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan cara observasi,

wanwancara, dan penyebaran kuesioner. Variabel yang menjadi tolok ukur oleh peneliti

yaitu pengembangan buku bergambar untuk meningktakan keterampilan berbicara siswa

kelas I SD.

3.7 Teknik Analisis Data

38
Teknik analisis data yang digunakan, yaitu teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik

analisis data kualitatif berfungsi untuk menganalisis data yang dikumpulkan dengan cara

observasi, wawancara. Teknik analisis data kuantitatif berfungsi untuk menganalisis data

berupa skor pada kuesioner atau angket analisis kebutuhan, skor validasi materi, bahasa, dan

tampilan oleh ahli, skor validasi produk oleh ahli skor penilaian produk oleh guru .Langkah

pertama yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah melihat kembali tujuan

penelitian yang telah ditetapkan. Ada beberapa tahap yang peneliti kembangkan dalam teknik

analisis data ini yaitu identifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan (Furchan, 1982: 475)

dalam Agus Purwanti 2018.

1. Indentifikasi

Data dalam penelitian ini adalah hasil analisis kebutuhan observasi, hasil analisis

kebutuhan kuesioner, hasil analisis wawancara guru dan wawancara orang tua.

Pada tahap ini data-data tersebut kemudian diidentifikasi, mana yang relevan

dengan penelitian pengembangan ini dan mana yang tidak menunjukkan ciri

penanda yang berkaitan dengan rumusan masalah. Ini adalah langkah pertama

sebelum akhirnya akan diklasifikasi.

Pengidentifikasian hasil observasi dilakukan dengan menarasikan hasil

observasi saat anak belajar di rumah,mengingat pembelajaran masih secara guru

kunjung karena dampak pandemic covid 19.Hasil observasi diinventariskan dan

diidentifikasi sesuai hari atau tanggal, nama anak, kata dan kalimat. Hasil

inventarisasi dideskripsikan atau dasar observasinya.

Pengidentifikasian hasil wawancara dilakukan dengan guru dan orang tua

untuk analisis kebutuhan dilakukan guna mengetahui aktifitas siswa dalam

39
pembelajaran dan kegiatan guru dalam pengajaran serta kegiatan anak di rumah

untuk berbicara Bahasa Indonesia dideskripsikan. Hasil deskripsi sebagai data

kualitatif.

Tahap berikutnya analisis data kuantitatif peneliti menggunakan kuesioner.

Kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti untuk guru sebanyak 4 orang guru

berisi 19 pertanyaan dengan rentang skor 1-4. Data kuantitatif disajikan dalam

bentuk skor hasil penilaian pengembangan buku bergambar. Skor tersebut

dianalisis dengan statistik deskriptif yaitu dengan rata-rata. Setelah itu, dikonversi

ke dalam skala liktert dengan model skala 4 menjadi beberapa kategori yaitu

sanagat baik (4), baik (3), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1). Penggunaan

skala 4 dilakukan dengan alasan responden tidak berkesempatan untuk bersikap

netral terhadap pernyataan dalam kuesioner.

Tabel conversi nilai skala

Skor Kategori

4 Sangat Setuju
3 Setuju
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju

Untuk mendapatkan interval skor, digunakan rumus perhitungan dengan mencari

skor tertinggi, skor terendah, dan jumlah kelas (kategori sangat baik sampai sangat tidak

baik) untuk menemukan jarak interval (Widoyoko, 2015:111) Berikut merupakan aplikasi

rumus yang digunakan untuk menentukan jarak interval.

Keterangan:

40
Skor tertinggi (ideal) : 4 (sangat setuju)

Skor terendah : 1 (sangat tidak setuju)

Jumlah kelas : 4 (sangat baik sampai sangat tidak baik)


4−1 3
Jarak interval : = = 0,75
4 4

Tabel Konversi Kategori

Interval Skor Kategori


3,25 < X ≤ 4,00 Sangat Baik
2,50 < X ≤ 3,25 Baik
1,75 < X ≤ 2,50 Tidak Baik
1,00 ≤ X ≤ 1,75 Sangat Tidak Baik

2. Klasifikasi

Klasifikasi ini dilakukan dengan membedakan data kulaitatif dan

kuantitatif. Data dari hasil analisis diklasifikasi sesuai dengan aspek analisis

observasi, kuesioner, wawancara guru dan orang tua murid. Hasil klasifikasi

dideskripsikan sesuai dengan tabulasi data.

3. Interpretasi atau Pemaknaan

Pada tahap ini, data hasil klasifikasi diinterpretasi berdasarkan aspek

analisis kebutuhan .Interpretasi ini dilakukan terhadap data yang diperoleh dari

observasi, kuesioner, dan wawancara.

4. Pelaporan

Setelah semua data yang telah diidentifikasi, diklasifikasi, dan

diinterpretasi selesai, pada tahap ini semua hasil analisisnya dilaporkan dalam

bentuk tertulis. Peneliti melaporkan keseluruhan hasil penelitian untuk menjawab

pertanyaan melalui analisis, pembahasan, penyimpulan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Dantes. 2017. Kecenderungan Pendidikan Abad 21 (Perspektif Dan Kebijakan Pendidikan

42
Menghadapi Tantangan Global).Makalah. Disajikan pada Seminar Nasional
HMJ-PGSD dan IKMA-PGSD Daerah III Wilayah II Singaraja, 4 Mei 2017.
Universitas Pendidikan Ganesha

Hamalik, Oemar. 2000. Menajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung Pemindo.

Isnani,2013, Skripsi .Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bermain

Peran Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Wates.Yogyakarta.Universitas

Negeri Yogyakarta.

Puji Santosa. (2011). Materi dan pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas

Terbuka

Purwanti Agus.2018.Tesis.Pengembangan Buku Bergambar sebagai media pemerolehan


Bahasa Indonesia Anak PAUD.Yogyakarta,Universitas Sanata Dharma.

Sudirman. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya

Sudjana, Nana & Riva’i, Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru

Algensindo

Solchan,dkk.(2008).Materi Poko Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas

Terbuka

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Tarigan. 2011. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa
Taufiq Agus ,dkk.2015.Pendidikan Anak Di SD.Tangerang Selatan.Universitas Terbuka

43

Anda mungkin juga menyukai