Anda di halaman 1dari 13

OLEH

MAKALAH
LITERASI KELAS AWAL
(MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KELAS YANG LITERAT )

OLEH
KELOMPOK 3
LUH ARI PARWATI (1829041056)
NI PUTU SRI PRATIWI ( 1829041058 )
DESAK GEDE SURYAWATI( 1829041061)
I GEDE WISNU ANTARA ( 1829041064 )

KELAS B SEMESTER 1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
MAKALAH
LITERASI KELAS AWAL
(MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KELAS YANG LITERAT )

OLEH
KELOMPOK 3
LUH ARI PARWATI (1829041056)
NI PUTU SRI PRATIWI ( 1829041058 )
DESAK GEDE SURYAWATI( 1829041061)
I GEDE WISNU ANTARA ( 1829041064 )

KELAS B SEMESTER 1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha ESa / Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena berkat rahmat -Nyalah Makalah yang berjudul “Literasi Di Kelas Awal (
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Literat )” ini, dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya tanpa ada hambatan yang berarti.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyususnan makalah ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis ucapkan kepada
:
1. Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Literasi
Kelas Awal
2. Serta teman-teman dan pihak-pihak yang bersedia membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun dan konstruktif akan kami terima dengan
senang hati. Semoga makalah ini ada manfaatnya bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.

Denpasar, 9 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 3

1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Literasi ......................................................................... 5

2.2 Konsep Dasar Kelas Yang Literat................................................... 10

2.3 Perlunya Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Literat ................ 13

2.4 Usaha Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Literat ..................... 17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 18

3.2 Saran - Saran ................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan warga
masyarakatnya.Salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa.Untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat Indonesia pemerintah telah
mencanangkan beberapa program dalam pendidikan,agar menghasilkan generasi –
generasi yang mampu bersaing di era globalisasi.
Pengembangan dan penguatan karakter serta kegiatan literasi menjadi salah satu
unsur penting dalam kemajuan sebuah negara dalam menjalani kehidupan di era
globalisasi. Forum Ekonomi Dunia 2015 telah memberikan gambaran tentang
keterampilan abad ke-21 yang sebaiknya dimiliki oleh seluruh bangsa di dunia.
Keterampilan tersebut meliputi literasi dasar, kompetensi, dan karakter. Demi
menyukseskan pembangunan Indonesia di abad ke-21, menjadi keharusan bagi masyarakat
Indonesia untuk menguasai enam literasi dasar, yaitu (1) literasi bahasa, (2) literasi
numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial, serta (6) literasi budaya
dan kewargaan. Kemampuan literasi ini juga harus diimbangi dengan
menumbuhkembangkan kompetensi yang meliputi kemampuan berpikir
kritis/memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Untuk meningkatan
kualitas hidup, daya saing, pengembangan karakter bangsa, serta melihat perkembangan
keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan di abad ke-21, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menyelenggarakan berbagai kegiatan literasi untuk meningkatkan indeks
literasi nasional melalui Gerakan Literasi Nasional. Gerakan Literasi Nasional (GLN) lahir
dari sinkronisasi semua program literasi yang sudah berjalan pada setiap unit utama yang
ada di dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. GLN merupakan upaya untuk
menyinergikan semua potensi serta memperluas keterlibatan publik dalam pengembangan
budaya literasi. Gerakan Literasi Nasional harus dilaksanakan secara masif, baik di dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Kondisi pendidikan Indonesia lebih kurang tersebar di hampir 300 ribu sekolah
di seluruh Indonesia, dengan jumlah guru sebanyak 3,4 juta, dan 49 juta siswa
memperlihatkan keberagaman yang sangat nyata dan tantangan yang sangat serius dalam
meningkatkan indeks pembangunan manusia Indonesia yang saat ini berada pada
peringkat 113 dari 188 negara. Data minat baca dan tingkat buta aksara berpengaruh
terhadap posisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) /Human Development Index (HDI)
Indonesia, yang diukur dari usia harapan hidup (tingkat kesehatan), pertumbuhan ekonomi
dan kualitas pendidikan.
Berdasarkan data BPS tahun 2014, nilai IPM mengalami kenaikan tipis menjadi
68,90 dari 68,40 pada tahun 2013. Data yang dirilis Badan Program Pembangunan
PBB/United Nations Development Program (UNDP), IPM Indonesia pada tahun 2013
berada di peringkat 108 dari 187 negara. Angka IPM ini menunjukkan bahwa Indonesia
berada jauh di bawah negara ASEAN lainnya. Survei lain tentang literasi yang dilakukan
Central Connecticut State University pada tahun 2016 di New Britain, Conn, Amerika
Serikat, misalnya, menempatkan Indonesia dalam posisi cukup memprihatinkan, yaitu
urutan ke-60 dari 61 negara. Sementara itu, hasil survei Progamme for International
Student Assessment (PISA) 2015 yang diumumkan pada awal Desember 2016
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Indonesia berada di urutan ke-64 dari 72
negara. Selama kurun waktu 2012--2015, skor PISA untuk membaca hanya naik 1 poin
dari 396 menjadi 397. Hasil survei tersebut mengisyaratkan bahwa minat baca dan literasi
bangsa Indonesia merupakan persoalan yang harus ditangani dengan serius.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan minat baca dan
literasi tersebut sudah menampakkan hasil, usaha dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata
tersebut perlu dikembangkan, dipertajam, dan diperkuat terus-menerus. Demi mendukung
upaya tersebut, Kemendikbud menyelenggarakan berbagai program Gerakan Literasi
Nasional (GLN) melalui program Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Indonesia
Masyarakat, dan gerekan Litrasi Keluarga, serta kegiatan turunan dari ketiga program
tersebut. Gerakan ini merupakan upaya untuk menyinergikan semua potensi serta
memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkan, mengembangkan, dan
membudayakan literasi di Indonesia. GLN akan dilaksanakan secara masif, baik dalam
ranah keluarga, sekolah, maupun masyarakat di seluruh Indonesia
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah meluncurkan gerakan literasi
sekolah. Salah satu hal yang diatur dalam Permendikbud ini adalah kegiatan 15 menit
membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Gerakan literasi sekolah
adalah sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang
hayat melalui pelibatan publik. (Antasari , 2017).
Berbeda dengan pendapat di atas, Teguh (2017) menyatakan bahwa gerakan
literasi sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan
melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Gerakan literasi sekolah adalah gerakan sosial
dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen, dalam kegiatan membaca ataupun menulis
yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah dan dilaksanakan selama 15 menit sebelum
jam pelajaran dimulai. Gerakan literasi sekolah dapat membantu siswa dalam hal
kemampuan membaca dan menulis.
Sebagai mahasiswa dan juga pendidik, sudah seharusnya mendukung dan
melaksanakan program literasi yang dicanangkan oleh pemerintah agar peserta didik
menyukai literasi yang akan berdampak pada kemajuan Negara pada umumnya dan peserta
didik itu sendiri pada khususnya. Tentunya sebelum melakukan hal tersebut di lapangan
mahasiswa harus mengetahui terlebih dahulu konsep literasi, konsep dasar kelas yang
literat,perlunya menciptakan kelas yang literat dan usaha-usaha yang diperlukan untuk
menciptakan kelas yang literat.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Literasi Di Kelas Awal SD.Untuk itu
kami yang merupakan mahasiswa semester 1 program pascasarjana Pendas menyusun
sebuah makalah yang berjudul “ Literasi Kelas awal ( Menciptakan Lingkungan Kelas
yang Literat ).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
Bagaimakah cara menciptakan lingkungan kelas yang literat ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut.
Untuk mengetahui cara menciptakan lingkungan kelas yang literat.
1.4 Manfaat Penulisan
a. Manfaat teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi untuk mendalami
pentingnya gerakan literasi serta mengoptimalkan gerakan literasi di lingkungan seolah
maupun di masyarakat umum.
b. Manfaat praktis
1. Bagi Siswa
Merupakan pengalaman yang bermakna bagi siswa dalam belajar membaca dan
menulis yang baik sehingga dapat termotivasi untuk terus melakukan kegiatan
literasi.
2. Bagi Guru
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi untuk melakukan kegiatan
literasi di lingkungan sekolah. Diharapkan guru dapat mengembangkan kegiatan-
kegiatan yang berbasis literasi di dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Bagi Kepala Sekolah
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan memperkaya bahan bacaan mengenai kegiatan lietarsi di lingkungan sekolah.
4. Bagi Masyarakat Umum
Makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan atau ilmu baru bagi masyarakat yang
ingin mengetahui tentang kegiatan literasi di lingkungan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Literasi
Literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis) untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sulzby
(1986) mengartikan literasi secara sempit, yaitu literasi sebagai kemampuan membaca dan
menulis. Sejalan dengan pendapat tersebut Grabe & Kaplan (1992) dan Graff (2006) juga
mengatakan literacy sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis (able to read and write).
Berbeda dengan dua pengertian literasi tersebut, International Literacy Association (ILA)
mengungkapkan bahwa “Literacy is the ability to identify, understand, interpret, create,
compute, and communicate using visual, audible, and digital materials across disciplines and
in any context”. Pendapat ILA tersebut dapat diartikan bahwa literasi adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, menghitung, dan berkomunikasi
menggunakan bahan visual, suara, dan materi digital lintas disiplin ilmu dan dalam konteks
apapun.
Jadi dapat disimpulkan bahwa literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca dan
menulis, serta kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat,
menghitung, dan berkomunikasi dengan bahan visual, suara, dan materi digital.
Pengembangan dan penguatan karakter serta kegiatan literasi menjadi salah satu unsur
penting dalam kemajuan sebuah negara dalam menjalani kehidupan di era globalisasi. Forum
Ekonomi Dunia 2015 telah memberikan gambaran tentang keterampilan abad ke-21 yang
sebaiknya dimiliki oleh seluruh bangsa di dunia. Keterampilan tersebut meliputi literasi dasar,
kompetensi, dan karakter.
Demi menyukseskan pembangunan Indonesia di abad ke-21, menjadi keharusan bagi
masyarakat Indonesia untuk menguasai enam literasi dasar, yaitu (1) literasi bahasa, (2) literasi
numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial, serta (6) literasi budaya dan
kewargaan. Kemampuan literasi ini juga harus diimbangi dengan menumbuhkembangkan
kompetensi yang meliputi kemampuan berpikir kritis/memecahkan masalah, kreativitas,
komunikasi, dan kolaborasi.

2.2. Konsep dasar kelas yang literat


Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai bagian dari Gerakan Literasi Nasional (GLN)
dilaksanakan dengan mengintegrasikannya dengan kegiatan kurikuler, kokurikuler dan
ektrakurikuler. Pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas yang
didukung oleh orang tua dan masyarakat.
Menurut Jendela Pendidikan dan Kebudayaan tujuan umum GLS adalah
menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi
sekolah yang diwujudkan dalam GLS adalah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat,
sedangkan tujuan khususnya adalah: (1) Menumbuhkembangkan budaya literasi, membaca dan
menulis siswa di sekolah , (2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar
literat, (3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar
warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, dan (4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran
dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Kelas sebagai bagian dari sekolah merupakan kunci dalam membangun budaya literasi.
Lingkungan kelas yang literat adalah lingkungan kelas yang kaya dengan media kebahasaan
dan cetakan. Penataan isinya mungkin saja berbeda antara kelas yang satu dengan yang lainnya,
bergantung pada kreativitas dan kemampuan masing-masing kelas. Keterbatasan tempat tidak
perlu menyurutkan dedikasi guru untuk menciptakan lingkungan yang literat. Lingkungan
kelas yang literat diharapkan dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar literasi.
Motivasi merupakan kemauan seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Motivasi merupakan
‘inner state’ seseorang yang menyebabkan ia melakukan tindakan tertentu dengan cara tertentu.
Secara teknis, prosesnya berawal dari kekurangan atau kebutuhan yang belum terpenuhi,
kemudian timbul ketegangan, dan ketegangan itulah yang mendorong untuk bertindak
mencapai kebutuhannya. Menurut Widdowson (1997) Dalam konteks pemerolehan dan
pembelajaran bahasa, motivasi diartikan sebagai “The effort leaners put into leaning an as a
result of their desire or need to learn it”.

2.3. Perlunya menciptakan lingkungan kelas yang literat


Reutzel and Clark (2011) mennyatakan bahwa
That the physical arrangement and organization of a classroom can be powerful and
supportive of effective literacy instruction. Literate environments should motivate
students and emphasize the importance of speaking, reading, and writing.

Pendapat tersebut dapat diterjemahkan bahwa pengaturan dan organisasi kelas dapat
menjadi kuat dan mendukung pengajaran literasi yang efektif. Lingkungan yang literat harus
memotivasi siswa dan menekankan pentingnya berbicara, membaca, dan menulis.
Berdasarkan pendapat Reutzel dan Clark tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
memperkuat dan mendukung literasi harus diciptakan suasana kelas yang literat. Kelas yang
literat akan dapat memotivasi siswa dalam menumbuhkan budaya berbicara, membaca dan
menulis.

2.4 Usaha – usaha untuk menciptakan lingkungan kelas yang literat


Usaha yang dilakukan guru untuk membangun lingkungan kelas yang literat adalah
menyediakan buku-buku bacaan. Contohnya buku cerita dongeng rakyat, buku dongeng fabel,
buku materi ajar dan buku yang lainnya. Serta guru juga bisa membuat pojokan baca di sudut
kelas, serta mengarahkan wajib baca 15 menit sebelum memulai jam pelajaran yang mengacu
pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa membaca 15 menit buku
non pelajaran sebelum pelajaran dimulai.
Menurut suhardi (2016) GLS dilaksanakan dengantiga tahapan, mulai dari penumbuhan
minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca buku non-pelajaran, meningkatkan
kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, hingga meningkatkan
kemampuan literasi di semua mata pelajaran.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas dapat disimpulkan bahwa literasi adalah kemampuan
seseorang dalam membaca dan menulis, serta kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami,
menafsirkan, membuat, menghitung, dan berkomunikasi dengan bahan visual, suara, dan
materi digital. Literasi sangat penting sekali bagi seseorang, kususnya bagi anak sekolah dasar,
karena perkembangan anak pada jenjang sekolah dasar berada pada masa pra operasional
konkrit. Lingkungan kelas yang literat adalah lingkungan kelas yang kaya dengan media
kebahasaan dan cetakan. Penataan isinya mungkin saja berbeda antara kelas yang satu dengan
yang lainnya, bergantung pada kreativitas dan kemampuan masing-masing kelas. Dengan
adanya berbagai buku cerita, buku bacaan non-pelajaran, adanya pojokan baca di kelas serta
mewajibkan siswa untuk membaca 15 menit sebelum mulai pelajaran meupakan kegiatan untuk
menciptakan kelas yang literat.

3.2 Saran
Kita sebagai Guru hendaknya memahami tentang pentingnya gerakan literasi sekolah
bagi peserta didik. Sepatutnya kita melakukan perubahan-perubahan dan tindakan-tindakan
untuk dimasa mendatang, agar negara dan bangsa ini memiliki ketangguhan untuk
mengahadapi dampak dari era globalisasi pada abad 21 nanti, kususnya dengan melaksanakan
gerakan literasi di sekolah, terutama di kelas.
Daftar Pustaka

Suhardi. 2016. Jendela Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.: Kemdikbud

Anda mungkin juga menyukai