Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

AUGMENTED REALITY DAN GAYA BELAJAR TERHADAP


HASIL BELAJAR IPS PADA KELAS VIII

DI SMPN 1 SAMBIT PONOROGO

PROPOSAL
Diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana Tadris Ilmu Pengentehuan Sosial

Oleh

KRISDAYANTI

NIM. 208190072

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah pendidikan sangat beragam, begitupun menurut pendapat para ahli


dimana setiap ahli memiliki pandangannya sendiri dalam memaknai pendidikan,
seperti menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan sebuah tuntunan
dalam hidup tumbuhnya anak-anak. 1 Menurut Prof. Dr. John Dewey pendidikan
ialah proses pengalaman, karena hidup adalah pertumbuhan maka pendidikan
membantu pertumbuhan batin tanpa di batasi oleh usia. Sedangkan menurut
Prof. Herman H. Horn, menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses dari
penyesuaian lebih tinggi bagi mahluk yang sudah berkembang secara fisik dan
secara mental yang bebas dan sadar terhadap Tuhan, seperti termanifestasikan
dalam alam sekitar, intelektual, emosional, dan kemauan yang dimiliki
manusia.2

Pendidikan menurut pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli


diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, pendidikan merupakan suatu proses
dalam pertumbuhan manusia sebagai pengalaman dalam perjalanan menjadikan
diri manusia mencapai perkembangan keranah yang lebih baik, dimana
pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam melakukan penyesuaian dengan
lingkungan atau alam sekitar.

Rumusan mengenai UU No.20 Tahun 2003, menyatakan bahwa


pendidikan di Indonesia bertujuan agar masyarakat Indonesia
mempunyaiipengendalian diri, kepribadian,ikecerdasan, akhlak mulia, sertai
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 3 Hal ini
berarti bahwa arah dari pendidikan di Indonesia mencakup berbagai aspek
kehidupan diri manusia dan masyarakat dalam keberlangsungan hidup

1
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan
Taman Siswa, 1926).
2
Syafaruddin, Manajemen Organisasi Pendidikan Perspektif Sains Dan Islam (Medan:
Perdana Publishing, 2015).
3
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA, “NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN,” 2003.
berbangsa dan bernegara, untuk itu pendidikan merupakan kebutuhan bagi
manusia untuk lebih berkembang. 4

Pendidikan dapat berlangsung dalam rumah tangga dan lembaga


masyarakat atau biasa disebut pendidikan luar sekolah yaitu informal dan
pendidikan yang langsung di dalam sekolah sebagai pendidikan formal. 5
Pendidikan memiliki tujuan yang dapat di bedakan menjadi beberapa kategori
seperti, tujuan pendidikan nasional sebagai acuan bagiipenyelenggara
pendidikan di Indonesia. Selanjutnya Tujuan institusional yaitu tujuan dari
pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat pendidikan,yang ditunjukan dengan
kemampuan tamatan sekolah dalam bidang pekerjaan atau mampu menjadi
tenaga kerja yang profesional. Selain itu terdapat tujuan kurikuler yaitu tujuan
pendidikan yang hendak dicapai pada tingkat mata pelajaran atau bidang studi,
dimana siswa diharapkan mampu menguasai disiplin matapelajaran yang
dipelajari. 6 Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan yang utama adalah
untuk mencapai suatu tujuan dari pendidikan itu sendiri, guna mencetak generasi
yang berwawasan luas, unggul ketika terjun dalam kehidupan bermasyarakat
dan mampu menjadi tenaga kerja professional dalam dunia kerja.

Melihat dari tujuan keberhasilan dalam sekolah yang telah dipaparkan


diatas, setiap lembaga pendidikan utamanya sekolah, tentu berupaya dengan
sungguh-sungguh dalam mencapai tujuan pendidikan. Berbagai inovasi yang
dilakukan sebagai langkah mencapai keberhasilan tujuan pendidikan sangat
beragam, misalnya selalu melakukan pengembangan terhadap sekolah itu
sendiri, mencetak guru yang professional, pemakaian media pembelajaran yang
beragam dan sesuai dengan mata pelajaran, dan upaya pemerintah yaitu menteri
pendidikan untuk selalu berinovasi menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan
kebutuhan peserta didik.7

4
Husamah Dkk, Pengantar Pendidikan (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,
2019).
5
Syafaruddin, Manajemen Organisasi Pendidikan Perspektif Sains Dan Islam.
6
Herman Dkk, Teknologi Pengajaran (Sumatra Barat: PT.Global Eksekutif Teknologi,
2022).
7
Salamun Dkk, Filsafat Manajemen Pendidikan (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2022).
Sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan biasanya dengan memberi
acuan pada hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Seperti yang diutarakan
oleh Winkel hasil belajar yaitu suatu perubahan yang mamapu mengakibatkan
perubahan sikap dan tingkah laku manusia. 8 Pengertian tersebut sejalan dengan
pendapat Hamalik yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur
melalui bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tingkah laku
dapat dikatakan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih
baik dan yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.9 Hasil belajar dapat diartikan
sebagai perubahan dalam kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh kegiatan
belajar yang telah dilakukan.

Lembaga sekolah yang masih menerapkan kurikulum K-13 biasanya


menganggap peserta didik telah mencapai ketuntasan hasil belajar jika
memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal atau KKM. Permendikbud
No.104 Tahun 2014 mengenai Pedoman Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
menjelaskan bahwa ketuntasan belajar terdiri dari ketuntasan penguasaan dalam
substansi dan ketuntasan belajar konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan belajar
dalam jangka satu semester merupakan keberhasilan peserta didik pada mata
pelajaran yang diikuti selama satu semester. Selanjutnya ketuntasan belajar
dalam setiap tahun ajaran merupakan keberhasilan peserta didik yang dicapai
pada pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran. Kemudian
ketuntasan dalam satuan pendidikan merupakan keberhasilan peserta didik
dalam menguasai kompetensi seluruh mata pelajaran dalam suatu satuan
pendidikan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan lembaga
pendidikan. 10 Keadaan ideal atau yang diharapkan pada hasil belajar setiap
sekolah yaitu peserta didik mampu mencapai kentutasan kriteria minimal
(KKM), selain di ukur dari angka hasil belajar juga bisa dicapai melalui
perubahan tingkah laku peserta didik yang yang dipengaruhi oleh kegiatan

8
Winkel WS, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan (Yogyakarta: Media
Abadi, 2005).
9
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
10
Menteri Pendidikan, D A N Kebudayaan, and Republik Indonesia, “PENILAIAN HASIL
BELAJAR OLEH PENDIDIK PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH,” 2014.
belajar selama sekolah, mampu menguasai materi belajar yang telah
disampaikan oleh guru.

Tingkat keberhasilan peserta didik yang diukur melalui proses penilaian


dengan berpacu pada standar penilaian berupa kriteria ketuntasan nilai (KKM).
Kurikulum K-13 memiliki patokan bahwa KKM penilaiannya adalah 75, jika
peserta didik mendapatkan hasil akhir dibawah 75 berarti belum tuntas dan
sebaliknya jika mendapatkan 75 keatas maka dikatakan tuntas. Jika banyak
peserta didik yang belum mencapai ketuntasan maka bisa dibilang tujuan dari
pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa belum tercapai, dari hal
ini juga kita bisa mengetahui bahwa hasil belajar yang diperoleh oleh peserta
didik masih rendah, seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini tidak diadakan
lagi UNBK, namun sebagai patokan bisa dilihat dari hasil UNBK tahun 2019
seperti yang dilansir pada laman kemdikbud.go.id kita ambil contoh untuk
wilayah Ponorogo terdapat empat mata pelajaran yang diujikan yaitu Bahasa
Indonesia, IPA, Bahasa Inggris, dan Matematika. Jenjang ujian nya yaitu
Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Nasional. Dimana rata-rata nilai dari semua mata
pelajaran dibawah 60.00%, hal ini menunjukkan masih rendahnya hasil belajar
peserta didik.11

Keberhasilan belajar tidak hanya disebabkan oleh factor yang terdapat


dalam diri peserta didik saja, seperti pernyataan M.Dalyono bahwa hasil belajar
di pengaruhi oleh dua factor yaitu factor internal dan factor eksternal. Faktor
internal di berasal dari dalam diri manusia itu sendiri seperti factor intelegensi,
factor minat dan motivasi, dan factor cara belajar. Sedangkan faktor ekstern yaitu
faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.12

Melihat salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang


dipengaruhi faktor internal bisa berupa gaya belajar yang mereka miliki, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Aisyah A. Rahman dan Susi Yanti, dimana hasil

11
Kementerian Pendidikan Nasional, “Https://Www.Kemdikbud.Go.Id,” n.d., diakses pada
13 November 2022
12
Haryanto, Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Dengan Two Stay Two Stray
(Lombok: Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia, 2021).
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan gaya belajar visua, kinestetik, dan auditorial terhadap hasil
belajar IPS terpadu siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Peudada.13

Selain itu faktor lingkungan sekolah, disini peran guru ikut andil dalam
keberhasilan belajar peserta didik, untuk itu pemerintah selalu berupaya
mencetak guru yang profesional dalam menunjang keberhasilan belajar peserta
didik. Peran guru bisa terjadi melalui penggunaan metode, media, dan cara
berinteraksi atau berkomunikasi dengan peserta didik. Jika dari beberapa hal
tersebut tidak berjalan dengan baik maka akan berpengaruh terhadap hasil
belajar, misalnya yang masih sering terjadi yaitu pada mata pelajaran IPS seperti
materi kebangsaan, dari begitu banyaknya media pembelajaran yang ada namun
kebanyakan guru hanya menjelaskan dan terpacu pada buku saja, justru peserta
didik cenderung bosan jenuh, dan tidak memperhatikan. Peserta didik yang
memiliki masalah tersebut maka akan memicu rendahnya motivasi belajar,
sehingga menimbulkan rendahnya hasil belajar. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Dewi Nurwidayanti dan Mukminan menyatakan bahwa Terdapat
interaksi antara media pembelajaran dan gaya belajar dalam mempengaruhi hasil
belajar Ekonomi. 14

Masih banyaknya permasalahan yang terjadi di lapangan mengakibatkan


kondisi hasil belajar yang diharapkan belum bisa tercapai. Seperti pada lokasi
yang peneliti gunakan sebagai tempat observasi yaitu di SMPN 1 Sambit
Ponorogo, dimana tidak semua peserta didik mampu mencapai ketuntasan
belajar yang diukur melalui angka atau kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Pengamatan awal yang peneliti lakukan terdapat beberapa kendala dalam proses
belajar dimana peserta didik disini belum memiliki kedisiplinan yang tinggi
dalam belajar, penggunaan media pembelajaran berpengaruh terhadap minat
belajar, motivasi belajar yang rendah.

13
Aisyah A Rahman and Susi Yanti, “PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI
KELAS VII SMP NEGERI 1 PEUDADA” IV, no. 2 (2016).
14
Ditinjau Dari, Gaya Belajar, and Siswa Sma, “PENGARUH MEDIA
PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI GAYA
BELAJAR SISWA SMA NEGERI” 5, no. 2 (2018): 105–14.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan dari latar belakang di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Media Pembelajaran Augmented Reality Dan Gaya Belajar
Terhadap Hasil Belajar Ips Pada Kelas VIII Di SMPN 1 Sambit Ponorogo ”.

B. Identifikasi Masalah
1. Penggunaan media pembelajaran yang tidak tepat dapat mempengaruhi
rendahnya hasil belajar peserta didik
2. Gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik dapat mempengaruhi hasil
belajar
3. Rendahnya motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, ruang lingkup masalah yang di teliti terfokus pada
penggunaan media pembelajaran augmented reality dan gaya belajar serta
pengaruhnya terhadap hasil belajar materi nasionalisme IPS peserta didik kelas
VIII di SMPN 1 Sambit Ponorogo pada tahun pelajaran 2022/2023
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap hasil
belajar materi nasionalisme IPS siswa kelas VIII di SMPN 1 Sambit
Ponorogo?
2. Bagaimana pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar materi Nasionalisme
IPS siswa kelas VII di SMPN 1 Sambit Ponorogo?
E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran augmented reality terhadap


hasil belajar materi nasionalisme IPS siswa kelas VIII di SMPN 1 Sambit
Ponorogo

2. Untuk mengetahui gaya belajar terhadap hasil belajar materi Nasionalisme


IPS siswa kelas VII di SMPN 1 Sambit Ponorogo

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pembaca
terutama dalam bidang pendidikan, yang dapat dikegategorikan dalam manfaat
secara teoritis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat secara teoritis:
Penelitian diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan baru,
dalam bidang pendidikan, mengenai keterkaitan antara hubungan
penggunaan media belajar dan gaya belajar yang dimiliki setiap peserta
didik terhadap hasil belajar yang diperoleh.
2. Manfaat secara praktis:
Secara praktis manfaat penlitian ini merujuk pada:
a. Manfaat bagi lembaga pendidikan
Penelitian ini di harapkan mampu memberi sebuah inovasi dalam
kegiatan belajar sehingga mampu menciptakan peserta didik yang lebih
berkualitas lagi kedepannya.
b. Manfaat bagi pendidik
Penelitian ini diharapkan mampu memberi sebuah acuan baru bagi
pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mampu
menyesuaikan apa yang dibutuhkan peserta didik sehingga mampu
meningkatkan hasil belajar dimasa yang akan datang.
G. Sistematika Pembahasan
Merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi fakultas tarbiyah dan ilmu
keguruan IAIN Ponorogo, pembahasan skripsi ini dibagi menjadi lima bab,
untuk itu peneliti membagi penulisan skripsi pada setiap bab sebagai berikut:
Bab pertama, pada bab ini disebut dengan pendahuluan dimana memuat
latar belakang masalah mengenai penelitian yang dilakukan, selanjutnya berisi
mengenai identifikasi masalah yang berasal dari latar belakang, pembatasan
masalah yang ingin diteliti agar penelitian yang dilakukan memiliki fokus
penelitian secara jelas, rumusan masalah yang hendak diteliti, membuat tujuan
dari penelitian yang dilakukan, merumuskan manfaat dari penelitian yang telah
dilakukan, dan sistematika bahasan yaitu agar penulisan skripsi lebih mudah
dipahami sehingga dibagi menjadi beberapa bagian.
Bab kedua, pada bab ini disebut kajian pustaka yang memuat kajian teori
mengenai variabel-variabel dalam penelitian, telaah penelitian terdahulu guna
mendukung penelitian yang dilakukan, kerangka berpikir berisi mengenai alur
penelitian yang dilakukan, dan hipotesis penelitian yang berisi dugaan sementara
mengenai hasil dari penelitian.
Bab ketiga, pada pembahasan ini disebut dengan metode penelitian yang
memuat mengenai pendekatan dan jenis penelitian yang berisi pemilihan
pendekatan dan penggunaan jenis penelitian, lokasi dan watu penelitian berisi
mengenai alasan ilmiah memilih lokasi penelitian dan waktu penelitian, populasi
dan sampel yaitu subjek dalam penelitian, variabel penelitian yaitu penjabaran
mengenai variabel yang digunakan, teknik dan instrument pengumpulan data
berisi mengenai teknik dan isntrument yang dipilih dalam melaksanakan
penelitian, validitas dan rehabilitas dilakukan untuk mengetahui kesahihan dan
keajegkan alat ukur, dan teknik analisis data merupakan proses pengolahan data.
Bab keempat, berisi mengenai hasil dan pembahasan yang memuat
deskripsi statistic berupa penjelasan dalam bentuk angka-angka, inferensial
statistic berisi paparan hasil uji hipotesis, dan pembahasan berisi hasil temuan
dari penelitian yang dilakukan.
Bab kelima, pada pembahasan ini disebut penutup yang berisi simpulan atas
hasil penelitian dan saran yang diberikan oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai