Anda di halaman 1dari 19

Analisis Faktor-Faktor Yang Mendukung Kesiapan

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di sekolah Pasca Pandemi


Covid 19 Di SMP Pasundan 3 Bandung

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Seminar Proposal Skripsi

Oleh:
Heppy Triani Setiawati
1505548

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................13
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................14
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................................14
1.5. Struktur Organisasi Skripsi................................................................................15
Daftar Pustaka......................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dalam hidup manusia


yang tidak akan terlepas hingga akhir hayat manusia. Semakin
berkembangnya suatu kehidupan manusia, maka perkembangan
pendidikanpun akan mengikutinya. Suatu alasan mengapa Pendidikan sangat
penting untuk manusia, karena maju mundurnya suatu negara dan bangsa
sangat dipengaruhi oleh faktor Pendidikan. Artinya, apabila Pendidikan yang
berada pada suatu bangsa itu baik, maka dapat menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas baik dalam segala aspek seperti spiritual, kecerdasan
dan keterampilan. Sebaliknya, apabila proses dalam suatu Pendidikan
memberikan hasil yang gagal maka bangsa dan negara akan sulit mencapai
sebuah kemajuan.

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara merupakan sebuah


pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia
terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi manusia yaitu kodrat alam
maupun zaman (Dewantara, 1994). Dari kutipan tersebut menggambarkan
bahwa Pendidikan merupakan keabadian selama manusia hidup dan terus
berkembang dengan bergantung pada dirinya sendiri, tidak lagi bergantung
pada orang lain.

Pendidikan berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Nasional no 20


Tahun 2013 adalah “suasana sadar dan terencana dalam proses belajar dan
pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi
dirinya dalam keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, kepribadian, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk bisa terjun di
masyarakat”. Menyambung pengertian tersebut, Ki Hadjar Dewantara sebagai
Bapak Pendidikan Nasional Indonesia mengatakan bahwa “Pendidikan
merupakan tuntutan dalam hidup tumbuhnya pribadi anak-anak, maksudnya

1
disini adalah Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
diri anak-anak tersebut, agar mereka sebagai manusia dan masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Dalam sebuah buku (Ikatan Dosen RI Banten, 2020) menjelaskan


Terdapat banyak faktor yang menjadi sebab rendahnya mutu pendidikan
dalam suatu proses pembelajaran, salah satu dari faktor tersebut diantaranya
yaitu metode yang dipakai seorang pendidik dalam menyampaikan materi
pada peserta didik dengan metode ceramah yang membuat rendahnya minat
peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran yang tidak efektif dalam
menyampaikan suatu materi. Faktor selanjutnya yang mengakibatkan
rendahnya mutu Pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para
pendidik dalam menggali potensi anak didik. Dalam pelaksanaanya, pendidik
seringkali memaksakan potensi anak didik tanpa melihat atau memperhatikan
kemampuannya, minat dan bakat yang dimiliki setiap anak didik tersebut.
Faktor lainnya, kurikulum yang dijalankan di Indonesia sangatlah
buram, karena kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah
tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan jurnal yang ditulis
(Utami, 2019) tertulis bahwa data dari Global Education Monitoring Report
(GEM) menunjukkan pendidikan Indonesia menempati peringkat ke-10 dari
14 negara berkembang di dunia, dari badan dunia (UNESCO) kualitas guru
Indonesia menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia
pasifik.
Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat Pendidikan Indonesia belum
mampu menghasilkan lulusan yang kreatif, sehingga para lulusan hanya pintar
dalam mencari pekerjaan dan tidak dapat memahami seperti apa tugas dari
profesi tersebut. Dalam sebuah proses untuk memajukan Pendidikan di
Indonesia sendiri tidak hanya membutuhkan manusia yang pintar saja, akan
tetapi juga memerlukan manusia-manusia yang cerdas agar dapat menciptakan
lulusan yang berkualitas. Dapat dikatakan manusia yang cerdas yaitu apabila
manusia tersebut tidak hanya mampu mengandalkan kemampuannya saja,
akan tetapi yang berjiwa mandiri, efektif, efisien, serta produktif, yang paham
akan batasan diri dan dapat terus berkembang.

2
Untuk dapat menciptakan lulusan berkualitas tersebut tentu dengan
mengikuti proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang baik
yaitu sebuah proses yang dapat memberikan kesempatan pada anak didik
untuk dapat mengasah kemampuannya sendiri; untuk meningkatkan suatu
pendidikan yang mencerdaskan bangsa, pendidik dan peserta didik merupakan
sebuah unsur yang sangat penting guna mencapai keberhasilan dalam
Pendidikan. Maka dari itu, komunikasi yang baik sangat disarankan untuk
keberlangsungannya pendidikan yang diharapkan.
Komunikasi yang baik yang dilakukan dalam proses pembelajaran
tersebut dapat dikatakan menyenangkan apabila pendidik mampu membuat
pembelajaran dengan memfokuskan pada peserta didik, siswa atau yang
dibimbing. Dimana peserta didik dapat langsung belajar dan
mengaplikasikannya dengan nyata apa yang bermakna bagi kehidupannya.
Akan tetapi dalam prosesnya, pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan
cuma-cuma saja. Didalam proses pembelajaran yang dilakukan terdapat yang
dinamakan teori belajar.
Teori belajar berguna untuk memudahkan sebuah pembelajaran yang
dilakukan seorang pendidik atau guru dalam menyampaikan sebuah materi
pada peserta didik. Pada dasarnya teori belajar sangatlah banyak, akan tetapi
teori yang banyak digunakan oleh pendidik di Indonesia dalam proses
pembelajaran hanya ada empat. Empat teori belajar tersebut diantaranya yaitu
teori behaviorisme, teori kognitivisme, teori konstruktivisme, dan teori
humanistic.
Pada jurnal yang ditulis oleh (Zulhammi, 2015) teori behaviorisme
merupakan teori yang dibuat oleh Gagne dan Berliner yang berisi tentang
perubahan tingkah laku peserta didik yang terjadi karena pengalaman belajar;
pada teori kognitif terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan teori
kognitivisme atau kognitif, salah satunya adalah Jean Piaget yang
mengemukakan teori genetic epistemology.
Dalam buku (Hergenhahn & Olson, 2001) yang menjelaskan bahwa teori
genetic epistemology milik Jean Piaget lebih menekankan bahwa
perkembangan anak berdasarkan kognitif atau intelektual bukan warisan

3
secara biologis; teori yang selanjutnya yaitu teori belajar konstruktivisme,
dimana dalam teori ini berisi tentang usaha manusia dalam membangun
pengetahuan yang dapat diaplikasikan pada kehidupannya sehari-hari;
sedangkan teori belajar yang keempat adalah teori humanistic yang pada teori
humanistic terdapat tokoh yang terkenal oleh taxonomy bloom-nya, yaitu
Benjamin Bloom.
Teori humanistic sendiri merupakan sebuah teori yang melalui pendidikan
bertujuan untuk memanusiakan manusia. Dalam (Anderson & Krathwohl,
2001) “the handbook divided objectives into three domains: cognitive,
affective, and psychomotor.” Taksonomi bloom kini dibagi menjadi tiga
bagian, baik dari sisi kognitif, afektif, dan psikomotor. Kurikulum di
Indonesia pun mengacu pada taksonomi ini dalam segi penilaian. Karena
dinilai telah memenuhi seluruh aspek sebagai manusia. Untuk
mengaplikasikan teori belajar tersebut dalam sebuah pembelajaran, pendidik
melakukannya dengan dua acara.
Cara yang pertama yaitu dilakukan secara langsung dengan bertatap muka
didalam satu ruangan antara pendidik dan peserta didik seperti yang telah
dijelaskan dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan, dimana undang-undang tersebut dalam BAB I Ketentuan Umum
Pasal 1 telah disebutkan bahwa pembelajaran dilakukan secara langsung yaitu
dengan bertatap muka antara pendidik dan peserta didik untuk dapat
mewujudkan proses dan suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
dan peserta didik dapat aktif untuk dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing peserta didik.
Sedangkan cara yang selanjutnya yaitu dengan pembelajaran jarak jauh.
Meski demikian, pembelajaran jarak jauh ini sangat jarang diterapkan kecuali
pada keadaan tertentu yang mengharuskan proses pembelajaran jarak jauh ini
dilakukan. Seperti halnya yang sedang terjadi pada saat ini. Indonesia sendiri
merupakan salah satu dari seluruh negara yang ada di belahan dunia yang kini
sedang mengalami masalah serius yang sangat berdampak bagi
keberlangsungan hidup manusia, salah satunya pada sektor pendidikan.

4
Hal yang membuat segala sektor kehidupan hamper lumpuh yaitu
disebabkan karena merebaknya sebuah wabah penyakit yang disebabkan oleh
sebuah virus yang berasal dari Kota Wuhan, Cina. Virus tersebut menyebar
disebabkan oleh kontak fisik antara manusia satu dengan manusia lainnya.
Seperti yang telah kita ketahui pada saat ini, bahwa manusia dari seluruh
belahan dunia semakin banyak, populasi penduduk global mencapai miliaran
jiwa yang artinya antara satu manusia dengan manusia lain semakin
berdekatan terutama dengan majunya teknologi yang memudahkan kita
bertemu antara satu sama lain diantara negara satu dengan negara lainnya
pula. Mobilitas manusia yang jauh lebih cepat bertemu dengan manusia lain
melalui perjalanannya menggunakan pesawat, kereta dan mobil membuat
penyebaran penyakit akan semakin cepat terjadi.

Dalam penyebarannya, (World Health Organization, 2020)


mengemukakan bahwa Virus Corona atau Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang saluran
pernafasan. Nama penyakit akibat dari terjangkitnya infeksi virus tersebut
disebut Covid-19 (Coronavirus Disease 19). Dari gejala ringan pada sistem
pernafasan seperti sesak nafas hingga pada infeksi paru-paru berat sampai
pada kematian. Virus yang baru ini menular sangat cepat, yang penyebarannya
melalui manusia ke manusia yang dapat menyerang siapapun dari bayi, anak-
anak, orang dewasa, hingga lansia, ibu hamil maupun menyusui”. Orang yang
dengan usia lanjut dan memiliki kondisi medis mendasar yang sudah berat
seperti penyakit diabetes, penyakit kronis lainnya, hingga kanker dapat
membuat virus tersebut menyebar didalam tubuh sehingga dapat
menyebabkan kematian.
Sedangkan menurut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2020) Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan infeksi pada
saluran pernafasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle
East Syndrome (MERS) . Virus tersebut menyebar dari hidung dan mulut
orang yang sebelumnya terinveksi melalui partikel cairan kecil saat mereka
berbicara, batuk, bersin, bernafas dan lainnya. Partikel-partikel kecil tersebut

5
berkisar dari tetesan pernafasan yang lebih besar hingga aerosol yang lebih
kecil.

Terhitung sejak awal maret 2020 hingga saat ini Juli 2021, kasus covid
19 di Indonesia tersebut tak kunjung usai. Kehadiran virus covid 19 ini sangat
membuat khawatir seluruh manusia, juga meluluh lantakkan segala sektor
kehidupan, tidak terkecuali sektor Pendidikan. Berbagai masalah kehidupan
silih berganti datang bergantian menghampiri. Dari rasa takut, khawatir, dan
dilema dirasakan segala usia dari mulai anak-anak hingga lansia. Naik
turunnya kasus covid19 tersebut memaksa pemerintah harus membuat
berbagai kebijakan agar tidak melumpuhnya segala sektor kehidupan.

Dengan meningkatnya jumlah kasus covid 19 , maka dibuatlah


beberapa kebijakan. Pada awalnya dibuatnya kebijakan Sosial Distancing atau
Pemberlakuan Pembatasan Skala Besar atau yang akrab disebut dengan PSBB
di beberapa wilayah di Indonesia, ini diharapkan pemerintah dapat
meminimalisir kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat guna mengurangi
jangkauan penularan kasus covid.

Pemerintah berusaha dengan melakukan segala cara agar Pendidikan di


Indonesia tidak mati. Karena seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa
pendidikan merupakan aset yang sangat penting yang terdapat didalam negara
guna kemajuan bangsanya dan negara sendiri. Maka pemerintah mengeluarkan
sebuah kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh atau pembelajaran yang dilakukan
dirumah masing-masing dengan sistem daring, dan berjalan sejak Maret 2020.
Dalam jurnal yang ditulis oleh (Mamluah & Maulidi, 2021) menyebutkan
bahwa pengamat pendidikan yang salah satunya adalah Hendar Pribadi yang
berpendapat bahwa Pembelajaran Jarak Jauh merupakan pembelajaran yang
dilakukan secara tidak langsung yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik yang dilakukan di tempat masing-masing dengan menggunakan sebuah
media dari perkembangan teknologi.
Pada sebuah Peraturan Wali Kota Bandung tentang Pedoman Pelaksanaan
Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (Covid 19), Bagian Kedua Pasal 6 ayat 1 yang

6
berisi terkait pengelolaan dan pelaksanaan pembelajaran di Sekolah dan
Institusi Pendidikan lainnya dilakukan melalui pembelajaran di rumah/tempat
tinggal masing-masing melalui pembelajaran jarak jauh.
Pada tanggal 15 Juni 2020, Pemerintah mengeluarkan sebuah kebijakan
dalam SKB (Surat Keputusan Bersama) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian
Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tahun
Akademik Baru pada masa Pandemi Covid 19, 2020/2021 (Pengelola Web
Kemdikbud, 2021) yang dijadikan Buku Saku (Panduan Penyelenggaraan
Pembelajaran Di Masa Pandemi Coronavirus Dissease 19) didalamnya
memperlihatkan bahwa panduan tersebut akan mempengaruhi model
pembelajaran di Indonesia pada saat tahun ajaran baru 2020/2021 dimulai juli
2020. Tahun ajaran baru yang dimulai dengan siswa yang berada di zona
kuning, oranye dan merah yang tersebar di 429 kabupaten dan kota di
Indonesia. Berdasarkan pelaksanaannya 3bulan terakhir, bahwa Pembelajaran
Jarak Jauh masih menjadi pilihan teratas yang akan diberlangsungkan menurut
panduan tersebut.
Seperti kebijakan lainnya, kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh tersebut juga
memberikan dampak positif maupun negative bagi yang melaksanakannya.
Banyak pihak yang belum siap melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau
yang biasa kita kenal dengan sebutan daring ini. Dalam pelaksanaannya,
daring atau pembelajaran jarak jauh dengan internet ini menggunakan
berbagai platform seperti aplikasi zoom, ruang guru, google meet, e-learning,
e-student, dan sebagainya yang tentu membutuhkan jaringan dan kuota.
Akan tetapi dalam pelaksanaanya ini tidak hanya memerlukan kesiapan
individunya saja, dalam jurnal yang ditulis (Prawiyogi, Purwanugraha, & dkk,
2020) mengemukakan ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan,
agar sistem pendidikan (pembelajaran) jarak jauh dapat berjalan dengan baik
diantaranya yaitu perhatian, percaya diri pendidik, pengalaman, mudah dalam
menggunakan peralatan, kreatif, dan menjalin interaksi dengan peserta didik.
Dilain sisi pula baik itu sebagai pendidik maupun peserta didik membutuhkan
hal yang menunjang berjalannya kegiatan pembelajaran jarak jauh ini seperti

7
gadget dan juga jangkauan internet yang tidak semua orang memilikinya.
Metode pembelajaran ini memang merupakan pilihan terbaik agar Pendidikan
di Indonesia khususnya, tetap berjalan dimasa pandemic. Dalam menjalankan
pembelajaran dengan metode ini, peserta didik dituntut untuk dapat
mengembangkan diri dengan lebih kreatif dengan memanfaatkan segala jenis
social media yang ada pada gadgetnya masing-masing.
Tidak selalu berjalan mulus, pada awal pelaksanaanya tentu banyak
pendidik dan peserta didik yang mengalami kendala seperti gangguan koneksi
internet yang terkadang tidak stabil, jaringan yang belum memasuki beberapa
wilayah di Indonesia seperti di pedalaman, masih adanya peserta didik yang
gagap teknologi (gaptek).
Seperti yang (Utami E. W., 2020) dalam jurnalnya bahwa kendala lainn
dari pembelajaran jarak jauh ini seperti keluhan dari orangtua wali dari tingkat
TK maupun SD yang muncul karena menganggap bahwa hal tersebut telah
menambah beban mereka untuk mengawasi dan mengajari anaknya dalam
pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh dalam jangkauan jaringan
tersebut. Akan tetapi keluhan tersebut tidak hanya dirasakan oleh siswa,
mahasiswa, wali murid akan tetapi dirasakan pula oleh pengajar atau guru
serta dosen yang mengajar dalam pembelajaran metode ini.
Memanglah memerlukan usaha dalam menjalaninya, karena metode ini
sepenuhnya hanya memanfaatkan teknologi yang ada sebagai media
pembelajaran. Selain itu keterampilan pendidik terhadap teknologi sangat
diuji, banyak pendidik yang sudah lanjut usia kurang mahir dalam
menggunakan berbagai gawai. Selain itu faktor yang sangat menonjol dalam
kelemahan menjalankan pembelajaran jarak jauh ini adalah kurangnya
perhatian peserta didik terhadap pelajaran dan peserta didikpun merasakan
pembelajaran menjadi membosankan. Karena banyak peserta didik yang
mematikan kamera, sehingga guru tidak dapat memantau mereka, apa mereka
memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh pendidik atau tidak.
Dengan banyaknya kekurangan yang menjadi alasan bahwa PJJ ini tidak
mungkin terus menerus dilakukan, maka munculnya kebijakan baru pada SKB
dari Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa

8
Pandemi yang akan dilaksanakan selama dua bulan pertama sejak kebijakan
tersebut diberlakukan. Kebijakan tersebut adalah kebijakan Pembelajaran
Tatap Muka Terbatas.
Pada awal pemerintah mengumumkan bahwa Pembelajaran Tatap Muka
akan segera dilaksanakan, banyak pihak terutama orangtua peserta didik yang
menyayangkan dengan kebijakan tersebut. Pasalnya, angka kasus covid-19 di
Indonesia sendiri belum membaik sedangkan mereka harus membiarkan putra-
putrinya melakukan pembelajaran dikelas. Seperti yang ditulis oleh
(Fitriansyah, 2022) dalam jurnalnya yang mengatakan bahwa dalam
pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di sekolah atau perguruan
tinggi harus dilakukan dengan kehati-hatian karena hal tersebut berkaitan
dengan Kesehatan dan keselamatan setiap yang melaksanakannya.
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas ini memiliki alasan kuat untuk dapat
dilaksanakan, karena berpotensi menimbulkan berbagai dampak sosial yang
berkepanjangan.
Dampak sosial yang terjadi seperti para peserta didik yang dipaksa
keadaan untuk putus sekolah karena harus mencari uang demi bisa membantu
keuangan orangtuanya ditengah pandemic, kesenjangan capaian belajar yang
semakin menurun karena beberapa penyebab seperti perbedaan sosio-ekonomi
yang berbeda, serta akses dan kualitas dalam mengikuti pembelajaran jarak
jauh, juga dampak negatif kekerasan pada anak terutama perempuan seperti
pernikahan dini, kekerasan seksual, eksploitasi anak serta kehamilan remaja
yang terjadi sebelum adanya pernikahan.
Alasan lain dibalik pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, ada
hal lain yang begitu mendesak. Pemerintah mengkhawatirkan akan adanya
Learning Loss, dimana maksud dari Learning Loss ini para peserta didik di
Indonesia khususnya, akan kehilangan kemampuan dan pengalaman dalam
belajar. Pemerintah menganggap bahwa kebijakan Pembelajaran Tatap Muka
Terbatas dengan system rotasi atau perputaran antara 50% siswa yang
mengikuti pembelajaran di sekolah, merupakan sebuah langkah yang dianggap
tepat. Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistika) bahwa terdapatnya

9
penurunan tingkat angka naik kelas di Indonesia dari tahun 2019 hingga tahun
2021.

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan


banyaknya siswa yang melanjutkan pada jenjang berikutnya di sekolah.
Seperti pada tahun 2019 terdapat 95,60 siswa SD yang melanjutkan ke jenjang
SMP, tetapi pada tahun 2021 hanya 94,27. Penurunan ini dikarenakan salah
satunya oleh dampak pandemic Covid-19 yang mana banyak peserta didik
memilih untuk membantu orang tuanya dalam mencari nafkah, selain itu

10
dengan libur yang diberikan oleh pemerintah, berakibat penurunanya motivasi
belajar, pada peserta didik tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas tersebut dilakukan tepatnya
pada bulan Juni 2021. Sekolah mulai untuk melaksanakan kegiatan yang
diawali di Jakarta, Jawa, dan Bali. Dalam upaya penerapan pembelajaran tatap
muka terbatas tidak diterapkan secara cuma-cuma, dengan segala
pertimbangannya, pembelajaran tatap muka terbatas ini dilaksanakan dengan
mengikuti berbagai aturan agar tidak angka penyebaran covid 19 yang lebih
melonjak lagi; Seperti: peserta didik maupun pendidik harus tetap mematuhi
protokol Kesehatan, memakai masker, mencuci tangan, tetap memperhatikan
suhu tubuh yang tidak boleh lebih dari 36 derajat, dalam keadaan sehat,
membawa bekal atau makanan sendiri, menjaga jarak, dan tidak
diperkenankan untuk meminjam maupun bertukar alat tulis serta melakuakn
vaksinasi minimal vaksin dosis pertama (akan tetapi untuk yang satu ini tidak
menjadi syarat wajib untuk dapat mengikuti pembelajaran tatap muka
terbatas). Penerapan kebijakan pembelajaran tatap muka terbatas ini sangat
diharapkan pemerintah sebagai solusi Pendidikan tanpa adanya penyebaran
covid 19 agar sektor pendidikan tidak mati.
Berdasarkan yang ditulis dalam webnya (Pengelola Web Kemdikbud,
2021) Pemerintah telah mengizinkan beberapa instansi pendidikan dari
jenjang sekolah SD hingga perguruan tinggi di beberapa wilayah yang
memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Berskala Besar) level 1
hingga level 3 dengan syarat mendapatkan izin dari pemerintah daerah untuk
penyelengaraan pembelajaran tatap muka terbatas. Dari 514ribu
kabupaten/kota, 471 daerah diantaranya berada di wilayah PPKM level 1-3.
Apabila dihitung dari jumlah sekolah sebanyak 540 ribu sekolah, 91%
diantaranya diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka terbatas. D
Dalam pelaksanaanya, kesiapan para pendidikpun sangat ditantang keras
untuk dapat menjalankan pembelajaran seefektif mungkin dengan berbagai
protokol Kesehatan, ada beberapa perbedaan yang akan terjadi saat
pembelajaran tatap muka terbatas dilaksanakan, salah satunya pendidik harus
menyiapkan metode pembelajaran yang paling tepat, dikarenakan saat

11
pandemic seperti ini segala sesuatunya menjadi tak terduga yang harus
menghadapkan pendidik dengan berbagai keaadaan, salah satunya pendidik
akan dihadapkan dengan jumlah peserta didik yang tidak menentu 10%, 30%,
50%, ataupun langsung 75%.
Peran penting pendidik dan sekolah, akan sangat menunjang kesuksesan
hasil belajar peserta didik. Karena apabila terdapat kelalaian baik dari sekolah
ataupun pendidik, maka akan terdapat dua pilihan yang sangat kita hindari
antara menyebarnya kembali virus corona di dalam cluster yang baru, atau
disebut cluster Sekolah, dan pilihan lainnya adalah gagalnya pembelajaran
yang dapat dilihat dari hasil belajar akhir semester. Pemerintah memberikan
beberapa faktor yang harus di siapkan oleh Sekolah untuk dapat melaksakakan
pembelajaran tatap muka terbatas.
Pembelajaran tatap muka terbatas dilakukan secara bertahap, diawali
dengan masa uji coba hingga masa new normal. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari kembalinya lonjakan COVID-19 dengan dibarengi usaha dari
kemendikbud yang berkolaborasi dengan sarana pelayanan kesehatan di
Indonesia, untuk memverifikasi Sekolah-sekolah yang akan melaksanakan
PTMT dari segi sarana dan prasarana hingga pengetahuan guru-guru tentang
Covid-19. Sekolah yang dinyatakan siap untuk melakukan pembelajaran tatap
muka terbatas akan masuk pada masa uji coba yang dimulai pada 19
September 2021.

Dalam buku (Ikatan Dosen RI Banten, Menatap Wajah Pendidikan


Indonesia di Era 4.0, 2020) Pendidikan masa depan Indonesia bisa tidak lagi
berfokus pada pembelajaran tatap muka, akan tetapi lebih pada konsep
blended learning, yang mana konsep tersebut dalam prosesnya memadukan
antara metode konvensional yang berupa pembelajaran tatap muka dikelas
dengan menggunakan metode secara daring, yang mana metode tersebut
memiliki kelebihan anak didik menjadi lebih mudah menerima dan memahami
materi yang disampaikan, serta daoat mengembangkan wawasan yang dimiliki
anak didik pula.

12
Apabila kita bandingkan pembelajaran jarak jauh dengan pembelajaran
tatap muka terbatas, keduanya memiliki kelebihan masing-masing.
Pembelajaran daring atau Pembelajaran Jarak dinilai oleh yang
melaksanakannya dapat mendorong siswa untuk dapat dengan mudah
mengembangkan dirinya sendiri. Sedangkan kelebihan dari Pembelajaran
Tatap Muka dinilai dapat membantu manifestasinya (dapat belajar, berdiskusi,
dan melakukan tindakan kelas yang lainnya secara langsung).

Dalam proses untuk tetap menghidupkan Pendidikan terutama di


Indonesia, memanglah memiliki banyak tantangan. Akan tetapi, semua dapat
teratasi apabila adanya kerjasama antara pihak-pihak yang terkait seperti
pemerintah, institusi Pendidikan, masyarakat dan keluarga, maka dapat
dipastikan usai wabah covid 19 tersebut berakhir, Pendidikan akan semakin
membaik. Hal tersebut dapat terjadi apabila pihak yang bersangkutan dapat
bergerak secara bersama-sama dengan cepat, maka tujuan dalam peningkatan
kualitas dan pemerataan Pendidikan di Indonesia dapat segera tercapai.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul :
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KESIAPAN PEMBELAJARAN
TATAP MUKA TERBATAS YANG DILAKUKAN SMP PASUNDAN 3
BANDUNG”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menarik beberapa rumusan


masalah yaitu;
1. Apa saja yang disiapkan oleh sekolah dalam menghadapi Pembelajaran
Tatap Muka Terbatas?
2. Bagaiamana kesiapan sekolah, guru, dan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran tatap muka terbatas?
3. Apa saja yang menjadi factor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas?

13
1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari dilaksanakannya


penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sampai sejauh mana kesiapan
Sekolah, guru dan siswa dalam menghadapi PTMT yang berlangsung saat ini,
serta kendala apa sajakah yang dihadapi pihak sekolah dan bagaimana yang
bersangkutan mengatasinya.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini sangat peniliti harapkan dapat meberikan manfaat baik
secara teoritis dan praktik.

1.4.1. Manfaat Teoritis


Baik secara langsung atau tidak langsung, peniliti berharap bahawa
penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk menambah wawasan dan
informasi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, gambaran yang
diberikan akan memberikan manfaat keadaan PTMT yang sedang berjalan
pada semester Genap ini.yang peneliti harapkan akan muncul penilitan
tahap lanjutan yang lebih mendetail dan spesifik.

1.4.2. Manfaat Praktik


Peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para
stake holder di Indonesia untuk merencanakan keputusan selanjutnya,
Selain itu manfaat penelitian ini dapat menjadi acuan Sekolah SMP
Pasundan 3 Bandung tentang gambaran kesiapan sekolah dalam
menghadapi PTMT sehingga sekolah tersebut dapat terus berkembang.
Guru dan siswapun dapat mengambil manfaat dari penilitian ini, dari segi
gambaran sejauh mana kesiapan mereka dalam menghadapi PTMT
sehingga mereka dapat menemukan kelebihan dan kekurangannya. Karena
apabila PTMT terus berjalan tanpa mereka tahu faktor kesiapan apa saja
yang sedang dilaksanakan, akan sangat riskan kembalinya menyebar
Covid-19 dengan cluster baru, yaitu cluster sekolah.

14
1.5. Struktur Organisasi Skripsi

Pembuatan skripsi penelitian yang dilakukan memliki struktur organisasi sebagai


berikut:
A. Bab I Pendahuluan
Pada Bab I peneliti menuliskasn Latar belakang penelitian atau alasan dasar
peneliti menggunakan tema tersebut, lalu dijadikan suatu rumusan masalah
penelitian yang akan diteliti oleh meneliti, yang dilanjutkan dengan
perumusan tujuan serta manfaat penilitian tersebut.
B. Bab II Kajian Pustaka
Pada Bab II peneliti menyampaikan teori-teori atau konsep-konsep yang
berhubungan dengan penelitian ini, terdapat 5 pembahasan yang akan
menjadi landasan penelitian ini dibuat : Pendidikan, Pembelajaran, Covid-
19, Pembelajran Jarak Jauh, dan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas.
C. Bab III Metode Penelitian
Pada BAB III peneliti memfokuskan untuk menyusun strategi penelitian
yang tepat, dari jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian kualitatif
yang berfokus pada fenomena. Metode yang peneliti gunakan adalah
deskriptif kualitatif, yang mana penliti akan menggambarkan secara
terperinci hasil dan pengembangan temuan dari penelitian. Pada Bab III pula
peneliti akan mensampaikan desain penelitian yang dilakukan dalam berupa
gambar, profil, Populasi dan Sampelpun disajikan dalam Bab III ini,
D. Bab IV Temuan dan Pembahasan
Pada Bab IV peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasannya
dengan menggunakan metode deskriptif.
E. Bab V Simpulan dan Saran
Kesimpulan dan Saran akan di paparkan pada Bab V yang akan
menyangkut dengan penelitian-penelitian selanjutnya.

15
Daftar Pustaka
adawiyah, r., & isnaini, n. f. (2021). Kesiapan Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka
pada Era New Normal. JURNAL BASICEDU, 3814.

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). Learning, Teaching, and Assessing a Revision
of Bloom Taxonomy. Longman.

Dewantara, K. (1994). Karya Ki Hadjar Dewantara: Bagian Pertama Pendidikan.


Yogyakarta: Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

Dinas Pendidikan Kota Bandung. (2021). Siaran Pers-Kota Bandung Siap Gelar PTMT
Pada Januari 2022. Retrieved from disdik.bandung.go.id

Fitriansyah, F. (2022). Dinamika Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Di Kalangan


Mahasiswa. Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan , 123-130.

Hergenhahn, B., & Olson, M. H. (2001). An Introduction to Theories Of Learning. New


Jersey: Prentice-hall.

Ikatan Dosen RI Banten. (2020). Menatap Wajah Pendidikan Indonesia di Era 4.0. In a.
fauzi, Strategi Pengembangan Madrasah Model (p. 113). Desanta Muliavisitama.

Ikatan Dosen RI Banten. (2020). Menatap Wajah Pendidikan Indonesia di Era 4.0. In M.
Esterina, Rapid Change Metamorfosa Pendidikan Indonesia Pasca Corona (p.
19). Desanta Muliavisitama.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Coronavirus Disease 19. Retrieved


from Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:
https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-faq.html

Mamluah, S., & Maulidi, A. (2021). Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Masa Pandemi
COVID 19 di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 869-877.

Mulyana, Musfah, J., & dkk. (2020). Pembelajaran Jarak Jauh Era Covid 19. Jakarta Pusat:
Litbangdiklat Press.

munir. (2009). Pembelajaran jarak jauh : berbasis teknologi informasi dan komunikasi /
Munir. Badung: Alfabeta.

Pemerintah , K. (2021, Januari Sabtu). Pemerintah Kota Bandung (Dinas Pendidikan).


Retrieved from Data Kemdikbud, Kesiapan Belajar:
https://foto.data.kemdikbud.go.id/kesiapanbelajar/file/026000_20210116_230
704.pdf

16
Pemerintah Pusat. (2003, juli 08). Undang-Undang tentang pendidikan nasional. jakarta,
jawabarat, indonesia.

Pengelola Web Kemdikbud. (2021). Buku Saku (PANDUAN PENYELENGGARAAN


PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI CORONAVIRUS DISEASE 2019). Kemdikbud.

Prawiyogi, A. G., Purwanugraha, A., & dkk. (2020). Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh
Terhadap Pembelajaran Siswa di SDIT Cendekia Purwakarta. Jurnal Pendidikan
Dasar, 2549-5801.

sadikin, ali; hamidah, afreni;. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-1.
BIODIK: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, 214.

Sholikhah, I. (2021). Analisis Kesiapan Orang Tua Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka
(PTM) di Masa Pandemi. Jurnal Inovasi Dan Riset Akademi, 2745.

Utami, E. W. (2020). Kendala dan Peran Orangtua dalam Pembelajaran Daring Pada
Masa Pandemi Covid 19. Seminar Nasional Pascasarjana 2020.

Utami, S. (2019). Meningkatkan Mutu Pendidikan Indonesia Melalui Peningkatan


Kualitas Personal., Profesional., Dan Strategi Rekrutment Guru. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan FKIP, 518-527.

World Health Organization. (2020). Coronavirus disease (COVID-19). Retrieved from


World Health Organization:
https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_1

Zaitun; Winata, widia; Yudhistira, Rahadian;. (2020). Problematika serta Strategi


Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi di Masa Pandemi Covid
19. Prosiding Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ, 2745.

Zulhammi. (2015). Teori Belajar dan Model Penerapannya dalam Pembelajaran. Teori
Belajar dan Model Penerapannya dalam Pembelajaran.

17

Anda mungkin juga menyukai