Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PEMBERDAYAAN MANUSIA ATAU

MASYARAKAT

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Nyoman Natajaya, M.Pd.

Disusun Oleh :
Putu Meiyanti Setya Pratiwi ; 2214041002

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Penyusunan makalah ini dalam
rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Wawasan Kependidikan yang diampu oleh Prof.
Dr. Nyoman Natajaya, M.Pd. Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan,
arahan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih
atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif
dari pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi ...................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................2
1.4 Manfaat ................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3
2.1 Pendidikan dan Sistem Pendidikan ......................................................................3
2.2 Pemberdayaan Masyarakat...................................................................................5
2.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan.......................................6
BAB III PENUTUP ..................................................................................................9
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................9
3.2 Saran.....................................................................................................................9
Daftar Pustaka ............................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong masih rendah mutu
sumber daya manusianya. Hal ini dapat dilihat dari laporan UNDP tentang mutu
sumber daya manusia, menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan 109, jauh
di bawah Malaysia (61) dan Brunei (32). Di samping itu Indonesia masih
kekurangan tenaga kerja berkualifikasi tinggi dan kurang dimanfaatkannya
sebagian besar tenaga kerja karena menganggur atau setengah menganggur.
Keadaan ini akan terus berlanjut di masa yang akan datang mengingat pertumbuhan
angkatan kerja masih terus akan meningkat sementara kesempatan kerja yang
tersedia akan semakin membutuhkan teknologi padat modal yang menghemat
tenaga kerja.
Rendahnya mutu sumber daya manusia tersebut antara lain dikarenakan usaha
perbaikan pendidikan yang dilakukan selama ini cenderung bersifat tambal sulam
dan tidak sungguh-sungguh, sehingga tidak menyentuh akar masalah dengan tepat.
Menurut Tampubolon, ada lima akar masalah pokok pendidikan nasional. Pertama,
komitmen nasional terhadap pendidikan sangat lemah. Kedua, pandangan filosofis
tentang pendidikan ketinggalan. Ketiga, sistem pemberdayaan guru sangat lemah.
Keempat, system manajemen sentralistis-birokratis dan tak terpadu. Kelima,
pengajaran paternalistik-feodalistik-birokratis. Tekanan “budaya proyek” juga
sering menyebabkan usaha melenceng dari akar masalah.
Sementara itu, menurut Jalal dan Supriadi, rendahnya mutu pendidikan
Indonesia yang berujung pada rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia
disebabkan oleh empat faktor, yaitu distribusi guru yang masih belum memadai,
kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, lingkungan belajar sekolah maupun
dalam keluarga dan masyarakat yang belum mendukung serta kurikulum yang
belum relevan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi pendidikan dan bagaimana sistem pendidikan tersebut ?
2. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Informal dan NonFormal
3. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan manusia?
4. Bagaimana proses pemberdayaan manusia melalui pendidikan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pendidikan serta sistem pendidikan
2. Untuk mengetahui apa itu Pendidikan Informal dan Nonformal
3. Agar dapat mengetahui definisi pemberdayaan masyarakat
4. Agar dapat mengetahui proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan
1.4 Manfaat
1. Memperoleh wawasan terkait definisi pendidikan dan bagaimana sistem
pendidikan
2. Memperoleh informasi terkait Pendidikan Informal dan Nonformal
3. Mendapatkan wawasan terkait definisi pemberdayaan masyarakat
4. Mendapatkan informasi tentang proses pemberdayaan masyarakat melalui
sistem pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan dan Sistem Pendidikan

Menurut Langeveld pendidikan adalah memberi pertolongan secara sadar dan


sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju
ke arah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila
atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri. Menurut Dewantara,
pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat mendapat keselamatan
dan kebahagian yang setinggitingginya. Sementara itu dalam UU No. 20 tahun
2003 pendidikan didefinisikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari tiga definisi pendidikan di atas ternyata dua definisi diantaranya
membatasi pendidikan sampai dengan dewasa. Artinya kalau seseorang sudah
dewasa dalam arti sudah bisa berdiri sendiri serta bertanggungjawab susila atas
segala tindakan yang dipilihnya sendiri baik, untuk kepentingan diri maupun sosial
maka pendidikan dihentikan. Sementara satu definisi yang baru tidak membatasi
sampai umur berapa seseorang layak untuk dididik. Jadi pendidikan itu berlangsung
seumur hidup.

3
Perlu juga ditekankan di sini bahwa pendidikan itu bukan sekedar membuat
peserta didik menjadi sopan, taat, jujur, hormat, setia, sosial dan sebagainya. Tidak
juga hanya membuat mereka tahu ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta
mampu mengembangkannya. Tapi pendidikan adalah usaha membantu peserta
didik dengan penuh kesadaran, baik dengan alat atau tidak dalam mengembangkan
diri untuk meningkatkan kemampuan serta peran dirinya sebagai individu, anggota
masyarakat, dan makhluk Tuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pendidikan adalah semua upaya untuk membuat peserta didik mau dan dapat
belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan
potensi-potensi lainnya ke arah yang positif seoptimal mungkin.
Dari sudut pandang sistemik, pendidikan merupakan suatu sistem yang utuh
dengan bagian-bagiannya yang berinteraksi satu dengan yang lain. Sistem secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen atau
bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara
dinamis untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Pendidikan sebagai suatu sistem memperoleh masukan dari supra sistem dan
memberikan hasil (keluaran) bagi supra sistem. Masukan yang diperoleh dari supra
sistem terdiri dari tata nilai, cita-cita dan norma-norma yang terdapat dalam
masyarakat, orang yang menjadi murid atau mahasiswa, guru atau dosen dan
personalia lain dalam pendidikan serta materi (perangkat keras dan biaya)
pendidikan.
Dalam sistem pendidikan, masukan dari supra sistem diorganisasikan dan
dikelola dengan pola tertentu menjadi sub sistem yang saling mempunyai hubungan
fungsional untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Pannen dan Malati ada 12
subsistem dalam pendidikan. Pertama, tujuan. Tujuan menjelaskan tantang apa
yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan. Sub sistem tujuan merupakan
panduan dan acuan bagi seluruh kegiatan dalam sistem pendidikan.

4
2.2 Pemberdayaan Manusia atau Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat ialah proses pembangunan yang membuat


masyarakat berinisitaif untuk memulai proses kegiatan sosial dalam memperbaiki
situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi
apabila masyarakat itu sendiri ikut berpatisipasi.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya fasilitas yang bersifat non
instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya
dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi
lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) sering kali sulit
dibedakan dengan pembangunan masyarakat (community development) karena
mengacu pada pengertian yang tumpang tindih dalam penggunaannya di
masyarakat. Dalam kajian ini pemberdayaan masyarakat (community
empowerment) dan pembangunan masyarakat (community development)
dimaksudkan sebagai pemberdayaan masyarakat yang sengaja dilakukan
pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumberdaya yang dimiliki sehingga pada akhirnya
mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial
secara berkelanjutan. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya
berkaitan erat dengan sustainable development yang membutuhkan pra-syarat
keberlanjutan kemandirian masyarakat secara ekonomi, ekologi dan sosial yang
selalu dinamis.

5
Pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai strategi alternative dalam
pembangunan telah berkembang dalam berbagai literatur dan pemikiran walaupun
dalam kenyataannya belum secara maksimal dalam implementasinya.
Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat merupakan hal banyak dibicarakan
masyarakat karena terkait dengan kemajuan dan perubahan bangsa ini kedepan
apalagi apabila dikaitkan dengan skill masyarakat yang masih kurang akan sangat
menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
2.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta


didik melalui kegiatan bimbingan atau latihan bagi perananya di masa yang akan
datang. Peranan peserta didik dalam kehidupan masyarakat, baik individu maupun
sebagai anggota masyarakat merupakan keluaran dari sistem dan fungsi
pendidikan. Pada hakikatnya pendidikan berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia baik individu
maupun sosial. Dengan kata lain, pendidikan berfungsi sebagai sarana
pemberdayaan individu dan masyarakat guna menghadapi masa depan. Definisi
pemberdayaan dalam arti sempit, yang berkaitan dengan sistem pengajaran antara
lain dikemukakan oleh Mertens dan Yarger 1988: 35 yang berpendapat bahwa
pemberdayaan adalah : “a route to enhancing the teaching professions: the authority
to teach with the professional standarts that pertain to their work” : suatu aturan
untuk meningkatkan pengajaran: pendidik untuk memberi pengajaran sesuai
dengan prestasi profesional yang berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Sedangkan, proses pemberdayaan dalam konteks aktualisasi diri berkaitan dengan
upaya untuk meningkatkan kemampuan individu dengan menggali segala potensi

6
yang dimilki oleh individu tersebut baik menurut kemampuan keahlian skill
ataupun pengetahuan knowledge.
Seorang tokoh pendidikan Paulo Freire, berpendapat bahwa pendidikan
seharusnya dapat memberdayakan dan membebaskan para peserta didiknya, karena
melaluinya dapat mendengarkan suara dari peserta didik. Yang dimaksudkan suara
adalah segala aspirasi maupun segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik
tersebut. Pendidikan yang relevan dalam masyarakat adalah mengajar untuk
memampukan mereka mendengarkan suaranya sendiri dan bukan suara dari luar
termasuk suara sang pendidik. Freire berpendapat bahwa pendidikan pada
umumnya adalah pendidikan dengan gaya bank dimana pendidik hanya
menstranfer ilmu sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, peserta didik tersebut
diibaratkan seperti sebuah wadah yang disiapkan untuk menampung berbagai
pengetahuan. Pendidikan seperti itu yang disebut freire dengan pendidikan gaya
bank. Disebut pendidikan gaya bank sebab dalam proses belajar mengajar guru
tidak memberikan pengertian kepada peserta didik, tetapi memindahkan sejumlah
dalil atau rumusan kepada siswa untuk disimpan yang kemudian akan dikeluarkan
dalam bentuk yang sama jika diperlukan.
Peserta didik adalah pengumpul dan penyimpan sejumlah pengetahuan, tetapi
pada akhirnya peserta didik itu sendiri yang “disimpan” sebab miskinnya daya
cipta. Pada hakikatnya proses pemberdayaan dibidang pendidikan merupakan
pendekatan holistik yang meliputi pemberdayaan sumber daya manusia, sistem
belajar mengajar, institusi atau lembaga pendidikan dengan segala sarana dan
prasarana pendukungnya. Mengacu pada definisi-definisi tersebut diatas,
pemberdayaan diartikan sebagai proses belajar mengajar yang merupakan usaha
terencana dan sistematis yang dilaksanakan secara berkesinambungan baik bagi
individu maupun kolektif, guna mengembangkan daya yang terdapat pada diri
individu dan kelompok masyarakat sehingga mampu melakukan transformasi
sosial. Usaha ini berlangsung sebagai proses yang berkesinambungan, sesuai
dengan prinsip belajar seumur hidup. Kehidupan masyarakat perlu dikondisikan
sebagai sebuah wadah, dimana setiap anggotanya melakukan aktivitas sehari-hari

7
dan saling belajar dan mengajar. Demikian diharapkan akan terjadi proses interaksi
dalam wujud dialog dan komunikasi informasi antar sesama anggota masyarakat
yang saling mendorong guna mencapai pemenuhan kebutuhan manusia mulai dari
kebutuhan fisik sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri.
Dengan adanya pendidikan sebagai penampung minat bakat peserta didik akan
menyebabkan peserta didik dapat dengan leluasa mengembangkan keterampilan
dan bakat yang ia miliki. Salah satunya dengan pendidikan non formal. Konsep
pemberdayaan dalam pendidikan non formal pertama kali di Indonesia
dikembangkan oleh Kindervatter, ia memandang bahwa pemberdayaan sebagai
proses pemberian kekuatan atau daya dalam bentuk pendidikan yang bertujuan
untuk membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan warga belajar terhadap
perkembangan sosial, ekonomi dan politik, sehingga pada akhirnya ia memiliki
kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam
masyarakat. Pendidikan nonformal pada umumnya jalur pendidikan luar sekolah
yang diselenggarakan oleh masyarakat guna meningkatkan kemampuan untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik dari lingkungan
pendidikan formal ke dalam lingkungan pekerjaan praktis di masyarakat. Dengan
kata lain pendidikan nonformal meruapakan program sosialisasi jenis-jenis
ketrampilan kerja praktis sesuai dengan kebutuhan masyarakat umumnya, dan
industri khususnya. Sebagai jalur pendidikan luar sekolah, pendidikan dan
pelatihan ini umumnya berupa kursus- kursus dan biasanya diselenggarakan oleh
pihak swasta maupun instansi pemerintah seperti Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, Departemen Industri, Departemen tenaga Kerja melalui Balai Latihan
Kerja BLK, Departemen Pertanian dan Departemen Koperasi dan Pembinaan
Usaha Kecil.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat dismpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Yang
dimana pendidikan memiliki peran dalam pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas
sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat. Memberdayakan masyarakat melalui
pendidikan merupakan salah satu solusi yang tepat, dengan adanya pendidikan
masyarkat akan bisa mengembangkan potensi diri yang dimiliki.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini dan teruntuk masyarakat yang sudah membaca
makalah ini, disarankan untuk jangan meremehkan pendidikan. Dikarenakan
pendidikan sangat penting untuk kedepannya. Pendidikan penting untuk kita agar
dapat berfikir maju dan terus berkarya, selain itu pendidikan penting untuk
kemajuan bangsa dan negara.

9
Daftar Pustaka

Daulay, A. (Maret 2012). Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Kelompok Penerbit


Perdana Mulya Sarana.

Maryani, D., & Nainggolan, R. R. (Oktober 2019). Pemberdayaan Masyarkat. Yogyakarta: CV


Budi Utama.

10

Anda mungkin juga menyukai