Anda di halaman 1dari 15

Efektivitas Pembelajaran IPS Menggunakan Sistem Tatap Muka Pada Masa Pandemi

Covid-19 di Pendidikan Sekolah Dasar.


Hadi Wijaya, M.Pd, Herjan Haryadi, M.Pd, Baiq Nur`aini
(Prodi PGSD Fakultas Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama NTB)

Abstrak. Pada masa pandemic Covid 19 ini berbagai upaya terus dilakukan
pemerintah agar proses pendidikan atau pembelajaran bisa terus berjalan meskipun tidak
semaksimal pada biasanya. Salah satunya adalah melakukan pembelajaran secara daring atau
melalui online. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ini kemudian diterapkan oleh setiap
sekolah, akan tetapi kebijakan tersebut hanya berlaku bagi sekolah yang berada di daerah
perkotaan. Dengan di dukung oleh kemampuan orang tua dalam penggunaan HP android,
kemampuan orang tua dalam menjalankan aflikasi program yang digunakan oleh setiap
sekolah dan kemampuan ekonomi wali murid dalam pembelian HP android.
Dalam pembelajaran IPS yang identik dengan konsep disiplin ilmu sosial dan
humaniora, pelaksanaan proses pembelajaran yang inovatif, kreatif dan profesional terus harus
ditingkatkan agar kualitas pembelajaran IPS dapat mencapai hasil yang maksimal. Dari hasil
observasi lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 25 Desember 2020 di SDN 3 Penujak ,
capaian pembelajaran yang telah direncanakan tidak dapat terlaksana secara maksimal karena
proses pembelajaran dilakukan dengan tatap muka terbatas (luring), pembelajaran masih
berlangsung melalui penugasan, terbatas (waktuyang singkat) dan proses pembelajaran masih
terpusat pada guru, dan menggunakan metode konvensional sehingga keaktifan siswa dalam
pembelajaran sangat rendah. Berdasarkan berbagai ulasan dan permasalahan di atas sebagai
dasar pokok dan pondasi utama alasan keinginan melakukan penelitian di sekolah SDN 3
Penujak dengan judul “Analisis Kualitas Pembelajran IPS melalui Pembelajaran Luring pada
Masa Pandemi Covid-19 di kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Penujak Tahun Ajaran
2020/2021. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan
menghasilkan Laporan Penelitan dan artikel Jurnal yang dipublikasikan pada Jurnal ilmiah
nasional.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai wujud upaya mendukung kebijakan
pemerintah selama masa pandemic Covid-19 guru atau SDN 3 Penujak melaksanakan rapat
terbatas dengan kepala sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran secara umum dan
atau dalam pembelajaran IPS secara luring atau menggunakan metode luring secara terbatas
dan mengikuti aturan protocol kesehatan. Dalam pembelajaran IPS metode luring tersebut
guru melaksanakan whorkshop pembelajaran, menyusun jadwal terbatas, menyusun RPP,
Menyusun metode pembelajaran luring (luring method), Melakasanakan pembelajaran
melalui penugasan, menggunakan sumber belajar dan menyusun evaluasi pembelajaran
selama Covid-19.
Kata Kunci. Analisis, Kualitas, Pembelajaran, IPS, Pandemi
Pendahuluan

Salah satu permasalahan kehidupan berbangsa di Indonesia yang paling utama adalah
rendahnya kualitas pendidikan nasional. Kualitas pendidikan seharusnya mampu menciptakan
sumber daya manusia yang terdidik sehingga mampu mengelola dan mengembangkan sumber
daya di Indonesia sesuai kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Perkembangan
kehidupan masyarakat dapat menimbulkan gejala sosial yang perlu disikapi secara cerdas oleh
sumber daya manusia yang terdidik. Usaha pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang
menghasilkan sumber daya manusia terdidik dan cerdas dalam menyikapi gejala sosial,
berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada Undang-undang No. 20 tahun 2003
yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sosial dan kemanusiaan.

Seiring berjalannya waktu, pemerintah sudah mulai secara bertahap terus meningkatkan
kapasitas dan kualitas pendidikan secara nasional, melalui dorongan tingginya beasiswa dalam
negeri dan luar negeri serta meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan dan meningkatkan
kesejahtraan guru, akan tetapi ketika di akhir 2019 bencana melanda Indonesia yaitu bencana
pandemi Covid-19 kualitas sumber daya manusia (SDM) tidak dapat tercapai sesuai yang
diharapkan, hal tersebut disebabkan karena bencana pandemi Covid-19

Berbagai cara terus diupayakan pemerintah agar proses pendidikan atau pembelajaran
bisa terus berjalan meskipun tidak semaksimal pada biasanya, salah satunya adalah melakukan
pembelajaran secara daring atau melalui online. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ini
kemudian diterapkan oleh setiap sekolah, akan tetapi kebijakan tersebut hanya berlaku bagi
sekolah yang berada di daerah perkotaan, dengan di dukung oleh kemampuan orang tua dalam
penggunaan HP android, kemampuan orang tua dalam menjalankan aflikasi program yang
digunakan oleh setiap sekolah dan kemampuan ekonomi wali murid dalam pembelian HP
Android.
Kualitas pembelajaran menjadi pion utama yang harus pada setiap materi pembelajaran
harus selalu di utamakan, terlebih pada mata pelajaran IPS. Pembelajaran IPS di sekolah dasar
merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin
ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Dalam
pelaksanaan pembelajaran IPS yang identik dengan konsep disiplin ilmu sosial dan humaniora,
pelaksanaan proses pembelajaran yang inovatif, kreatif dan profesional terus harus
ditingkatkan agar kualitas pembelajaran IPS dapat mencapai hasil yang maksimal. Dari hasil
observasi lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 25 Desember 2020 di SDN 3 Penujak ,
capaian pembelajaran yang telah direncanakan tidak dapat terlaksana secara maksimal karena
proses pembelajaran dilakukan dengan tatap muka terbatas (luring), pembelajaran masih
berlangsung melalui penugasan, terbatas (waktuyang singkat) dan proses pembelajaran masih
terpusat pada guru, dan menggunakan metode konvensional sehingga keaktifan siswa dalam
pembelajaran sangat rendah.
Berdasarkan berbagai ulasan dan permasalahan di atas sebagai dasar pokok dan pondasi
utama alasan keinginan melakukan penelitian di sekolah SDN 3 Penujak dengan judul
“Analisis Kualitas Pembelajran IPS melalui Pembelajaran Luring pada Masa Pandemi Covid-
19 di kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Penujak Tahun Ajaran 2020/2021. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menghasilkan Laporan Penelitan dan artikel
Jurnal yang dipublikasikan pada Jurnal ilmiah nasional.

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang, yang diawali dengan
adanya perencanaan, pelaksanaan, dan adanya hasil dari belajar tersebut. Menurut Sudjana
(2010:51) menjelaskan bahwa belajar dipengruhi oleh dua pandangan. Pertama, pandangan
yang didasari asumsi bahwa peserta didik adalah manusia pasif yang hanya melakukan respon
terhadap stimulus. Kedua, pandangan yang mendasarkan pada asumsi bahwa peserta didik
adalah manusia aktif yang selalu berusaha untuk berfikir dan bertindak di dalam dan terhadap
dunia kehidupannya.

Menurut Thorndike dalam Sudjana (2010 : 53) dalam teori koneksionisme menjelaskan
bahwa kegiatan belajar, baik pada kehidupan hewan maupun dalam kehidupan manusia,
berlangsung menurut prinsip yang sama yaitu melalui proses pembentukan asosiasi antara
kesan panca indra dengan perbuatan. Proses belajar berlangsung sesuai dengan hokum
kesiapan, hokum latihan dan hokum efek.

Adapun menurut Hamdani (2011:21) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan berdasarkan interaksi dengan lingkungannya.
Bersasarkan pendapat ahli di atas dapat di pahami bahwa belajar terjadi karna adanya
proses ransangan yang dilakukan oleh siapapun, sehingga menghasilkan adanya respon atau
timbale balik dari setiap orang yang mendengarkan dan merasakan stimulus tersebut kemudian
hasil dari proses stimulus respon tersebut diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
dengan orang lain atau dengan lingkungan sekitarnya. Pendapat di atas di perkuat pula oleh
pendapat Hergenhahn & Olson (2010:2) , yang menyatakan bahwa American Heritage
mendefinisikan belajar sebagai berikut.“ to gain knowledge, comprehension, or mastery throuh
experience or study”. Maksudnya adalah bahwa belajar itu adalah untuk mendapat
pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan melalui pengalaman atau studi.

Dalam proses pembelajaran yang selalu berlangsung, tentu tidak terlepas dari adanya
pengaruh atau faktor-faktor tertentu terutama faktor intern dan ekstrennya. Sehingga menurut
Slamteo (2010:54) secara umum faktor-faktor yang memengaruhi proses pembelajran dapat
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut
saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal
terdiri dari faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
Rifa’i dan Anni (2011:97) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mencakup kondisi fisik, psikis,
dan sosial. Faktor fisik misalnya kesehatan organ tubuh dan kondisi psikis misalnya
kemampuan intelektual emosional. Kondisi sosial misalnya kemampuan bersosialisasi dengan
lingkungannya. Oleh karena itu kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki
peserta didik akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar. Sama
kompleksnya pada kondisi internal adalah kondisi eksternal yang ada di lingkungan peserta
didik. Beberapa faktor eksternal adalah seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar
(stimulus) yang dipelajari, tempat belajar, iklim, dan suasana lingkungan, dan budaya belajar
masyarakat yang akan juga berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar.

Berdasarkan pernyataan beberapa ahli, dapat di pahami dan disimpulkan bahwa


meningkatnya kualitas pembelajaran secara formal maupun informal akan tergantung pada
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut, baik faktor secara internal
maupun secara eksternal. Masing-masing faktor (internal dan eksternal) berpengaruh dalam
kesiapan, proses dan hasil belajar siswa dan maka perlu dukungan positif terhadap masing-
masing faktor agar dapat menunjang dalam pembelajaran.

Luring menurut KBBI dalam Malyana (2020: 20) disebutkan bahwa istilah luring adalah
akronim dari “luar jaringan”,terputus dari jaringan komputer. Misalnya belajar melalui
buku pegangan siswa atau pertemuan langsung. Selain itu dari pendapat Malyana paandangan
dari Setiawan (2019:15) mengatakan bahwa adapun jenis kegiatan Luring yakni menonton
TVRI sebagai pembelajaran, siswa mengumpulkan karyanya berupa dokumen, karena
kegiatan luring tidak menggunakan jaringan internet dan komputer, melainkan media
lainnya. Sedangkan menurut Kartini & Rusman (2019:74) menjelaskan bahwa sistem
pembelajaran luring merupakan sistem pembelajaran yang memerlukan tatap muka.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran secara


luring adalah suatu proses pembelajaran yang dilakuakn secara tatap muka, atau berhadapan
antara fisik yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Uno (2007:153) bahwa kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan kegiatan


pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang
baik pula. sehingga yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran adalah upaya untuk
mencapai suatu tujuan yang lebih baik.

Mulyasa (2011:11) mengatakan bahwa Pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa.


Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Sehingga, pembelajaran
dikatakan berkualitas apabila dalam proses pembelajaran dilaksanakan secara efektif serta
efisien dan menghasilkan dampak belajar yang optimal sesuai dengan tujuan yang dicapai.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah tolak ukur
keberhasilan suatu lembaga pendidikan atau suatu proses pembelajran, dimana kualitas adalah
indikator capaian tertinggi dari proses pembelajran dan hasil dari proses pembelajran, jika
seuatu pembelajaran atau lembaga pendidikan memiliki kualitas yang bagu dan bermutu, maka
lembaga pendidikan tersebut telah melaksanakan proses pembelajaran atas asaz tujuan dan visi
serta misi yang telah dibuat. Indikator Tingkat pencapaian kualitas pembelajaran mencakup
input, output, dan hasil. Sehingga Indikator dari kualitas pembelajaran dalam penelitian ini
terdiri dari: (1) keterampilan mengajar guru dalam pembelajaran IPS; (2) aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPS; (3) hasil belajar IPS siswa.

Menurut Depdiknas (20017: 16) UU tentang Guru dan Dosen bab I ayat 1 menyatakan
bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Menurut
Djamarah (Djamarah 2010: 48) bahwa banyak peranan yang dilakukan oleh guru sebagai
pendidik, antara lain sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator,
pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru menjadi kunci (key term)
terlaksananya kualitas pembelajran yang baik, karena guru sebagai pentransper, pengajar,
pembimbing, pendidik, penilai dan selalu mampu mengevaluasi segala bentuk aktifitas proses
pembelajran yang berlangsung. Disamping sebagai pengajar dan pendidik, guru juga dituntut
untuk terus mampu terampil inovatif, kreatif dalam segala bentuk keadaan, termpil dalam
penyampaian materi, terampil dalam menggunakan alat peraga, terampil dalam menyediakan
alat peraga yang tepat sasaran sesuai dengan materi yang diajarkan dan terampil dalam
membuat suasana kelas selalu aktif dan menyenangkan.

Pembelajaran yang berkualitas adalah suatu proses pembelajran yang dilakukan oleh guru
dengan mampu mengikutsertakan siswa aktif dalam proses pembelajaran, bukan sebagai
penonton atau pembelajaran yang bersipat terupsat pada guru (teacher center) akan tetapi
terpusat pada siswa (student center) Aktivitas belajar adalah aktivitas yang dilakukan siswa
yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling
berkait. Menurut Siddiq dkk (2008:17) mengatakan bahwa aktivitas yang disebut belajar
adalah aktivitas mental dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan perilaku yang
lebih maju, dari tidak paham menjadi paham, dari tidak terampil manjadi terampil, dan dari
tidak sopan menjadi sopan.

Menurut Djamarah (2010:349) bahwa dipandang dari sisi proses belajar, pembelajaran
berbasis aktivitas siswa menekankan aktivitas siswa yang optimal, seimbang antara aktifitas
fisik, mental, emosional, dan intelektual. Dipandang dari sisi hasil belajar, pembelajaran
berbasis aktivitas siswa menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara
kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).

Menjadi guru harus siap menjadi guru yang terampil dan mampu membuat mental dan
pengetahuan siswa lebih baik, guru yang cerdas dan terampi mampu melihat banyak jenis
aktivitas yang bisa dilakukan oleh siswa disekolah. Sehingga aktivitas siswa tidak cukup hanya
mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah tradisional.

Usman (2010 :11) membuat suatu daftar yang berisi aktivitas siswa yang dapat
digolongkan sebagai berikut: (1) visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya,
membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2) oral
activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan
pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi; (3) listening activities, sebagai contoh
mendengarkan: uraian

Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa apabila ingin
mendapatkan kualitas pembelajaran yang terbaik, maka libatkanlah siswa dalam segala
aktifitas pembelajaran atau materi yang diajarkan. Karena pada dasarnya karakter
perkembangan siswa terutama di sekolah dasar adalah karankter bermain dan beraktifitas,
berbuat dan ingin selalu dilibatkan karena dasar keingin tahuannya yang tinggi.

Kegiatan pembelajaran,dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk


menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru, begitu banyak jenis metode
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.
Menurut Abdul Majid (2012: 125-134) Istilah strategi, metode, pendekatan, model dan teknik
dan taktik pembelajaran sangat familiar dalam dunia pembelajaran kita. Berikut adalah
penjelasan tentang istilah-istilah yang telah di sebutkan tadi:
1) Strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta
didk agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif atau suatu perangkat materi
atau produser pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
hasi belajar peserta didik. Jadi diperlukan suatu metode untuk merealisasikan strategi
yang telah ditetapkan.
2) Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi dalam
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3) Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita dalam memandang seluruh
masalah yang ada dalam program belajar mengajar.
4) Model adalah suatu rencana atau pola yang dipakai guru dalam mengorganisasikan
materi pelajaran, maupun kegiatan peserta didik yang dapat dijadikan petunjuk bagi
guru bagaimana dapat mengajar dalam kelas
5) Teknik adalah cara yang dilakukan oleh seseorang untuk mengimplementasikan suatu
metode. Jadi merupakan keterampilan dan seni untuk melaksanakan langkah-langkah
yang sistematik dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah yang lebih luas.
6) Taktik merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau taktik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.

Penggunaan istilah-istilah tersebut di atas, sering dirasakan sama oleh setiap orang tapi
pada dasarnya berbeda dalam pelaksanaan dan pengapliksiannya. Strategi lebih luas
menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, untuk pelaksanaannya
dibutuhkan metode dengan menggunakan pendekatan sebagai tolak ukur dan model sebagai
prinsip dengan menggunakan taktik untuk mengaplikasikan metode serta taktik yang
ditunjukkan guru dalam gaya mengajarnya.

Para ahli pengajaran menganggap bahwa metodologi pengajaran sebagai ilmu bantu yang
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses
pembelajaran. Karena itu, ilmu bantu ini bersifat luwes, penggunaannya didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan menurut Syaiful Bahri (2014:222) sebagai berikut:
1) Selalu berorientasi pada tujuan
2) Tidak hanya terikat pada satu alternatif
3) Kerap dipergunakan sebagai suatu kombinas dari berbagai metode
4) Kerap dipergunakan berganti-ganti dari satu metode dengan metode lain
5)
Syaiful Bahri (2014:223) Pemilihan metode dalam pembelajaran tidak dapat
diterapkan begitu saja, karena banyak faktor yang mempengaruhi dan perlu
dipertimbangkan, seperti:
1) Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya .
2) Peserta didik dengan berbagai tingkat kematangannya
3) Situasi dengan berbagai keadaannya
4) Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya .
5) Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.
6) Sifat bahan pelajaran .
7) Kelebihan dan kelemahan metod

Pemilihan metode pembelajaran dapat berprestasi sesuai yang diharapkan, apabila


memperhatikan hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan suatu
metode,seperti pemilihan metode pembelajaran yang tepat dengan memperhatikan
kondisi atau situasi kelas pada saat akan melaksanakan proses belajar mengajar. Hal
tersebut dilakukan, agar metode yang telah diterapkan dalam pembelajaran dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Metode yang dipilih diharapkan mampu membantu guru dalam
mengelola pembelajaran yang berlangsung sehingga fungsi dan peranan metode dalam
pengajaran dapat dirasakan oleh guru yang menerapkannya dalam pembelajaran.
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah,
sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga
dunia yang cinta damai.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena
kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis.

Winataputra (2010:94) menjelaskan IPS sebagai salah satu bidang studi yang
memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek
nilai dan moral, banyak memuat tentang materi sosial yang bersifat hafalan sehingga
pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hafalan. Sifat materi
pembelajaran tersebut membawa konsekuensi terhadap proses belajar mengajar yang
bersifat ekspositoris, terutama guru menggunakan metode ceramah dan siswa kurang
terlibat atau cenderung pasif. Dalam metode ceramah terjadi dialog imperatif.
Proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan
pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor. Jadi dalam proses belajar mengajar IPS,
seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat
dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan
sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif.
Situasi belajar inilah yang dapat tercipta melalui penggunaan pendekatan partisipatoris.

Pendekatan parsipatoris merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat


melibatkan siswa secara aktif, menyenangkan dan merangsang motivasi perkembangan
proses intelektual. Terdapat empat alasan mengapa siswa harus dikembangkan kemampuan
berpikirnya terutama dalam IPS. Pertama, kehidupan kita dewasa ini ditandai dengan abad
informasi yang menuntut setiap orang memiliki kemampuan dalam mencari, menyaring
dengan kebutuhan dan kehidupannya; kedua, setiap orang senantiasa dihadapkan pada
berbagai masalah dan ragam pilihan sehingga untuk itu dituntut memiliki kemampuan
berpikir kritis dan kreatif; ketiga, kemampuan memandang sesuatu hal dengan cara baru
atau tidak konvensional, merupakan keterampilan penting dalam memecahkan masalah;
keempat, kreativitas merupakan aspek penting dalam memecahkan masalah, mulai dari apa
masalahnya, mengapa muncul masalah dan bagaimana cara menyelesaikannya. Oleh
karena itu dalam pembelajaran IPS diperlukan suatu rancangan pembelajaran yang mampu
mengembangkan kemampuan kritis dan kreatif siswa dalam memecahkan masalah dan
sebagai bekal kehidupan sosialnya.

Tahapan awal dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran IPS yang harus
dilakukan guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menarik minat
siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan guru yakni: (1)
keterampilan membuka dan menutup pelajaran; (2) keterampilan mengadakan variasi; (3)
keterampilan bertanya; (4) keteram-pilan memberi penguatan; (5) keterampilan
menjelaskan; (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil; (7) keterampilan
mengelola kelas; dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Dengan
terpenuhinya hal tersebut maka guru akan mampu mengembangkan dasar mental
psikologis dorongan ingin tahu dan menggali sendiri pengetahuan bagi siswa melalui
proses pembelajaran IPS.

Sesuai dengan tujuan dari pembelajaran IPS sekaligus pada tujuan pendidikan
nasional. Dalam pembelajaran IPS diharapkan bukan hanya membekali pengetahuan
(kognitif) saja kepada siswa namun juga membekali ranah afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan). Oleh karena itu pem-belajaran IPS harus dilandasi oleh nilai-nilai yang
wajib dikembangkan pada diri siswa. Sehingga nantinya sumber daya manusia yang
berkemampuan intelektual tinggi juga mempunyai perilaku moral yang baik. Jadi dalam
pembelajaran IPS guru juga harus mampu memadukan antara “penanaman nilai moral”
dan “nilai material”.

Dalam penyampaian materi dalam pembelajaran IPS harus diingat ruang lingkup
materi IPS yaitu manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial.
Karena pada dasarnya siswa sudah mempunyai pengalaman dalam kehidupan masyarakat
karena hakikatnya siswa di rumah sebagai anggota masyarakat.
Dari penjelasan para ahli maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
IPS di SD disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran
menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dalam
pembelajaran IPS diharapkan bukan hanya membekali pengetahuan (kognitif) saja kepada
siswa namun juga membekali ranah afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan).
Pembelajaran yang aktif dan kreatif yang dapat melibatkan siswa secara aktif,
menyenangkan dan merangsang motivasi perkembangan proses intelektual. Oleh karena
itu pembelajaran IPS harus dilandasi oleh nilai-nilai yang wajib dikembangkan pada diri
siswa. Diharapkan dengan pembelajaran IPS nantinya terbentuk sumber daya manusia
yang berkemampuan intelektual tinggi namun juga mempunyai perilaku moral yang baik.

Menurut Izzati, Partini & Ayriza (2010 :85) mengatakan bahwa masa
perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak
berkembang dan berfungsi. Kemampuan berfikir anak berkembang dari tingkat yang
sederhana dan konkrit ketingkat yang lebih rumit dan abstrak. Pada masa ini anak sudah
dapat memecahkan masalah-masalah yang bersifat konkrit. Menurut Nasution dalam
Djamarah (2008:123) bahwa masa usia Sekolah Dasar sebagai masa kanak-kanak akhir
yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Usia
ini ditandai dengan mulainya anak masuk Sekolah Dasar dan dimulainya sejarah baru
dalam hidupnya yang kelak akan mengubah sikap dan tingkah lakunya.
Tahap perkembangan kognitif menurut teori Piaget (Izzati, Partini & Ayriza
(2010 :86) ) menjelaskan bahwa pada perkembangan operasional konkrit ditandai oleh
perkembangan kognitif yang menonjol, berfikir lebih logis, fleksibel, dan diorganisasi
daripada usia sebelumnya. Beberapa kemampuan kognitif, adalah :
a. Konservasi : kecakapan untuk melewati tugas konservasi memberikan bukti
nyata dari aksi mental operasi yang mematuhi aturan. Anak sudah mulai
berfikir secara terbalik dan memiliki kemampuan berfikir melalui
serangkaian langkah
b. Klasifikasi : antara usia 7 – 10 anak lebih sadar atas hirarki klasifikasi dan
dapat memfokuskan pada hubungan antara satu kategori umum dan dua
kategori khusus dalam waktu yang bersamaan, demikianlah artinya 3
hubungan dalam satu saat.
c. Mengurutkan : kemampuan untuk mengurutkan butir-butir dari serangkaian
dimensi kuantitatif, misalnya tinggi, berat, panjang, disebut sebagai
pengurutan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang guru
dan ketika ingin mendapatkan kualitas pembelajaran yang tinggi, maka hal yang paling
utama harus dipahami dan laksanakan oleh guru adalah mengenal dan memahami karakter
peserta didiknya. Melalui pengenalan dan memahami karakter peserta didik sebagai langkah
guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang cocok digunakan oleh guru sesuai
dengan materi yang diajarkan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif
Menurut Sukmadinata (2013 :95) Pendekatan kualitatif ini digunakan atas dasar data yang
didapatkan sesuai dengan situasi yang nyata yang berubah secara alamiah, terbuka, tidak ada
rekayasa pengontrolan variabel”. digunakan dalam penelitian ini untuk mendiskripsikan
bagaimana peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui pembelajaran luring di masa
pandemi Covid-19. di SD Negeri 3 Penujak. Hal ini dikarenakan dengan pendekatan kualitatif
deskriptif dianggap lebih efektif digunakan dalam penelitian ini karena pendekatan ini
dapat digunakan untuk menggali data secara mendalam. Subyek dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah, guru dan siswa kelas V SD Negeri 3 Penujak yang berjumlah 35 siswa, yang
terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kepala sekolah, guru dan siswa
merupakan kunci informan dalam penelitian ini. teknik pengumpulan data dari penelitian ini
adalah Observasi, wawancara dan dokumentasi. Apabila data telah terkumpul maka langkah
selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data tersebut dengan analisis deskriptif
kualitatif. Di dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian diperoleh secara langsung dari informan
melalui wawancara dan observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran IPS
pada masa pandemi Covid – 19. Adapun sumber data sekunder didapatkan melalui
dokumentasi, catatan- catatan peneliti selama di lokasi serta literatur yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran IPS pada masa pandemi Covid–19. Selanjutnya dari data yang
telah diperoleh melalui wawancara observasi, dan dokumentasi kemudian diolah dengan
menggunakan analisis data interaktif

Pembahasan
Pada pembahasan ini peneliti akan memaparkan terkait hasil yang didapatkan oleh penelti
berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, 1) Analaisis kualitas pembelajaran
IPS melalui pembelajan Luring di masa pandemi. Pembelajaran sebagai tonggak utama adanya
suatu interaksi antara satu orang dengan yang lainnya, antara yang mengajar dan yang diajarkan
yaitu antara guru dan murid. Pembelajaran akan memberikan pengaruh terhadap pendidik dan
terutama siswa atau peserta didik. Yaitu adanya perubahan terhadap pengetahuan (knowledge),
sikap atau prilaku dan keterampilan (skiil). Adanya perubahan seseorang dalam proses
pembelajaran tentu akan dipengaruhi terhadap kualitas dari pembelajaran tersebut.

Kualitas pembelajaran menjadi indikator tujuan utama sebuah pendidikan, karena akan
sangat mempengaruhi semua ranah yang terjadi pada peserta didik. Apabila dalam sebuah
pendidikan tidak memiliki unggulan atau kualitas maka sekolah atau pendidikan tersebut tidak
akan memiliki mutu dan tidak akan diminati oleh peserta didik. Indikator pencapaian kualitas
dalam pembelajaran sangat diengaruhi oleh kualitas seorang pengajar atau guru. Guru yang
menguasai segala asfek dalam pembelajaran dan menguasai keadaan peserta didik akan
memberikan dampak yang sangat besar terhadap kualitas pembelajaran.Guru yang inovatif,
kreatif dan berkualitas tentu akan dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan maksimal
dalam keadaan apapun dan dimanapun.

Pada tahun 2019 seluruh dunia terutama Indonesia dikagetkan dengan adanya wabah
Covid-19, semenjak itu segala tatanan kehidupan mulai berubah, baik dalam dunia pendidikan,
pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Meningkatnya wabah Covid-19 sejak ini membuat
segala aktifitas tertutup dan terbatas. Ruang pendidikan semenjak itu diliburkan sampai dengan
tahun 2020. Anak-anak mulai dilburkan dengan adanya batas info yang tidak menentu. Keadaan
tersebut pemerintah secara cepat melakukan pengevaluasian terhadap segala asfek kehidupan
diantaranya pada tahun 2020 tersebut edaran yang keluar adalah wilayah yang masuk pada zona
merah maka tidak diperbolehkan melaksanakan sekolah tatap muka(luring) akan tetapi secara
daring, dan wilayah yang berada pada daerah zona hijau atau kuning dapat melakukan proses
pembelajaran secara terbatas.

Melalui adanya edaran tersebut, kabupaten yang berada pada daerah kuning
menginstruksikan pihak sekolah untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran secara terbatas
dengan mematuhi protocol kesehatan. Adanya edaran tersebut pihak sekolah SDN 3 Penujak
yaitu bapak kepala sekolah melakukan rapat dengan seluruh guru untuk mempersiapkan proses
pembelajaran secara luring terbatas.

Setelah adanya hasil dari rapat yang ditetapkan oleh kepala sekolah kemudian guru
melakukan bebarapa hal dalam pelaksanaan proses pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Melaksanakan workshop pembelajaran luring, Pelaksanaan workshop yang
dilaksanakan brtujuan untuk mendapatkan keputusan bersama terhadap permasalahan
dalam pembelajaran luring terbatas. Workshop adalah sekelompok kecil yang
melaksanakan pertemuan terbatas terhadap suatu kelompok. Tujuan workshop adalah
bagian atau cara dalam menentukan sebuah keputusan untuk mendapatkan solusi dalam
setap permasalahan. Suprayekti dan Anggraeni (2017) workshop dalam pelaksanaannya
terdapat beberapa prosedur yaitu pertama merumuskan tujuan untuk mencapai output
atau hasil akhir yang akan dicapai, kedua merumuskan masalah yang dibuat secara rinci
dan sistematis agar mempermudah proses keberlangsungan acara dan yang ketiga
menentukan prosedur dalam permasalahan,
2. Membuat jadwal atau waktu pembelajaran luring secara terbatas. Jadwal pembelajaran
menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Penentuan jadwal dalam proses pembelajaran akan menjadikan proses pembelajaran
dapat berjalan secara teratur dan terarah.
3. Menyusun metode pembelajaran luring (luring method). Metode merupakan hal
terpenting dalam terlakananya proses pembelajaran, metode dapat digunakan dalam
segala keadaan dan mampu beradaptasi. Dalam fase Covid-19 tersebut, metode
memiliki peranan terpenting agar capaian pembelajaran IPS dan tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Pembelajaran luring atau yang biasa di sebut luar jaringan merupakan
pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka terbatas dan menggunakan protocol
kesehatan di masa Covid-19. Dalam penggunaan metode luring ini anak-anak hanya
melakukan tatap muka terbatas, hanya 20 menit. Proses pembelajaran biasanya hanya
terbatas membahas tugas atau materi-materi inti dalam buku paket atau LKS.
4. Melakasanakan pembelajaran melalui penugasan
Proses penugasan dalam pembelajaran adalah bentuk pengalaman belajar yang
diberikan oleh guru kepada siswa baik setelah dilakukan stimulus atau sebelum
dilakukan stimulus dengan tujuan menggali pengetahuan yang dimiliki oleh guru.
Dalam penugasan setelah adanya stimulus atau proses pembelajaran IPS, guru
melakukan penugasan secara individual atau berkelompok, yaitu dikerjkan secara
mandiri dan bersama-sama di rumah. Sistem penugasan yang digunakan oleh guru
selama masa Covid-19 bertujuan untuk mendukung agar proses pembelajaran IPS dapat
berjalan lebih baik lagi.
5. Menggunakan sumber belajar
Prastowo (2015) sumber belajar adalah sesuatu yang digunakan untuk mendukung
terciptanya situasi belajar. Sumber belajar pada umumnya adalah segala hal yang dapat
menimbulkan proses belajar baik itu berupa fakta, ide, data dan lain-lain. Mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran sumber belajar memiliki peran yang penting agar
proses pembelajaran IPS dapat tercapai lebih maksimal. Dalam pelaksanaan
pembelajaran IPS, guru menggunkan LKS, internet dan buku pegangan guru sebagai
sumber belajar selama masa Covid-19. Lembar kerja siswa (LKS) akan sangat
membantu siswa untuk dapat belajar di rumah dengan di bantu oleh keluarga
terdekatnya. Internet menjadi salah satu sumber belajar masa saat ini atau masa 4.0,
internet sudah menjadi konsumsi setiap orang dalam kehidupannya sehari-hari,
sehingga pemanfaatan internet juga menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung
tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri.
6. Menyusun evaluasi pembelajaran secara luring.
Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian yang dilakukan brdasarkan dengan criteria
serta melalui proses secara sistematis untuk menentukan suatu nilai (orang, proses,
objek, unjuk kerja, kegiatan, keputusan dan lain sebagainya). Evalausi pembelajaran
bertujuan agar segala proses pembelajaran IPS selama masa Covid-19 dari awal
perencanaan sampai terselesainya proses pembelajaran IPS dapat di ukur
keterlaksanaannya.

Idrus (2019) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan pengukuran


atau penilaian terhadap belajar dan pembelajaran untuk menentukan nilai belajar dan
pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan adanya evaluasi pembelajaran berguna baik itu bagi
pendidik dan peserta didik untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam terlaksananya
pendidikan tersebut.

Faktor penghambat yang di hadapi guru terhadap kualitas pembelajaran IPS melalui
pembelajaran Luring di masa pandemic Covid-19

Adapun hambatan dalam pembelajaran IPS selama pembelajaran luring yang dirasakan oleh
guru selama masa Covid-19 adalah sebagai berikut :
1. Keleluasan dan kepuasan untuk membimbing, mendidik dan mengajar siswa tidak maksimal
Selama masa Covid-19 berlangsung, segala bentuk pembelajaran yang dirasakan benar-
benar dirasakan sangat berbeda dengan keadaan pada sebelum adanya covid -19. Kepuasan
tersendiri yang dirasakan oleh guru menjadi tolak ukur rasa akan tercapainya suatu proses
pembelajaran. Akan tetapi selama Covid-19 pembelajaran yang dilaksanakan secara luring
dengan waktu yang sanat terbatas mengakibatkan tugas guru dalam membimbing, mendidik
dan mengajar tidak maksimal.
2. Penggunaan strategi dan media pembelajaran yang tidak maksimal
Waktu dan keadaan menjadi masalah terbesar yang dirasakan oleh guru dalam pelaksanaan
proses pembelajaran IPS. Menggunakan strategi dan media dalam pembelajran menjadi hal
yang dibutuhkan oleh pendidik agar pembelajaran berjalan dengan baik, siswa dapat
memahami secara mudah materi yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi dengan adanya
waktu yang sangat terbatas membuat guru kewalahan dalam mengimplementasikan media
pembelajaran selama masa Covid-19, yaitu guru harus benar-benar sudah mempersiapakan
media pembelajaran di kelas sebelum siswa masuk, apabila terlambat mempersiapkan, maka
dalam melakukan persiapan akan membuat waktu habis.
3. Siswa tidak bisa belajar maksimal dengan teman-teman kelas dengan aktif dan komunikatif.
Kecerdasan dalam berkomunikasi secara aktif dan komunikatif dapat terjadi apabila adanya
lawan atau teman dalam berbicara. Sekolah menjadi salah satu sarana dan sebagai wadah
terbentuknya kecerdasan emosional siswa, adanya interaksi di dalam kelas selama proses
pembelajaran menjadikan siswa akan lebih aktif dan komunikatif. Akan tetapi adanya Covid-
19 membuat siswa harus tidak bisa berhubungan secara maksimal dengan teman-temannya
dalam melaksanakan interaksi atau proses pembelajaran.
4. Interaksi dengan guru terbatas
Guru sebagai penyalur informasi kepada siswa dalam segala aktifitas yang terjadi di sekolah.
Guru memberi peran yang sangat penting bagi peserta didik sebagai sarana perbaikan diri
mereka apabila ada hal-hal yang disampaikan kurang baik sehingga guru akan menjadi
sumber utama yang memperbaiki adanya hal-halyang tidak baik. Selama masa Covid-19
anak-anak lebih banyak beraktifitas di rumah dan di masyarakat, sehingga proses
pembelajaran dan pemahaman yang maksimal tidak bisa dirasakan oleh siswa.
5. Kurangnya dukungan dari wali murid
Orang tua atau keluarga di rumah menjadi orang pertama pendukung berjalannya pendidikan
anak, orang tua harus selalu mendukung keberlangsungan proses pembelajaran anak agar
cita-cita dan tujuan bersama dalam pembelajaran IPS dapat terlaksana dengan seba mungkin.
Kurangnya dukungan orang tua selama pembelaajran Covid-19 ditandai dengan sering kali
anak tidak melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan yang telah dipaparkan oleh peneliti dalam
penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam mendukung kebijakan pemerintah selama masa pandemic Covid-19 guru atau
SDN 3 Penujak melaksanakan rapat terbatas dengan kepala sekolah dalam
melaksanakan proses pembelajaran secara umum dan atau dalam pembelajaran IPS
secara luring atau menggunakan metode luring secara terbatas dan mengikuti aturan
protocol kesehatan. Dalam pembelajaran IPS metode luring tersebut guru
melaksanakan whorkshop pembelajaran, menyusun jadwal terbatas, menyusun RPP,
Menyusun metode pembelajaran luring (luring method), Melakasanakan
pembelajaran melalui penugasan, menggunakan sumber belajar dan menyusun
evaluasi pembelajaran selama Covid-19.
2. Faktor penghambat yang di hadapi guru terhadap kualitas pembelajaran IPS melalui
pembelajaran Luring di masa pandemic Covid-19 yaitu pertama tidak maksimalnya
keleluasan dan kepuasan guru untuk membimbing, mendidik dan mengajar siswa.
Kedua, Penggunaan strategi dan media pembelajaran yang tidak maksimal, dengan
adanya waktu yang sangat terbatas membuat guru kewalahan dalam
mengimplementasikan media pembelajaran selama masa Covid-19, yang Ketiga
Siswa tidak bisa belajar maksimal dengan teman-teman kelas dengan aktif dan
komunikatif. Adanya Covid-19 membuat siswa harus tidak bisa berhubungan secara
maksimal dengan teman-temannya dalam melaksanakan interaksi atau proses
pembelajaran. Selanjutya Intraksi dengan guru terbatas dimana Guru sebagai penyalur
informasi kepada siswa dalam segala aktifitas yang terjadi di sekolah sehingga guru
akan menjadi sumber utama yang memperbaiki adanya hal-hal yang tidak baik dan
penghambat terkhir adalah kurangnya dukungan dari wali murid terkait proses
pembelajaran di rumah.

Saran
Beradasarkan kesimpulan dari penelitian di atas maka peneliti dapat memberikan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Bagi SDN 3 Penujak
Keputusan yang digunakan oleh sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran
secara luring meskipun terbatas dan tetap mengikuti aturan prokes merupakan hal yang
patut diberikan apresiasi, akan tetapi pihak sekolah perlu memeprhatikan adanya
keterlibatan penuh dari steak holder seperti masyrakat dan orang tua dalam
ketercapaian proses pembelajaran di sekolah. Karena bagaimanapun bagusnya kualitas
sekolah apabila tidak secara penuh melibatkan steak holder maka akan membuat proses
pembelajaran terhambat.
2. Bagi Guru
Guru menjadi pondasi utama dari output setiap peserta didik, dalam keadaan apapun
dan dimanapun, guru harus selalu siap memberikan proses pembelajaran yang terbaik
baik peserta didik. Dalam proses pembelajaran IPS selama masa covid guru perlu
memetakan setiap materi pembelajaran yang diajarkan dengan memperhatikan
kemampuan setiap siswa kemudian memberikan tugas secara berkelompok dengan
menggunakan proses pembelajaran secara temuan dan pengalaman lapangan.
3. Bagi siswa
Karakter peserta didik menjadi acuan pokok utama yang perlu dikenali ketika
melaksanakan proses pembelajaran, tolak ukur terukurnya keberhasilan segala strategi,
metode, model dan lainnya tergantung pada sejauh mana kita mengenal peserta didik.
Sehingga dalam proses pembelajaran karakter siswa harus benar-benar dapat dikenal
oleh pendidik.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti harus dapat mengembangkan dan melanjutkan hal yang sejenis dari
penelitian ini, agar dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih banyak
untuk mengembangkan dunia pendidikan.

Daftar Pustaka

Abdul Madjid, (2012) Belajar dan Pembelajaran, (Cet. I; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya), h. 125-134.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. SKKD Tingkat SD/ MI. Jakarta: Depdiknas. Hal
575
Hergenhahn, B.R, & Olson, M.H (2010). Theories of Learning. (Diterjemahkan oleh
Triwibowo B. S) Edisi Ketujuh. Jakarta : Kencana
Hidayati, dkk. 2012. Pengembangan pendidikan IPS SD .Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan. hal 26
https://pusdiklat.perpusnas.go.id/public/media/regulasi/2019/11/12/2019_11_12-
03_49_06_9ab7e1fa524ba603bc2cdbeb7bff93c3.pdf di akses tanggal 29 Januari 2021
https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/covid-19-laporan-baru-unicef-
mengungkap-setidaknya-sepertiga-anak-sekolah-di-seluruh. di akses tanggal 29 Januari 2021
https://eprints.uny.ac.id/8684/3/bab%202%20-%20%2008108244013.pdf di akses pada
tanggal 29 Januari 2021
Igak Wardani & Kuswoyo Wihardit. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta:Universitas Terbuka. Hal 14
Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. (2005). Qualitative Data Analysis.
(terjemahan). Jakarta : UI Press
Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nana Syaodidih Sukmadinata. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. Hal 220
Observasi tentang pelaksanaan pembelajaran secara luring, 10 Desember 2021
Purwadarminta Sudjana S, (2010) Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif,
Bandung: Falah Prodution,
Rifa’i RC, Achmad dan Tri Ani,Chatarina. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Universitas Negeri Semarang Press. Hal 97
Rita Eka Izzaty, Siti Partini Suardima, Yualita, Et. Al (2010). Perkembangan Peserta
Didik. Yogyakarta : UNY Press. Hal. 85
Sarwiji Suwandi. (2010). Model Assesment dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma
Pustaka. Hal 39
Siddiq, M Djauhar, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta:
Slameto.2010. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta:Rineka Cipta.
Sudjana (2010), Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hal 62
Suharsimi Arikunto. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. hal 100
Syaiful Bahri Djamarah (2008), Psikologi Belajar. Bandung : Rineka Cipta. hal 123
Syaiful Bahri &Aswan Zain (2013), Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, hal. 83
Syaiful Bahri Djamarah. (2014), Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta : Rosida Karya h. 222.
Taneo, Silvester Petrus, dkk. (2010). Kajian IPS SD. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. hal 14
Winataputra, Udin S, dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta : Universitas
Terbuka. hal 94
Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group. Hal 86

Anda mungkin juga menyukai