Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL KARYA ILMIAH

ANALISIS KURANGNYA PERAN AKTIF SISWA


PADA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ)

Disusun oleh:

1. Alea Najluna Firdaus


2. Alya Khairunnissa
3. Asy Syifa Salma
4. Faizah Naila Nur Shadrina
5. Zahra Charmelia Nuden
I. Latar Belakang Masalah
Wabah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda Indonesia
mengakibatkan seluruh aspek kehidupan sangat terganggu, termasuk pada sektor
pendidikan. Mengantisipasi semua kemungkinan risiko yang ditimbulkan oleh Covid-19
terhadap kesehatan warga satuan pendidikan maka penutupan satuan pendidikan tidak
dapat dihindari. Kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR) menjadi alternatif agar peserta didik
tetap mendapatkan haknya dalam memperoleh layanan pendidikan. Pemerintah melalui
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar dari Rumah telah mengatur mekanisme pembelajaran dari rumah
sehingga perlu dirancang ulang pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan pendekatan
daring, luring atau kombinasi. Satuan pendidikan dapat memanfaatkan ketersediaan sarana
prasarana untuk melaksanakan proses pembelajaran secara optimal. Kebijakan BDR melalui
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada lembaga pendidikan memberikan dampak besar
terhadap proses pembelajaran dan penilaian.
Hasil evaluasi yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
setelah 10 bulan pelaksanaan PJJ, menunjukkan adanya penurunan hasil belajar peserta
didik selama sistem PJJ diterapkan. PJJ menimbulkan keterbatasan dalam sisi pembelajaran
baik bagi guru maupun peserta didik. Peserta didik tidak mempunyai teman dalam
pembelajaran, akibatnya kesulitan dalam belajar ditanggung sendiri dan menjadi beban
psikologis bagi peserta didik. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan PJJ kurang
efektif dan memberikan dampak negatif bagi peserta didik diantaranya ancaman putus
sekolah, penurunan capaian belajar, kendala tumbuh kembang anak serta tekanan
psikososial dan kekerasan terhadap anak. Keterlibatan siswa dibutuhkan untuk mengatasi
hal tersebut, sebaiknya siswa tidak hanya mengandalkan guru sebagai pengajar tetapi
mencari sumber referensi lain. Masalah lainnya adalah belum meratanya akses fasilitas
pendukung belajar, baik karena faktor wilayah ataupun karena latar belakang sosial ekonomi
orang tua. Pada awal pandemi, media (aplikasi) yang digunakan untuk pembelajaran daring
adalah WhatsApp. Aplikasi ini mempunyai kelebihan relatif murah dalam pemakaian kuota
internet dan hampir semua orangtua Peserta didik sudah mengenalnya. Dan sekolah
menyediakan aplikasi yang bernama “Moodle” yang dapat digunakan siswa dalam
pembelajaran jarak jauh.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Persatuan Bangsa-Bangsa
(UNESCO) menyatakan terjadi “pembelajaran yang terputus” (interrupted learning) adalah
salah satu risiko dan konsekuensi merugikan paling tinggi yang ditimbulkan oleh penutupan
satuan pendidikan akibat pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental anak-anak.
Masalah kesehatan mental yang meningkat di masa pandemi ini adalah stres, kecemasan,
bahkan depresi. Bagi peserta didik, pandemi ini mengakibatkan stres dan kecemasan yang
berkaitan dengan perubahan proses pembelajaran dan kehidupan sehari-hari. Satuan
pendidikan formal secara tatap muka atau jarak jauh memberikan pengetahuan dan
keterampilan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, namun ketika
pembelajaran di satuan pendidikan diputus dalam arti tidak normal seperti kondisi pandemi
Covid-19 ini, maka terjadilah gangguan kepada peserta didik. Solusinya, memberikan
pendidikan karakter, memberikan konseling melalui guru bimbingan konseling, tidak
menuntut murid mendapatkan nilai bagus disetiap mata pelajaran, mengadakan kegiatan
rohani dalam kelas.

Terganggunya pendidikan formal berdampak negatif terhadap hasil belajar peserta


didik, terutama mereka yang kurang beruntung karena akses yang tidak merata terhadap
sumber daya pendidikan. Memperhatikan kondisi di atas, pemerintah mengeluarkan Surat
Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran
di Masa Pendemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Kebijakan ini mengharapkan satuan
pendidikan dapat melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). PTM dapat dimulai sejak
dikeluarkan SKB Empat Menteri atau minimal dimulai bulan Juli 2021 sebagai awal tahun
pelajaran. Pemerintah juga mengharapkan aktivitas PTM akan dilaksanakan setelah
pemerintah menyelesaikan vaksinasi terhadap pendidik dan tenaga kependidikan secara
tuntas.
Namun demikian, kesehatan dan keselamatan semua warga satuan pendidikan
merupakan prioritas utama yang wajib dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan PTM
pada masa pandemi Covid-19. Oleh karena itu, satuan pendidikan menyiapkan alternatif
PTM terbatas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan/atau PJJ sehingga orang
tua/wali peserta didik dapat memilih PTM terbatas atau PJJ bagi anaknya. Berdasarkan hal
tersebut, Direktorat SMA secara teknis perlu memfasilitasi satuan pendidikan berupa
alternatif-alternatif strategi pelaksanaan PTM terbatas sebagai praktik baik dari satuan
pendidikan yang lebih awal telah melaksanakan PTM terbatas pada jenjang SMA. Proposal
ini diharapkan dapat membantu pengambil kebijakan di daerah, satuan pendidikan dan
masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan PTM terbatas pada jenjang SMA.
Setelah penelitian tidak ada lagi peserta didik yang bermasalah pada fasilitas yang kurang
memadai, kesehatan mental, dan kurangnya keefektifan PJJ.

II. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Peserta didik tidak mampu memahami pelajaran dengan baik dalam pelaksanaan
PJJ.
2. Sarana prasarana yang digunakan tidak mampu mendukung pelaksanaan PJJ.
3. Dampak masalah kesehatan mental bagi peserta didik yang mengikuti PJJ.
III. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka perlu dibuat batasan
masalah untuk memperjelas masalah penelitian. Batasan masalahnya adalah Dampak
masalah kesehatan mental bagi peserta didik yang mengikuti PJJ.

IV. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Bagaimana cara mengatasi masalah kesehatan mental bagi peserta didik
yang mengikuti PJJ?”

V. Tujuan Penelitian
1. Memberikan informasi berbagai dampak masalah kesehatan mental bagi peserta
didik yang mengikuti PJJ.
2. Memberikan gambaran tentang tahapan dan alternatif strategi mengatasi kesehatan
mental peserta didik saat mengikuti PJJ.
3. Memberikan gambaran tentang alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat
dilakukan oleh guru untuk kesehatan mental peserta didik saat mengikuti PJJ.
4. Memberikan informasi kepada satuan pendidikan, terkait dalam mendukung
kesehatan mental yang baik bagi peserta didik saat mengikuti PJJ.

VI. Hipotesis
1. Penurunan hasil belajar peserta didik selama sistem PJJ diterapkan.
2. Peserta didik tidak mempunyai teman dalam pembelajaran, kesulitan dalam belajar
ditanggung sendiri dan menjadi beban psikologis bagi peserta didik.
3. Lemahnya interaksi antara guru dan peserta didik.
4. PJJ Menimbulkan kejenuhan.

VII. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif


adalah metode pengukuran data kuantitatif dan statistika objektif melalui perhitungan ilmiah
berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab sejumlah pertanyaan
tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui pengisian Google form. Metode ini
dipilih dikarenakan dapat memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang akurat.

VIII. Sampel Penelitian


Beberapa peserta didik kelas 11 SMAN 77 Jakarta

XI. Daftar Pustaka


Sejati, T., 2021. PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ)
MATA PELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN PLATFORM GOOGLE CLASSROOM. Al Asma:
Journal of Islamic Education, 3(1), pp.134-144.

Anda mungkin juga menyukai