Demikian pernyataan ini dibuat dengan dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Studi Analisis Anxiety Disorder Terkait
Masalah yang Muncul Selama Pembelajaran Jarak Jauh
²Guru SMA Negeri 1 Karanganyar, Jalan A.W Monginsidi 03, Karanganyar, Jawa Tengah
ABSTRAK
BAB 1
PENDAHULUAN
Rasa cemas ini umum dialami sebagai bentuk naluriah manusia yang bermanfaat dalam
meningkatkan kewaspadaan dan sikap hati-hati. Memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi
di masa mendatang menjadi bentuk antisipasi untuk tidak melakukan hal-hal kontraproduktif. Akan
tetapi, pemikiran yang tidak didasari dengan motivasi yang kuat, justru kerap menjerumuskan seseorang
untuk melakukan sesuatu yang berkebalikan. Pemikiran mengenai kemungkinan terburuk yang serta
merta dilakukan karena rasa takut tanpa adanya jalan keluar yang solutif, hanya akan memunculkan
kecemasan yang tidak berarti. Kondisi ini tidak jarang mengarah pada penghakiman terhadap diri
sendiri (self judgig). Kebiasaan tersebut biasanya hadir akibat adanya tekanan baik dari dalam ataupun
luar, yang berkutat pada pelemparan masalah, atau menyalahkan diri seseorang. Berdasarkan pendapat
Dr. Cynthia Thaik, dokter ahli jantung sekaligus pendiri Revitalize-U, hal tersebut dapat mengarah pada
pola pikir negatif, meragukan diri sendiri, dan akhirnya berujung pada gejala kecemasan berlebih.
Kecemasan ini bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan
emosi (Ramaiah, 2003:10).
Kepentingan pribadi pelajar, seperti membantu orang tua, waktu berkumpul bersama keluarga,
dan jam istirahat kerap kali terganggu akibat pemberian tugas dan jadwal yang tidak menentu oleh guru
pengajar. Di satu sisi, guru juga memiliki kesibukan, seperti jadwal piket, kepentingan urusan pribadi,
sekaligus memegang tanggung jawab atas mata pelajaran yang diampu. Kurangnya koordinasi dapat
menyebabkan pelajar hanya mengambil sisi negatifnya, tanpa ada pertimbangan lebih lanjut. Jika tidak
ditangani, hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental pelajar. Bermula dari hal kecil seperti tugas,
kebiasaan menunda pekerjaan akan menciptakan kumpulan tugas yang menjadi momok bagi pelajar
ketika sudah mendekati batas waktu pengumpulan. Hal lain yang berpengaruh yaitu, pemberian tugas
dan ulangan tanpa adanya kesepakatan antarguru sehingga terjadi pelaksanaan jadwal yang tumpang
tindih. Kurangnya kepastian membuat pelajar menjadi semakin bingung dan merasa terbebani.
Diperlukan adanya koordinasi yang baik antarguru, antarsiswa, dan antara guru dengan siswa sehingga
meminimalisir terjadinya miskomunikasi yang justru memberikan negatif terhadap berlangsungnya
program belajar dari rumah.
KORELASI PADATNYA KEGIATAN BELAJAR DENGAN TINGKAT ANXIETY
DISORDER
Anxiety atau kecemasan yang normal adalah munculnya rasa waspada dan hati-hati dalam
melakukan sesuatu, tanpa adanya perasaan khawatir atau tertekan secara berlebih. Dipengaruhi faktor
internal dan eksternal, kecemasan seseorang dapat berubah-ubah. Bagi pelajar, kecemasan datang
melalui berbagai aspek, salah satu yang paling berpengaruh adalah kegiatan pembelajaran. Kecemasan
dalam memperoleh nilai, mengikuti pembelajaran, dan penyelesaian tugas sudah menjadi hal yang
wajar. Dapat dikatakan sebagai hal yang wajar karena setiap pelajar memiliki target dalam
menyelesaikan kewajibannya dengan baik sesuai harapannya. Ketidakwajaran kecemasan terjadi ketika
adanya permasalahan yang timbul sejalan dengan tugas yang diberikan. Pewaktuan yang kurang tepat,
kapasitas yang berlebih, atau kondisi pelajar yang sedang labil dapat menjadi faktor pendorongnya.
Terciptanya lingkungan idealis yang menjadikan nilai sebagai kriteria penentu kecerdasan turut
membentuk pelajar menjadi pribadi yang hanya berorientasi pada prestasi akademis. Tuntutan nilai
sempurna oleh orang tua dan lingkungan sekitarnya menjadi pemicu terjadinya tingkat stres yang tinggi
pada pelajar. Kurangnya perhatian orang tua dan anggapan sepele yang terakumulasi, terpendam dalam
batin anak yang tentunya semakin memperparah kondisi mentalitasnya. Jika pelajar tidak aktif
menyuarakan aspirasinya, atau jika pihak orang tua dan guru kurang menerima masukan, lingkungan
belajar yang kondusif secara fisik, mental, dan akademis akan sulit terwujud.
Kemunduran prestasi, hilangnya semangat belajar, kurang aktraktif dan penyendiri, serta
kesehatan fisik yang menurun sudah menjadi resiko dari penderita anxiety disorder yang tergolong
cukup parah. Munculnya keinginan bunuh diri bahkan kerap terjadi pada penderita anxiety disorder
berat. Biasanya pelajar penderita gangguan kecemasan akan mencoba untuk “lari dari kenyataan”
dengan melakukan berbagai macam cara. Efek lainnya berupa gangguan tidur, yaitu antara sulit tidur
atau selalu ingin tidur. Penderita menjadi rentan menyalahgunakan obat-obatan terlarang dan
mengonsumsi minuman keras.
MENTAL ILLNESS
Definisi Gangguan jiwa atau mental illnes menurut ahli adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kesultan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan
sikapnya terhadap dirinya sendiri. Sedangkan Menurut UU RI no.18 Tahun 2014 menjelaskan bahwa
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dalam pikiran,perilaku,
dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang
sebagai manusia. Jenis-jenis mental illnes yang paling umum meliputi gangguan depresi mayor,
gangguan kecemasan atau anxiety disorder, gangguan bipolar, pikun, gangguan pemusatan
perhatian/hiperaktivitas, skizofrenia, gangguan obsesif kompulsif, autisme, dan gangguan stres
pascatrauma.
Gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi seperti perasaan sedih, kesulitan berpikir, rasa cemas
berlebihan, suasana hati yang berubah-ubah, perubahan pola makan dan lain sebagainya. Terkadang
gejala mental illness juga muncul secara fisik, misalnya nyeri punggung, sakit perut, sakit kepala atau
nyeri dan rasa sakit yang tidak dapat diketahui penyebabnya. Penderita mental illness tidak mengenal
usia, termasuk usia pelajar. Kasus yang ditemui pada usia remaja salah satunya adalah gangguan
kecemasan atau anxiety disorder.
BAB 3. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan tujuan menganalisis terjadinya anxiety disorder atau gangguan
kecemasan terkait diberlakukannya sistem Pembelajaran Jarak Jauh. Untuk mendalami hal tersebut,
dilakukan penelitian menggunakan metode asosiatif dengan pendekatan secara analisis kuantitatif.
Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua variabel
(Sugiyono, 2003). Metode kuantitatif ini memberikan informasi mutakhir yang berlandaskan terhadap
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pegumpulan data
menggunakan instrumen penelitian analisis. Berfokus pada penggalian informasi mendetail melalui
responden dengan teknik purposive sampling, kegiatan penelitian berpusat di daerah Kabupaten
Karanganyar. Beberapa referensi pengolahan data diambil dari penelitian terdahulu, media massa, dan
observasi lingkungan. Data yang diperoleh kemudian disusun dalam kerangka hasil penelitian guna
proses analisis lebih lanjut. Perolehan hasil divalidasi dengan melakukan observasi lapangan dan
wawancara kepada pihak terkait.
Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data guna mendukung akurasi hasil
penelitian. Beberapa teknik yang digunakan peneliti yaitu:
a. Kuesioner
Melalui kuesioner didapatkan sejumlah 209 responden dengan kriteria pelajar aktif dari jenjang
Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup
dengan penyebaran secara online. Tahap ini dilakukan sebanyak dua kali. Kuesioner pertama
disebarkan melalui media sosial guna mendapat responden penelitian dan mengetahui tingkat emosi
dan mentalitasnya secara global. Kuesioner ini dibuka selama dua bulan dan menghasilkan
sebanyak 209 responden. Kuesioner kedua dilakukan setelah penutupan kuesioner pertama dengan
rentang waktu pengisian selama dua hari. Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner kedua berfokus
pada pembahasan utama penelitian, yaitu anxiety disorder yang dialami oleh responden.
b. Wawancara
Tahap wawancara dilakukan setelah penutupan kuesioner kedua, dengan tujuan memperjelas
dan menjamin akurasi data. Peneliti melakukan wawancara kepada tiga responden terpilih, dengan
kriteria yang mewakilkan jenjang umur dan pendidikan. Perbedaan umur, lingkungan, kondisi
mental, dan pola pikir inilah yang menjadi dasar acuan diadakannya verifikasi data melalui
wawancara. Pertanyaan yang diajukan selama wawancara cenderung mengarah pada pengalaman
responden terkait anxiety disorder dan hubungannya dengan pemberakuan sistem Pembelajaran
Jarak Jauh.
c. Observasi
Observasi dilakukan secara langsung dengan mengamati perubahan lingkungan di sekitar
peneliti setelah berjalannya sistem Pembelajaran Jarak Jauh selama kurang lebih enam bulan.
Peneliti juga melakukan observasi berbasis media massa, dengan mereferensi dari fenomena dan
kejadian terkini yang menyangkut anxiety serta pembaharuan sistem pembelajaran ini. Melalui
tahapan observasi, data hasil kuesioner dan wawancara dapat dilihat secara global bagaimana
akurasinya, faktor-faktor yang berpengaruh, serta dampaknya secara luas. Peneliti melaksanakan
kegiatan observasi selama empat bulan (Mei-September).
Observasi mendetail dilakukan peneliti bersamaan dengan pengisisan kuesioner kedua.
Responden yang sudah dikumpulkan kemudian diundang untuk masuk ke dalam grup WhatsApp
yang dikhususkan untuk menguji korelasi penelitian. Tahap ini berlangsung selama dua hari dengan
rincian hari pertama responden diberikan materi, dan hari kedua responden dipersilakan menjawab
pertanyaan terkait materi yang disampaikan. Pertanyaan ini diberikan bersamaan dengan kuesioner
kedua. Melalui pertanyaan ini peneliti juga menguji seberapa tanggap dan cermat apabila responden
diberikan tugas dalam jangka waktu yang singkat.
d. Kajian pustaka
Dalam menjalankan dan menyimpulkan hasil penelitian, dilakukan pengkajian terhadap
berbagai sumber literatur. Peneliti menggunakan buku, artikel, dan jurnal penelitian terdahulu guna
mereferensi lebih jauh penelitian yang dilakukan. Literatur yang dikaji memiliki keterkaitan dengan
anxiety disorder dan online school (secara rinci merujuk pada Pembelajaran Jarak Jauh).
Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari tanggal 15 Mei 2020 dan telah selesai pada tanggal 20 September 2020.
Rincian kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Kegiatan yang Sudah Dilakukan
No Waktu Tempat Kegiatan
1 15 Mei 2020 Jl. Lawu Nomor 86, Popongan Penemuan masalah
2 17 Mei 2020 Media online Pembahasan masalah
3 17 Mei 2020 Media online Perencanaan penelitian
4 24 Mei 2020 Lingkungan sekitar tempat tinggal Observasi terkait masalah
penulis, media online
5 24 Mei 2020 Rumah penulis, media online Mengkaji literatur terkait
6 2 Juni 2020 Media online Menyusun kerangka penelitian
7 2 Juni 2020 Media online Menyusun proposal penelitian
8 6 Juni 2020 Media online Evaluasi dan revisi
9 15 Juni 2020 Rumah penulis, lingkungan sekitar Observasi tahap lanjut
tempat tinggal penulis, media online
10 17 Juni 2020 Media online Pembagian kuesioner
12 19 Agustus 2020 Media online Mengelompokkan data hasil kuesioner
19 Agustus 2020 Rumah penulis, media online Melakukan analisis data
12 September 2020 Media online Pembagian kuesioner tahap kedua
12 September 2020 Media online Pengujian responden melalui kuis
17 September 2020 Media online Wawancara
17 September 2020 Rumah penulis, media online Mengelompokkan ulang data
14 17 September 2020 Rumah penulis, media online Melakukan analisis tahap lanjut
15 18 September 2020 Rumah penulis, media online Menyusun laporan penelitian
16 24 September 2020 Jl. AW. Monginsidi No. 3, Evaluasi laporan penelitian
Karanganyar dan media online
17 24 September 2020 Media online Revisi laporan penelitian
Tabel 2. Pengalokasian Waktu
Mei Juni Juli Agustus September
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penemuan
masalah
Perencanaan
penelitian
Observasi
terkait masalah
Menyusun
proposal
Evaluasi dan
revisi
Observasi tahap
lanjut
Pembagian
kuesioner
Melakukan
analisis
Kuesioner tahap
kedua
Pengujian
responden
Wawancara
responden
Melakukan
analisis
Laporan
penelitian
Evaluasi laporan
penelitian
Penelitian ini menggunakan empat macam metode pengumpulan data. Melalui keempat metode
tersebut, hasil yang didapatkan disusun dan dianalisis secara objektif dengan memperhatikan
keakuratan dan keaktualan data yang disajikan. Responden yang terkumpul sebanyak 209 dengan
menggunakan media google form sebagai kuesioner online.
Tabel 3. Jumlah dan Usia Responden
Dari 209 responden sebanyak 72,2% merupakan responden perempuan, dan sisanya responden
laki-laki sebanyak 28,8%. Rentang usianya yaitu sebanyak 4,8% berusia antara 7-12 tahun, 64,5%
berusia 12-18 tahun, dan 30,7% berusia 19-22 tahun. Rata-rata responden bersekolah di jenjang
SMA/sederajat dengan presentase sebesar 85,7%. Sisanya bersekolah dijenjang SD, SMP, dan
perguruan tinggi. Kegiatan yang dilakukan responden dalam satu minggunya terbilang sibuk karena
banyak beraktivitas (sekolah, organisasi, urusan keluarga) sebanyak 38,2%, merasa biasa saja sebanyak
45,5%, dan mengalami rasa bosan saat di rumah (akibat tidak adanya kegiatan dengan jadwal pasti)
sebanyak 16,2%. Melalui data tersebut, peneliti kemudian menyertakan pertanyaan terkait tingkat stres
yang dialami responden selama berkegiatan di rumah. Dengan penyajian angka 1-10, responden diminta
memilih angka yang mewakilkan tingkat stresnya. Hasilnya, rata-rata responden memilih kisaran angka
lima hingga sepuluh.
Tabel 4. Tingkat Stres Responden
Tingkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah 5 4 5 12 24 22 38 39 25 35
% 2,3% 1,9% 2,3% 5,7% 11,4% 10,5% 18,1% 18,6% 11,9% 17,3%
Melalui kuesioner yang disebarkan, didapat bahwa rata-rata tingkat anxiety tertinggi dialami
oleh remaja dengan rentang usia 13-18 tahun dan 19-22 tahun. Sebanyak 93,7% responden menerapkan
sistem pembelajaran secara daring, sisanya sudah melakukan tatap muka di sekolah secara bergilir,
sebanyal 6,3%. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dinilai membebani pelajar karena banyaknya
pemberian tugas dengan kuantitas yang tidak semestinya. Sejumlah 77,5% responden mengaku
mendapatkan tugas yang jauh lebih banyak dibanding saat melaksanakan pembelajaran secara luring.
Keluhan lain yang dirasakan para siswa ialah rasa tidak tenang akibat jam pembelajaran yang sering
tidak tepat waktu. Dari 209 responden, 50,8% diantaranya mendapatkan tugas di luar jam pelajaran
dengan batas waktu yang terlalu sedikit. Perasaan terhantui dan tuntutan untuk selalu sigap, merupakan
rata-rata alasan ketidaktenangan pelajar selama menjalankan proses Pembelajaran Jarak Jauh. Selain
itu, sebanyak 85,9% pelajar mengalami stres mulai dari tingkat ringan hingga cukup berat akibat adanya
beban pelajaran yang dirasa kurang jelas. Penyebab utamanya adalah pelajar tidak mempelajari materi
secara menyeluruh seperti saat di sekolah karena adanya keterbatasan akses. Yang menjadi catatan,
sejumlah pelajar memang mengalami penurunan semangat belajar. Kemauan belajar menurun dan rasa
malas menghambat berlangsungnya kegiatan belajar yang efektif. Hanya 9,4% pelajar yang termasuk
dalam kategori ambisius ketika menjalankan pembelajaran daring. Sebanyak 61,3% mengaku menjalani
dengan santai, dan sisanya sering mengalami keterlambatan pengumpulan tugas akibat kebiasaan
menunda pekerjaan.
Tingkat cemas yang dialamis pelajar tercatat 26,2% merupakan kecemasan yang cukup parah
karena berdampak pada kesehatan fisik. Pelajar yang jatuh sakit mengaku sering terdesak oleh
permasalahan yang datang dalam sekali waktu, permasalahan antara sekolah, organisasi, pertemanan,
dan/atau keluarga, menjadi hal sensitif yang mudah menyinggung kondisi pelajar di masa pandemi ini.
Hal tersebut sudah menjadi risiko selama pandemi, akibat adanya pembatasan aktivitas di luar rumah.
Mereka yang cenderung memperlihatkan gejala depresi biasanya memang suka mengurung diri. Jika
tidak mereka hanya mau berinteraksi melalui alat komunikasi seperti ponsel dan surat elektronik
(Sativa, 2015). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 11.000 partisipan di
Amerika, menunjukkan bahwa menghilangkan kontak langsung (tatap muka) hanya akan menambah
risiko depresi. “Ternyata tidak semua bentuk sosialisasi itu sama dampaknya terhadap seseorang.
Telepon dan bentuk komunikasi digital terbukti tidak dapat membantu seseorang untuk terhindar dari
depresi sebaik bertatap muka secara langsung,” menurut Dr. Alan Teo dari Oregon Health and Science
University. Begitu pula dengan kecemasan atau anxiety yang cenderung datang akibat adanya
ketidakpastian kondisi yang menyebabkan penderitanya merasa tidak nyaman. Penyesuaian dengan
keterbatasan interaksi di masa pandemi ini memang menjadi masa-masa yang sulit, utamanya bagi
pelajar yang tergolong remaja. Sebanyak 85,7% responden mengaku kerap mengalami anxiety ringan
yang rata-rata dirasakan ketika mengalami pengujian kompetensi diri. Pemikiran terkait sekolah dan
karir di masa depan, kondisi rumah, dan pertemanan juga menjadi pemicu munculnya rasa cemas pada
responden.
Untuk mengkaji lebih dalam, peneliti melakukan wawancara pada tiga responden terpilih.
Masing-masing mewakili rentang usia 7-12 tahun, 13-18 tahun, dan 19-22 tahun. Responden pertama
merupakan pelajar di jenjang SMP dengan kondisi mental yang cukup baik dan stabil. Responden
pertama mengaku tidak begitu keberatan mengenai pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh. Hanya saja,
yang dikeluhkan ialah sistem yang digunakan, masih belum sempurna dan terlalu matematis. Adanya
ketidakjujuran dalam pengerjaan tugas atau penilaian juga menjadi penyebab responden pertama
merasakan kecemasan. Sedangkan pada responden kedua, ditemui penyebab utama terjadinya gangguan
kecemasan yang dialaminya ialah trauma masa kecil (inner child syndrome). Responden kedua kerap
mengalami perlakuan yang kurang baik ketika masih berusia anak-anak. Pengalaman tersebut masih
terus membayangi responden kedua hingga saat masuk ke jenjang SMA. Dengan berlakunya
Pembelajaran Jarak Jauh, responden kedua merasa cukup teganggu. Belum lagi dengan suasana rumah
yang kurang kondusif kerap membuat responden merasa terdistraksi. Pembelajaran pun tidak dapat
berlangsung secara masksimal. Responden kedua mengalami penurunan prestasi dan justru mengalami
kenaikan tingkat kecemasan. Akan tetapi anxiety disorder yang diderita memang sudah ada sejak masa
kecilnya. Pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh hanya sebagai pengaruh eksternal yang
mempengaruhi kecemasan responden. Responden ketiga juga mengaku mengalami anxiety disorder
akibat Pembelajaran Jarak Jauh. Kendala sarana prasarana menjadi pemicu kegelisahan selama
pembelajaran dari rumah. Selain itu, responden ketiga juga merasa kesulitan mengatur manajemen
waktu selama berada di rumah. Pembelajaran pun tidak bisa berjalan optimal karena responden ketiga
kurang memahami materi yang diberikan.
Anxiety disorder merupakan gangguan mental yang dapat mengganggu keseharian
penderitanya. Hasil analisisnya, anxiety disorder tidak secara mutlak disebabkan oleh Pembelajaran
Jarak Jauh. Akan tetapi kedua fenomena ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
BAB 5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa penyebab dan dampak gangguan kecemasan bagi pelajar adalah sebagai berikut :
1. Munculnya Anxiety Disorder pada pelajar disebabkan oleh sistem Pembelajaran Jarak Jauh
yang kurang sesuai.
2. Gangguan kecemasan pada pelajar menyebabkan menurunnya prestasi, motivasi belajar, dan
kesehatan psikis maupun fisik.
3. Penyebab yang paling mempengaruhi gangguan mental ini ialah tugas yang diberikan terlalu
banyak sehingga membuat pelajar tertekan dengan batas waktu pengerjaan yang relatif singkat,
kemudian masalah sarana prasana yang terbatas seperti penggunaan kuota internet yang lebih
besar, jaringan internet yang kurang lancar, serta perangkat elektronik yang kurang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Kevin. 2019. Kenali Tiga Jenis Gangguan Kecemasan dan Gejalanya.
https://www.dosenpendidikan.co.id/mindset-adalah/ [25 Mei 2020].
Anonim. 2020. Mindset Adalah. https://www.dosenpendidikan.co.id/mindset-adalah/ [28 Mei 2020].
Barlow, David H. 2002. Neuroscience research agenda to guide development of a
pathophysiologically based classification system. America: American Psychological
Association.
Goffman, E. 1956. The presentation of self in everyday life. Edinburgh: University of Edinburgh,
Sosial Science Research Centre.
Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
Pedak, Mustamir. 2009. Metode Supernol Menaklukkan Stress. Jakarta: Hikmah Publishing House.
Purba, Putriani. 2013. Mengembangkan Mindset dan Pola Pikir Kita.
https://www.kompasiana.com/putrianipurba/552c943f6ea834f0728b4567/mengembangkan-
mindset-dan-pola-pikir-kita [25 Mei 2020].
Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Studi Analisis Anxiety
Disorder Terkait Masalah yang Muncul Selama Pembelajaran Jarak Jauh”
Kami menyadari bahwa karya tulis ini dapat terselesaikan atas bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs.Bagus Nugroho,M.Pd.,selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Karanganyar
2. Bapak Giyato, S.Pd, M.Pd selaku pembina dari penelitian ini
3. Bapak/Ibu Guru SMA Negeri 1 Karanganyar
4. Orang tua kami tercinta
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada kami
dalam menyelesaikan proposal ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan
balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami selaku penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan karya tulis ini. Untuk itu,
segala saran dan kritik dari para pembaca sangat kami butuhkan demi kesempurnaan
penyusunan laporan di masa yang akan datang.
Akhirnya dalam kesederhanaan bentuk ini, kami berharap semoga karya tulis
ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Penulis
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Inform Consent
Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai
responden pada penelitian yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 1 Karanganyar.
Judul Penelitian : “Studi Analisis Anxiety Disorder Terkait Masalah yang Muncul Selama
Pembelajaran Jarak Jauh”
Peneliti :
1. Chantiq Hast Dhuatu
2. Moshaddeq Freudy Nurudin
NIS 16686
Lampiran 2
Dengan hormat,
Saya siswi Sekolah Menengah Atas jurusan MIPA SMA Negeri 1 Karanganyar,
bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Studi Analisis Anxiety Disorder Terkait
Masalah yang Muncul Selama Pembelajaran Jarak Jauh”.
Saya mengharap partisipasi anda dalam penelitian yang saya lakukan, saya menjamin
kerahasiaan dan identitas Anda. Informasi yang anda berikan semata-mata hanya digunakan
untuk pengembangan ilmu kesehatan terkhusus psikologi dan tidak digunakan untuk maksud
lain.
Apabila Anda bersedia menjadi responden, silahkan mengisi dan menandatangani
lembar persetujuan menjadi responden.
Atas perhatian dan kesediaan Anda saya ucapkan terimakasih.
KUESIONER I
STUDI ANALISIS ANXIETY DISORDER TERKAIT MASALAH YANG MUNCUL
SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI KABUPATEN KARANGANYAR
A. Data Demografi
Usia :
Jenis Kelamin : Laki Laki
Perempuan
Pendidikan yang sedang ditempuh saat ini : SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan Tinggi
Seberapa sibuk kalian setiap minggunya?
Sering gabut
Biasa aja karena jarang ada acara
Sibuk karena banyak kegiatan
Metode pembelajaran apa yang sedang kalian jalankan?
Daring (Online)
Luring (Offline)
Enak enggak pembelajaran secara daring (online)?
Iya
Enggak
Menurut kalian enakan mana sekolahnya?
Daring
Luring
Apakah jumlah tugas daring lebih banyak?
Ya
Enggak
Sama aja
Apakah pembelajaran di sekolah kalian tepat waktu?
Ya
Enggak
Apakah kalian kerap merasa kesal saat pembelajaran daring? (misal karena kendala sinyal,
jam belajar, atau tugas yang diberikan)
Ya
Biasa aja
Enggak
Apakah penggunaan kuota menjadi lebih boros selama sekolah dari rumah (PJJ)?
Ya
Biasa Aja
Enggak
Pusing nggak sih kalau dapet tugas online gini?
Ya
Biasa Aja
Enggak
Menurut kalian efektif mana sistem belajarnya?
Daring
Luring
Alasan sistem daring/luring lebih efektif:
Ada saran buat PJJ nggak? (Isi masukan kalian aja secara jujur)
KUESIONER II
STUDI ANALISIS ANXIETY DISORDER TERKAIT MASALAH YANG MUNCUL
SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI KABUPATEN KARANGANYAR
Apakah kalian kerap mengalami anxiety? (Ingat, anxiety atau kecemasan berbeda dengan anxiety
disorder yang artinya GANGGUAN KECEMASAN)
Ya
Tidak
Pada momen apa kalian merasakan anxiety?
Hampir setiap momen
Memikirkan kondisi seseorang (keluarga, teman, ataupun diri sendiri)
Pengujian kompetensi diri
Masuk ke lingkungan baru
Apakah kalian merasakan adanya anxiety selama PSBB ini?
Ya
Tidak
Mengapa kalian mengalaminya? (boleh memilih lebih dari satu)
Memikirkan sekolah dan karir di masa depan
Kondisi rumah yang kurang kondusif
Tidak bisa bersosialisasi dengan teman
Tidak mengalami
Apakah PJJ juga memengaruhi anxiety kalian?
Ya
Tidak
Mungkin
Mengapa PJJ berpengaruh? (boleh memilih lebih dari satu)
Terlalu banyak tugas
Tipikal mengumpulkan tugas mepet deadline
Kerap ada trouble terkait sarana prasarana
Lingkungan kurang mendukung kenyamanan PJJ
Gejala anxiety mana yang biasanya kalian rasakan?
Pingsan, tidak memiliki motivasi hidup, mencari pelarian
Mual, muntah, atau jatuh sakit
Sulit berkonsentrasi, lemas, pusing
Tuliskan perasaan yang menjadi kecemasan terbesarmu
Dari skala 1-10, Berapa tingkat cemas yang biasa kamu rasakan?