Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI

Studi Analisis Anxiety Disorder Terkait


Masalah yang Muncul Selama Pembelajaran Jarak Jauh

Bidang Lomba Penelitian :


ISH

SMA Negeri 1 Karanganyar

Karanganyar, Jawa Tengah


Tahun 2020
PERNYATAAN PENELITI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Chantiq Hast Dhuatu
Tempat/Tanngal Lahir : Karanganyar/21 Agustus 2004
NIS : 16686
Asal Sekolah : SMA Negeri 1 Karanganyar

Dengan ini menyatakan bahwa proposal kegiatan saya dengan judul:


STUDI ANALISIS ANXIETY DISORDER TERKAIT MASALAH YANG MUNCUL SELAMA
PEMBELAJARAN JARAK JAUH

Bersifat orisinal/bukan plagiasi/belum pernah dilombakan dan/atau pernah


dilombakan tetapi belum mendapat juara/penghargaan di tingkat
Nasional/Internasional

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka


saya bersedia menerima konsekuensi sesuai aturan KOPSI.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Studi Analisis Anxiety Disorder Terkait
Masalah yang Muncul Selama Pembelajaran Jarak Jauh

Chantiq Hast Dhuatu ¹, Moshaddeq Freudy Nurudin ¹, Giyato, S.Pd., M.Pd.²


¹Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar, Jalan A.W Monginsidi 03, Karanganyar, Jawa Tengah

²Guru SMA Negeri 1 Karanganyar, Jalan A.W Monginsidi 03, Karanganyar, Jawa Tengah

ABSTRAK

Dalam rangka mencegah meluasnya penularan Covid-19, Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan beberapa surat edaran terkait langkah pencegahan
penularan Covid-19, salah satunya mengenai Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pada Surat Edaran Nomor
4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus
Disease (Covid-19), dipaparkan sejumlah arahan mengenai proses belajar dari rumah. Akan tetapi
kendala yang muncul selama berlangsungnya sistem ini justru bertolak belakang dengan tujuan
pendidikan Indonesia. Munculnya beberapa gangguan kesehatan, termasuk kesehatan mental menjadi
hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut. Anxiety disorder atau yang lebih sering disebut gangguan
kecemasan, kini tengah banyak dikeluhkan di kalangan pelajar. Peneliti pun berinisiatif meneliti
sejumlah 209 responden dengan metode asosiatif kuantitatif. Pengumpulan datanya dilakukan melalui
tahapan kuesioner, wawancara, observasi, dan kajian pustaka. Hasilnya menunjukkan antara anxiety
dan Pembelajaran Jarak Jauh memiliki hubungan yang saling berpengaruh, namun juga dengan
dukungan faktor lainnya. Melalui penelitian ini diharapkan pandangan mengenai kesehatan mental tidak
lagi dikesampingkan. Dengan demikian kesehatan keseluruhan dapat dicapai dengan terpenuhinya
keseimbangan kesehatan fisik dan mental.

BAB 1
PENDAHULUAN

Dalam rangka mencegah meluasnya penularan Covid-19, pemerintah telah mengeluarkan


beberapa regulasi di berbagai sektor, tidak terkecuali pada sektor pendidikan. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan beberapa surat edaran terkait langkah pencegahan
penularan Covid-19, salah satunya mengenai Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pada Surat Edaran Nomor
4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus
Disease (Covid-19), dipaparkan sejumlah arahan mengenai proses belajar dari rumah. Kebijakan ini
ditujukan pada seluruh jenjang sekolah, mulai dari PAUD dan TK (prasekolah), hingga perguruan
tinggi, baik negeri maupun swasta. Melalui pemberlakuan sistem Pembelajaran Jarak Jauh, interaksi
antara tenaga pengajar dan pelajar tetap terjalin dan berlangsung tanpa adanya penundaan kurikulum di
tengah pandemi.
Sekolah, sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar, kini digantikan
sementara oleh berbagai macam platform pendidikan berbasis internet. Aplikasi edukatif yang
menunjang pembelajaran akademis siswa tengah ramai digunakan sebagai media pengganti kegiatan
belajar mengajar secara luring. Dari segi sumber daya manusia, antara pelajar maupun pengajar, tidak
sedikit jumlahnya yang memang sudah cakap menghadapi pembaruan sistem ini. Akan tetapi, yang
menjadi kendala ialah tidak semuanya siap menghadapi perubahan sistem pembelajaran menjadi daring,
dalam artian adanya keterpaksaan kesiapan. Beberapa yang masih mengalami hambatan ini ialah
sekolah dengan tenaga pengajar yang kurang mumpuni. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba
sewajarnya membawa dampak ketidaksiapan suatu perangkat yang menjalankan suatu sistem. Sebagai
contohnya pengajar dan pelajar dengan fasilitas yang kurang memadai. Tidak sedikit pelajar mengeluh
terkait kendala yang mereka alami selama berlangsungnya sistem Pembelajaran Jarak Jauh. Masalah
paling umum yang menjadi keluhan siswa ialah sulitnya memahami materi yang diberikan. Beberapa
faktor yang memengaruhi diantaranya tidak lancarnya kegiatan belajar mengajar akibat keterbatasan
sarana prasarana, kesiapan tenaga pengajar yang masih kurang, ketidakmampuan pelajar dalam
menangkap materi yang diberikan, pemberian tugas tanpa materi, dan manajemen kegiatan belajar
mengajar yang masih kurang baik akibat kurangnya koordinasi antara pihak pengajar dan pelajar.
Kendala selama berlangsungnya kegiatan belajar dari rumah tidak jarang membawa keluhan
yang cukup serius. Sejumlah pelajar mengaku pernah jatuh sakit akibat ketidaksiapan mereka selama
menjalankan sistem pendidikan daring. Beberapa juga mengeluhkan stres, baik dari tingkat ringan
maupun berat. Idealnya, melalui Pembelajaran Jarak Jauh, proses belajar tetap dapat mengakomodasi
kebutuhan belajar siswa sesuai dengan minat dan bakat dengan porsi yang disesuaikan. Tujuan inilah
yang masih belum terealisasikan secara sempurna mengingat kematangan kemampuan yang berbeda di
setiap sekolah. Menurut data Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sejak 16 Maret sampai 9
April 2020, telah dilaporkan sekitar 213 pengaduan PJJ baik dari orang tua maupun siswa (Farisa,
2020). Laporan tersebut rata-rata berisi keluhan mengenai pemberian waktu penugasan yang terlalu
singkat, banyaknya tugas merangkum dan menyalin buku, jam belajar yang kaku, dan keterbatasan
sarana prasarana. Munculnya permasalahan internal seperti gangguan fokus, melemahnya daya tangkap
dalam belajar, tidak stabilnya emosi dan ambisi, serta stres menjadi pemicu munculnya hambatan yang
dapat mengganggu pelajar selama berada di rumah. Belum lagi jika ditarik korelasinya dengan
permasalahan eksternal, misalnya masalah keluarga, ekonomi, hubungan pertemanan, dan kegiatan
rutinitas lainnya yang mungkin terganggu akibat pandemi.
Dari berbagai dampak permasalahan terkait Pembelajaran Jarak Jauh, yang paling
dikhawatirkan ialah dampak psikologisnya bagi pelajar. Psikologis dan kesehatan mental merupakan
kunci utama dalam mewujudkan kesehatan secara menyeluruh. There is no health without mental
health, sebagaimana definisi sehat yang dikemukakan World Health Organization (WHO) bahwa
“keadaan yang sempurna dari fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan”. Kesehatan mental menjadi komponen dasar yang melandasi kondisi kesehatan seseorang
secara utuh (Ayuningtyas, 2018). Dengan kesehatan mental yang baik, seseorang dapat menyadari
potensi mereka, mengatasi tekanan kehidupan yang normal, bekerja secara produktif, dan berkotribusi
secara baik dalam kehidupan sosialnya. Mental yang sehat dapat terwujud apabila individu terkait dapat
mengatur manajemen hidupnya dengan baik disertai lingkungan dan kondisi yang mendukung.
Dikutip dari Republika.co.id, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti dalam
keterangan pers yang diterima Antara di Jakarta, Kamis, 27 Agustus 2020, mengatakan bahwa, “Banyak
anak tidak bisa mengakses PJJ secara daring, sehingga banyak dari mereka yang tidak bisa naik kelas
sampai putus sekolah.” Hal ini justru bertentangan dengan Surat Edararan Mendikbud Nomor 4 Tahun
2020 yang menyebutkan bahwa selama PJJ guru tidak boleh mengejar ketercapaian kurikulum karena
keterbatasan waktu, sarana, media pembelajaran, dan lingkungan yang menjadi kendala selama proses
pembelajaran. Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian terhadap kondisi pelajar selama berada di
rumah, terutama kondisi mentalnya. Melihat hiruk-pikuk berita Pembelajaran Jarak Jauh, peniliti
tertarik untuk menganalisis adanya gangguan mental, berfokus pada anxiety disorder (gangguan
kecemasan) pada pelajar yang terjadi selama berlangsungnya kegiatan belajar secara daring.
Secara global, penelitian ini bertujuan menemukan keterkaitan antara meningkatnya gejala
anxiety disorder dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh. Melihat kasusnya belum ditangani secara baik
dan maksimal, peneliti mengangkat studi analisis ini guna menyadarkan pentingnya kesehatan mental
bagi pelajar. Tujuan khusunya tidak lain ialah merubah persepsi masyarakat bahwa kecerdasan
akademis harus dikedepankan di atas segalanya, tanpa memperhatikan faktor kesehatan manusia pada
normalnya. Kesehatan mental yang juga masih menjadi hal tabu, seperti anggapan sakit mental serupa
dengan gila, masih perlu diluruskan. Setiap orang berhak merasakan kesehatan secara keseluruhan
tanpa harus tertekan perspektif lingkungan dan tuntutan orang sekitar. Percaya diri dalam menunjukkan
bakat dan minatnya, unggul dalam bidang yang digeluti, dan mampu mengenal dengan baik dirinya
sendiri, merupakan syarat penting untuk mencapai kehidupan yang sehat jasmani dan rohani. Seperti
kalimat, “Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat,” peneliti berasumsi pengembangan kajian
terkait kesehatan mental perlu disalurkan dan diterapkan pada kehidupan masyarakat. Bedasarkan hal
tersebut, penulis merumuskan ide penelitian terkait analisis anxiety disorder (gangguan kecemasan)
yang dialami pelajar terhadap masalah yang muncul selama kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh di masa
pandemi Covid-19. Pemilihan anxiety disorder didasarkan pada banyaknya keluhan mengenai gejala
anxiety mulai dari yang ringan hingga parah (merujuk pada gangguan), yang dijumpai peneliti.

BAB 2. TINJAUN PUSTAKA


ANXIETY DISORDER (GANGGUAN KECEMASAN)
Pola pikir atau mindset adalah cara menilai dan memberikan kesimpulan terhadap sesuatu
berdasarkan sudut pandang tertentu. Menurut James Arthur Ray, pola pikir artinya sekumpulan
kepercayaan yang memengaruhi sikap seseorang, atau cara berfikir yang menentukan perilaku,
pandangan sikap, dan masa depan seseorang. Anxiety atau kecemasan merupakan perasaan gugup atau
gelisah yang umum dialami oleh sebagian orang. Biasanya, siswa mengalami kecemasan ketika
berhadapan dengan kondisi tertentu, seperti saat ujian, bertemu guru, atau ketika melakukan
pelanggaran peraturan sekolah. Menghadapi lingkungan baru, seperti saat penerimaan peserta didik,
perpindahan sekolah, dan lainnya, juga dapat memunculkan rasa cemas.

Rasa cemas ini umum dialami sebagai bentuk naluriah manusia yang bermanfaat dalam
meningkatkan kewaspadaan dan sikap hati-hati. Memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi
di masa mendatang menjadi bentuk antisipasi untuk tidak melakukan hal-hal kontraproduktif. Akan
tetapi, pemikiran yang tidak didasari dengan motivasi yang kuat, justru kerap menjerumuskan seseorang
untuk melakukan sesuatu yang berkebalikan. Pemikiran mengenai kemungkinan terburuk yang serta
merta dilakukan karena rasa takut tanpa adanya jalan keluar yang solutif, hanya akan memunculkan
kecemasan yang tidak berarti. Kondisi ini tidak jarang mengarah pada penghakiman terhadap diri
sendiri (self judgig). Kebiasaan tersebut biasanya hadir akibat adanya tekanan baik dari dalam ataupun
luar, yang berkutat pada pelemparan masalah, atau menyalahkan diri seseorang. Berdasarkan pendapat
Dr. Cynthia Thaik, dokter ahli jantung sekaligus pendiri Revitalize-U, hal tersebut dapat mengarah pada
pola pikir negatif, meragukan diri sendiri, dan akhirnya berujung pada gejala kecemasan berlebih.
Kecemasan ini bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan
emosi (Ramaiah, 2003:10).

BAHAYA ANXIETY DISORDER


Presentasi diri adalah upaya seseorang untuk menimbulkan kesan pada dirinya dan orang lain
(Goffman, 1956). Dengan kesan yang baik, akan muncul kepercayaan diri yang baik pula. Begitu pun
sebaliknya, tanpa adanya kesan positif, seseorang akan menjadi lebih mudah menyalahkan diri sendiri
atau biasa disebut diagnosis terhadap diri sendiri. Tindakan ini masih menjadi pekerjaan yang harus
diselesaikan setiap orang dalam mengatasi rasa minder dan pesimis yang berlebihan.
Kecemasan yang timbul, biasanya berasal dari perasaan tidak sadar dan jarang berhubungan
dengan objek nyata. Akan tetapi, bukan berarti gangguan kecemasan tidak dipengaruhi oleh faktor
eksternal. Menurut Kholil Lur Rochman, (2010:103) gejala-gejala kecemasan yang sering timbul
diantaranya: hal-hal yang mencemaskan hati, rasa takut, emosi yang tidak stabil, mudah marah,
muncuya fantasi atau delusi, bahkan jika parah penderitanya dapat mengalami gejala fisik seperti
muntah, kelelahan, gemetar, tekanan jantung dan darah tinggi. Anxiety disorder secara ringan tidak
sampai menimbulkan gejala tersebut, karena perasaan cemas yang normal ialah meningkatnya
kewaspadaan seseorang agar dapat lebih berhati-hati. Beberapa gangguan kecemasan menurut National
Institute of Mental Health, yaitu GAD (Generalized Anxiety Disorder) yang ditandai rasa khawatir dan
tegang berlebihan, gangguan kecemasan sosial yang sering muncul ketika penderita berada di tengah
keramaian, gangguan panik secara tiba-tiba, hingga fobia spesifik terhadap sesuatu yang umumnya
tidak berbahaya.

PENERAPAN PROGRAM BELAJAR DARI RUMAH (STUDY FROM HOME)


Di tengah hiruk-pikuk berita pandemi Covid-19, masalah pendidikan juga mengalami
perkembangan yang menarik perhatian masyarakat. Pada era globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi terus terjadi secara pesat. Salah satunya adalah digitalisasi media pendidikan. Inovasi ini
menjadi langkah solutif dalam memberlangsungkan kegiatan belajar mengajar ditengah pandemi. Guru
dapat memberikan materi dan tugas sekolah melalui media berbasis online. Kegiatan berorganisasi pun
dapat dilakukan secara daring. Begitu pula pada kondisi pelajar yang mengikuti program belajaran dari
rumah (study from home). Berbagai respon disampaikan sebagai bentuk aspirasi pelajar menghadapi
kemajuan di bidang pendidikan ini. Tidak sedikit siswa merasa program belajar dari rumah merupakan
terobosan yang dapat dikembangkan guna memajukan sistem pendidikan di Indonesia. Akan tetapi,
sebagian besar siswa merasa terkendala dengan adanya program belajar dari rumah. Permasalahan
sarana prasarana seperti sinyal dan perangkat elektronik menjadi bahasan utama. Selain itu faktor
waktu, ketepatan jadwal, peluang terjadinya kecurangan juga menjadi masalah lain yang perlu
diperhatikan.

Kepentingan pribadi pelajar, seperti membantu orang tua, waktu berkumpul bersama keluarga,
dan jam istirahat kerap kali terganggu akibat pemberian tugas dan jadwal yang tidak menentu oleh guru
pengajar. Di satu sisi, guru juga memiliki kesibukan, seperti jadwal piket, kepentingan urusan pribadi,
sekaligus memegang tanggung jawab atas mata pelajaran yang diampu. Kurangnya koordinasi dapat
menyebabkan pelajar hanya mengambil sisi negatifnya, tanpa ada pertimbangan lebih lanjut. Jika tidak
ditangani, hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental pelajar. Bermula dari hal kecil seperti tugas,
kebiasaan menunda pekerjaan akan menciptakan kumpulan tugas yang menjadi momok bagi pelajar
ketika sudah mendekati batas waktu pengumpulan. Hal lain yang berpengaruh yaitu, pemberian tugas
dan ulangan tanpa adanya kesepakatan antarguru sehingga terjadi pelaksanaan jadwal yang tumpang
tindih. Kurangnya kepastian membuat pelajar menjadi semakin bingung dan merasa terbebani.
Diperlukan adanya koordinasi yang baik antarguru, antarsiswa, dan antara guru dengan siswa sehingga
meminimalisir terjadinya miskomunikasi yang justru memberikan negatif terhadap berlangsungnya
program belajar dari rumah.
KORELASI PADATNYA KEGIATAN BELAJAR DENGAN TINGKAT ANXIETY
DISORDER
Anxiety atau kecemasan yang normal adalah munculnya rasa waspada dan hati-hati dalam
melakukan sesuatu, tanpa adanya perasaan khawatir atau tertekan secara berlebih. Dipengaruhi faktor
internal dan eksternal, kecemasan seseorang dapat berubah-ubah. Bagi pelajar, kecemasan datang
melalui berbagai aspek, salah satu yang paling berpengaruh adalah kegiatan pembelajaran. Kecemasan
dalam memperoleh nilai, mengikuti pembelajaran, dan penyelesaian tugas sudah menjadi hal yang
wajar. Dapat dikatakan sebagai hal yang wajar karena setiap pelajar memiliki target dalam
menyelesaikan kewajibannya dengan baik sesuai harapannya. Ketidakwajaran kecemasan terjadi ketika
adanya permasalahan yang timbul sejalan dengan tugas yang diberikan. Pewaktuan yang kurang tepat,
kapasitas yang berlebih, atau kondisi pelajar yang sedang labil dapat menjadi faktor pendorongnya.
Terciptanya lingkungan idealis yang menjadikan nilai sebagai kriteria penentu kecerdasan turut
membentuk pelajar menjadi pribadi yang hanya berorientasi pada prestasi akademis. Tuntutan nilai
sempurna oleh orang tua dan lingkungan sekitarnya menjadi pemicu terjadinya tingkat stres yang tinggi
pada pelajar. Kurangnya perhatian orang tua dan anggapan sepele yang terakumulasi, terpendam dalam
batin anak yang tentunya semakin memperparah kondisi mentalitasnya. Jika pelajar tidak aktif
menyuarakan aspirasinya, atau jika pihak orang tua dan guru kurang menerima masukan, lingkungan
belajar yang kondusif secara fisik, mental, dan akademis akan sulit terwujud.

Kemunduran prestasi, hilangnya semangat belajar, kurang aktraktif dan penyendiri, serta
kesehatan fisik yang menurun sudah menjadi resiko dari penderita anxiety disorder yang tergolong
cukup parah. Munculnya keinginan bunuh diri bahkan kerap terjadi pada penderita anxiety disorder
berat. Biasanya pelajar penderita gangguan kecemasan akan mencoba untuk “lari dari kenyataan”
dengan melakukan berbagai macam cara. Efek lainnya berupa gangguan tidur, yaitu antara sulit tidur
atau selalu ingin tidur. Penderita menjadi rentan menyalahgunakan obat-obatan terlarang dan
mengonsumsi minuman keras.

MENTAL ILLNESS
Definisi Gangguan jiwa atau mental illnes menurut ahli adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kesultan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan
sikapnya terhadap dirinya sendiri. Sedangkan Menurut UU RI no.18 Tahun 2014 menjelaskan bahwa
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dalam pikiran,perilaku,
dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang
sebagai manusia. Jenis-jenis mental illnes yang paling umum meliputi gangguan depresi mayor,
gangguan kecemasan atau anxiety disorder, gangguan bipolar, pikun, gangguan pemusatan
perhatian/hiperaktivitas, skizofrenia, gangguan obsesif kompulsif, autisme, dan gangguan stres
pascatrauma.

Gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi seperti perasaan sedih, kesulitan berpikir, rasa cemas
berlebihan, suasana hati yang berubah-ubah, perubahan pola makan dan lain sebagainya. Terkadang
gejala mental illness juga muncul secara fisik, misalnya nyeri punggung, sakit perut, sakit kepala atau
nyeri dan rasa sakit yang tidak dapat diketahui penyebabnya. Penderita mental illness tidak mengenal
usia, termasuk usia pelajar. Kasus yang ditemui pada usia remaja salah satunya adalah gangguan
kecemasan atau anxiety disorder.
BAB 3. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan tujuan menganalisis terjadinya anxiety disorder atau gangguan
kecemasan terkait diberlakukannya sistem Pembelajaran Jarak Jauh. Untuk mendalami hal tersebut,
dilakukan penelitian menggunakan metode asosiatif dengan pendekatan secara analisis kuantitatif.
Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua variabel
(Sugiyono, 2003). Metode kuantitatif ini memberikan informasi mutakhir yang berlandaskan terhadap
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pegumpulan data
menggunakan instrumen penelitian analisis. Berfokus pada penggalian informasi mendetail melalui
responden dengan teknik purposive sampling, kegiatan penelitian berpusat di daerah Kabupaten
Karanganyar. Beberapa referensi pengolahan data diambil dari penelitian terdahulu, media massa, dan
observasi lingkungan. Data yang diperoleh kemudian disusun dalam kerangka hasil penelitian guna
proses analisis lebih lanjut. Perolehan hasil divalidasi dengan melakukan observasi lapangan dan
wawancara kepada pihak terkait.

Sampel dan Populasi


Pengambilan populasi dan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria pelajar,
mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi. Sampel merupakan pelajar aktif yang
bersedia menjadi responden dalam waktu penelitian yang sudah ditetapkan. Peneliti memfokuskan
pengambilan sampel di daerah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dalam kurun waktu dua bulan
(Juni-September), didapatkan sebanyak 209 responden dari wilayah Kabupaten Karanganyar dengan
tambahan waktu selama dau hari untuk melangsungkan tahap kuesioner kedua dan wawancara. Semua
rangkaian proses penelitian ini dilakukan secara online, bertempat di kediaman masing-masing peneliti
dan responden.

Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data guna mendukung akurasi hasil
penelitian. Beberapa teknik yang digunakan peneliti yaitu:
a. Kuesioner
Melalui kuesioner didapatkan sejumlah 209 responden dengan kriteria pelajar aktif dari jenjang
Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup
dengan penyebaran secara online. Tahap ini dilakukan sebanyak dua kali. Kuesioner pertama
disebarkan melalui media sosial guna mendapat responden penelitian dan mengetahui tingkat emosi
dan mentalitasnya secara global. Kuesioner ini dibuka selama dua bulan dan menghasilkan
sebanyak 209 responden. Kuesioner kedua dilakukan setelah penutupan kuesioner pertama dengan
rentang waktu pengisian selama dua hari. Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner kedua berfokus
pada pembahasan utama penelitian, yaitu anxiety disorder yang dialami oleh responden.
b. Wawancara
Tahap wawancara dilakukan setelah penutupan kuesioner kedua, dengan tujuan memperjelas
dan menjamin akurasi data. Peneliti melakukan wawancara kepada tiga responden terpilih, dengan
kriteria yang mewakilkan jenjang umur dan pendidikan. Perbedaan umur, lingkungan, kondisi
mental, dan pola pikir inilah yang menjadi dasar acuan diadakannya verifikasi data melalui
wawancara. Pertanyaan yang diajukan selama wawancara cenderung mengarah pada pengalaman
responden terkait anxiety disorder dan hubungannya dengan pemberakuan sistem Pembelajaran
Jarak Jauh.
c. Observasi
Observasi dilakukan secara langsung dengan mengamati perubahan lingkungan di sekitar
peneliti setelah berjalannya sistem Pembelajaran Jarak Jauh selama kurang lebih enam bulan.
Peneliti juga melakukan observasi berbasis media massa, dengan mereferensi dari fenomena dan
kejadian terkini yang menyangkut anxiety serta pembaharuan sistem pembelajaran ini. Melalui
tahapan observasi, data hasil kuesioner dan wawancara dapat dilihat secara global bagaimana
akurasinya, faktor-faktor yang berpengaruh, serta dampaknya secara luas. Peneliti melaksanakan
kegiatan observasi selama empat bulan (Mei-September).
Observasi mendetail dilakukan peneliti bersamaan dengan pengisisan kuesioner kedua.
Responden yang sudah dikumpulkan kemudian diundang untuk masuk ke dalam grup WhatsApp
yang dikhususkan untuk menguji korelasi penelitian. Tahap ini berlangsung selama dua hari dengan
rincian hari pertama responden diberikan materi, dan hari kedua responden dipersilakan menjawab
pertanyaan terkait materi yang disampaikan. Pertanyaan ini diberikan bersamaan dengan kuesioner
kedua. Melalui pertanyaan ini peneliti juga menguji seberapa tanggap dan cermat apabila responden
diberikan tugas dalam jangka waktu yang singkat.
d. Kajian pustaka
Dalam menjalankan dan menyimpulkan hasil penelitian, dilakukan pengkajian terhadap
berbagai sumber literatur. Peneliti menggunakan buku, artikel, dan jurnal penelitian terdahulu guna
mereferensi lebih jauh penelitian yang dilakukan. Literatur yang dikaji memiliki keterkaitan dengan
anxiety disorder dan online school (secara rinci merujuk pada Pembelajaran Jarak Jauh).

Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari tanggal 15 Mei 2020 dan telah selesai pada tanggal 20 September 2020.
Rincian kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Kegiatan yang Sudah Dilakukan
No Waktu Tempat Kegiatan
1 15 Mei 2020 Jl. Lawu Nomor 86, Popongan Penemuan masalah
2 17 Mei 2020 Media online Pembahasan masalah
3 17 Mei 2020 Media online Perencanaan penelitian
4 24 Mei 2020 Lingkungan sekitar tempat tinggal Observasi terkait masalah
penulis, media online
5 24 Mei 2020 Rumah penulis, media online Mengkaji literatur terkait
6 2 Juni 2020 Media online Menyusun kerangka penelitian
7 2 Juni 2020 Media online Menyusun proposal penelitian
8 6 Juni 2020 Media online Evaluasi dan revisi
9 15 Juni 2020 Rumah penulis, lingkungan sekitar Observasi tahap lanjut
tempat tinggal penulis, media online
10 17 Juni 2020 Media online Pembagian kuesioner
12 19 Agustus 2020 Media online Mengelompokkan data hasil kuesioner
19 Agustus 2020 Rumah penulis, media online Melakukan analisis data
12 September 2020 Media online Pembagian kuesioner tahap kedua
12 September 2020 Media online Pengujian responden melalui kuis
17 September 2020 Media online Wawancara
17 September 2020 Rumah penulis, media online Mengelompokkan ulang data
14 17 September 2020 Rumah penulis, media online Melakukan analisis tahap lanjut
15 18 September 2020 Rumah penulis, media online Menyusun laporan penelitian
16 24 September 2020 Jl. AW. Monginsidi No. 3, Evaluasi laporan penelitian
Karanganyar dan media online
17 24 September 2020 Media online Revisi laporan penelitian
Tabel 2. Pengalokasian Waktu
Mei Juni Juli Agustus September
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penemuan
masalah
Perencanaan
penelitian
Observasi
terkait masalah
Menyusun
proposal
Evaluasi dan
revisi
Observasi tahap
lanjut
Pembagian
kuesioner
Melakukan
analisis
Kuesioner tahap
kedua
Pengujian
responden
Wawancara
responden
Melakukan
analisis
Laporan
penelitian
Evaluasi laporan
penelitian

Pengolahan dan Analisis Data


1. Analisis pandangan dan pendapat kalangan pelajar
Analisis yang didasarkan pada survei masyarakat, dilakukan terkait berlangsungnya
Pembelajaran Jarak Jauh dan korelasinya dengan anxiety disorder yang terjadi di kalangan pelajar.
Diperlukan dukungan dengan mengambil data secara langsung dari lapangan dengan tujuan akurasi
data. Survei pendapat menjadi gambaran umum penelitian dan data tambahan mengenai
permasalahan anxiety disorder yang diangkat penulis. Pendapat yang disampaikan menjadi bahan
pertimbangan dan data tambahan dalam penulisan laporan penelitian.
2. Mengkaji sumber literatur yang berkaitan
Dengan mengkaji sumber literatur, data yang disampaikan dapat diperkuat dengan pendapat
para ahli dan penelitian terdahulu. Data hasil literasi digunakan untuk mendukung data yang
disajikan dalam laporan karya ilmiah mengenai anxiety disorder dan sistem Pembelajaran Jarak
Jauh.
3. Membagikan kuesioner dan melakukan wawancara
Kuesioner dibagikan kepada lebih dari 150 responden dengan tujuan mendapat data secara luas
namun memiliki hasil yang akurat. Data yang dikumpulkan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit. Kuesioner dibagikan secara daring kepada masayarakat dan pelajar di Kabupaten
Karanganyar. Tahap wawancara dilakukan kepada tiga responden terpilih dengan rincian masing-
masing mewakili rentang umur antara 7-12 tahun, 13-18 tahun, dan 19-22 tahun. Hal ini dilakukan
guna mendapat data dari sudut pandang yang berbeda berdasar usia, kestabilan emosional, pola
pikir, dan pengalaman yang sudah dilalui responden. Wawancara ini bertujuan sebagai tahap
validasi data yang telah dikumpulkan sebelumnya.
4. Pengelompokkan dan analisis data hasil penelitian
Data hasil kuesioner dan wawancara dikelompokkan sesuai jenisnya, kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan bagian-bagian dalam laporan penelitian. Hasil pengelompokan data
kemudian dianalisis untuk dikembangkan dalam kerangka penelitian.
5. Penyusunan kerangka dan data penelitian
Hasil analisis data dimasukkan ke dalam kerangka penelitian dengan penambahan data-data
hasil observasi dan literasi yang sudah didapatkan. Dengan demikian, antardata hasil penelitian
akan menunjang satu sama lain.
6. Penyimpulan keseluruhan data
Data keseluruhan yang telah didapatkan akan dihubungkan dan dianalisis. Langkah terakhir
adalah menyimpulkan data dilandasi hal-hal yang mendasarinya. Kemudian dilakukan finishing
dengan evaluasi laporan penelitian.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan empat macam metode pengumpulan data. Melalui keempat metode
tersebut, hasil yang didapatkan disusun dan dianalisis secara objektif dengan memperhatikan
keakuratan dan keaktualan data yang disajikan. Responden yang terkumpul sebanyak 209 dengan
menggunakan media google form sebagai kuesioner online.
Tabel 3. Jumlah dan Usia Responden

Jumlah Usia Usia Usia


Responden 7-12 tahun 13-18 tahun 19-22 tahun
Laki-laki 58 7 37 21
Perempuan 151 3 98 43
Total 209 10 135 64
Persentase 100% 4,8% 64,5% 30,7%

Dari 209 responden sebanyak 72,2% merupakan responden perempuan, dan sisanya responden
laki-laki sebanyak 28,8%. Rentang usianya yaitu sebanyak 4,8% berusia antara 7-12 tahun, 64,5%
berusia 12-18 tahun, dan 30,7% berusia 19-22 tahun. Rata-rata responden bersekolah di jenjang
SMA/sederajat dengan presentase sebesar 85,7%. Sisanya bersekolah dijenjang SD, SMP, dan
perguruan tinggi. Kegiatan yang dilakukan responden dalam satu minggunya terbilang sibuk karena
banyak beraktivitas (sekolah, organisasi, urusan keluarga) sebanyak 38,2%, merasa biasa saja sebanyak
45,5%, dan mengalami rasa bosan saat di rumah (akibat tidak adanya kegiatan dengan jadwal pasti)
sebanyak 16,2%. Melalui data tersebut, peneliti kemudian menyertakan pertanyaan terkait tingkat stres
yang dialami responden selama berkegiatan di rumah. Dengan penyajian angka 1-10, responden diminta
memilih angka yang mewakilkan tingkat stresnya. Hasilnya, rata-rata responden memilih kisaran angka
lima hingga sepuluh.
Tabel 4. Tingkat Stres Responden
Tingkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah 5 4 5 12 24 22 38 39 25 35
% 2,3% 1,9% 2,3% 5,7% 11,4% 10,5% 18,1% 18,6% 11,9% 17,3%

Melalui kuesioner yang disebarkan, didapat bahwa rata-rata tingkat anxiety tertinggi dialami
oleh remaja dengan rentang usia 13-18 tahun dan 19-22 tahun. Sebanyak 93,7% responden menerapkan
sistem pembelajaran secara daring, sisanya sudah melakukan tatap muka di sekolah secara bergilir,
sebanyal 6,3%. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dinilai membebani pelajar karena banyaknya
pemberian tugas dengan kuantitas yang tidak semestinya. Sejumlah 77,5% responden mengaku
mendapatkan tugas yang jauh lebih banyak dibanding saat melaksanakan pembelajaran secara luring.
Keluhan lain yang dirasakan para siswa ialah rasa tidak tenang akibat jam pembelajaran yang sering
tidak tepat waktu. Dari 209 responden, 50,8% diantaranya mendapatkan tugas di luar jam pelajaran
dengan batas waktu yang terlalu sedikit. Perasaan terhantui dan tuntutan untuk selalu sigap, merupakan
rata-rata alasan ketidaktenangan pelajar selama menjalankan proses Pembelajaran Jarak Jauh. Selain
itu, sebanyak 85,9% pelajar mengalami stres mulai dari tingkat ringan hingga cukup berat akibat adanya
beban pelajaran yang dirasa kurang jelas. Penyebab utamanya adalah pelajar tidak mempelajari materi
secara menyeluruh seperti saat di sekolah karena adanya keterbatasan akses. Yang menjadi catatan,
sejumlah pelajar memang mengalami penurunan semangat belajar. Kemauan belajar menurun dan rasa
malas menghambat berlangsungnya kegiatan belajar yang efektif. Hanya 9,4% pelajar yang termasuk
dalam kategori ambisius ketika menjalankan pembelajaran daring. Sebanyak 61,3% mengaku menjalani
dengan santai, dan sisanya sering mengalami keterlambatan pengumpulan tugas akibat kebiasaan
menunda pekerjaan.
Tingkat cemas yang dialamis pelajar tercatat 26,2% merupakan kecemasan yang cukup parah
karena berdampak pada kesehatan fisik. Pelajar yang jatuh sakit mengaku sering terdesak oleh
permasalahan yang datang dalam sekali waktu, permasalahan antara sekolah, organisasi, pertemanan,
dan/atau keluarga, menjadi hal sensitif yang mudah menyinggung kondisi pelajar di masa pandemi ini.
Hal tersebut sudah menjadi risiko selama pandemi, akibat adanya pembatasan aktivitas di luar rumah.
Mereka yang cenderung memperlihatkan gejala depresi biasanya memang suka mengurung diri. Jika
tidak mereka hanya mau berinteraksi melalui alat komunikasi seperti ponsel dan surat elektronik
(Sativa, 2015). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 11.000 partisipan di
Amerika, menunjukkan bahwa menghilangkan kontak langsung (tatap muka) hanya akan menambah
risiko depresi. “Ternyata tidak semua bentuk sosialisasi itu sama dampaknya terhadap seseorang.
Telepon dan bentuk komunikasi digital terbukti tidak dapat membantu seseorang untuk terhindar dari
depresi sebaik bertatap muka secara langsung,” menurut Dr. Alan Teo dari Oregon Health and Science
University. Begitu pula dengan kecemasan atau anxiety yang cenderung datang akibat adanya
ketidakpastian kondisi yang menyebabkan penderitanya merasa tidak nyaman. Penyesuaian dengan
keterbatasan interaksi di masa pandemi ini memang menjadi masa-masa yang sulit, utamanya bagi
pelajar yang tergolong remaja. Sebanyak 85,7% responden mengaku kerap mengalami anxiety ringan
yang rata-rata dirasakan ketika mengalami pengujian kompetensi diri. Pemikiran terkait sekolah dan
karir di masa depan, kondisi rumah, dan pertemanan juga menjadi pemicu munculnya rasa cemas pada
responden.
Untuk mengkaji lebih dalam, peneliti melakukan wawancara pada tiga responden terpilih.
Masing-masing mewakili rentang usia 7-12 tahun, 13-18 tahun, dan 19-22 tahun. Responden pertama
merupakan pelajar di jenjang SMP dengan kondisi mental yang cukup baik dan stabil. Responden
pertama mengaku tidak begitu keberatan mengenai pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh. Hanya saja,
yang dikeluhkan ialah sistem yang digunakan, masih belum sempurna dan terlalu matematis. Adanya
ketidakjujuran dalam pengerjaan tugas atau penilaian juga menjadi penyebab responden pertama
merasakan kecemasan. Sedangkan pada responden kedua, ditemui penyebab utama terjadinya gangguan
kecemasan yang dialaminya ialah trauma masa kecil (inner child syndrome). Responden kedua kerap
mengalami perlakuan yang kurang baik ketika masih berusia anak-anak. Pengalaman tersebut masih
terus membayangi responden kedua hingga saat masuk ke jenjang SMA. Dengan berlakunya
Pembelajaran Jarak Jauh, responden kedua merasa cukup teganggu. Belum lagi dengan suasana rumah
yang kurang kondusif kerap membuat responden merasa terdistraksi. Pembelajaran pun tidak dapat
berlangsung secara masksimal. Responden kedua mengalami penurunan prestasi dan justru mengalami
kenaikan tingkat kecemasan. Akan tetapi anxiety disorder yang diderita memang sudah ada sejak masa
kecilnya. Pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh hanya sebagai pengaruh eksternal yang
mempengaruhi kecemasan responden. Responden ketiga juga mengaku mengalami anxiety disorder
akibat Pembelajaran Jarak Jauh. Kendala sarana prasarana menjadi pemicu kegelisahan selama
pembelajaran dari rumah. Selain itu, responden ketiga juga merasa kesulitan mengatur manajemen
waktu selama berada di rumah. Pembelajaran pun tidak bisa berjalan optimal karena responden ketiga
kurang memahami materi yang diberikan.
Anxiety disorder merupakan gangguan mental yang dapat mengganggu keseharian
penderitanya. Hasil analisisnya, anxiety disorder tidak secara mutlak disebabkan oleh Pembelajaran
Jarak Jauh. Akan tetapi kedua fenomena ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
BAB 5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa penyebab dan dampak gangguan kecemasan bagi pelajar adalah sebagai berikut :
1. Munculnya Anxiety Disorder pada pelajar disebabkan oleh sistem Pembelajaran Jarak Jauh
yang kurang sesuai.
2. Gangguan kecemasan pada pelajar menyebabkan menurunnya prestasi, motivasi belajar, dan
kesehatan psikis maupun fisik.
3. Penyebab yang paling mempengaruhi gangguan mental ini ialah tugas yang diberikan terlalu
banyak sehingga membuat pelajar tertekan dengan batas waktu pengerjaan yang relatif singkat,
kemudian masalah sarana prasana yang terbatas seperti penggunaan kuota internet yang lebih
besar, jaringan internet yang kurang lancar, serta perangkat elektronik yang kurang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. 2019. Kenali Tiga Jenis Gangguan Kecemasan dan Gejalanya.
https://www.dosenpendidikan.co.id/mindset-adalah/ [25 Mei 2020].
Anonim. 2020. Mindset Adalah. https://www.dosenpendidikan.co.id/mindset-adalah/ [28 Mei 2020].
Barlow, David H. 2002. Neuroscience research agenda to guide development of a
pathophysiologically based classification system. America: American Psychological
Association.
Goffman, E. 1956. The presentation of self in everyday life. Edinburgh: University of Edinburgh,
Sosial Science Research Centre.
Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
Pedak, Mustamir. 2009. Metode Supernol Menaklukkan Stress. Jakarta: Hikmah Publishing House.
Purba, Putriani. 2013. Mengembangkan Mindset dan Pola Pikir Kita.
https://www.kompasiana.com/putrianipurba/552c943f6ea834f0728b4567/mengembangkan-
mindset-dan-pola-pikir-kita [25 Mei 2020].
Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Studi Analisis Anxiety
Disorder Terkait Masalah yang Muncul Selama Pembelajaran Jarak Jauh”

Kami menyadari bahwa karya tulis ini dapat terselesaikan atas bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs.Bagus Nugroho,M.Pd.,selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Karanganyar
2. Bapak Giyato, S.Pd, M.Pd selaku pembina dari penelitian ini
3. Bapak/Ibu Guru SMA Negeri 1 Karanganyar
4. Orang tua kami tercinta
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada kami
dalam menyelesaikan proposal ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan
balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami selaku penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan karya tulis ini. Untuk itu,
segala saran dan kritik dari para pembaca sangat kami butuhkan demi kesempurnaan
penyusunan laporan di masa yang akan datang.
Akhirnya dalam kesederhanaan bentuk ini, kami berharap semoga karya tulis
ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Penulis
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Inform Consent

Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai
responden pada penelitian yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 1 Karanganyar.

Judul Penelitian : “Studi Analisis Anxiety Disorder Terkait Masalah yang Muncul Selama
Pembelajaran Jarak Jauh”

Peneliti :
1. Chantiq Hast Dhuatu
2. Moshaddeq Freudy Nurudin

Saya percaya yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.


Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia
berperan serta dalam penelitian.

Karanganyar, 5 Juni 2020


Ketua Peneliti Responden

Chantiq Hast Dhuatu

NIS 16686
Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


LEMBAR Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Di tempat

Dengan hormat,
Saya siswi Sekolah Menengah Atas jurusan MIPA SMA Negeri 1 Karanganyar,
bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Studi Analisis Anxiety Disorder Terkait
Masalah yang Muncul Selama Pembelajaran Jarak Jauh”.
Saya mengharap partisipasi anda dalam penelitian yang saya lakukan, saya menjamin
kerahasiaan dan identitas Anda. Informasi yang anda berikan semata-mata hanya digunakan
untuk pengembangan ilmu kesehatan terkhusus psikologi dan tidak digunakan untuk maksud
lain.
Apabila Anda bersedia menjadi responden, silahkan mengisi dan menandatangani
lembar persetujuan menjadi responden.
Atas perhatian dan kesediaan Anda saya ucapkan terimakasih.

Karanganyar, 5 Juni 2020


Peneliti,

Chantiq Hast Dhuatu


Lampiran 3

KUESIONER I
STUDI ANALISIS ANXIETY DISORDER TERKAIT MASALAH YANG MUNCUL
SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI KABUPATEN KARANGANYAR
A. Data Demografi
Usia :
Jenis Kelamin : Laki Laki
Perempuan
Pendidikan yang sedang ditempuh saat ini : SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan Tinggi
Seberapa sibuk kalian setiap minggunya?
Sering gabut
Biasa aja karena jarang ada acara
Sibuk karena banyak kegiatan
Metode pembelajaran apa yang sedang kalian jalankan?
Daring (Online)
Luring (Offline)
Enak enggak pembelajaran secara daring (online)?
Iya
Enggak
Menurut kalian enakan mana sekolahnya?
Daring
Luring
Apakah jumlah tugas daring lebih banyak?
Ya
Enggak
Sama aja
Apakah pembelajaran di sekolah kalian tepat waktu?
Ya
Enggak
Apakah kalian kerap merasa kesal saat pembelajaran daring? (misal karena kendala sinyal,
jam belajar, atau tugas yang diberikan)
Ya
Biasa aja
Enggak
Apakah penggunaan kuota menjadi lebih boros selama sekolah dari rumah (PJJ)?
Ya
Biasa Aja
Enggak
Pusing nggak sih kalau dapet tugas online gini?
Ya
Biasa Aja
Enggak
Menurut kalian efektif mana sistem belajarnya?
Daring
Luring
Alasan sistem daring/luring lebih efektif:

Apa tanggapan orang tua kalian mengenai PJJ?


Setuju
Biasa aja
Kurang setuju
Kategori manakah kalian di masa pandemi ini?
Kerjakan mepet deadline
Santai tapi jalan
Ambis
Apakah kalian pernah merasa stress akibat PJJ?
Ya
Enggak

Apakah pernah sampai jatuh sakit?


Ya
Tidak
Dari skala 1-10, Seberapa parah rasa stress dan jenuh kalian selama PJJ?

Apakah kuesioner ini juga membebani kalian?


Ya
Tidak
Silahkan curhat apa aja tentang PJJ!

Ada saran buat PJJ nggak? (Isi masukan kalian aja secara jujur)
KUESIONER II
STUDI ANALISIS ANXIETY DISORDER TERKAIT MASALAH YANG MUNCUL
SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI KABUPATEN KARANGANYAR

Apakah kalian kerap mengalami anxiety? (Ingat, anxiety atau kecemasan berbeda dengan anxiety
disorder yang artinya GANGGUAN KECEMASAN)
Ya
Tidak
Pada momen apa kalian merasakan anxiety?
Hampir setiap momen
Memikirkan kondisi seseorang (keluarga, teman, ataupun diri sendiri)
Pengujian kompetensi diri
Masuk ke lingkungan baru
Apakah kalian merasakan adanya anxiety selama PSBB ini?
Ya
Tidak
Mengapa kalian mengalaminya? (boleh memilih lebih dari satu)
Memikirkan sekolah dan karir di masa depan
Kondisi rumah yang kurang kondusif
Tidak bisa bersosialisasi dengan teman
Tidak mengalami
Apakah PJJ juga memengaruhi anxiety kalian?
Ya
Tidak
Mungkin
Mengapa PJJ berpengaruh? (boleh memilih lebih dari satu)
Terlalu banyak tugas
Tipikal mengumpulkan tugas mepet deadline
Kerap ada trouble terkait sarana prasarana
Lingkungan kurang mendukung kenyamanan PJJ
Gejala anxiety mana yang biasanya kalian rasakan?
Pingsan, tidak memiliki motivasi hidup, mencari pelarian
Mual, muntah, atau jatuh sakit
Sulit berkonsentrasi, lemas, pusing
Tuliskan perasaan yang menjadi kecemasan terbesarmu

Dari skala 1-10, Berapa tingkat cemas yang biasa kamu rasakan?

Apakah kamu merasa perlu bantuan mentoring atau psikiater?


Ya
Tidak
Tuliskan alasanmu
LOGBOOK

Anda mungkin juga menyukai