Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa

Volume 5 Nomor 2, Mei 2022


e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES, KECEMASAN DAN DEPRESI REMAJA


SMA DIMASA PANDEMI COVID-19

IceYulia Wardani*, Nabila Putri Afifah


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr Bahder Djohan, Depok, Jawa
Barat 16424, Indonesia
*
iceyulia@ui.ac.id

ABSTRAK
Dimasa pandemi COVID-19 menimbulkan berbagai permasalahan yang salah satunya berdampak
pada pendidikan sekolah. Dampak tersebut mempengaruhi proses pembelajaran yang dialami siswa
seperti pada remaja SMA. Remaja SMA yang tidak mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut
kemungkinan akan mengalami stres, kecemasan dan bahkan depresi. Remaja membutuhkan support
system seperti dukungan sosial yang menjadikan remaja mampu bertahan dan beradaptasi di kondisi
pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional
yang bertujuan mengidentifikasi hubungan dukungan sosial dengan stres, kecemasan dan depresi
remaja SMA dimasa pandemi COVID-19. Penelitian ini melibatkan 412 remaja SMAN 4 Bekasi,
SMAN 10 Bekasi dan SMAN 14 Bekasi. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling.
Instrumen yang digunakan yaitu Social Provision Scale (SPS) dan Depression Anxiety Stress Scale-21
(DASS-21). Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji
sommers’d. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial
dengan stres, kecemasan dan depresi pada remaja (p value <0,05). Penelitian ini merekomendasikan
kepada institusi pendidikan bahwa diperlukannya program secara terstruktur untuk meningkatkan
masalah kesehatan mental pada remaja seperti melakukan bimbingan konseling dan meningkatkan
dukungan sosial pada remaja.

Kata kunci: dukungan sosial; depresi; kecemasan; remaja; stres

ACADEMIC RESILIENCE WITH STRESS, ANXIETY AND DEPRESSION IN HIGH


SCHOOL ADOLESCENTS DURING THE COVID-19 PANDEMIC

ABSTRACT
During the COVID-19 pandemic, it caused various problems, one of which had an impact on school
education. These impacts affect the learning process experienced by students as in high school
teenagers. High school teens who are not able to adapt to these conditions are likely to experience
stress, anxiety, and even depression. Adolescent need a support system such as social support that
makes them able to survive in the conditions of the COVID-19 pandemic. This study is a quantitative
study with a cross-sectional design that aims to determine the relationship between social support and
academic resilience with stress, anxiety and depression in high school adolescents during the COVID-
19 pandemic.This study involved 412 adolescent from SMAN 4 Bekasi, SMAN 10 Bekasi and SMAN 14
Bekasi. The sampling technique used is purposive sampling. The instruments used were Academic
Resilience Scale (ARS-30) and the Depression Anxiety Stress Scale-21 (DASS-21). The data analysis
used is univariate analysis and bivariate analysis with Sommers'd test. The results showed that there
was a significant relationship between social support with stress, anxiety and depression in
adolescents (p value <0.05). This study recommends to educational institutions that the need for
structured program is needed to improve mental health problems in adolescents such as counseling
guidance and increasing social support for adolescents.

Keywords: academic resilience; adolescence; anxiety; depression; stress

395
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 395 – 404, Mei 2022
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
PENDAHULUAN
Penyakit menular yang sekarang menjadi sebuah pandemi di seluruh dunia yaitu COVID-19
yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (World Health Organization, 2020). Pandemi
yaitu wabah yang menyebar ke seluruh dunia dan menjadi masalah bersama di setiap negara
(Winarno, 2020). Direktur Jendral WHO, menyatakan bahwa COVID-19 dikategorikan
sebagai sebuah pandemi dikarenakan adanya peningkatan pesat jumlah kasus yang
terkonfirmasi (World Health Organization, 2020). Peningkatan pesat jumlah kasus
terkonfirmasi tersebut terjadi di dunia salah satunya di Indonesia. Kasus yang terus
meningkat akan menimbulkan dampak salah satunya pada pendidikan anak sekolah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan keputusan baru


dikarenakan adanya jumlah kasus terkonfirmasi yang terus meningkat dengan meluncurkan
sebuah program yaitu belajar dari rumah (Kemendikbud, 2020). Belajar dari rumah selama
pandemi COVID-19 merupakan hal baru yang dilakukan pada setiap sekolah dan
kemungkinan memiliki beberapa kendala seperti dalam proses pembelajaran serta
peningkatan rasa jenuh yang menimbulkan potensi gangguan pada kesehatan jiwa
(Kemendikbud, 2020). Adaptasi kebiasaan baru selama belajar dari rumah dimasa pandemi
sangat diperlukan, dikarenakan apabila seseorang tidak mampu beradaptasi kemungkinan
akan menimbulkan gangguan mental pada dirinya.

Gangguan mental yang kemungkinan timbul selama pandemi seperti stress, kecemasan dan
depresi. Stres merupakan reaksi pada seseorang ketika terjadi perubahan di lingkungan baik
secara fisik dan emosional yang mengharuskan seseorang tersebut beradaptasi (Kemenkes,
2018). Kelompok orang yang mungkin menanggapi stres dimasa pandemi salah satunya yaitu
remaja. Stres yang dialami tersebut akan menyebabkan perasaan khawatir, sulit
berkonsentrasi, perubahan pola tidur bahkan dapat memperburuk kondisi mental (CDC,
2020). Secara psikologis, stres juga dapat menimbulkan kecemasan pada seseorang.

Menurut penelitian Fitria dan Ifdil (2020), menyatakan bahwa remaja di masa pandemi
COVID-19 ini memiliki tingkat kecemasan remaja 54% berada pada kategori tinggi.
Kecemasan pada remaja memiliki dampak seperti kurang tidur atau insomnia, kesulitan
untuk fokus saat belajar dan emosi remaja yang berubah. Remaja yang tidak dapat
beradaptasi dengan kondisi dimasa pandemi akan menimbulkan kesedihan dan keputusasaan
yang kemungkinan membuat remaja menjadi depresi. Depresi yang dialami remaja memiliki
beberapa gejala seperti mudah tersinggung, putus asa, memiliki perasaan sedih, tidak tertarik
melakukan suatu hal yang menyenangkan, mengalami perubahan pola tidur dan pola makan,
kemampuan konsentrasi menurun, kehilangan energi, merasa tidak berharga, memiliki
pikiran dan berperilaku untuk melukai diri sendiri (CDC, 2020).

Jumlah peningkatan prevelensi gangguan mental dapat terjadi pada remaja di Nasional. Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Nasional pada tahun 2018, menyatakan bahwa tingkat
prevalensi gangguan mental emosional pada usia 15 tahun ke atas meningkat mencapai 9,8%
dari jumlah penduduk Indonesia. Presentase depresi pada usia remaja sekitar 6,2%, dimana
seseorang yang mengalami depresi berat akan memiliki kecenderungan untuk menyakiti diri
sendiri bahkan bunuh diri. Remaja membutuhkan support system seperti dukungan sosial
yang dapat membantu remaja beradaptasi dan bertahan dimasa pandemi COVID-19.

Dukungan sosial merupakan jaringan keluarga, teman, tetangga serta masyarakat yang ada
saat dibutuhkan untuk memberikan bantuan secara psikologis, fisik dan finansial. Sumber

396
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 395 – 404, Mei 2022
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
dukungan sosial yang optimal biasanya tergantung pada tahap tumbuh kembang seseorang
yang menerimanya (Ozbay, et.al, 2007). Hasil penelitian Santoso (2020), menyatakan adanya
hubungan antara dukungan sosial dengan stres, kecemasan, depresi dan tekanan psikologis
pada penyakit COVID-19. Penelitian menunjukkan apabila seseorang mendapatkan
dukungan sosial maka akan mengurangi stres, kecemasan, depresi dan merasa senang karena
adanya support system untuk dirinya. Dukungan sosial juga dapat diberikan remaja dalam
beradaptasi dan bertahan dimasa pandemi. Jika seseorang tidak mampu beradaptasi
diberbagai kondisi maka berkemungkinan akan mengalami gangguan kesehatan mental
seperti memiliki perasaan khawatir, cemas dan terkadang stres pada pembelajaran di masa
pandemi COVID-19 yang apabila dialami terus menerus kemungkinan akan membuat remaja
menjadi depresi. Berdasarkan uraian tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
adanya gambaran dukungan sosial, stres, kecemasan dan depresi yang dialami remaja dimasa
pandemi serta hubungan antara dukungan sosial dengan stres, kecemasan dan depresi remaja
SMA dimasa pandemi.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross-sectional.
Responden pada penelitian ini yaitu 412 remaja SMAN 4 Bekasi, SMAN 10 Bekasi dan
SMAN 14 Bekasi. Kriteria inklusi penelitian ini yaitu remaja SMA Bekasi dan remaja yang
bersekolah dengan belajar dari rumah melalui daring atau online dimasa pandemi.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Alat pengumpulan data
yang pertama yaitu data demografi responden terdiri atas nama atau inisial, usia, jenis
kelamin, kelas dan status tinggal. Kuesioner dukungan sosial yaitu Social Provision Scale
(SPS) yang dikemukakan oleh Cutrona & Russell. Kuesioner mengukur tingkat stres,
kecemasan dan depresi yaitu “Depression Anxiety Stress Scale-21” (DASS-21) yang
dikembangkan oleh Lovibond & Lovibond (1993) dalam McDowell (2006).

Uji validitas dan reliabilitas pada instrumen. Kuesioner Social Previsions Scale telah diujikan
oleh Deviana, Hayat & Suryadi (2020) dengan nilai cronbach alpha sebesar 0,98. Sementara
itu, kuesioner Depression Anxiety Stress Scale-21 telah diuji validitas dan reliabilitas oleh
Ma’rifah (2014) dengan nilai cronbach alpha 0,817 untuk stres, 0,807 untuk kecemasan dan
0,757 untuk depresi. Sehingga hasil uji instrument kedua kuesioner tersebut dinyatakan valid
dan reliabel untuk digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini telah lolos uji etik di Komite
Etik Penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Surat pernyataan lolos uji
etik yang di dapatkan peneliti dengan Nomor: SK-111/UN2.F12.D1.2.1/ETIK 2021.

HASIL
Berdasarkan karakteristik usia dari 412 responden disajikan pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1.
Distribusi Usia Responden (n=412)
Variabel Mean Median Modus SD Min-Max
Usia 16,25 16 16 0,749 14-18

397
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 395 – 404, Mei 2022
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Tabel 2.
Distribusi Karakteristik Remaja (n=412)
Karakteristik Remaja F %
Jenis Kelamin
Laki-laki 118 28,6
Perempuan 294 71,4
Kelas
X 135 32,8
XI 260 63,1
XII 17 4,1
Status Tinggal
Keluarga Inti 369 89,6
Keluarga Besar 43 10,4
Tinggal Sendiri 0 0,0

Tabel 3.
Distribusi Dukungan Sosial Remaja SMA (n=412)
Kategori f %
Tinggi 215 52,2
Rendah 197 47,8

Tabel 4.
Distribusi Stres, Kecemasan dan Depresi Remaja SMA (n=412)
Normal Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Variabel
f % f % f % f % f %
Stres 148 35,9 65 15,8 80 19,4 80 19,4 39 9,5
Kecemasan 45 10,9 47 11,4 46 13,6 54 13,1 210 51,0
Depresi 138 33,5 69 16,7 84 20,4 47 11,4 74 18,0

Tabel 5.
Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres, Kecemasan dan Depresi Remaja SMA (n=412)
Tingkat Stres P Value
Dukungan Total
Normal Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Sosial
f % f % f % f % f % f % 0,000*
Tinggi 95 23,1 31 7,5 42 10,2 32 7,8 15 3,6 215 52,2
Rendah 53 12,9 34 8,3 38 9,2 48 11,7 24 5,8 197 47,8
Total 148 35,9 65 15,8 80 19,4 80 19,4 39 9,5 412 100,0
Tingkat Kecemasan P Value
Total
Dukungan Normal Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Sosial f % f % f % f % f % f % 0,002*
Tinggi 31 7,5 30 7,3 28 6,8 29 7,0 97 23,5 215 52,2
Rendah 14 3,4 17 4,1 28 6,8 25 6,1 113 27,4 197 47,8
100,
Total 45 10,9 47 11,4 56 13,6 54 13,1 210 51,0 412
0
Tingkat Depresi P Value
Dukungan Total
Normal Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Sosial
f % f % f % f % f % f % 0,000*
Tinggi 99 24,0 44 10,7 36 8,7 16 3,9 20 4,9 215 52,2
Rendah 39 9,5 25 6,1 48 11,7 31 7,5 54 13,1 197 47,8

398
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 395 – 404, Mei 2022
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Rata-rata usia responden adalah 16,25 tahun dengan nilai median 16 tahun. Usia termuda 14
tahun dan usia tertua 18 tahun. Tabel 2. Menunjukan bahwa sebagian besar guru berjenis
kelamin perempuan (71,4%), kelas XI (63,1%) dan status tinggal dengan keluarga inti
(89,6%). Tabel 3 menunjukkan mayoritas responden merasakan dukungan sosial tinggi
(52,2%).Tabel 4 menunjukkan bahwa stress dan depresi responden mayoritas berada pada
kategori normal yaitu stress sebanyak 148 orang (35,9%) dan depresi 138 orang (33,5%),
sedangkan kecemasan mayoritas berada pada kategori sangat berat yaitu sebanyak 210 orang
(51,0%).

Analisis bivariat dilakukan dengan uji sommers’d pada variabel independen yaitu dukungan
sosial dengan variabel dependen yaitu stres, kecemasan dan depresi. Hasil analisis pada
Tabel 5 diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan
stres, kecemasan dan depresi pada remaja SMA dimasa pandemi (p < 0,05).

PEMBAHASAN
Hasil uji analisis univariat pada 412 remaja SMA diperolah data bahwa rata-rata usia 16,25
tahun dengan rentang usia 14-18 tahun. Berdasarkan data tersebut, rata-rata usia remaja
berada pada tahap masa remaja pertengahan (15-17 tahun). Masa remaja pertengahan akan
cenderung menarik diri ketika merasa sedih dan terluka, memiliki perasaan yang tidak
adekuat serta kesulitan dalam meminta bantuan. (Potter & Perry, 2009).

Jenis kelamin pada penelitian ini didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 294 orang
(71,4%) sedangkan remaja laki-laki sebanyak 118 orang (28,6%). Remaja perempuan
memiliki peningkatan kekhawatiran dan beban stres lebih besar dari waktu ke waktu
daripada remaja laki-laki yang biasanya terjadi dari awal hingga pertengahan remaja
(Anniko, Boersma & Tillfors, 2019).

Karakteristik status tinggal pada penelitian ini sebagia besar remaja tinggal bersama keluarga
inti yaitu sebanyak 369 orang (89,6%). Kemudian terdapat 43 orang (10,4%) yang tinggal
bersama keluarga besar dan tidak ada (0%) yang tinggal sendiri. Mayoritas remaja di
Indonesia tinggal bersama keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak serta ada
beberapa keluarga yang ditambah dengan anggota lain seperti kakek, nenek, paman, bibi dan
sanak keluarga lainnya (Muttaqin & Ekowarni, 2016). Remaja akan menemukan identitas
diri dan peran apabila adanya keluarga yang memberikan pendampingan dan pengasuhan
pada remaja (Tristanti, 2018). Oleh karena itu, peran keluarga dalam mendidik remaja
diperlukannya penanaman moral dan nilai sejak dini yang dapat mempengaruhi sikap remaja.
Peran keluarga sangat penting untuk membantu remaja dalam mencari identitas diri agar
tidak terjadi adanya kebingungan identitas pada remaja.

Dukungan sosial merupakan informasi dari pihak lain yang dicintai dan disayangi, yang akan
menghargai dan menghormati seseorang serta adanya hubungan komunikasi dan saling
bergantung (Santrock, 2006 dalam Aristya & Rahayu, 2018). Penelitian ini menunjukkan
bahwa dukungan sosial sebanyak 215 remaja (52,2%) lebih banyak berada pada kateogri
tinggi. Hal ini senada dengan hasil penelitian Aristya & Rahayu (2018), menyatakan bahwa
adanya hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja kelas X
SMA Angkasa I Jakarta yang mana hasil skor dukungan sosial pada penelitian tersebut
berada pada kategori tinggi.

399
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 395 – 404, Mei 2022
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Masalah psikologis remaja akan menurun apabila merasakan dukungan sosial yang tinggi
dari orang lain. Dikarenakan dukungan sosial merupakan salah satu faktor protekif yang akan
mengurangi masalah psikologis remaja (Yasin & Dzulkifli, 2010). Dukungan sosial berfokus
pada tiga hal yaitu dukungan emosional, dukungan kognitif dan dukungan material.
Dukungan emosional pada remaja yang bersumber dari keluarga dan teman lebih baik dari
jenis dukungan lainnya (Camara, Bacigalupe & Padilla, 2017). Dikarenakan remaja yang
memiliki dukungan positif dari keluarga maka akan lebih berhasil dalam memecahkan
permasalahan. Bentuk dukungan sosial keluarga seperti nasihat, saran, bimbingan,
penghargaan dan pujian, penilaian, bantuan material seperti peralatan dan keuangan
(Widanarti & Indati, 2015). Oleh karena itu dukungan sosial keluarga pada remaja dimasa
pandemi diperlukan untuk mangatasi permasalahan remaja. Selain itu, keluarga dapat
memberikan dukungan secara emosional, kognitif dan material seperti memberikan fasilitas
sekolah dirumah selama pandemi pada remaja agar dapat melakukan proses pembelajaran
dengan baik.

Stres yang sering dialami remaja dikarenakan adanya stresor interpersonal seperti hubungan
dengan keluarga, lingkungan sosial serta permasalahan di sekolah (Windarwati, et.al, 2020).
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat stres sebanyak 148 orang (35,9%) berada pada
kateogri normal. Hal ini senada dengan penelitian Budiyati & Oktavianto (2020),
menunjukkan bahwa tingkat stres pada remaja dimasa pandemi berada pada kategori rendah
sebesar 69,1%.

Hasil penelitian Hawes, et.al. (2021), menyatakan bahwa adanya peningkatan gejala
kecemasan dan sosial pada remaja selama pandemi COVID-19. Kecemasan dan depresi
biasanya akan meningkat dari akhir masa anak sekolah hingga di awal masa dewasa. Analisis
penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya kekhawatiran remaja pada sekolah seperti
kelulusan atau kenaikan kelas, tugas sekolah dan kelas online yang tidak efektif. Selain itu,
transisi pembelajaran menjadi online dapat memicu kecemasan remaja serta kehidupan sosial
yang terbatas dikarenakan harus isolasi dirumah. Hal ini sesuai dengan penelitian ini bahwa
tingkat kecemasan remaja dimasa pandemi lebih tinggi sebanyak 210 (51,0%) pada kategori
sangat berat.

Kondisi ansietas atau kecemasan remaja tersebut harus segera diatasi dengan peran orangtua
seperti selalu mendampingi dan memotivasi. Kemudian peran konselor atau guru bimbingan
konseling dapat memberikan layanan konseling individu, bimbingan maupun konseling
kelompok pada remaja (Fitria & Ifdil, 2020). Selain itu, asuhan keperawatan pada ansietas
seperti pengurangan kecemasan, konseling dan terapi relaksasi seperti musik, meditasi,
bernafas dan latihan otot progresif (Bulechek, et.al, 2013).

Depresi biasanya terjadi pada remaja pertengahan dikarenakan adanya kondisi emosi yang
tidak stabil sehingga muncul gejala mudah putus asa, merasa tertekan, tidak memiliki
kepercayaan diri dan berfikir hal-hal yang tidak baik (Mandasari & Tobing, 2020). Hasil
penelitian Mandasari & Tobing (2020), menyatakan bahwa tingkat depresi remaja
menunjukkan rata-rata sebesar 13,97 dari hasil tertinggi sebesar 49. Hal ini senada dengan
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat depresi 138 orang (33,5%) berada pada kategori
normal. Tingkat depresi yang dialami remaja masih dalam batas normal dimana adanya
tingkat gangguan suasana hati yang ringan seperti perubahan suasana hati yang hanya sedih
dan cemas namun masih dalam rentan wajar maupun tidak berlebihan.

400
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 395 – 404, Mei 2022
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Hasil penelitian berdasarkan uji analisis bivariat pada 412 remaja SMA bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan stres, kecemasan dan
depresi (p < α 0,05). Dukungan sosial dapat membantu individu untuk mengurangi dan
mengatasi stres dengan lebih baik (Yasin & Dzulkifli, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian
ini yaitu sebanyak 95 remaja (23,1%) yang memiliki dukungan sosial tinggi menunjukkan
tingkat stres yang normal, sehingga dukungan sosial berhubungan dengan tingkat stres dan
dapat mengurangi stres pada remaja.

Pada penelitian ini, dukungan sosial yang tinggi menunjukkan kecemasan kategori sangat
berat sebanyak 97 remaja (23,5%). Sedangkan dukungan sosial yang rendah menunjukkan
kecemasan kategori sangat berat sebanyak 113 remaja (27,4%). Kecemasan remaja berada
dalam kategori sangat berat pada kuesioner depression anxiety stress scale-21 menyatakan
bahwa karakteristik skor tertinggi skala kecemasan seperti merasakan kekhawatiran dan
kepanikan pada individu, gemetar, khawatir akan kinerja, takut tanpa adanya alasan dan
kecemasan situasional. Kecemasan situasional yaitu khawatir tentang situasi yang mungkin
menyebabkan kepanikan dan mebodohi diri sendiri (Lovibond, 2018). Kecemasan situasional
tersebut dapat terjadi pada situasi kondisi pandemi COVID-19.

Hasil penelitian ini adanya hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan depresi
dimana dukungan sosial tinggi menunjukkan paling banyak tingkat depresi normal sebanyak
99 orang (24,0%), sedangkan dukungan sosial rendah paling banyak menunjukkan tingkat
depresi sangat berat sebanyak 54 orang (13,1%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian
Fitria & Mulidia (2018), menyatakan bahwa adanya hubungan signifikan antara dukungan
sosial dengan depresi pada remaja (p<0,05). Dukungan sosial dapat melindungi remaja dari
efek distress yang terjadi seperti menghadapi permasalahan. Dukungan sosial tersebut
berhubungan dengan rendahnya tingkat depresi, dapat menyesuakan akademik dengan baik
dan rendahnya angka penyalahgunaan zat pada remaja (Fitria & Mulidia, 2018).

SIMPULAN
Hasil penelitian ini menggambarkan dukungan sosial dan gangguan kesehatan mental pada
remaja seperti stres, kecemasan dan depresi selama pandemi. Responden pada penelitian ini
mayoritas berusia 16 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan dan kelas XI serta
berstatus tinggal bersama keluarga inti. Hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan
stres, kecemasan dan depresi remaja SMA dimasa pandemi COVID-19.

DAFTAR PUSTAKA
Anniko, M. K., Boersma, K & Tillfors, M. (2019). Sources of stress and worry in the
development of stress-related mental health problems: A longitudinal investigation from
early- to mid- adolescence. Anxiety, Stress, & Coping An International Journal 32:2,
155-167, https://doi.org/10.1080/10615806.2018.1549657
Aristya, D. N & Rahayu, A. (2018). Hubungan Dukungan Sosial dan Konsep Diri dengan
Penyesuaian Diri Remaja Kelas X SMA Angkasa I Jakarta. Journal Ikra-ith
Humaniora, Vol. 2, No. 2
Budiyati, G. A & Oktavianto, E. (2020). Stres dan Resiliensi Remaja dimasa Pandemi
COVID-19. Husada Mahakam : Jurnal Kesehatan, Volume 10 No. 2, Hal 11 – 18.
http://husadamahakam.poltekkes-kaltim.ac.id/ojs/index.php/Home/article/view/227

401
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 395 – 404, Mei 2022
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Eds.) (6th Ed).
Singapore: Elsevier
Camara, M., Bacigalupe, G & Padilla, P. (2017). The role of social support in adolescents: are
you helping me or stressing me out? International Journal of Adolescence and Youth,
22(2), 123–136. https://doi.org/10.1080/02673843.2013.875480
CDC. (2020). Coping with Stress. Retrieved from: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-
ncov/daily-life-coping/managing-stress-anxiety.html
Deviana, T., Hayat, B & Suryadi, B. (2020). Validasi Instrumen Social Provision Scale pada
Siswi Sekolah Menengah Atas. Indonesia Journal of Educational Assessment, Vol 3,
No: 1.
Fitria, L & Ifdil, I. (2020). Kecemasan Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Educatio (Jurnal Pendidikan Indonesia), Vol. 6, No. 1, 2020, pp. 1-4.
https://doi.org/10.29210/120202592
Fitria, Y & Mulidia, R. (2018). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Depresi pada
Remaja di SMPN Kota Malang. Prosiding SNasPPM, 3(1), 270-276. Retrieved from:
http://prosiding.unirow.ac.id/index.php/SNasPPM/article/view/199
Hawes, M. T., et.al. (2021). Increases in depression and anxiety symptoms in adolescents and
young adults during the COVID-19 pandemic. Psychological Medicine,1–9.
https://doi.org/10.1017/S0033291720005358
Kemendikbud. (2020). Penyesuaian Keputusan Bersama Empat Menteri tentang Panduan
Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Retrieved from: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/08/penyesuaian-
keputusan-bersama-empat-menteri-tentang-panduan-pembelajaran-di-masa-pandemi-
covid19
Kemendikbud. (2020). Perluas Akses Belajar di Masa Covid-19, Mendikbud Luncurkan
Program Belajar dari Rumah. Retrieved from:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/04/perluas-akses-belajar-di-masa-
covid19-mendikbud-luncurkan-program-belajar-dari-rumah
Kemenkes. (2018). Apakah Stres itu?. Retrieved from:
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/page/15/apakah-stres-itu
Lovibond, P. (2018). Depression Anxiety Stress Scale (DASS). Psychology Foundation of
Australia. Retrieved from: http://www2.psy.unsw.edu.au/dass//
Ma’rifah, A. D. (2014). Hubungan Kualitas Tidur dengan Tingkat Stres, Kecemasan dan
Depresi pada Mahasiswa Keperawatan. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas
Indonesia Depok.
Mandasari, L & Tobing, D. L. (2020). Tingkat Depresi dengan Bunuh Diri Pada Remaja.
Indonesian Jurnal of Health Development Vol.2 No.1.
https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/33
McDowell, I. (2006). Measuring Health: A Guide to Rating Scales and Questionnaries, Third
Edition. New York: Oxford University Press, Inc

402
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 395 – 404, Mei 2022
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Muttaqin, D & Ekowarni E. Pembentukan Identitas Remaja di Yogyakarta. Jurnal Psikologi,
Vol. 43 No. 3
Ozbay, F., et.al. (2007). Social Support and Resilience to stress. Retrieved from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2921311/
Potter, P. A & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing. Singapore: Mosby Elsevier
Tristanti, P. D. (2018). Perkembangan Psikososial Remaja dengan Ibu menjadi Tenaga Kerja
Wanita (TKW). Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
WHO. (2020). Pertanyaan dan Jawaban Terkait Coronavirus. World Health Organization.
Retrieved from: https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-for-
public
WHO. (2020). WHO announces COVID-19 outbreak a pandemic. Retrieved from:
https://www.euro.who.int/en/health-topics/health-emergencies/coronavirus-covid-
19/news/news/2020/3/who-announces-covid-19-outbreak-a-pandemic
Winarno, F. G. (2020). COVID-19: Pelajaran Berharga dari Sebuah Pandemi. Jakarta: PT
Gramedia
Widanarti, N & Indati, A. (2015). Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Self
Efficacy pada Remaja di SMUN 9 Yogyakarta. Jurnal Psikologi. No. 2, 112 – 123.
https://doi.org/10.22146/jpsi.7019
Windarwati, H. D., et.al. (2020). The Relationship between Family Harmony with Stress,
Anxiety, and Depression in Adolescents. Jurnal Ners, Vol. 15, No. 2.
http://dx.doi.org/10.20473/jn.v15i2.21495
Yasin, M. A. S & Dzulkifli, M. A. (2010). The Relationship between Social Support and
Psychological Problems among Students. International Journal of Business and Social
Science, Vol. 1 No. 3.

403
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 395 – 404, Mei 2022
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

404

Anda mungkin juga menyukai