Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ners Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022 Halaman 80 - 85

JURNAL NERS
Research & Learning in Nursing Science
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

GAMBARAN KESEHATAN MENTAL REMAJA


SMPN 2 BANGKINANG KOTA KABUPATEN KAMPAR

Alini 1, Langen Nidhana Meisyalla2


1,2
Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
alini_09@yahoo.com1
alephswrok@gmail.com2

Abstrak
Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Data kesehatan mental
remaja di Indonesia sendiri pada 2018, terdapat sebanyak 9,8% merupakan prevalensi gangguan mental
emosional dengan gejala depresi dan kecemasan untuk remaja berumur > 15 tahun, meningkat dibandingkan
pada 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesehatan mental remaja SMPN 2
Bangkinang Kota Kabupaten Kampar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif non
eksperimen dengan skala sebagai alat ukur. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII - IX di SMPN 2 Bangkinang Kota yang
berjumlah 576 orang dengan jumlah sampel sebanyak 282 orang. Penelitian ini menggunakan teknik total
sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner Mental Health Continuum-ShortForm (MHC-SF).
Analisa data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki kesejahteraan emosional tinggi yaitu sebanyak 217 orang (96.0%), sebagian besar responden
memiliki kesejahteraan sosial tinggi yaitu sebanyak 221 orang (78.4%), dan sebagian besar responden
memiliki kesejahreraan psikologis tinggi yaitu sebanyak 243 orang (86.2%). Diiharapkan hasil penelitian ini
dapat menjadi dasar pengembangan program preventif dan promotif pada kesehatan jiwa remaja yang
melibatkan peran serta keluarga, sekolah, teman sebaya sehingga remaja mampu memiliki faktor protektif
yang baik dan mampu mengatasi masalah yang terjadi dengan adaptif.
Kata Kunci: Kesehatan, Mental, Remaja
Abstract
Adolescence is a critical period in a person's development cycle. Data on adolescent mental health in
Indonesia alone in 2018, there were 9.8% of the prevalence of mental emotional disorders with symptoms of
depression and anxiety for adolescents aged > 15 years, an increase compared to 2013. This study aims to
determine the mental health picture of adolescents at SMPN 2 Bangkinang Kampar Regency City. This study
uses a quantitative non-experimental research approach with a scale as a measuring tool. The design used in
this research is descriptive analysis. The population in this study were all students in grades VII - IX at SMPN
2 Bangkinang Kota, totaling 576 people with a total sample of 282 people. This study uses a total sampling
technique. The data collection tool used a Mental Health Continuum-ShortForm (MHC-SF) questionnaire.
Data analysis used univariate analysis. The results showed that most of the respondents had high emotional
well-being as many as 217 people (96.0%), most of the respondents had high social welfare as many as 221
people (78.4%), and most of the respondents had high psychological well-being as many as 243 people (86.2
people). %). It is hoped that the results of this study can be the basis for developing preventive and promotive
programs on adolescent mental health involving the participation of family, school, peers so that adolescents
are able to have good protective factors and be able to cope with problems that occur adaptively.

Keywords: Health, Mental, Adolescence

@Jurnal Ners Prodi Sarjana Keperawatan & Profesi Ners FIK UP 2022
Corresponding author :
Address : Jl. Tuanku Tambusai No. 23 Bangkinang
Email : alini_09@yahoo.com
Phone : 085265591056

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


81| GAMBARAN KESEHATAN MENTAL REMAJA SMPN 2 BANGKINANG KOTA KABUPATEN KAMPAR

PENDAHULUAN kapasitasnya untuk dapat berkembang dalam


berbagai area seperti biologis, kognitif dan sosial-
Masa remaja merupakan periode terjadinya emosional (Remschmidt, et al., 2007). Oleh
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik karenanya, penting bagi kita memahami tahapan
secara fisik, psikologis, maupun intelektual. perkembangan sebagai upaya untuk melihat
Menurut World Health Organization (WHO) tahun adanya indikasi permasalahan pada perkembangan
2018, remaja adalah penduduk dalam rentang usia anak dan remaja.
10-19 tahun. Berdasarkan data WHO tahun 2014 Menurut data National Institute of Mental
diperkirakan penduduk dunia dalam rentang umur Health (NIMH) (2019), prevalensi tertinggi
10-19 tahun sebanyak 1,2 milyar (18%) dari masalah kesehatan mental remaja terjadi pada usia
jumlah penduduk dunia. Data Badan Pusat 17 hingga 18 tahun. NIMH (2019) juga
Statistik (BPS) tahun 2020, menunjukkan jumlah menemukan bahwa bunuh diri di Amerika Serikat
remaja Usia 10-14 tahun sebanyak 22.195 orang, untuk individu berusia antara 15 hingga 24 tahun
sedangkan remaja usia 15-19 tahun sebanyak memiliki prevalensi 220 / 100.000 (Ivey, 2020).
22.319 orang. WHO melaporkan bahwa 450 juta orang di seluruh
Masa remaja merupakan masa peralihan dari dunia memiliki gangguan kesehatan mental,
anak menuju dewasa, dimana pada masa ini terjadi dengan prevalensi 20% kejadian terjadi pada anak-
berbagai macam perubahan yang cukup bermakna anak (O’Reilly, 2015). Di seluruh dunia,
baik secara fisik, biologis, mental dan emosional diperkirakan 10-20% remaja pernah mengalami
maupun psikososial (Marcelina, 2020). Masa masalah kesehatan jiwa, namun underdiagnosed &
remaja menurut Wiguna (2013), merupakan masa undertreated. Menurut data survei Global Health
yang kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Data Exchange 2017, ada 27,3 juta orang di
Di masa ini banyak terjadi perubahan dalam diri Indonesia mengalami masalah kesehataan
seseorang sebagai persiapan memasuki masa kejiwaan. Artinya, satu dari sepuluh orang di
dewasa. Remaja tidak dapat dikatakan lagi sebagai negara ini mengidap gangguan kesehatan
anak kecil, namun ia juga belum dapat dikatakan jiwa. Untuk data kesehatan mental remaja di
sebagai orang dewasa. Hal ini terjadi oleh karena Indonesia sendiri pada 2018, terdapat sebanyak
di masa ini penuh dengan gejolak perubahan baik 9,8% merupakan prevalensi gangguan mental
perubahan biologik, psikologik, mapun perubahan emosional dengan gejala depresi dan kecemasan
sosial. Dalam keadaan serba tanggung ini untuk remaja berumur > 15 tahun, meningkat
seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dibandingkan pada 2013, hanya 6% untuk
dengan dirinya sendiri (konflik internal), maupun prevalensi gangguan mental emosional dengan
tidak diselesaikan dengan baik maka akan gejala depresi dan kecemasan untuk remaja
memberikan dampak negatif terhadap berumur > 15 tahun. Sedangkan untuk prevalensi
perkembangan remaja tersebut di masa mendatang, gangguan jiwa berat seperti skizofrenia pada 2013
terutama terhadap pematangan karakternya dan mencapai 1,2 per seribu orang penduduk.
tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental. Buruknya kesehatan jiwa remaja dapat terjadi
Wiguna (2013), juga menjelaskan bahwa masa karena beberapa alasan seperti kurang pengetahuan
remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya atau kesadaran tentang kesehatan jiwa diantara
perkembangan yang pesat dari aspek biologik, tenaga kesehatan, atau stigma yang mencegah
psikologik, dan juga sosialnya. Kondisi ini mereka untuk mencari pertolongan
mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki
yang membutuhkan penyeimbangan sehingga persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi berat
remaja dapat mencapai taraf perkembangan akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti
psikososial yang matang dan adekuat sesuai diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri. Sebesar
dengan tingkat usianya. Kondisi ini sangat 80 – 90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari
bervariasi antar remaja dan menunjukkan depresi dan kecemasan. Kasus bunuh diri di
perbedaan yang bersifat individual, sehingga setiap Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara dengan
remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. Menurut
mereka dengan tuntutan lingkungannya. ahli suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah
Biasanya remaja sering kali merasakan berpikir bunuh diri. Pada kalangan mahasiswa
kelelahan baik secara fisik maupun mental. Untuk sebesar 6,9% mempunyai niatan untuk bunuh diri
meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan
remaja tidak bisa hanya berfokus pada kesehatan bunuh diri. Depresi pada remaja bisa diakibatkan
fisik saja, karena kesehatan mental juga oleh beberapa hal seperti tekanan dalam bidang
memainkan peran yang besar dalam kehidupan. akademik, perundungan(bullying), faktor keluarga,
Kesehatan mental menunjukkan kemampuan diri dan permasalahan ekonomi (Rachmawati).
sendiri untuk mengelola perasaan dan menghadapi Menurut Santrock (2003), tekanan pada remaja
kesulitan sehari-hari (Marcelina, 2020). Kesehatan dapat bersumber dari keluarga, sekolah dan
mental pada anak dan remaja melibatkan masyarakat. Keluarga yang tidak menyenangkan,
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
82| GAMBARAN KESEHATAN MENTAL REMAJA SMPN 2 BANGKINANG KOTA KABUPATEN KAMPAR

kurangnya komunikasi dalam anggota keluarga Mental Remaja SMPN 2 Bangkinang Kota
ataupun kesulitan ekonomi yang dialami oleh Kabupaten Kampar. Penelitian ini bertujuan untuk
keluarga seringkali membuat tekanan pada remaja. mengetahui gambaran kesehatan mental remaja
Tekanan pada remaja di lingkungan sekolah dapat SMPN 2 Bangkinang Kota Kabupaten Kampar.
muncul karena adanya stressor seperti pekerjaan
rumah yang terlalu berlebih, sosok guru yang tidak METODE
menyenangkan ataupun ketodakcocokan dengan
Desain Penelitian
teman sebaya ataupun teman sebaya yang
Penelitian ini menggunakan pendekatan
membawa pengaruh negatif. Sementara itu di
penelitian kuantitatif non eksperimen dengan
lingkungan masyarakat banyak kejadian-kejadian
skala sebagai alat ukur. Desain yang digunakan
berdampak seperti kebiasaan buruk yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
oleh orang dewasa di lingkungannya seperti:
yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena
berbicara kotor, merokok, mabuk-mabukan
(kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi
ataupun berkelahi.
tertentu.
Kesehatan mental anak dan remaja dapat
mempengaruhi masa depan dirinya sendiri sebagai
Lokasi dan Waktu Penelitian
individu, dan berdampak pada keluarga hingga
Penelitian ini dilakukan di SMPN 2
masyarakat. Untuk mengetahui kesehatan mental
Bangkinang Kota pada tgl 05 Januari 2022.
anak, penting untuk melihat faktor dalam diri anak,
keluarga dan lingkungan. Faktor dalam diri anak
Populasi
seperti faktor genetik, temperamen, dan kesehatan
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
fisik perlu diamati. Faktor dari keluarga meliputi
siswa kelas VII - IX di SMPN 2 Bangkinang Kota
pola asuh orang tua serta kelekatan anak terhadap
yang berjumlah 576 orang.
orang tua. Teori kelekatan (attachment) dari John
Bowlby (1969) memperlihatkan bahwa anak-anak
Sampel
perlu membangun ikatan yang aman dengan
Penelitian ini menggunakan teknik total
pengasuh utama mereka di masa kecil (Cooper,
sampling. Kriteria sampel dibedakan menjadi dua
2005). Ikatan yang aman ini penting untuk
bagian, yaitu kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.
membangun kepercayaan dan rasa aman. Dengan
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu: a). siwa
adanya kedua hal tersebut, mereka dapat belajar
yang berstatus aktif di SMPN 2 Bangkinang Kota,
dan melakukan eksplorasi terhadap dunia di sekitar
b). bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria
mereka dengan percaya diri dan tanpa ketakutan
ekslusi pada penelitian ini yaitu: a). siswa yang
yang berlebihan.
tidak bersedia menjadi responden, b). siswa yang
Kesadaran atas pentingnya kesehatan mental
tidak menggunakan atau tidak diizinkan orangtua
saat ini selalu ditanamkan oleh WHO. WHO Child
menggunakan handphone android. Berdasarkan
and Adolescent Mental Health Atlas merupakan
kiriteria tersebut, maka jumlah sampel pada
salah satu upaya sistematis pertama untuk
penelitian ini adalah sebanyak 282 orang.
mengumpulkan data dan mendokumentasikan
secara objektif layanan global dan pelatihan yang
Alat Pengumpulan Data
tersedia di seluruh dunia untuk kesehatan mental
Alat pengumpulan data yang digunakan pada
anak dan remaja (WHO, 2001c). Inisiatif ini
penelitian ini yaitu berupa kuesioner yang
berfokus pada tiga bidang utama, yaitu kesadaran
berisikan sejumlah pertanyaan. Kuesioner A
(awareness), pencegahan (prevention) dan
merupakan instrument untuk mendapatkan data
perlakuan (treatment).
demografi, Data yang dimaksud adalah inisial
Penelitan yang secara khusus tentang
siswa dan siswi, usia, jenis kelamin, agama, kelas,
kesehatan mental pada usia remaja di Kabupaten
status tinggal, riwayat gangguan jiwa dalam
Kampar belum pernah dilakukan. Penelitian
keluarga. Kuesioner B merupakan instrument yang
mengenai kesehatan mental yang telah dilakukan
dipakai untuk mengukur kesehatan mental remaja
sebelumnya ialah penelitian yang dilakukan oleh
yaitu Mental Health Continuum-ShortForm
Alhida tahun 2021 yang meneliti mengenai
(MHC-SF) (Keyes et al., 2008) yang mengukur
hubungan pola asuh orang tua dengan
emotional well-being, social well-being dan
perkembangan emosional remaja kelas VIII di
psychological well-being. Mental Health
SMPN 2 Bangkinang Kota, namun tidak meneliti
Continuum-Short Form memiliki total butir
kondisi kesehatan mental remaja secara spesifik.
sebanyak 14 butir dan memiliki nilai koefisien
Meningkatnya jumlah kasus gangguan mental
Alpha Cronbcah sebesar 0.845. Sub skala
emosional dan terbatasnya penelitian mengenai
emotional well-being memiliki 3 butir (Cronbach‟s
gangguan mental emosional secara umum di
alpha = 0.693). Sub skala social well-being
Indonesia khususnya di Kabupaten kampar
memiliki 5 butir (Cronbach‟s alpha = 0.787). Sub
menjadi latarbelakang peneliti untuk melakukan
skala psychological well-being memiliki 6 butir
penelitian dengan judul “Gambaran Kesehatan
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
83| GAMBARAN KESEHATAN MENTAL REMAJA SMPN 2 BANGKINANG KOTA KABUPATEN KAMPAR

(Cronbach‟s alpha = 0.842). Adapun rentang


respon yang tersedia adalah dari “Tidak Pernah-
Setiap Hari.” Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari
282 responden, sebagian besar responden berusia
Analisa Data 14 tahun yaitu sebanyak 88 orang (31.2%),
Analisa data menggunakan analisis univariat berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 174
untuk mengetahui distribusi frekuensi dan orang (61.7%), sebagian besar beragama islam
persentase dari setiap variabel dalam penelitian ini. yaitu sebanyak 223 orang (79%), bebagian besar
kelas IX yaitu sebanyak 114 orang (40.4), sebagian
HASIL DAN PEMBAHASAN besar tinggal dengan ayah dan ibu kandung yaitu
Karakteristik Responden sebanyak 248 orang (88.3%), dan sebagian besar
Karakteristik responden dalam penelitian ini siswa/i tidak ada memiliki riwayat gangguan jiwa
terdiri dari usia, jenis kelamin, agama, kelas, status dalam keluarga yaitu sebanyak 279 orang (98.9%).
tinggal, dan riwayat gangguan jiwa dalam
keluarga. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada Analisa Univariat
tabel 5.1 berikut ini: Analisa univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau menggambarkan karakteristik
Tabel 1 . Distribusi Frekuensi Karakteristik
setiap variabel penelitian. Analisis univariat ini
Responden Berdasarkan usia, jenis kelamin,
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
agama, kelas, status tinggal, riwayat gangguan
persentase dari setiap variabel (kesejaheteraan
jiwa dalam keluarga Pada Siswa/i di SMPN 2
emosional, sosial dan psikologis). Adapun hasil
Bangkinang Kota
analisis univariat disajikan dalam tabel berikut ini:
Frekuensi Persentase Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kesehatan Mental
No Usia
(f) (%) Remaja Siswa/i di SMPN 2 Bangkinang Kota
1. 11 tahun 24 38.3
2. 12 tahun 33 11.6 Kesejahreraan Frekuensi Persentase
No
3. 13 tahun 74 27.3 Emosinal (f) (%)
4. 14 tahun 88 31.2 1. Tinggi 217 96.0
5. 15 tahun 63 22.3 2. Rendah 65 4.0
Jumlah 282 100 Jumlah 282 100
Frekuensi Persentase Kesejahteraan Frekuensi Persentase
No Jenis Kelamin No
(f) (%) Sosial (f) (%)
1 Laki-laki 108 38.3 1 Tinggi 221 78.4
2 Perempuan 174 61.7 2 Rendah 61 21.6
100 100
Jumlah 282 Jumlah 282
No Agama Frekuensi Persentase No Kesejahteraan Frekuensi Persentase
(f) (%) Psikologis (f) (%)
1. Islam 223 79 1. Tinggi 243 86.2
2. Kristen 59 21 2. Rendah 43 13.8
Jumlah 282 100 Jumlah 282 100
No Kelas Frekuensi Persentase Keterangan: Data Primer
(f) (%)
1. VII 84 29.8
2. VIII 84 29.8 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa
3. IX 114 40.4 sebagian besar responden memiliki kesejahteraan
Jumlah 282 100 emosional tinggi yaitu sebanyak 217 orang
No Status Frekuensi Persentase (96.0%), sebagian besar responden memiliki
Tinggal (f) (%) kesejahteraan sosial tinggi yaitu sebanyak 221
1. Ayah dan ibu orang (78.4%), dan sebagian besar responden
248 88.3
Kandung memiliki kesejahreraan psikologis tinggi yaitu
2. Keluarga Besar 33 11.7 sebanyak 243 orang (86.2%).
Jumlah 282 100
No Riwayat PEMBAHASAN
Gangguan Frekuensi Persentase
Jiwa dalam (f) (%) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
Keluarga sebagian besar responden berusia 14 tahun yaitu
1. Ada 3 1.1 sebanyak 88 orang (31.2%), berjenis kelamin
2. Tidak ada 279 98.9 perempuan yaitu sebanyak 174 orang (61.7%),
Jumlah 282 100 sebagian besar beragama islam yaitu sebanyak 223
Keterangan: Data Primer orang (79%), bebagian besar kelas IX yaitu

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


84| GAMBARAN KESEHATAN MENTAL REMAJA SMPN 2 BANGKINANG KOTA KABUPATEN KAMPAR

sebanyak 114 orang (40.4), sebagian besar tinggal perasaan positif tentang kehidupan, bahagia,
dengan ayah dan ibu kandung yaitu sebanyak 248 memiliki semangat yang baik, tenang damai, puas
orang (88.3%), dan sebagian besar siswa/i tidak dan produktif. Kesejahteraan psikologis adalah
ada memiliki riwayat gangguan jiwa dalam suatu keadaan ketika individu dapat menerima
keluarga yaitu sebanyak 279 orang (98.9%). kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki
Masa remaja merupakan suatu fase tujuan hiduap, mengembangkan relasi yang positif
perkembangan antara masa kanak – kanak dan dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri,
masa dewasa, berlangsung antara usia 10 – 19 mampu mengendalikan lingkungan dan terus
tahun. Masa remaja terdiri dari remaja awal ( 10 – bertumbuh secara personal. Kesejahteraan sosial
14 tahun ), masa remaja pertengahan ( 14- 17 meliputi pengalaman dan penilaian fungsi sosial
tahun ) dan masa remaja akhir (17 – 19 tahun). seseorang, karena dimensi ini berkorelasi tetapi
Pada masa remaja terjadi banyak perubahan baik tidak tumpang tindih denga ukuran kesejahteraan
biologis, psikologis maupun sosial (Kusumawati, emosional dan psikologis. Kesejahteraan sosial
F, 2010). dapat juga didefinisikan dengan suatu kondisi
Menurut Kusumawati (2010), perkembangan terpenuhinya kebutuhan sosial sebagai masyarakat,
fisik pada anak perempuan nampaknya tidak dapat berfungsi baik secara psikologis maupun
sejalan dengan pematangan psikologisnya. secara sosial memaknakan kebahagian dan
Payudara yang tumbuh lebih dini seringkali kepuasan hidupnya secara positif, serta memiliki
menimbulkan rasa malu karena sudah kondisi perasaan yang seimbang (Keyes, 2006).
diperlakukan sebagai orang dewasa padahal Kesehatan jiwa dilihat dari kesejahteraan
remaja ini belum siap untuk menghadapinya. emosional, psikologis dan sosial berada pada
Perkembangan fisik pada anak laki- laki 2 tahun tingkat tinggi. Menurut Bradburn seseorang akan
lebih lambat mulainya. Perkembangan fisik pada memiliki pengalaman lebih besar terhadap
anak perempuan maupun laki-laki yang begitu kesejahteraan psikologi jika didominasi oleh afek
cepat dan drastis pada usia 11 sampai 16 tahun positif. Sehingga bisa dikatakan jika kesejahteraan
membutuhkan waktu beberapa saat untuk dapat psikologi seseorang akan rendah ketika didominasi
beradaptasi dengan keadaan tersebut (Wiguna, oleh afek yang negative menunjukkan sikap dan
2013). pandangan yang baik terhadap masyarakatnya dan
Seorang remaja tidak lagi dapat disebut menerima baik buruknya sifat masyarakat. Dengan
sebagai anak kecil, tetapi belum juga dapat adanya kedekatan sosial mencerminkan
dianggap sebagai orang dewasa. Disatu sisi ia ketertarikan seseorang pada kehidupan sosialnya.
ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang Dalam hal ini remaja dapat menganggap
tua tetapi disisi lain pada dasarnya tetap kehidupan sosialnya dapat dimengerti, bermakna
membutuhkan bantuan, dukngan dan perlindungan dan bernilai positif, sehingga dengan adanya
orang tuanya. Orang tua sering tidak mengetahui integrasi sosial mengungkapkan perasaan nyaman
atau memahami perubahan yang terjadi sehingga berada dalam komunitas, merasa menjadi bagian
tidak menyadari bahwa mereka telah tumbuh dalam masyarakat serta mendapatkan dukungan
menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang didalamnya.
selalu dibantu. Orang tua menjadi bingung
menghadapi labilitas emosi dan perilaku remaja KESIMPULAN
sehingga akan terjadi konflik diantara keduanya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Konflik yang terjadi antara orang tua dan remaja
dilakukan dapat disimpulkanbahwa sebagian besar
apabila tidak terselesaikan akan berdampak negatif
responden memiliki kesejahteraan emosional
terhadap diri remaja sendiri ataupun hubungan
tinggi yaitu sebanyak 217 orang (96.0%), sebagian
antara remaja dan orang tuanya. Kondisi seperti ini
besar responden memiliki kesejahteraan sosial
bila tidak segera diatasi dapat berlanjut sampai
tinggi yaitu sebanyak 221 orang (78.4%), dan
dewasa dan dapat berkembang kearah yang lebih
sebagian besar responden memiliki kesejahreraan
negatif. Antara lain dapat timbul masalah maupun
psikologis tinggi yaitu sebanyak 243 orang
gangguan kejiwaan dari ringan sampai berat
(86.2%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat
(Wiguna, 2013).
menjadi dasar pengembangan program preventif
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa
dan promotif pada kesehatan jiwa remaja yang
sebagian besar responden memiliki kesejahteraan
melibatkan peran serta keluarga, sekolah, teman
emosional tinggi yaitu sebanyak 217 orang
sebaya sehingga remaja mampu memiliki faktor
(96.0%), sebagian besar responden memiliki
protektif yang baik dan mampu mengatasi masalah
kesejahteraan sosial tinggi yaitu sebanyak 221
yang terjadi dengan adaptif.
orang (78.4%), dan sebagian besar responden
memiliki kesejahreraan psikologis tinggi yaitu DAFTAR PUSTAKA
sebanyak 243 orang (86.2%).
Kesejahteraan emosional menjadi sekelompok Badan Pusat Statistik. (2020). Jumlah Penduduk
tanda yang mencerminkan ada dan tidak adanya Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


85| GAMBARAN KESEHATAN MENTAL REMAJA SMPN 2 BANGKINANG KOTA KABUPATEN KAMPAR

Kelamin.https://www.bps.go.id. Diakses Santrock, J.W. (2011). Child Development 13th


tanggal 25 Oktober 2021 Edition. New York: McGraw Hill.
Budiarto, Yohanes. (2018). Social Well-Being, Santrock, J.W. (2014). Adolescence 15th Edition.
Psychological Well-Being Dan Emotional New York: McGraw Hill.
Well-Being: Studi Kausal Komparatif Pada Syamaun, N. (2019). “Dampak Pola Asuh Orang
Praktisi Seni Bela Diri Bima Dan Tua dan Guru Terhadap Kecendeerungan
Kebugaran Fisik. Jurnal Psikologi Volume 6 Perilaku Agresif Siswa”. Jogjakarta: Ar-
Nomor 1. Ruzz Media
Cooper, M., Hooper, C., & Thompson, M. (2005). Yuliandari, Elly. (2020). Kesehatan Mental anak
Child and Adolescent Mental Health: dan Remaja.
Theory and Practice. United Kingdom: http://repository.ubaya.ac.id/35835/1/Keseh
Edward Arnold Ltd. atan%20Mental%20Anak%20dan%20Rema
Febriani, D. DKK. (2018). Hubungan Pola Asuh ja%20-%20Buku%20Ajar-part.pdf. Diakses
Orang Tua Terhadap Masalah Mental tanggal 25 Oktober 2021
Emosional Remaja. https://jom.unri.ac.id. Yusuf, S. (2020). “Psikologi Perkembangan Anak
Diakses tanggal 25 Oktober 2021 dan Remaja”. Bandung: PT Remaja
Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Rosdakarya Offset.
Keperawatan dan Tekni Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Ivey, J. (2020) Mental Health Screening For
Children And Adolescents, Pediatric
Nursing, 46(1), 27–31.
Keyes, C. L. M., & Annas, J. (2009). Feeling
Good And Functioning Well: Distinctive
Concepts In Ancient Philosophy And
Contemporary Science. Journal of Positive
Psychology, 4(3), 197–201.
https://doi.org/10.1080/17439760902844228
Diakses tanggal 25 Oktober 2021
Kusumawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Marcelina, Risky Nur. (2020). 6 Tips Menjaga
Kesehatan Mental Remaja.
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-
fkp-unair/30-lihat/561-6-tipmenjaga-
kesehatan-mental-remaja. Diakses tanggal
25 Oktober 2021
Notoatmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: PT. Rineka
Cipra
Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wiguna, Tjin. (2013). Masalah Kesehatan Mental
Remaja di Era Globalisas.
http://idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/masalah-kesehatan-mental-remaja-di-
era-globalisasi. Diakses tanggal 25 Oktober
2021
O’Reilly, M & Lester, J.N. (2015). The Palgrave
Handbook of Child Mental Health. UK:
Pagrave Macmillan.
Rachmawati, Alfina Ayu (2020). Darurat
Kesehatan Mental Remaja.
https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/11/27/darur
at-kesehatan-mental-bagi-remaja/. Diakses
tanggal 25 Oktober 2021
Remschmidt, H., et al. (2007). The Mental Health
of Children and Adolescents: An Area of
Global Neglect. England: John Wiley &
Sons, Ltd.
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)

Anda mungkin juga menyukai