Article history: Latar belakang: Prevalensi gangguan mental emosional pada anak usia 3-5 sebesar 74,2
%. Sekitar 8-9 % anak pra sekolah mengalami gangguan sosial emosi seperti cemas,
Received December, 28 2020 berperilaku tidak taat, kurangnya ketrampilan sosial dan depresi. Persentase gizi buruk
Accepted Januari, 25 2021 pada balita usia 0-59 bulan sebesar 3,8% dan persentase gizi kurang sebesar 14,0%.
Published Jnauari, 25 2021 Prevalensi balita Kurang Energi Protein (Gizi Buruk dan Kurang) di DIY tahun 2015
sebesar 8,04. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif,
dengan pendekatan atau metode survey. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
Kata Kunci: dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 31 anak usia 36-72
bulan. Hasil: Indeks Masa Tubuh rata-rata 14.63, untuk IMT paling kecil 12 dan Paling
Pertumbuhan besar 21, sehingga didapatkan kesimpulan bahwa ststus gizi berdasarkan IMT/Umur
Perkembangan seluruhnya normal. Pemeriksaan tes daya lihat dan tes daya dengar keseluruhan siswa
Kesehatan Mental Emosional (100%) tidak mengalami gangguan baik pada sisi telinga kanan atau kiri serta mata kanan
Anak Pra Sekolah atau kiri. Hasil pemeriksaan pra skrining perkembangan didapatkan kesimpulan paling
besar perkembangan sesuai umur (71.9%). Pemeriksaan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktifitas (GPPH) didapatkan kesimpulan paling besar (71.9%) siswa tidak
mengalami GPPH. Kesimpulan: terdapat 28. 1 % anak dengan perkembangan meragukan
dan mengalami kemungkinan GPPH.
ABSTRACT
Growth, Development, and Emotional Mental Health of Pre School Children Age 36-72
Months (Study in Kuncup Melati Playgroup and Pamardi Putra Kindergarten)
Background: The prevalence of mental emotional disorders in children aged 3-5 is 74.2%.
Key words: About 8-9% of preschool children experience social emotional disorders such as anxiety,
disobedient behavior, lack of social skills and depression. The percentage of malnutrition
Growth in children aged 0-59 months is 3.8% and the percentage of malnutrition is 14.0%. The
Development prevalence of under-fives with protein energy deficiency (malnutrition and malnutrition)
Mental Emotional Health in DIY in 2015 was 8.04. Method: The method used in this research is descriptive, with a
Pre School Children survey approach or method. Sampling in this study was conducted by purposive sampling
technique with a sample of 31 children aged 36-72 months. Results: Body Mass Index
averaged 14.63, for the smallest BMI of 12 and the largest of 21, so it was concluded that
DOI: the nutritional status based on BMI/Age was entirely normal. The examination of the visual
https://10.48092/jik.v7i2.159 power test and the overall hearing test of students (100%) did not experience disturbances
either on the right or left ear and right or left eye. The results of the developmental pre-
screening examination concluded that the greatest development was according to age
(71.9%). Examination of attention deficit and hyperactivity disorder (GPPH) concluded
that the largest (71.9%) students did not experience ADHD. Conclusion: there are 28.1%
of children with doubtful development and experience the possibility of ADHD.
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 25
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Prevalensi gangguan mental emosional pada menggambarkan keadaan kesehatan mental emosional
anak usia 3-5 tahun 2013 sebesar 74,2 %. Perkembangan anak dalam skala besar (Winarsih, 2017).
social emosi yang tidak tercapai secara optimal dapat Gangguan pertumbuhan pada anak usia pra
menimbulkan gangguan social emosi pada anak. Sekitar sekolah diantaranya adalah obesitas, stunting, dan
8-9 % anak pra sekolah mengalami gangguan sosial malnutrisi. Obesitas disebabkan oleh adanya ketidak
emosi seperti cemas, berperilaku tidak taat, kurangnya seimbangan antara masukan energi dengan keluaran
ketrampilan sosial dan depresi. Anak yang mengalami energi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
keterlambatan perkembangan sosial emosi pada saat usia 2017 menunjukkan persentase balita gemuk 0-5 tahun di
dini cenderung lebih berisiko untuk berperilaku Indonesia 11,9%, Yogyakarta 10,3%. Selain pola makan,
maladaptif seperti berperilaku kriminal dan faktor penting lain penyebab obesitas adalah aktivitas
mengkonsumsi narkoba saat dewasa (Hanifah dan fisik. Dampak obesitas, meliputi faktor resiko
Beberapa jenis penyimpangan perkembangan masalah ortopedik yang berkaitan dengan obesitas,
yang sering ditemui pada anak adalah Down syndrome kelainan kulit serta gangguan psikiatrik (Sri Tanjung,
kelainan genetik yang mengakibatkan keterbelakangan Stunting merupakan status gizi berdasarkan
perkembangan fisik dan mental bagi para pada indeks tinggi badan menurut umur. Persentase
penyandangnya. Penderita down syndrome memiliki balita sangat pendek dan pendek usia 0-23 bulan di
kelebihan kromosom sehingga intelektual dibawah rata- Indonesia tahun 2018 yaitu 12,8% dan 17,1%. Kondisi
rata dan memiliki kelainan fisik. Beberapa kondisi yang ini meningkat dari tahun sebelumnya dimana persentase
menyertai penderitai down syndrome yaitu penyakit balita sangat pendek yaitu sebesar 6,9% dan balita
jantung bawaan, kelaian mental, kelainan pernafasan, pendek sebesar 13,2%. Persentase balita sangat pendek
pencernaan, dan kekuatan otot melemah (Olds, London, dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2018
& Ladewing, 2010). adalah 11,5% dan 19,3%. Kondisi ini meningkat dari
Terdapat beberapa jenis gangguan mental tahun sebelumnya yaitu persentase balita usia 0-59 bulan
emosional anak, yaitu: depresi, kesedihan (grief), post sangat pendek sebesar 9,8% dan balita pendek sebesar
gangguan ini rnempunyai etiologi dan penanganan yang Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
berbeda, ada yang memiliki prognosis baik, misal PTSD yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan
dan ada yang kurang baik, misalnya gangguan bipolar. menyatakan bahwa persentase gizi buruk pada balita usia
Manifestasi dari akibat gejala gangguan mental 0-23 bulan di Indonesia adalah 3,8%, sedangkan
emosional bervariasi dari penurunan prestasi belajar persentase gizi kurang adalah 11,4%, hal tersebut tidak
sampai berkembangnya pribadi yang antisosial. Selain berbeda jauh dengan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG)
mempunyai dampak pada perkembangan kepribadian, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan
gangguan mental emosional, manifestasi gejala tahun 2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita usia
gangguan mental emosional bermacam-macam, 0-23 bulan sebesar 3,5% dan persentase gizi kurang
diantaranya yaitu gangguan tingkah laku dan gangguan sebesar 11,3%. Pada balita usia 0-59 bulan, hasil Riset
psiko-fisiologis (asma, sakit perut, migraine). Sampai Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa
Page | 26
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
persentase gizi buruk di Indonesia adalah 3,9%, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak)
sedangkan persentase gizi kurang adalah 13,8%. Hal yang seharusnya dilaksanakan 2 kali dalam setahun
tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil Pemantauan hanya terlaksana 1 kali sehingga cakupannya kurang
Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh terpenuhi targetnya. Selain itu dalam pelaksanaan
Kementerian Kesehatan tahun 2017, yaitu persentase SDIDTK yang dilaksanakan yaitu deteksi dini
gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan sebesar 3,8% dan penyimpangan pertumbuhan (Berat Badan, Tinggi
persentase gizi kurang sebesar 14,0%. Prevalensi balita Badan, ), deteksi dini penyimpangan perkembangan
Kurang Energi Protein (Gizi Buruk dan Kurang) di DIY (KPSP, TDD, TDL) dan yang belum dilaksanakan yaitu
tahun 2015 sebesar 8,04. Prevalensi KEP ini menurun deteksi dini penyimpangan mental emosional (KMME,
dibandingkan dengan tahun 2013 tetapi sedikit lebih CHAT, GPPH). Berdasarkan latar belakang tersebut,
tinggi dari tahun 2014. Pada tahun 2016 KEP DIY maka penulis tertarik untuk mengetahui gambaran
sebesar 8,83 dan kembali turun menjadi 8,26 pada tahun pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan mental
2017. Angka prevalensi selama tiga tahun terakhir masih emosional pada anak usia 36-72 bulan.
berkisar pada angka 8 yang menunjukan bahwa upaya
yang dilakukan dalam rangka penurunan prevalensi KEP METODE
Balita di DIY belum tercapai secara maksimal. Kondisi Metode yang digunakan dalam penelitian ini
paling tinggi prevalensi balita KEP adalah Kabupaten adalah Deskriptif, dengan pendekatan atau metode
Kulon Progo sebesar 12,33 dan terendah di Sleman 7,33 survey. Penelitian ini menggambarkan pelaksanaan
(Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta, 2017). deteksi dini pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan
Pemantauan status gizi Balita di Kabupaten emosional pada anak usia 36-72 bulan.
Bantul pada tahun 2018 dilaporkan Balita gizi buruk ada Populasi dalam penelitian ini adalah semua
199 Balita, dengan jumlah Laki-laki 101 Balita dan anak pra sekolah yang bersekolah di KB Kuncup Melati
Perempuan 98 Balita. Prevalensi Balita gizi buruk sesuai dan TK Pamardi Putera pada bulan Maret-April 2020
standar Berat Badan menurut Umur (BB/U) sebesar dengan jumlah 31 anak. Pengambilan sampel dalam
0.41% dan jika dibandingkan status gizi buruk pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
tahun 2017 sebanyak 202 Balita dengan prevalensi yang sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
sama sebesar 0,41%. Hal ini perlu diwaspadai mengingat berikut:
gizi Balita menentukan pertumbuhan fisik dan 1. Kriteria Inklusi
perkembangan kecerdasannya dimasa depan. ada a. Usia 36-72 bulan
peningkatan prevalensi gizi buruk pada Balita sesuai b. Bersekolah di KB Kuncup Melati atau
standar Berat Badan menurut Umur (BB/U), yaitu pada TK Pamardi Putra
Tahun 2018 sebesar 0,41 sama seperti tahun 2017 c. Orangtua bersedia mengisi inform
sebesar 0,41 Kasus gizi buruk pada Balita tertinggi ada content
di wilayah Puskesmas Piyungan sebanyak 5 kasus. 2. Kriteria Eksklusi
Pemerintah telah melakukan upaya untuk a. Sedang sakit atau mengalami sakit
pemantauan tumbuh kembang melalui program SDIDTK berat selama satu minggu terakhir
(Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh b. Riwayat gangguan mal absorbsi
Kembang Anak) dilaksanakan tiap 6 bulan sekali, yang nutrisi
dilaksanakan oleh bidan. Cakupan SDIDTK (Stimulasi,
Page | 27
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 28
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 29
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 30
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP Mulyasa. 2012. Praktek Penelitian Tindakan Kelas.
UNY. 2012. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Chaplin, J. P. 2009, Dictionary of Psychology, Nattaya Lakshita, Panduan Simpel Mendidik Anak
(Terjemah. Kartini Kartono) Jakarta: PT. Raja Autis, Jogjakarta: Javalitera, 2013
Grafindo Persada. Ni’mah, K., & Nadhiroh, S.R. 2015. Faktor Yang
Dewi, R.C., Oktiawati, A., & Saputri, L.D. (2015). Teori Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada
dan Konsep Tumbuh Kembang : Bayi, Toddler, Balita. Jurnal Media Gizi Indonesia.Vol. 10.
Anak, dan Usia Remaja. Yogyakarta : Nuha No. 1. Januari–Juni. Hlm: 13–19. Diakses pada
Medika. tanggal 2 November 2018.
Depkes RI. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu
Pembangunan Milenium Di Indonesia. Jakarta : Keperawatan: Pendekatan Praktis : Jakarta :
BAPPENAS SalembaMedika.
Dinas kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Profil Olds SB, London ML, Ladewig PAW. (2000). Maternal
Kesehatan Provinsi Di Yogyakarta Tahun New Born Nursing: a family and community
2017. Yogyakarta: 2017 based approach. Sixth edition. New Jersey:
Depkes RI. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan practice Hall Health
Pembangunan Milenium Di Indonesia. Jakarta : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
BAPPENAS tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. 2014.
Femmi Nurmalitasari. 2015. Perkembangan Sosial Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi
Emosi pada Anak Usia Prasekolah, Volume 23, 7. Jakarta : Salemba Medika
No.2, Desember. Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep,
Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta :
Pediatric Nursing. St. Louis Missoury: Mosby EGC
Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Republik Indonesia, 2014a, Peraturan Menteri
Khusus, Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2012. Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Judarwanto, W. 2012. Down Syndrome: Deteksi Dini, Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Pencegahan Dan Penatalaksanaannya. Clinic Rumah Sakit, Jakarta.
For Children Information Education Network. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan
Available from : URL: http://goo.gl/fWAKS Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementerian RI tahun 2018.
Kemenkes; 2017. http://www.depkes.go.id/resources/download/i
Kemenkes RI. 2013. Lampiran Peraturan Mentri nfoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Ris
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 kesdas%202018.pdf–Diakses Agustus 2018.
Tahun 2013: Angka Kecukupan Gizi Energi, Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan
Protein Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu
Indonesia. Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta
King, Laura. 2010. Psikologi Umum. Jakarta : Salemba :Sagungseto .Pp 86-90.
Humanika. Mashar, Riana. (2011). Emosi anak Soetjiningsih dan Ign. N. Gede Ranuh. (2015). Tumbuh
Usia Dini dan Strategi Pengembangan. Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: Buku
Jakarata. Kencana. Kedokteran EGC.
Sri Winarsih , Nuril Nikmawati, Suprihatiningsih. 2017.
Kurniasih 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Studi Deskriptif Deteksi Dini Penyimpangan
Penerbit Buku Gramedia. Jakarta Mental Emosional ( Kmme, Chat, Gpph ) Pada
Leni Susanti, Kisah-kisah Motivasi untuk Anak Anak Usia 36 – 72 Bulan. JURNAL
Berkebutuhan Khusus Autis, Jogjakarta; KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017
Javalitera, 2014. ISSN.2089-7669: 28-32.
Luthfia Nur Farida, Elsa Naviati. 2015. Hubungan Pola Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak
Asuh Otoritatif Dengan Perkembangan Mental dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Emosional Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk World Health Organization (WHO). Maternal Mortality
Melati Putih Banyumanik. Jurusan in 2005. Geneva : Departement of Reproductive
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Health and Research WHO; 2007.
Diponegoro email: World Health Organization. The World Medicine
elsanaviatizainal@gmail.com: 222-228. Situation 2011 3ed. Rational Use of Medicine.
Mirza Maulana, Anak Autis, Mendidik Anak Autis dan Geneva, 2011.
Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas
dan Sehat, Jogjakarta: Ar-Rruz MediaGroup.
2010
Page | 31
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik