Anda di halaman 1dari 8

p-ISSN: 2598-1218 Volume 5 Nomor 2 Tahun 2022

e-ISSN: 2598-1226 DOI : 10.31604/jpm.v5i2.609-616


GAMBARAN KESEHATAN MENTAL REMAJA PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI KELURAHAN NELAYAN INDAH
Dewi Agustina, Anastasya Khairiah, Annisa Ramadhani, Putri Aulia Azmi Hrp

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


anastasyakhairiah91@gmail.com

Abstract

One of the impacts of the Covid-19 pandemic is changing people's daily activities, especially for children
and adolescents. It affects the mental health and well-being of the child and causes various mental health
problems. Some children and adolescents may be more vulnerable to the psychosocial effects of the
pandemic than others. Because they are in the stage of growth and development. The purpose of this
study was to determine the mental health picture of adolescents in Nelayan Indah Village, Medan
Labuhan District. This type of research uses quantitative descriptive. The number of samples used was
210 respondents with the Accidental Sampling Method. The questionnaire used is a self-reporting
questionnaire 20 which has been translated. The results showed that 28.6% of the respondents had poor
mental health. Certain types of mental health disorders that often occur in adolescence can cause negative
conditions such as anxiety, depression, stress, even psychotic disorders and even death. Youth mental
health is very important in determining the quality of a nation.

Keywords: Youth, Mental Health, Covid-19 Pandemic

Abstrak

Salah satu dampak dari Pandemi Covid-19 yaitu mengubah aktivitas sehari-hari masyarakat, terutama
bagi anak-anak dan remaja. Ini mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan anak dan
menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental. Beberapa anak dan remaja mungkin lebih rentan
terhadap efek psikososial pandemi daripada yang lain. Karena mereka sedang dalam tahap pertumbuhan
dan perkembangan. Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesehatan mental
remaja di Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan. Jenis Penelitian ini menggunakan
deksriptif kuantitatif. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 210 responden dengan Metode Accidental
Sampling. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner Self Reporting Questioneire 20 yang sudah
diterjemahkan. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 28,6% dari responden yang memiliki kesehatan
mental yang buruk. Jenis gangguan kesehatan mental tertentu yang sering terjadi pada masa remaja dapat
menimbulkan kondisi negatif seperti kecemasan, depresi, stres, bahkan gangguan psikotik bahkan
kematian. Kesehatan mental pemuda sangat penting dalam menentukan kualitas suatu bangsa

Kata kunci: Remaja, Kesehatan Mental, Pandemi Covid-19

MARTABE : Jurnal Pengabdian Masyarakat│609


MARTABE : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5 No 2 Tahun 2022 Hal 609-616

PENDAHULUAN yang diberikan oleh UNICEF, 99%


(2,34 miliar) anak-anak dan remaja di
Salah satu dampak dari pandemi bawah usia 18 tahun di seluruh dunia
Covid-19 adalah mengubah aktivitas tinggal di salah satu dari 186 negara di
sehari-hari masyarakat, terutama bagi mana pergerakan dibatasi dalam
anak-anak dan remaja. Praktik physical beberapa bentuk, atau karena
distancing dan penutupan sekolah COVID19. Sekitar 60% anak-anak
membuat mereka tidak bisa beraktivitas tinggal di salah satu dari 82 negara (7%)
seperti biasa. Dimulainya sekolah atau sebagian (53%), hidup dalam
online selama pandemi telah isolasi,termasuk 1,4 miliar anak muda.
menyebabkan banyak anak muda Sementara itu, menurut survei oleh
kehilangan sebagian besar masa muda Global Health Data Exchange pada
mereka. Sesuai dengan surat edaran dari tahun 2017, yaitu 27,3 juta orang di
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menderita masalah kesehatan
Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 mental. Menurut Data Kesehatan Jiwa
tertanggal 17 Maret 2020 tentang Remaja Indonesia Tahun 2018,
Pembelajaran secara Daring dan prevalensi gangguan psiko-emosional
Bekerja dari Rumah dalam rangka dengan gejala depresi dan kecemasan
pencegahan Penyebaran Corona Virus pada remaja berusia 15 tahun ke
Desease (COVID-19) (Kemdikbud, atassebesar 9,8%, lebih tinggi
2020). Perubahan baru dalam situasi ini dibandingkan tahun 2013, dan
membuat frustrasi kaum muda. Mereka prevalensinya hanya 6%. Prevalensi
tidak hanya frustrasi, tetapi mereka juga gangguan jiwa berat seperti skizofrenia
resah dan terisolasi selama pandemi. Di mencapai 1,2 per seribu pada tahun
Indonesia sendiri, penerapan kebijakan 2013 (Oktari, 2021).
pembatasan kegiatan belajar di sekolah Remaja mengalami
tentu berdampak signifikan terhadap perkembangan pada berbagai aspek
kesehatan mental siswa, meski dalam terutama aspek kognitif, emosi, sosial,
kadar yang berbeda-beda. Data yang dan moral. Secara psikologis,
diperoleh dari survei quick assessment perubahan kemampuan intelektual
yang dilakukan oleh Gugus Tugas mendorong remaja memahami dunia
Percepatan Penanganan Covid19 luar. Remaja belajar mengorganisasikan
(BNPB, 2020) menunjukkan bahwa ide-ide, seperti dalam kegiatan belajar.
47% anak Indonesia merasa bosan di Ia akan melatih daya ingat, kemampuan
rumah, 35% khawatir ketinggalan kelas. menalar, berpikir, dan linguistik
, 15% anak tidak merasa aman, 20% (wirenviona et all, 2020). Depresi tidak
anak temannya merasa bosan, dan 10% selalu bermanifestasi sebagai kesedihan
anak khawatir dengan keadaan pada orang muda, tetapi juga sebagai
keuangan keluarganya (Zulfia, lekas marah, kebosanan, atau malas.
Meilinda, Ilma & Muskhafiyah, 2021). Salah satu alasan depresi membutuhkan
Penelitian sebelumnya telah perawatan serius adalah karena hal itu
menunjukkan dimana hal itu berdampak berisiko bunuh diri. Beberapa anak dan
negatif terhadap kesehatan mental dan remaja mungkin lebih rentan terhadap
kesejahteraan anak-anak dan efek psikososial pandemi daripada
menyebabkan banyak masalah anak-anak dan remaja lainnya. Karena
kesehatan mental seperti kecemasan, sedang dalam tahap pertumbuhan dan
stres, depresi, dan masalah tentang tidur perkembangan. Anak-anak dan remaja
(Galvin, 2020). Menurut analisis data berhak atas perawatan khusus untuk

610
Dewi Agustina,dkk. Gambaran Kesehatan Mental Remaja Pada Masa Pandemi…

memelihara dan meningkatkan Data dikumpulkan dengan


kesehatan mental mereka (Wirenfiona menggunakan alat survei digital yaitu
& Riris, 2020). Dilakukannya penelitian platform Google Forms. Kuesioner
ini bertujuan untuk mengetahui yang digunakan dalam pengumpulan
gambaran kesehatan mental remaja di data yaitu Self Reporting Questioneire
Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan 20 yang sudah diterjemahkan terlebih
Medan Labuhan. dahulu kedalam bahasa indonesia. SRQ
20 adalah kuesioner yang
METODE dikembangkan oleh WHO untuk
mengukur kesehatan mental. Terdapat
Penelitian ini merupakan 20 pertanyaan berupa gejala kesehatan
penelitian deskriptif kuantitatif. mental yang buruk. Satu poin diberikan
Penelitian dilakukan di Kelurahan untuk setiap jawaban "ya", dengan skor
Nelayan Indah Kecamatan Medan maksimum 20 poin. Studi sebelumnya
Labuhan Provinsi Sumatera Utara. telah menunjukkan bahwa skor cut-off
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maksimum adalah 4/5 untuk pria dan
September 2021. 6/7 untuk wanita.
Data yang telah dikumpulkan
Tabel 1. Hasil SRQ diolah dengan menggunakan program
Kesehatan N % SPSS. Hasil dari analisis tersebut akan
Mental
menggambarkan bagaimana kualitas
kesehatan mental remaja di Kelurahan
Buruk 60 28,6% Nelayan Indah Kecamatan Medan
Baik 150 71,4% Labuhan Provinsi Sumatera Utara.
Total 210 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi yang digunakan dalam
Berdasarkan jenis kelamin,
penelitian ini adalah remaja yang
responden Laki-laki ditemukan bahwa
berdomisili di Kelurahan Nelayan Indah
27.0% dari 31 responden memiliki
Kecamatan Medan Labuhan, Sumatera
kesehatan mental yang buruk dan pada
perempuan sebesar 30.5% dari 29
responden yang mengalami kesehatan
mental buruk. Status marital, tingkat
penurunan kesehatan mental tertinggi
adalah pada kelompok tanpa pasangan
ditemukan sebesar 39.6% dari 39
responden. Pada Usia, kesehatan mental
Gambar 1. Kesehatan Mental yang buruk tertinggi terdapat pada
kelompok usia 10 - 14 sebesar 29.5%
Utara. Jumlah sampel yang dari 38 responden. Sedangkan untuk
digunakan sebesar 210 sampel. Metode pendidikan, kesehatan mental yang
Accidental Sampling dipilih sebagai buruk tertinggi terdapat pada kelompok
metode dalam penelitian ini. Sampel tamat SLTP/MTS sebesar 33.8% dari
yang digunakan dalam penelitian ini 23 responden. Pekerjaan, kesehatan
merupakan remaja yang mengisi mental yang buruk tertinggi terdapat
kuesioner yang disebarkan di kelurahan pada kelompok sekolah (yang sedang
Nelayan Indah. menempuh pendidikan) sebesar 30.9%

611
MARTABE : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5 No 2 Tahun 2022 Hal 609-616

dari 55 responden. Sedangkan pada responden yang memiliki kesehatan


pendapatan, kesehatan mental yang mental yang buruk. Hal tersebut sejalan
buruk paling tertinggi terdapat pada dengan penelitian sebelumnya yang
kelompok 0 – Rp. 500.000 (belum menemukan bahwa 30% dari total
memliki pendapatan) sebesar 29.2%. sample pada usia remaja memiliki
Berdasarkan variabel jenis kesehatan mental yang buruk. Hasil
kelamin, ditemukan 27% responden tersebut dimungkinkan sebagai dampak
laki-laki dan 30.5% responden pembatasan sosial sebagai upaya
perempuan mengalami kesehatan pencegahan dan pengendalian Covid-19
mental yang buruk. Sedangkan menurut (Aziz, et al., 2021).
variabel status marital, kesehatan
mental yang buruk di dominasi pada Kesehatan Mental dan Gender
kelompok belum mempunyai pasangan Berdasarkan jenis kelamin, kami
yakni sebesar 24,8%. Pada kelompok menemukan bahwa proporsi masyarakat
usia, kesehatan mental yang buruk di dengan kesehatan mental yang buruk
dominasi oleh kelompok usia 10 - 14 lebih tinggi pada kelompok perempuan
yakni sebesar 29.5%. Sedangkan untuk yaitu sebesar (30,5%). Hal ini karena
variabel pendidikan, kesehatan mental remaja putri, terutama yang tumbuh
yang buruk di dominasi oleh kelompok lebih cepat, lebih tertekan dibandingkan
tamat SLTP/MTS yakni sebesar 33.8%. remaja putra. Perbedaan gender ini
Pada variabel pekerjaan, kesehatan mungkin terjadi karena ada
mental yang buruk di dominasi oleh hubungannya dengan perbedaan
kelompok sekolah (yang sedang biologis yang terkait dengan pubertas.
menempuh pendidikan) sebesar 30.9%. Faktor lain yang mungkin adalah cara
Sedangkan pada variabel pendapatan, anak perempuan berkomunikasi dan
kesehatan mental yang buruk di kerentanan mereka terhadap stres dalam
dominasi oleh kelompok yang memiliki hubungan sosial. Faktor-faktor risiko
pendapatan pada rentang 0 – Rp. untuk depresi termasuk kecemasan,
500.000 (belum memliki pendapatan) ketakutan akan kontak sosial, kehidupan
yakni sebesar 29.2%. yang penuh tekanan, Kondisi kronis
Pada dasarnya kesehatan mental seperti diabetes atau epilepsi, konflik
diartikan dimana suatu kondisi orang tua dan anak, penyalahgunaan
kesejahteraan individu secara sadar atau penelantaran, penggunaan alkohol
akan kemampuannya sendiri, dapat dan narkoba, perilaku seksual, dan
mengatasi tekanan hidup yang normal, riwayat depresi orang tua. Alkohol dan
serta dapat bekerja secara produktif dan penggunaan narkoba dan aktivitas
bermanfaat untuk memberikan seksual telah ditemukan menyebabkan
kontribusi kepada komunitasnya depresi pada anak perempuan daripada
(Rahmayanthi, Moeliono, & anak laki-laki. Masalah penampilan dan
Kendhawati, 2021). Masa remaja gangguan makan dapat memperburuk
merupakan salah satu masa yang paling gejala depresi. (Papalia & Feldman,
krusial untuk perkembangan hidup 2014). Ini
seorang manusia dimana pada tahap ini
tiap orang pasti ingin melewatinya Kesehatan Mental dan Status
secara tentram dan bahagia Marital
(Hayatussofiyyah, Fuadnashori, & Menurut status perkawinan,
Runiani, 2017). Hasil penelitian proporsi penduduk dengan kesehatan
menunjukkan sebesar 28,6% dari mental baik pada kelompok belum

612
Dewi Agustina,dkk. Gambaran Kesehatan Mental Remaja Pada Masa Pandemi…

menikah (75,2%). Karena mereka kegiatan lainnya, mencari peluang kerja


belum memiliki pasangan sehingga dan bersosialisasi dengan teman-teman.
mereka tidak mudah mengalami patah Ini memperluas cakrawala intelektual
hati yang menimbulkan depresi. Bagi dan sosial. Namun, bagi sebagian
yang belum memiliki pasangan, dapat remaja, pengalaman sekolah bukanlah
menggali kreativitasnya untuk suatu kesempatan, tetapi juga
menemukan kegiatan yang unik, merupakan hambatan untuk mencapai
menyenangkan dan menghibur atau kedewasaan. Seperti di semua negara
mempelajari hal-hal baru yang belum industri lainnya dan beberapa negara
sempat mereka lakukan sebelumnya. berkembang, di Amerika Serikat lebih
Orang-orang yang berada dalam banyak siswa menyelesaikan
hubungan yang tidak bahagia tiga kali pendidikan daripada sebelumnya, dan
lebih mungkin menderita kecemasan lebih banyak orang melanjutkan ke
dan depresi daripada mereka yang tidak perguruan tinggi. (Papalia & Feldman,
memiliki pasangan atau pasangan yang 2014).
bahagia (Papalia & Feldman, 2014).
Kesehatan Mental dan
Kesehatan Mental dan Usia Pekerjaan
Berdasarkan usia, gangguan Berdasakan pekerjaan, gangguan
mental yang tertinggi terdapat pada mental yang tertinggi terdapat pada
kelompok usia 10 - 14 sebesar (29.5%). kelompok sekolah (yang sedang
Hal ini berdampak kepada sekolah menempuh pendidikan) sebesar
sistem online yang mana mereka tidak (30.9%). Program pendidikan yang
dapat bertemu dan bersosialisasi dengan kooperatif yang memungkinkan siswa
teman sebayanya sehingga remaja bekerja paruh waktu sebagai bagian dari
tersebut merasa terisolasi di rumah program sekolah mereka sendiri
selama pandemi. Dikarenakan sekolah mungkin akan dilindungi. Perencanaan
dari rumah secara online, banyak anak- kerja adalah aspek remaja dalam
anak yang belajar sambil membantu mencari identitas. Individu yang merasa
pekerjaan orang tuanya sehingga bahwa apa yang mereka kerjakan sia-sia
mereka tidak dapat menyeimbangi atau mereka tidak mampu
waktu mereka dalam belajar, bermain melakukannya dengan baik akan
dan membantu orang tua (Papalia & bertanya-tanya akan arti hidup mereka.
Feldman, 2014). Dengan mereka bekerja sambil
menempuh pendidikan membuat
Kesehatan Mental dan mereka terbebani dengan tuntutan
Pendidikan pekerjaan dan juga pendidikan yang
Berdasarkan pendidikan, membuat mereka stress akan hal itu
gangguang mental yang tertinggi sehingga mental mereka tertekan
terdapat pada kelompok tamat (Papalia & Feldman, 2014).
SLTP/MTS sebesar (33.8%). Sekolah
adalah pusat untuk mengatur Kesehatan Mental dan
pengalaman hidup sebagian besar Pendapatan
remaja. Ini menawarkan kesempatan Berdasarkan pendapatan, yang
untuk mempelajari informasi, paling tertinggi terdapat pada kelompok
menguasai keterampilan baru dan 0 – Rp. 500.000 (belum memliki
mempertajam keterampilan lama; pendapatan) sebesar 29.2%. Mengapa
berpartisipasi dalam olahraga, seni dan anak remaja miskin dan minoritas putus

613
MARTABE : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5 No 2 Tahun 2022 Hal 609-616

sekolah? Salah satu alasannya adalah


sekolah yang tidak efisien: harapan guru
yang rendah atau perlakuan yang
berbeda terhadap siswa, kurangnya
dukungan guru di tingkat dasar, dan
penerimaan program yang tidak
memadai dari kelompok budaya yang
kurang terwakili. Putus sekolah adalah
fenomena umum yang dapat
menempatkan individu pada jalur
perkembangan yang negatif. Siswa yang
putus sekolah lebih cenderung
menganggur atau berpenghasilan rendah
yang mengarah pada kebahagiaan,
terlibat dalam penggunaan obat-obatan,
kriminalitas, dan pelanggaran, serta
kesehatan yang rendah (Papalia &
Feldman, 2014).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian


menunjukkan sebesar 28,6% dari
responden yang memiliki kesehatan

614
Dewi Agustina,dkk. Gambaran Kesehatan Mental Remaja Pada Masa Pandemi…

mental yang buruk. Remaja yang telah membimbing dalam penelitian ini.
mengalami gangguan kesehatan mental Dan kami juga mengucapkan
yang buruk adalah Pada Jenis kelamin terimakasih kepada Kelurahan Nelayan
perempuan sebesar 30.5% dan pada Indah dan Puskemas Pembantu Nelayan
Laki-laki sebesar 27%. Pada status Indah yang telah mengizinkan kami
martial kesehatan mental yang buruk melakukan kegiatan penelitian di daerah
terdapat pada kelompok yang belum Kelurahan Nelayan Indah. Kami juga
mempunyai pasangan sebesar 24,8%. berterimakasih kepada rekan-rekan
Berdasarkan kelompok usia kesehatan kelompok yang telah membantu
mental yang buruk pada usia 10-14 penelitian ini.
tahun sebesar 29.5%. Sedangkan tingkat
pendidikan prevalensi terbesar
kesehatan mental yang buruk terdapat DAFTAR PUSTAKA
pada kelompok tamat SLTA/MA
sebesar 37,9%. Berdasarkan pekerjaan Aziz, Z. A., Ayu, D., Bancin, F. M.,
yang mengalami kesehatan mental yang Boangmanalu, W., Karo, S. I.,
buruk terdapat pada status sekolah Artika, R., . . . Fadhilah, N.
(menempuh penddikan) sebesar 30.9%. (2021). Gambaran Kesehatan
Pada pendapatan yang mengalami Mental Mahasiswa di Masa
kesehatan mental buruk terdapat Pandemi Covid-19. Jurnal Dunia
dibawah Rp.500.000 sebesar 29.2%. Kesmas, X(1), 130-135.
Masa remaja merupakan masa yang BNPB. (2020, Juli 20). Lindungi
paling rentan karena banyak perubahan Kesehatan Jiwa Anak dan
biologis, psikologis dan sosial yang Remaja Saat Masa Pandemi
terjadi di sini. Namun, secara umum, COVID-19. (Badan Nasional
proses pubertas lebih cepat daripada Penanggulangan Bencana)
proses psikologis. Jenis gangguan Retrieved Oktober 16, 2021,
kesehatan mental tertentu yang sering from
terjadi pada masa remaja dapat https://bnpb.go.id/berita/lindungi
menimbulkan kondisi negatif seperti -kesehatan-jiwa-anak-dan-
kecemasan, depresi, stres, bahkan remaja-saat-masa-pandemi-
gangguan psikotik bahkan kematian. covid19
Kesehatan mental pemuda sangat Galvin, B. (2020, April). With Schools
penting dalam menentukan kualitas Closed, Chinese Primary School
suatu bangsa. Kami berharap para Students Show Signs of
orang tua, guru, tokoh masyarakat dan Depression, Anxiety. (US News)
masyarakat sekitar dapat memberikan Retrieved Oktober 16, 2021,
bimbingan, dukungan dan teladan agar from
remaja bisa melewati masa remajanya https://www.usnews.com/news/h
dengan baik. ealthiest-
communities/articles/2020-04-
UCAPAN TERIMAKASIH 24/study-1-in-5-chinese-
children-showed-depression-
Penelitian ini terlaksana dengan symptoms-during-coronavirus-
baik dengan dukungan dari beberapa lockdowns
pihak. Kami berterima kasih kepada Hayatussofiyyah, S., Fuadnashori, H.,
dosen pembimbing lapangan Ibu Dewi & Runiani. (2017). Efektifitas
Agustina,S. Kep, Ners, M.Kes. yang Terapi Kognitif Perilakuan

615
MARTABE : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5 No 2 Tahun 2022 Hal 609-616

Religious Untuk Menurunkan Sonartra, E. N. (2021). Dampak


Depresi Remaja. Psikoislam Pandemi Covid-19 Terhadap
media, 2(1), 42-54. Kesehatan Mental Anak dan
Indarjo, S. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja : Literatur Review. Ilmu
Remaja. Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Keperawatan, 17(1),
5(1), 48-57. 25-31.
Kemdikbud. (2020, Mei 29). Wirenfiona, R., & Riris, A. I. (2020).
Kemendikbud Terbitkan Edukasi Reproduksi Remaja. In
Pedoman Penyelenggaraan Edukasi Reproduksi Remaja (p.
Belajar Dari Rumah. 4). Surabaya: Airlangga
(Kementrian Pendidikan University Perss.
Budaya) Retrieved Oktober 6, Zulfia, I., Meilinda, M., Ilma, N., &
2021, from Muskhafiyah, S. (2021).
https://www.kemdikbud.go.id/m Kesehatan Mental Remaja Pada
ain/blog/2020/05/kemendikbud- Masa Pandemi. Counseling As-
terbitkan-pedoman- Syamil, I(01), 11-19.
penyelenggaraan-belajar-dari-
rumah
Le, B., A, G., M, M., & A., A. (2020).
College Student Mental Health
Infografig. In College Student
Mental Health Infografig (pp.
118-123). Piptsburgh: University
Counseling.
Oktari, R. (2021, Januari). Perhatikan
Kesehatan Mental Remaja Saat
Pandemi COVID-19. (Indonesia
Baik ) Retrieved Oktober 16,
2021, from
https://indonesiabaik.id/infografi
s/perhatikan-kesehatan-mental-
remaja-saat-pandemi-covid-19
Papalia, D. E., & Feldman, R. D.
(2014). Menyelami
Perkembangan Manusia
Experience Human
Developmant. In Menyelami
Perkembangan Manusia
Experience Human
Developmant Edisi 12 Buku 2
(pp. 4-21). Jakarta: Salemba
Humanika.
Rahmayanthi, D., Moeliono, M. F., &
Kendhawati, L. (2021).
Kesehatan Mental Remaja
Selama Pandemi Covid-19.
Ilmiah Psikologi, 23(1), 91-101.

616

Anda mungkin juga menyukai