Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja. Remaja dalam kelompok ini
adalah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan
panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5)
yang menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia.
Diseminasi hasil penelitian ini dilakukan Kamis (20/10) di Hotel Grand Melia Jakarta
Selatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa gangguan mental yang paling
banyak diderita oleh remaja adalah gangguan cemas (gabungan antara fobia sosial dan
gangguan cemas menyeluruh) sebesar 3,7%, diikuti oleh gangguan depresi mayor
(1,0%), gangguan perilaku (0,9%), serta gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) masing-masing sebesar
0,5%.
“Hanya 2,6% dari remaja yang memiliki masalah kesehatan mental menggunakan
fasilitas kesehatan mental atau konseling untuk membantu mereka mengatasi masalah
emosi dan perilaku mereka dalam 12 bulan terakhir. Angka tersebut masih sangat kecil
dibandingkan jumlah remaja yang sebenarnya membutuhkan bantuan dalam mengatasi
permasalahan mental mereka,” papar Siswanto.
Temuan lain dari I-NAMHS adalah bahwa kebanyakan (38.2%) pengasuh remaja
memilih untuk mengakses layanan kesehatan mental dari sekolah untuk remaja
mereka. Di sisi lain, dari semua pengasuh utama yang menyatakan bahwa remaja
mereka membutuhkan bantuan, lebih dari dua perlima (43.8%) melaporkan bahwa
mereka tidak mencari bantuan karena lebih memilih untuk menangani sendiri masalah
tersebut atau dengan dukungan dari keluarga dan teman-teman.
I-NAMHS merupakan bagian dari National Adolescent Mental Health Survey yang juga
diselenggarakan di Kenya dan Vietnam. Penelitian ini dikerjakan melalui kerja sama
antara Universitas Gadjah Mada, University of Queensland Australia, Johns Hopkins
Bloomberg School of Public Health Amerika Serikat, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Hasanuddin.
I-NAMHS berfokus untuk menghitung beban penyakit atau prevalensi enam gangguan
mental yang paling umum di antara remaja, yaitu fobia sosial, gangguan cemas
menyeluruh, gangguan depresi mayor, gangguan perilaku, gangguan stres pasca
trauma (PTSD), dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). I-
NAMHS juga mengidentifikasi faktor risiko dan pelindung yang berhubungan dengan
gangguan mental remaja seperti perundungan, sekolah dan pendidikan, hubungan
teman sebaya dan keluarga, perilaku seks, penggunaan zat, pengalaman masa kecil
yang traumatis, dan penggunaan fasilitas kesehatan.
Penulis: Gloria