PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan oleh :
Erlin Widyaningrum
175140098
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Citra Insani Madani
Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang Lampung yang
berjumlah 80 siswa, sedangkan obyek penelitian Pretest sebelum
diberikan perlakukan spiritual emotional freedom technique (seft)
terhadap kecemasan dan posttest setelah diberikan perlakukan spiritual
emotional freedom technique (seft) terhadap kecemasan yang
memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah
adanya eksperimen diwilayah SMP Citra Insani Madani Kecamatan
Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang Lampung yang telah
dilakukan 20 April 2021, teknik pengambilan sampel menggunakan
nonprobability sampling / purposive sampling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KECEMASAN
2.1. KECEMASAN
a. Definisi Kecemasan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) ansietas atau kecemasan
ialah kondisi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelaskan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi.
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat mempengaruhi cara berfikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan
keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu
tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannnya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika
dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang
sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantisa berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan, semasa remaja, dan sewaktu pulih dari suatu penyakit,
karena ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan
lazim, munul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
Kecemasan datang karena adanya suatu emosi yang berlebihan, selain itu
keduanya mampu hadir kerena lingkungan yang menyertai antara lainnya
lingkungan keluarga, sekolah.
Menurut Musfir Az-Zahrani (2002:511) ada beberpa faktor yang
menyebabkan kecemasan :
a. Lingkungan keluarga (internal)
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau
penuh dengan kesalah pahaman dan serta adanya ketidak pedulian
orang tua terhadap anaknya-anaknya, dapat menyebabkan
ketidaknyaman serta kecemasan pada saat anak didalam rumah.
b. Lingkungan social
Lingkungan social adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan
yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan adanya berbagai
penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan
kecemasan.
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) tanda dan gejala ansietas
sebagai berikut yaitu:
Tabel 1
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
Tremor
Suara bergetar
Sering berkemih
a. Faktor Predesposisi
Stressor predesposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati,2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:
1) Peristiwa traumatic, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisi yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik anatara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berfikir seara realities sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan ketidaknyamanan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi
konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu berespon terhadap konflik yang
dialami kepada individu mekanisme koping individu yang banyak
dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik
dan mengatasi kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin
dapat menekan neurotrastimer gamma amino butyric acid (GBA)
yang mengotrol aktivitas neuron diotak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b. Faktor Prespitasi
e. Rentang Respon
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokusakan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berfikir bertindak, merasakan, dan melindungi
diri sendiri.
a. Sangat cemas
b. Agitasi
c. Takut / bingung
d. Merasa tidak adekuat
e. Menarik diri
f. Penyangkalan
g. Ingin beban
d. Panik
e. Mekanisme Koping
b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini
tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanasisme ini
seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut
mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah seacara realita. Untuk menilai
pengunaan meekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau
tidak adaftif, perlu dievaluasi hal-hal berikut.
1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme
pertahanan pasien.
2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri direbut apakah
pengaruhnya terhadap disorginasikan kepribadian.
3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan
kesehatan pasien.
4) Alesan pasien menggunakan mekanime pertahanan.
f. Penatalaksanaan Kecemasan
1. Penatalaksanaan Farmakologis
Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepepine, obat
ini digunakan untuk jangka pendek, dan dianjurkan untuk jangka
panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan
ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti
budpiron (Biaspar) dan berbagai anti depresi juga digunakan
(Marsh, 2015).
2) Terapi Spritual
Terapi spiritual bisa juga disebut dengan pengobatan spiritual.
Terapi spiritual merupakan sebuah istilah yang telah dikenal
banyak orang. Akan tetapi, setiap orang mengartikan berbeda
mengenai pengobatan ini, dalam beberapa penelitian terapi
spiritual membuktikan bahwa hampir 80% segala permasalahan
yang ada didalam dunia ini memiliki akar penyebab dari dimensi
spiritual. Ketika penyebab permasalahan berasal dari dimensi
spiritual maka, untuk mengobatinnya harus dilawan atau diobati
dengan metode yang lebih kuat secara spritual dibandingkan
penyebabnya. Dalam praktiknya melibatkan penggunaan energy
spiritual untuk mengatasi masalah.
3) Hipnoterapi 5 Jari
Hipnotis lima jari adalah sebuah teknik pengalihan pemikiran
seseorang dengan cara menyentuhkan pada jari-jari tangan
sambil membayangkan hal-hal yang disukai (Keliat 2010 dalam
Astuti, Amin, & Purborini, 2017). Hipnotis 5 jari merupakan
salah satu bentuk self hipnosis yang dapat menimbulkan efek
relaksasi, sehingga akan mengurangi ketegangan dan stress dari
pikiran seseorang. Menurut Hastuti & Arumsari, 2015 Hipnotis
lima jari mempengaruhi sistem limbik seseorang sehingga
berpengaruh pada pengeluaran hormon-hormon yang dapat
memacu timbulnya stress. Menurut Evangelista et al., 2016
Hipnotis 5 jari adalah suatu terapi yang menggunakan jari
sebagai media untuk distraksi yang bertujuan untuk
pemerograman diri, menghilangkan kecemasan dengan
melibatkan saraf parasimpatis dan akan menurunkan peningkatan
kerja jantung, pernafasan, tekanan darah, kelenjar keringat dll.
4) Aroma terapi
Aroma Terapi adalah minyak alami yang diambil dari tanaman
aromatik. Aroma terapi dapat digunakan sebagai minyak pijat
(massage), inhalasi, produk untuk mandi dan parfum
Koensoemardiyah, 2009. Aroma terapi adalah pengobatan
menggunakan wangi-wangian. Istilah aroma terapi merujuk pada
penggunaan minyak esensial dalam penyembuhan holistik untuk
memperbaiki kesehatan dan kenyamanan emosional dan dalam
mengembalikan keseimbangan badan.
5) Terapi Musik
Terapi musik adalah suatu terapi yang menggunakan metode
alunan melodi, ritme, dan harmonisasi suara dengan tepat. Terapi
ini diterima oleh organ pendengaran kita yang kemudian
disalurkan ke bagian tengah otak yang disebut sistem limbik
yang mengatur emosi (Cervellin G, 2011)
6) Relaksasi
Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi,
relaksasi imajinasi dan visulisasi serta relaksasi progresif
(Marsh, 2015).
7) Seft
SDQ adalah kuesioner singkat yang terdiri dari 25 item yang meliputi
5 subskala yaitu masalah emosional, masalah perilaku, hiperaktif-
inatensi, dan masalah dengan teman sebaya serta perilaku prososial.
Masing-masing bagian tersebut terdiri dari lima pertanyaan. Setiap
pertanyaan mengandung tiga jawaban, yaitu : tidak benar, agak benar,
dan benar yang dapat dipilih oleh pengisi kuesioner dengan cara
memberi tanda rumput () pada pernyataan yang sesuai. Setelah
kuesioner terisi, jawaban diberi skor sesuai kelompok bagiannya
masing-masing sesuai dengan nilai yang telah ditentukan. Interpretasi
hasil yang didapatkan adalah : Normal, Borderline, atau Abnormal.
2.2. SPRITUAL
a. Definisi Spritual
Spiritual berasal dari kata spirit yang berarti “semangat, jiwa, roh,
sukma, mental, batin, rohani dan keagamaan”. Sedangkan Anshari
dalam kamus psikologi mengatakan bahwa spiritual adalah asumsi
mengenai nilai-nilai transcendental. Dengan begini maka, dapat di
paparkan bahwa makna dari spiritualitas ialah merupakan sebagai
pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan makna,
tujuan dan moralitas.
Spiritual dapat memberikan keyakinan terhadap individu yang mampu
memberikan arti pentingnya hidup serta dapat membuka luas tujuan
hidup seseorang.
b) The Tune In
The Tune In untuk menyembuhkan fisik tahap ini dilakukan
dengan merasakan rasa sakit yang kita alami lalu mengarahkan
rasa sakit dibarengi dengan berdoa.
c) The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan menggunakan jari
pada titik-titik 18 yang telah ditentukan yang ada didalam
tubuh sambil terus melakukan The Turn In
c. Manfaat Spritual Emosional Freedom Technique (SEFT)
Manfaat terapi SEFT anatara lain
a. Mampu menyembuhkan berbagai gangguan fisik seperti sakit
kepala, nyeri punggung, maag, asma, sakit jantung, obesitas,
alergi, dan masih banyak lagi.
b. Mampu mengatasi berbagai gangguan masalah emosi seperti
fobia, trauma, depresi, cemas, kecanduan rokok, stress, sulit
tidur, mudah marah, sedih, gugup, latah, kesurupan, tidak
percaya diri, dan masih banyak lagi.
c. Mampu mengatasi berbagai masalah keluarga seperti
ketidakharmonisan keluraga, perselingkuhan, masalah
seksual, keluarga diambang perceraian, kenakalan anak, anak
malas belajar, dan lain sebagainya.
d. Mampu meningkatkan prestasi seseorang dalam belajar,
olahraga, meningkatkan omset penjualan, menambah
semangat dalam bekerja, dan lain sebagainya.
Terapi SEFT terdiri dari dua aspek, yaitu spiritual, dan biologis.
Ada dua langkah cara spiritual yaitu Set Up yang bertujuan untuk
memastikan agar aliran energy tubuh terarahkan dengan tepat.
Langkah ini untuk menetralisir “Psychological Revarel
(Perlawanan psikologis) dan berisi doa kepasrahan (Church,2013).
Tun In adalah cara merasakan rasa sakit secara alami, lalu
mengarahkan pikiran ketempat rasa sakit (Self Hypnosis). Aspek
biologis yaitu terdiri dari tapping atau ketukan ringan 18 titik
energy tubuh melewati 12 jalur merindian tubuh (The Major
Energy Meridians).
2.4.1 Covid-19
a. Definisi Covid-19
Virus merupakan salah satu penyebab penyakit menular yang perlu
diwaspadai. Dalam 20 tahun terakhir, beberapa penyakit virus
menyebabkan epidemi seperti severe acute respiratory syndrome
coronavirus (SARS-CoV) pada tahun 2002-2003, nfluenza H1N1 pada
tahun 2009 dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV)
yang pertama kali teridentifikasi di Saudi Arabia pada tahun 2012.
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus
pneumonia misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari,
pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah
hingga saat ini berjumlah jutaan kasus. Pada awalnya data
epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajang
dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei
Tiongkok. Sampel isolasi dari pasien diteliti dengan hasil
menunjukkan adanya infeksi corona virus, jenis betacoronavirus tipe
baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal
11 Februari 2020, World Health Organization memberi nama virus
baru tersebut SARS-CoV-2 dan nama penyakitnya sebagai
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Virus corona ini menjadi
patogen penyebab utama outbreak penyakit pernapasan. Virus ini
adalah virus RNA rantai tunggal (single-stranded RNA) yang dapat
diisolasi dari beberapa jenis hewan, terakhir disinyalir virus ini berasal
dari kelelawar kemudian berpindah ke manusia. Pada mulanya
transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara
manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan
waktu. Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat
menular dari manusia ke manusia. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO
mengumumkan bahwa COVID-19 menjadi pandemi di dunia.
b. Karakteristik Epidomiologi
Definisi operasional pada bagian ini, dijelaskan definisi operasional
kasus COVID-19 yaitu kasus suspek, kasus probable, kasus
konfirmasi, kontak erat :
1) Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut: Seseorang
yang memenuhi salah satu kriteria klinis dan salah satu kriteria
epidemiologis:
a. Kriteria Klinis:
Demam akut (= 38 C)/riwayat demam dan batuk;
Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut: demam/riwayat
demam, batuk, kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia, nyeri
tenggorokan, coryza/ pilek/ hidung tersumbat, sesak nafas,
anoreksia/mual/muntah, diare, penurunan kesadaran .
b. Kriteria Epidemiologis:
Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
tinggal atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan.
Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
tinggal atau bepergian di negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi local
Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan, baik melakukan pelayanan medis, dan
non-medis, serta petugas yang melaksanakan kegiatan
investigasi, pemantauan kasus dan kontak;
Seseorang dengan ISPA Berat
Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi
kriteria epidemiologis dengan hasil rapid antigen SARSCoV-2
positif.
2) Kasus Probable
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut :
Seseorang yang memenuhi kriteria klinis memiliki riwayat
kontak erat dengan kasus probable, terkonfirmasi, atau
berkaitan dengan cluster COVID19
Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah
COVID-19
Seseorang dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan
indra penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan
indraperasa) dengan tidak ada penyebab lain yang dapat
diidentifikasi
Orang dewasa yang meninggal dengan distres pernapasan dan
memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable atau
terkonfirmasi, atau berkaitan dengan cluster COVID-19
3) Kasus Konfirmasi: Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi
virus COVID-19 dengan kriteria sebagai berikut:
Seseorang dengan hasil RT-PCR positif
Seseorang dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif dan
memenuhi kriteria definisi kasus probable atau kasus suspek
(kriteria A atau B)
Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil rapid
antigen SARS-CoV-2 positif dan Memiliki riwayat kontak erat
dengan kasus probable atau terkonfirmasi.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simtomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik)
2) Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa
hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue,
anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya
seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare,
mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan
(ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga
sering dilaporkan. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala
atipikal seperti fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas menurun,
diare, hilang nafsu makan, delirium, dan tidak ada demam.
3) Sedang
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada
tanda pneumonia berat termasuk SpO > 93% dengan udara.
Keluarga:
Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien
sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.
Anggota keluarga senanitasa pakai masker
Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
Senantiasa mencuci tangan
Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi
udara tertukar
Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh
pasien misalnya gagang pintu dll.
4) Farmakologi
Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien
rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat
ACE-inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu
berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter
Spesialis Jantung .
a) Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;Tablet Vitamin C
non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari), Tablet isap
vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari), Multivitamin
yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30
hari), Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin
C,B, E, Zink.
b) Vitamin D:Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam
bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet
hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup). Obat: 1000-5000 IU/hari
(tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000
IU).
c) Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun
Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di
BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan
tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
d) Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
uji coba kasus pada klien yang mengalami kecemasan akibat pandemic
salah satu teknik terapi yang tepat dan efektif dalam menangani klien
Kelompok Perlakukan
:
Mendapatkan SEFT
Penurunan Kecemasan
Kelompok Kontrol
mendapatkan
farmakologi
Stress
Emosional
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
2.8 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
R1 O1 X O2
R2 O3 – O4
Keterangan :
a. Populasi
Populasi adalah keluruhan dari jumlah objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa SMP yang mengalami kecemasan dimasa pandemic
covid-19 di SMP Citra Insani Madani Kecamatan Rawajitu Selatan
Kabupaten Tulang Bawang Lampung. Jumlah seluruh populasi SMP
Citra Insani Madani 80 siswa, setelah dilakukan prasurvey
menggunakan SDQ didapatkan 32 siswa yang mengalami gangguan
emotional.
b. Sampel
c. Teknik Sampling
d. Kriteria Simpel
a. Kriteria Inklusi
1) Siswa SMP yang mengalami kecemasan
2) Tidak mengalami masalah fisik
3) Dapat mengikuti arahan, perhatian baik
4) Bersedia mengikuti therapy
5) Bersedia menjadi responden, dibuktikan dengan adanya
informed consent dari perwakilan klien (perawat)
b. Kriteria eksklusi
1) Siswa yang tidak bersedia menjadi responden
2) Tidak bersedia mengikuti therapy
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti tentang suatu
konsep pngertian tertentu (Notoatmodjo,2012).
a. Variabel bebas (Independent variable) : Spritual Emotional Freedom
Technique (SEFT ):
b. Variabel terikat (dependent variable): Kecemasan
Definisi
No Variabel Cara ukur, alat Hasil ukur Skala
Operasional &
ukur ukur
waktu
Independent Terapi dalam
1 Dengan Lembar Nominal
tubuh dengan
Spritual perlakuan observasi
spritualitas atau
Emotional
doa.
Freedom
SEFT
Technique
1. Step Up
(SEFT):
2. Tune In
3. Tapping
Dilaksanakan
2kali dalam
seminggu.
Setiap
pelaksanaan
selama 30 menit
- 35 menit
Dependent Kecemasan atau Total nilai
2 Dengan Ordinal
Kecemasan ansietas adalah Score
perlakuan
suatu perasaan
1 <6 =
tidak santai yang
Tidak ada
samar-samar
kecemasan
karena adanya
2. 7-14 =
ketidaknyamana
Kecemasa
n atau rasa takut
n Ringan
yang di sertai
3. 15-27 =
suatu respon.
Kecemasa
Lembar
n Sedang
Kuesioner
(Hamilton
4. > 27
Rating Scale
Kecemasa
For Anxiety)
n Berat
f. Asas Kemanfaatan
1) Instrumen Penelitian
Instrumen test untuk mengetahui pengaruh Spritual Emotional
Freedom Technique (SEFT) terhadap kecemasan untuk pengumpulan
data penggunakan kuesioner di lakukan di Insan Madani Rawajitu
dengan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) diberi skor 0
tidak ada gejala, 1 (ringan ), 2 (sedang), 3 (berat), 4 (berat sekali).
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah skor dan item 1-
14 dengan hasil, Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan, Skor 7-14
= Kecemasan ringan, Skor 15-27 = Kecemasan Sedang, Skor lebih dari
27 = Kecemasan Berat.
2) Jalannya Penelitian
Langkah penelitian yang dilaksanakan:
1. Tahap Persiapan
a. Meminta surat ijin pada bagian Institusi Universitas Mitra
Lampung.
b. Menyerahkan surat izin ke SMP Insan Madani Rawajitu Tulang
Bawang.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan persiapan, peneliti melakukan pemilihan sampel
dengan menggunakan sdq didapatkan 15 orang dengan
menggunkan alat ukur sdq.
b. Pretest sebelum melakukan seft responden diminta untuk
mengisi informconsent dan data demografi setelah itu kita akan
melakukan pre-test pada responden untuk mengidentifikasi
kecemasan menggunkan kuesioner HARS sebelum diberikan
SEFT.
c. Intervensi SEFT : Peneliti melakukan intervensi Spritual
Emotional Freedom Technique SEFT pada kelompok perlakuan
peneliti sesuai dengan SOP di SMP Citra Insani Madani dengan
waktu 4 kali dalam 2 minggu untuk melakukan SEFT, Spritual
Emotional Freedom Technique SEFT diberikan selama 5-25
menit melalui via zoom. Kemudian terapis meilih responden
melalui kriteria inklusi dan eksklusi, responden yang lolos
dengan kriteria kemudian masuk zoom, dan terapis membagikan
SOP lalu membuka SEFT dengan mengarahkan responden untuk
melakukan tahapan-tahapan SEFT yaitu set-up, Tune-In, dan
Tapping. Setelah terapi selasai diberikan peneliti mengisi lembar
observasi bahwa responden sudah melakukan SEFT.
d. Pada Kunjungan ke 4 peneliti akan mengukur kecemasan
responden sebagai nilai Post-test kepada responden untuk
mengidentifikasi kecemasan sesudah diberikan SEFT.
4. Analisis Data . Data kusioner HARS saat posttest yang telah diisi
oleh responden kemudian dimasukkan dalam SPSS untuk analisa.
b. Coding
Lembar kuesioner yang sudah diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan pengkodean (Coding), yakni mengubah data bentuk
kalimat atau huruf menjadi data angkat atau bilangan.
c. Scoring
Pengukuran tingkat kecemasan dapat dinilai menggunankan alat
ukur kecemasan yang disebut dengan HARS. Setelah data
terkumpul, kemudian pengolahan data di lakukan dengan
memberikan skor untuk hasil yang di harapkan dengan HRS-A
(Hamilton Rating Scale for Anxiety) diberi skor 0 tidak ada gejala,
1 (ringan ), 2 (sedang), 3 (berat), 4 (berat sekali). (Hidayat,2010).
Hasil ini kemudian di jumlahkan masing-masing kemampuan
mengontrol halusinasi dan di bandingkan skor tertinggi (Keliat
dan Akemat, 2009).
e. Entry Data
Merupakan kegiatan memproses data untuk keperluan analisa.
Kegiatan memproses data dilakukan dengan memasukkan data
dari wawancara dan observasi dalam bentuk kode ke program
komputer. Kemudian data yang sudah ada diproses dengan paket
program komputer.
f. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah diproses/di-entry apakah ada kesalahan
atau tidak.
a. Analisa Univariat
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2021.
2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV), Wuhan, China.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2021.
Frequently Asked Questions About SARS.
IDI - Siaran Pers Ikatan Dokter Indonesia. Diakses pada 2021. Outbreak
Pneumonia Virus Wuhan.