Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA

SKRIPSI

ROTHIB KHIRNANDA LAKSANA

17081382

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVRSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pandemi Covid-19 telah mengubah paradigma pendidikan di seluruh dunia,


termasuk di perguruan tinggi. Sejak merebaknya pandemi, banyak perguruan
tinggi di seluruh dunia telah beralih ke pembelajaran jarak jauh dan mengadopsi
teknologi untuk mendukung pembelajaran online. Pandemi telah mempercepat
perubahan ini dan membawa tantangan baru dalam dunia pendidikan, baik
perguruan tinggi maupun mahasiswa. Perguruan tinggi merupakan sebuah titik
tertinggi dalam tingkat pendidikan formal dimana setiap mahasiswa harus
mempersiapkan kemampuannya untuk masuk ke dalam sebuah kehidupan yang
nyata. Hal ini sesuai dengan isi Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1999 tentang
pendidikan tinggi, menjelaskan bahwa:

Perguruan tinggi merupakan jalur pendidikan sekolah pada jenjang yang


lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah.

Walaupun pada saat ini masa pandemic dan kasus Covid-19 mulai mereda,
namun pandemi ini memberikan dampak yang cukup besar dalam dunia
pendidikan di perguruan tinggi. Salah satunya yaitu berdampak kepada
mahasiswa, tidak sedikit dari mahasiswa yang mengalami kecemasan social saat
menjalani masa perkuliahan selepas masa pandemi. Selain itu kesiapan dan
kemampuan setiap mahasiswa pasti akan diuji dengan sebuah tugas akhir atau
skripsi yang menjadi sebuah syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Skripsi
adalah sebuah karya ilmiah yang ditulis setiap mahasiswa dan menjadi bagian dari
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan akademis di perguruan tinggi
(Poerwadarminta, 2002). Berakhirnya masa pandemi ini mengharuskan
mahasiswa untuk bisa beradaptasi dengan banyaknya perubahan system
pembelajaran yang salah satunya pembelajaran online menjadi offline. Kurangnya
interaksi dan sosialisasi dosen dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan
mahasiswa lainnya dimasa pembelajaran online akan menimbulkan berbagai
masalah pada pembelajaran offline di kampus. Salah satu dampak yang
ditimbulkan dapat mempengaruhi kesehatan mental seperti kecemasan dan
depresi, tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kecemasan social saat menjalani
masa kuliah, dan dampak yang muncul akibat rasa cemas sangatlah berpengaruh
bagi kehidupan mahasiswa.

Berdasarkan survey pada tahun 2020 yang dilakukan Perhimpunan Dokter


Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), sebanyak 63 dan 66 persen
responden mengalami depresi akibat pandemic Covid-19. Pandemic Covid-19
membuat sekolah, kampus, dan instansi menerapkan system work from home,
study from home. Perasaan jenuh, cemas, stress bahkan depresi kemungkinan
besar akan muncul akibat dari kegiatan yang dilakukan secara daring ini
(Lempang et al., 2021). Kecemasan merupakan suatu hal yang wajar, namun jika
berlebihan dapat memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan dan perilaku
sehari-hari, kecemasan juga memberikan pengaruh yang buruk bagi kesehatan.
Kecemasan merupakan penyebab terbesar dari beban penyakit dan kecacatan yang
dialami oleh remaja.

Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anexiety yang berasal dari
bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango yang berarti mencekik
(Trismiati, dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010: 16). Selanjutnya Syamsu Yusuf
(2009: 43) mengemukakan anexiety (cemas) merupakan ketidakberdayaan
neurotic, rasa tidak aman, tidak matang, dan kurang mampu dalam menghadapi
tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari.

Gail W. Stuart (2013) mengatakan bahwa, kecemasan merupakan perasaan


ketakutan yang samar-samar dan disertai dengan perasaan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, terisolasi, dan ketidakamanan. Senada dengan pendapat
sebelumnya, menurut Kholil Lur Rochman (dalam Sari: 2020), kecemasan
merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu
masalah atau munculnya rasa tidak nyaman.

Dari berbagai pengertian kecemasan (anexiety) yang telah dipaparkan di atas


dapat disimpulkan bahwa Kecemasan merupakan suatu kondisi dimana seseorang
tidak bisa mengendalikan emosinya karena mengalami ketakutan, munculnya rasa
tidak nyaman, dan tekanan dari sesuatu yang belum jelas dan belum tentu terjadi.

Menurut Gail W. Stuart (dalam Annisa & Ifdil: 2016) ada beberapa aspek
dari kecemasan (anxiety) dalam respon perilaku, kognitif dan afektif, diantaranya.

a. Perilaku, meliputi gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut,


bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik
diri dari hubungan interpersonal, inhibis, melarikan diri dari masalah,
menghindar, hiperventilasi, dan sangat waspada.
b. Kognitif, meliputi perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah
dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, lapang
persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung,
sangat waspada, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut
pada gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas balik, dan
mimpi buruk.
c. Afektivitas, meliputi mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang,
gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati
rasa, rasa bersalah, dan malu.

Penderita gangguan kecemasan pada umumnya memiliki pikiran yang


negatif, rasa cemas yang berlebihan dan gelisah yang sulit dihilangkan. Menurut
Dyson & Renk (2006) setiap individu mempunyai cara sendiri untuk mengatasi
problem yang dihadapinya termasuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru
dan hal tersebut merupakan salah satu masalah berat yang harus dihadapi setiap
individu. Karena perlu diketahui kecemasan dapat muncul secara tiba-tiba dan
bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Ramaiah,
2007). Mahasiswa yang mempunyai kecemasan positif akan mempunyai motivasi
untuk menyelesaikan tugas dan meningkatkan energi yang baik untuk menghadapi
masalah sehingga mampu memberikan motivasi terhadap diri sendiri untuk bisa
melewati rasa cemas yang berlebihan sehingga bisa melakukan hal-hal yang lebih
baik lagi. Hal tersebut menjadi das sollen dalam penelitian ini.

Alwisol (2006) mengemukakan bahwa individu yang mempunyai kecemasan


negatif akan menghindar dan memilih menarik dirinya dalam lingkungan yang
baru pada hidupnya. Oleh karena itu kecemasan negatif akan membuat pola
hidup, perilaku, dan mental yang kurang sehat bagi mahasiswa. Rasa cemas yang
berlebihan, tekanan, dan pikiran yang negatif akan berdampak pada kesehatan
mental mahasiswa. Hal tersebut merupakan das sein dalam penelitian ini. Menurut
Untari (2014) kecemasan dapat berdampak pada respon fisiologis dimana
kecemasan yang sangat berat atau panic akan melemahkan atau meningkatkan
kapasitas yang berlebihan. Respon fisiologis yang berhubungan dengan
kecemasan diatur oleh otak melalui system saraf autonomik, saraf ini mempunyai
2 respon yaitu parasimpatis dan simpatis. Respon parasimpatis ini menyebabkan
terhambatnya respon tubuh dimana sesorang akan menjadi pendiam dan
mengurangi aktifitasnya sedangkan respon simpatis akan mengaktifkan respon
tubuh dimana seseorang akan menjadi sangat aktif. Kedua respon tersebut tidak
menguntungkan bagi tubuh, karena seseorang yang mengalami kecemasan akan
menimbulkan ganguan kognitif, afektif, ataupun psikomotorik dan salah satu
contohnya adalah seseorang tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Hal tersebut
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Miftakhul Jannah (2017) dimana
penelitian tersebut mendapatkan hasil berupa kecemasan sangat mempengaruhi
konsentrasi pada atlet panah. Kecemasan akan mengganggu konsentrasi jika
intensitasnya terlalu berlebihan atau tinggi sehingga akan sulit untuk dikontrol
oleh atlet (Hanton, Matthews, & Flaming, 2010).

Selain itu kecemasan juga dapat menyerang organ tubuh seseorang, rasa
cemas dan gelisah merupakan suatu gejala mental belaka, namun dapat
menyerang organ tubuh jika kecemasan negatif tersebut muncul secara berlebihan
(Batara, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rossaline dan
Imanuel (2021) dimana tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui
gambaran tingkat kecemasan dan pola makan responden serta hubungan antara
tingkat kecemasan dan pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa
profesi Ners di Universitas Advent Indonesia. Hasil yang diperoleh terdapat 73
(80,2%) responden mengalami gastritis yang didominasi dengan tingkat
kecemasan yang sangat parah yaitu 34,2% yang menyebabkan sebanyak 50
(54,9%) responden mempunyai pola makan kurang baik dan 41 (45,1%)
responden mempunyai pola makan yang baik. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kecemasan yang sangat parah dapat menyebabkan pola makan
yang tidak teratur yang akan menjadikan gastritis atau dinding lambung megalami
peradangan, hal tersebut tentunya bisa berdampak buruk bagi kehidupan setiap
individu atau mahasiswa.

Mahasiswa yang mempunyai kecemasan berlebihan sering mengalami


kelelahan, merasa frustrasi, menyakitkan, waktu istirahat yang kurang baik, dan
pola hidup yang berantakan. Kondisi ini dapat mempengaruhi kesejahteraan
mahasiswa secara keseluruhan dan dapat mengganggu kemampuan akademis
mereka. Kualitas hidup yang kurang baik dapat menurunkan kesejahteraan fisik
dan mental mahasiswa. Dari beberapa keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
kecemasan merupakan masalah kesehatan mental yang serius dan dapat
mempengaruhi kehidupan individu dan mahasiswa sehari-hari. Penelitian tentang
kecemasan pada mahasiswa juga penting dilakukan mengingat tingginya angka
mahasiswa yang mempunyai kecemasan yang berlebihan. Dengan meningkatkan
pengelolan stres pada mahasiswa, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
mahasiswa.

Kecemasan pada mahasiswa perlu penanganan untuk membantu agar


mahasiswa dapat menjalani kehidupan dengan fokus dan mempunyai semangat
motivasi diri sendiri untuk menyelesaikan sesuatu hal. Beberapa mahasiswa yang
mempunyai kecemasan berlebihan biasanya berusaha untuk melupakan dan
mengalihkan kecemasan tersebut dengan berbagai cara (strategi coping) salah
satunya dengan mendengarkan musik. Secara fisik, emosional, spiritual, dan
psikolsosial musik bisa menyentuh setiap individu (Campbell, 2006).
Mekanismenya yaitu dengan menyesuaikan pola getar tubuh manusia seperti
penjabaran dari Andrzej (dalam Erlina & Setiyawan, 2016) vibrasi musik erat
kaitannya dengan frekuensi tubuh dan pola dasar getar yang dapat memiliki efek
penyembuhan yang sangat hebat bagi tubuh, jiwa, dan pikiran manusia. Salah
satunya yaitu menggunakan strategi coping musik gamelan Jawa, bagi masyarakat
Jawa gamelan mempunyai estetika yang ada kaitannya dengan nilai sosial, moral,
filosofi, dan spiritual yang memiliki nilai historis (Purwadi, 2006).

Teori emosi dari Berlyne (2010) menjelaskan ketika seseorang mendengarkan


musik maka akan berkaitan dengan factor kompleksitas, familiaritas, dan
kegemaran mendengar musik. Ketika musik terdengar familiar maka akan
menentukan apakah musik tersebut menyenangkan atau tidak, nilai hedonistic
akan rendah bila musik yang didengar terasa baru dan nilai hedonistic akan
meningkat seiring dengan meningkatnya familiar dan akan menurun lagi bila
musiknya sama sekali tidak diketahui. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode strategi coping musik gamelan Jawa untuk menurunkan kecemasan pada
mahasiswa. Oleh karena itu, penggunaan musik gamelan Jawa sebagai strategi
coping harus dipertimbangkan lagi dalam program-program kesehatan mental
pada perguruan tinggi. Dalam praktiknya mahasiswa dapat mengikuti kelas
gamelan Jawa atau mendengarkan rekaman musik gamelan Jawa secara mandiri
sebagai strategi coping. Dengan demikian, musik gamelan Jawa dapat menjadi
pilihan alternatif yang efektif dan berbeda dalam mengatasi kecemasan pada
mahasiswa.

Menurut Sunaryo (2015) gamelan Jawa mempunyai kandungan filosofi yang


sangat tingi, sedangkan kandungan nilai filosofis pada musik lainnya kurang dan
lebih menonjolkan ketukan nada, harmonisasi tangga nada, dan komposisi nada.
Gamelan Jawa merupakan sebuah alat musik yang muncul dari sejarah
kebudayaan Jawa yang di dalam perkembangannya selalu dipakai untuk
mengiringi pagelaran wayang mauapun adat orang jawa (Prasetyo, 2012). Dalam
jurnal penelitian yang dilakukan oleh Utami & Nurullya (2019) di mana penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Musik Gamelan Jawa terhadap
kecemasan pada lansia di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading
Semarang. Dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada pengaruh
pemberian terapi musik gamelan Jawa terterhadap tingkat kecemasan lansia, di
mana terdapat perbedaan yang signifikan antara kecemasan lansia sebelum dan
sesudah diberikan terapi musik gamelan jawa.

Gamelan Jawa adalah sebuah orkes tradisional yang terdiri dari berbagai jenis
instrumen seperti gong, kendang, saron, bonang, dan lain-lain. Gamelan Jawa
dapat digunakan menjadi strategi coping untuk mengurangi kecemasan pada
mahasiswa. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari American Music Therapy
Association, 2008) musik dengan laras slendro ini memiliki 60 ketukan/menit
yang menunjukkan musik ini hampir sama dengan musik Mozart yang telah
terbukti menurunkan ketegangan otot, mengurangi nyeri, menurunkan kecemasan,
dan menimbulkan efek tenang. Hal tersebut seirama dengan Arthin (2008) yang
menjelaskan bahwa musik dengan irama kurang lebih 60 ketukan/menit atau
dengan tempo lambat memiliki efek yang menenangkan. Mengutip dari jurnal
penelitian Rodiani & Analia (2016) yang meneliti tentang pengaruh pemberian
terapi musik klasik untuk menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil
menjelang persalinan, hasil penelitian ini didapatkan bahwa terapi musik klasik
dapat menurunkan tingkat kecemasan ibu sebelum bersalin, dengan adanynya
getaran musik klasik yang senada dengan getaran syaraf otak sehingga bisa
merangsang saraf otak untuk berosilasi.

Menurut Haryono (dalam Adhi Susanto, 2012: 2) ada beberapa aspek yang
diklasifikasikan menurut sumber bunyinya, yaitu:

a. Indeofon yaitu instrumen gamelan yang bunyinya berasal dari instrumen


itu sendiri seperti kenong.

b. Membranofon yaitu instrumen gamelan yang bunyinya berasal dari


getaran selaput kulit yang dipukul seperti kendang.
c. Aerofon yaitu instrumen gamelan yang bunyinya berasal dari udara yang
ditiup seperti seruling.

d. Kordofon yaitu instrumen gamelan yang bunyinya berasal dari getaran


dawai yang dipetik atau digosok seperti siter.

Menurut Razali, Yuszaidy, & Samad (2017) ada beberapa ciri dari gamelan
Jawa, yaitu:

a. Gong Agung, terdiri daripada satu ke dua buah gong berbusut yang
mempunyai garis pusat berjarak satu meter lebih dan gong ini
mempunyai register nada yang paling rendah.

b. Kempul, terdiri daripada empat buah gong berbusut yang mempunyai


garis pusat 60ms ke 80ms dan juga mempunyai register nada rendah.

c. Kenong, terdiri daripada dua belas buah gong berbusut lima buah gong
dilaraskan mengikuti slendro dan tujuh buah dilaraskan dengan pelog.

d. Bonang penerus, terdiri dari gong-gong kecil yang berbusut dan terletak
secara mendatar dalam dua baris kayu kotak, dua belas buah dilaraskan
dengan slendro dan empat belas dilaraskan dengan pelog.

e. Saron demung, terdirir daripada enam hingga kepingan gangsa yang


terletas secara mendatar datas kotak kayu, terdiri dari empat set saron
demung dalam satu ensembel gamelan Jawa duat set saron demung
dilaraskan dengan slendro dan dua set dilaraskan dalam laras pelog.

Dari beberapa penjelasan dan penelitian diatas menunjukkan bahwa musik


gamelan Jawa dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan pada individu atau
mahasiswa. Musik gamelan Jawa juga dapat membantu merangsang system saraf
dan meningkatkan relaksi otot yang membantu mengurangi ketegangan dan
kecemasan. Dalam konteks pendidikan tinggi, musik gamelan Jawa dapat
digunakan sebagai salah satu strategi coping untuk mengatasi kecemasan pada
mahasiswa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh mendengarkan musik gamelan Jawa selama 30 menit setiap hari selama
3 hari terhadap penurunan tingkat kecemasan pada mahasiswa yang mempunyai
kecemasan yang berlebihan.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah mendengarkan


musik gamelan Jawa selama 30 menit setiap hari selama seminggu dapat
mempengaruhi kecemasan mahasiswa yang berlebihan.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Pengguna

Dapat memberikan pemahaman baru tentang bagaimana musik gamelan Jawa


dapat mempengaruhi kesehatan mental pada mahasiswa yang sedang
mengalami kecemasan dan dapat memberikan alternatif terapi non-obat yang
lebih mudah diakses dan terjangkau bagi mahasiswa yang sedang mengalami
kecemasan.

2. Bagi Peneliti

Mengimplementasi antara hobi akan gamelan Jawa dan ilmu yang sudah
dipelajari di perkuliahan .

Anda mungkin juga menyukai