Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik klinik dalam keperawatan adalah kesempatan kepada

semua mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuan teoritis ke dalam

tindakan yang sesungguhnya. Lingkungan belajar klinik yang kondusif

merupakan wadah atau tempat yang dinamis tempat dengan sumberdaya

yang dinamis bagi para mahasiswa, lingkungan klinik yang dipilih

penting untuk mencapai objektif dan tujuan praktek klinik dalam sebuah

program pendidikan keperawatan (Emilia, 2008).

Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena

kecemasan sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang

mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi terus menerus, tidak

rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat

mengganggu aktifitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan

kecemasan (Anxiety Disorders Association of America, 2014). Bahkan

pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecemasan juga

merupakan suatu komorbiditas (Luana, et al., 2012).

Kecemasan adalah suatu perasaan was-was seakan sesuatu yang

buruk terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada ancaman yang disertai

gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin dan

tangan gemetar (Keliat dkk, 2011). Sedangkan menurut katz, et al.,

1
Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2

(2013) Kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum

dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29%.

Kaplan (2007) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan

kelompok gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan. National

study melaporkan bahwa satu diantara empat orang memenuhi kriteria

untuk sedikitnya satu gangguan kecemasan.

Menurut Duckworth (2013) dalam penelitiannya dengan judul

Mental Illness Facts and Numbers bahwa perkiraan kecemasan pada

dewasa muda di Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang.

Penelitian di Uganda, Afrika menyatakan prevalensi gangguan

kecemasan sebesar 26,6 %. Penelitian di Asia didapatkan prevalensi

gangguan kecemasan selama satu tahun berkisar antara 3,4% sampai

8,6% (Stein, 2009).

Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan

bahwa sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta

penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang

ditunjukkan dengan gejala-gejala kecemasan dan depresi (Depkes, 2014).

Hidayat (2010) dalam penelitian di Jawa Tengah didapatkan prevalensi

gangguan kecemasan 14%.

Berdasarkan Data Riskesdas 2018 menyatakan bahwa prevalensi

nasional gangguan kecemasan dialami oleh remaja di Indonesia yang

berusia kurang lebih 15 tahun sekitar 37 ribu penduduk dengan

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


3

prevalensi gangguan kecemasan pada remaja di Jawa Tengah tercatat

sebanyak 4,7 % (Depkes, 2013).

Dari hasil penelitian serupa yang dilakukan Aminullah (2013) yang

berlokasi di Malang dengan judul tingkat kecemasan antara siswa SMP

dan santri di pondok pesantren menunjukkan hasil bahwa santri pondok

pesantren lebih tinggi tingkat kecemasannya 39,3% daripada tingkat

kecemasan pada siswa SMP 20,2%. Sementara, penelitian yang

dilakukan Siregar (2013) di Surabaya dengan judul tingkat kecemasan

pada santri pondok pesantren berdasarkan usia menunjukkan hasil

bahwa, yang paling banyak mengalami kecemasan adalah siswa santri

yang berusia 13 tahun sebanyak 26,9 %.

Kecemasan berdasarkan jenis kelamin bahwa prevalensi gangguan

kecemasan seumur hidup pada wanita sebesar 60% lebih tinggi

dibandingkan pria (NIMH dalam Donner & Lowry, 2013). Wanita lebih

tinggi dari pria, yaitu 29,7% pada wanita dan 23,1% pada pria (Catherine

Abbo, et al., 2013). Wanita cenderung menggunakan emosinya untuk

memecahkan suatu masalah. Mekanisme koping ini yang diduga menjadi

penyebab mengapa prevalensi wanita lebih tinggi dari pria (McLean,

C.P., Emily R. A., 2009).

Kecemasan mempengaruhi 6% sampai 20% anak-anak dan remaja

di negara maju (Dabkowska, 2011). Kecemasan dapat terjadi pada semua

umur dengan stresor yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


4

gangguan diagnosis klinis yang paling umum dialami oleh remaja

(Degnan, 2010).

Kecemasan yang terjadi pada remaja yang berusia sekolah

mempunyai tingkat prevalensi yang berkisar 25% (Deb et al, 2010). Pada

siswa SMP mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi dengan

prevalensi 68,3 % dibandingkan siswa SMA dengan prevalensi 31,7%

(Harpell & Andrews 2012).

Prevalensi Kecemasan pada mahasiswa menurut Rizka (2009)

dikatakan bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dengan prestasi

belajar pada mahasiswa sebanyak 33,3% mahasiswa mengalami

kecemasan sedang dan sebanyak 66,7% mengalami kecemasan ringan.

Mahasiswa yang mengalami kecemasan sedang cenderung mempunyai

nilai prestasi belajar yang kurang baik dibandingkan dengan mahasiswa

yang mengalami kecemasan ringan.

Mahasiswa mengalami kesulitan dengan masalah-masalah nyata

saat melakukan praktik klinik. Penyebab masalah dalam menjalani

praktik klinik sangat bervariasi di antaranya karena pertama kalinya

menjalani pembelajaran praktik klinik, lingkungan yang baru dan

pengalaman pertama dengan pasien, keberhasilan pembelajaran praktik

klinik ditentukan oleh lingkungan pembelajaran yang kondusif, mental,

emosi dan kesiapan pengetahuan (Syahreni & Waluyanti, 2007).

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


5

Seorang mahasiswa diharapkan memiliki sensitivitas emosional

dalam menghadapi semua pasien yang ditanganinya dengan berbagai

situasi dan kondisi psikologis (Pieter & Lubis, 2010).

Gejala kecemasan mahasiswa saat melakukan praktik klinik di

instalasi gawat darurat seperti bagaimana cara menangani pasien kritis

pada saat di univertas, namun pada saat praktik secara langsung dirumah

sakit, kondisi lingkungan yang berbeda bertemu dengan orang lain

seperti perawat ruangan ataupun berhadapan dengan pasien kritis

membuat mahasiswa menjadi tidak percaya diri, mahasiswa menjadi

gugup, berkeringat, tangan bergetar pada saat melakukan tindakan medis.

Meskipun mahasiswa mempunyai pengalaman praktik klinik baik pada

semester sebelumnya, namun kurangnya kepercayaan diri mengakibatkan

timbulnya kecemasan. Gambaran kecemasan pada mahasiswa ini kurang

sesuai dengan pendapat Fidya (2014) yang mengemukakan bahwa faktor

kesiapan memberikan konstribusi dalam mengantisipasi keadaan yang

akan dialami sehingga menekan timbulnya kekhawatiran dan kecemasan.

Mahasiswa mengalami kecemasan dalam praktik di instalasi gawat

darurat. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak yang merasa kurang

percaya diri apa yang dilakukannya. Pendapat menurut Stuart (2007)

faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah perkembangan

kepribadian, pembentukan karakter individu dan meliputi pandangan

psikoanalitik, pandangan interpersonal, pandangan perilaku, studi

keluarga dan biologis.

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


6

Menurut Mighwar (2009) secara psikologis, kecemasan merupakan

pengembangan-pengembangan negatif berbagai masalah sebelumnya

yang semakin menguat yang diakibatkan oleh: Kurang pengetahuan

sehingga kurang mampu menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan

perkembangannya serta tidak mampu menerima apa yang dialaminya.

Kurang dukungan dari orangtua, teman sebaya atau lingkungan

masyarakat sekitar. Karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan berbagai

tekanan yang ada. Dapat disimpulkan bahwa penyebab yang

mempengaruhi kecemasan dipengaruhi oleh psikologis mahasiswa

tersebut. Kecemasan timbul karena cemas/gelisah sehingga sistem saraf

otonomi berespon tidak efektif. Pada saat cemas masalah tidak

terselesaikan dengan baik, maka sering muncul perasaan emosi. Namun

kecemasan termasuk intensitas yang wajar dalam kehidupan.

Rosiana (2008) mengatakan bahwa saat ini perawat merupakan

salah satu profesi yang rentan mengalami stres dan memicu kecemasan di

saat kerja. Stres kerja tersebut disebabkan karena adanya tuntutan

pekerjaannya yang semakin kompleks. Semakin banyak jumlah pasien

yang dirawat dan semakin beragamnya penyakit serta tingkat kebutuhan

juga bisa memicu terjadinya stres. Stres yang berlebihan akan memicu

kecemasan dan akan berakibat buruk terhadap individu untuk

berhubungan langsung dengan lingkungan secara normal. Akibatnya

kinerja mahasiswa menjadi buruk dan secara tidak langsung berpengaruh

terhadap organisasi dimana mereka praktik.

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


7

Instalasi gawat darurat (IGD) merupakan tempat atau unit di

Rumah Sakit yang memiliki tim kerja dan kemampuan khusus dalam

peralatan, yang memberikan pelayanan pasien gawat darurat. Perawat di

IGD harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang membutuhkan

kemampuan untuk menyesuaikan situasi kritis dengan kecepatan dan

ketepatan yang tidak selalu dibutuhkan pada situasi keperawatan lain.

Perawat IGD minimal memiliki sertifikat BTCLS atau PPGD

(Pertolongan Pertama Gawat Darurat) (Rankin. dkk, 2009).

Instalasi gawat darurat (IGD) adalah instalasi yang memberikan

pelayanan pertama yang bersifat bahaya terhadap pasien dengan ancaman

kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan multi disiplin

ilmu. Pelayanan pada instalasi gawat darurat IGD merupakan layanan

yang bersifat inte gratif dengan melibatkan sejumlah tenaga kesehatan

secara bersama-sama untuk memberikan pelayanan kepada pasien.

Apabila kematian di IGD tinggi, hal ini berarti mutu rumah sakit rendah

atau kurang baik, kepercayaan masyarakat menurun, pencitraan rumah

sakit menurun, sehingga dapat menurunkan kunjungan ulang pasien dan

menurunnya pemdapatam rumah sakit (Keputusan Menteri Kesehatan,

2009).

Studi pendahuluan dari mahasiswa keperawatan pada tanggal 26

November 2018, 10 mahasiswa yang telah diwawancarai diantaranya

mengatakan bahwa mereka merasa cemas berat setelah di berikan

kuesioner kecemasan kepada mahasiswa. Kecemasan mahasiswa yang

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


8

praktik di instalasi gawat darurat dipicu karena tindakan keperawatan di

ruang IGD dikelompokan sesuai triage (prioritas keperawatan pasien

berdasarkan kondisinya). 6 dari 10 mahasiswa yang di berikan kuesioner

dan diwawancarai mengatakan mereka merasa cemas ketika hendak

melakukan tindakan, karena mereka masih takut dan tidak percaya diri

dalam memberikan tindakan keperawatan pada pasien yang gawat

darurat. Mahasiswa juga pada saat kedatangan pasien baru, mereka

bingung untuk memberikan tindakan pertama kepada pasien baru dan

bingung dalam berkomunikasi dengan petugas kesehatan, mahasiswa

mengatakan bingung dan cemas ketika harus melakukan tindakan asuhan

keperawatan kepada pasien. Karena di ruang Instalasi Gawat Darurat

(IGD) dituntut memiliki respontime yang baik dalam penanganan pada

pasien gawat darurat.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Gambaran kecemasan pada mahasiswa

keperawatan yang praktik di ruang igd di rsud goeteng taroenadibrata

purbalingga”

B. Rumusan Masalah

Mahasiswa sering mengalami kecemasan pada saat melaksanakan

praktik klinik, di antaranya praktik di IGD. Praktik di IGD merupakan

salah satu yang membuat mahasiswa cemas. Penyebab masalah dalam

menjalani praktik klinik berbagai macam, di antaranya karena mahasiswa

baru pertama kalinya menghadapi praktik klinik, pemahaman yang

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


9

terbatas terhadap tugas, lingkungan yang baru dan pengalaman pertama

berinteraksi dengan pasien.

Dengan melihat latar belakang masalah gejala kecemasan tersebut,

maka dalam penelitian ini perumusan masalah yang dikemukakan adalah

: Bagaimana Kecemasan pada Mahasiswa Keperawatan yang Praktik

diruang IGD di Rsud Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kecemasan pada mahasiswa keperawatan

yang praktik di ruang IGD.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden mahasiswa keperawatan

yang praktik di ruang IGD.

b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan berdasarkan HARS

mahasiswa keperawatan yang praktik di ruang IGD

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa keperawatan

Sebagai gambaran nyata tentang kecemasan terhadap mahasiswa di

lingkungan rumah sakit, sehingga dapat mengantisipasi terjadinya

pemicu kecemasan dan sebagai informasi penting bagi mahasiswa

agar mereka dapat mempersiapkan diri untuk menambah mental

sebelum melakukan praktik IGD di rumah sakit.

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


10

Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang kecemasan

pada mahasiswa, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan pihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan

beban kerja dengan kemampuan dan keahlian mahasiswa sehingga

tidak terjadi kecemasan yang tinggi pada mahasiswa.

2. Bagi pihak akademik

Sebagai masukan bagi para pendidik untuk memberikan wawasan

dan pengetahuan serta informasi mengenai kecemasan dan koping

mekanisme, sehingga mahasiswa mampu memahami kecemasan dan

cara mengatasinya (koping mekanisme) sehingga diharapkan

mahasiswa mampu beradaptasi dengan kecemasan agar dapat

dihindari atau dikurangi.

3. Bagi peneliti

Bagi penelitian lain hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data

awal dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan

kecemasan.

E. Penelitian Terkait

1. Wijayanti (2015) meneliti tentang hubungan tingkat kecemasan

dengan mekanisme koping mahasiswa Semester II D-III keperawatan

dalam menghadapi praktek klinik keperawatan di Universitas

nusantara PGRI kediri. Jenis penelitian deskriptif korelasi, teknik

pengumpulan data kuesioner, teknik pengambilan simple random

sampling, teknik analisis data Spearman Rho melalui bantuan SPSS.

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


11

Sampel penelitian 80 mahasiswa, hasil penelitian menunjukan bahwa

sebagian besar responden mengalami tingkat kecemasan ringan

(56,7%). Sebagian besar responden memiliki mekanisme koping

adaptif (67,2%) dalam menghadapi praktik klinik. Perbedaan dengan

peneliti yang sekarang ini adalah sample mahasiswa ners, jenis

penelitian deskriptif kuantitatif, teknik pengumpulan data

menggunakan istrumen Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS).

2. Prabowo, S.P., & Sihombing, J.P.T (2010) Gambaran Gangguan

Kecemasan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X”

Angkatan 2007. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, angka kecemasan pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” angkatan 2007

cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor di antaranya

faktor keluarga, faktor individu, dan faktor lingkungan. Persamaan

dengan penelitian ini menggunakan variabel faktor lingkungan,

perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian menggunakan

deskriptif observasional sedangkan pada penelitian ini menggunakan

deskripsi korelasi.

3. Nelwati (2011) meneliti tentang hubungan lingkungan belajar klinik

dengan tingkat kecemasan mahasiswa pada program pendidikan Ners.

Penelitian ini bersifat korelatif dengan pendekatan cross sectional,

penelitianya menggunakan metode total saampling, jumlah sampel 69

orang menggunakan kuesioner SECEE dan DASS. Hasil penelitian

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019


12

menunjukan 49% mahasiswa program Ners mengatakan lingkungan

belajar klinik buruk dan 56% memiliki tingkat kecemasan sedang.

Perbedaan dengan peneliti yang sekarang ini adalah jenis penelitian

deskriptif kuantitatif teknikteknik pengumpulan data menggunakan

instrumen Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS).

4. Waffa Yousif Abdel Wahed (2016) meneliti tentang Prevalensi dan

faktor terkait stres, kecemasan dan depresi diantara mahasiswa

kedokteran Fayoum University. Jenis penelitian menggunakan

deskriptif korelasi, dengan pendekatan cross sectional, teknik

pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan data

menggunakan random sampling, penellitian ini menggunakan

kuesioner Sosiodemografi pretested dengan skala (DASS-21). Sampel

penelitian 442 mahasiswa berpartisipasi dalam penelitian ini, secara

keseluruhan prevalensi stres, kecemasan dan depresi dengan berbagai

derajat adalah 62,4%, 64,3% dan 60,8% diantara sampel yang diteliti.

Gambaran Kecemasan Mahasiswa…,Arif Prigunawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai