OLEH
MARNY T NITTE
1807020050
Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia (3,6% dari populasi) yang menderita
dari populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa cemas (Zipjet, 2017).
bahwa lebih dari 19 juta penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 15 tahun
telah mengalami gangguan mental emosional. Serta lebih dari 12 juta penduduk
dialami semua orang. Jika ditangani dengan cara yang benar, maka penderita
umumnya dapat sembuh dan kembali seperti sedia kala dan juga sebaliknya, jika
tidak ditangani dengan benar dan segera, maka penderita gangguan mental
emosional akan semakin parah dan dapat berkembang menjadi gangguan jiwa
berat (Riskesdas, 2013). Pada tahap yang lebih berat, penderita gangguan mental
penyakit dengan lebih mudah; seperti tekanan darah tinggi, alergi, diare,
seperti gelisah, ketakutan luar biasa, dan menghadapi suatu kesulitan. padahal
kecemasan merupakan kondisi normal yang dapat terjadi pada setiap orang.
terjadi dalam waktu singkat dan dalam tingkatan yang ringan. Kecemasan dapat
dikategorikan dari tingkat yang sangat rendah sampai dengan tingkat tertinggi.
perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian. Faktor yang
seseorang, seperti pada saat berbicara didepan umum untuk pertama kalinya atau
dan perempuan justru terlihat dari pihak perempuan yang lebih mengalami
kecemasan sehingga hal ini dapat terlihat dari statistik dibawah ini yakni:
kecemasan statistik lebih banyak daripada pria, penelitian lain tidak menemukan
statistik. Evans (2007) dalam penelitiannya terhadap 115 mahasiswa sarjana (35
pria, 80 perempuan) dari kelas statistik yang dipilih secara acak, menemukan
ditemukan antara nilai mata kuliah dan sikap siswa awal dan akhir 104 peserta
peserta dalam penelitian mereka memiliki kecemasan statistik sedang, tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan untuk semua enam sub skala STARS.
Hasil yang serupa diperoleh Oleh Mji (2009) yang tidak menemukan perbedaan
juga harus menyelesaikan berbagai macam ujian. Ujian didalam buku panduan
satu hal dengan yang lain. Untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi
syarat yang harus ditempuh mahasiswa yaitu menyelesaikan Tugas Akhir atau
Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan
dapat menyesuaikan diri dengan proses belajar yang ada dalam penyusunan
skripsi. Proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi berlangsung secara
karya tulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan diharapkan dapat
oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi (Redl & Watten, 1959). Adanya
penyusunan skripsi.
Psikologi Undana Kupang. Dalam survey ini terdapat 4:8 responden yang
untuk segera lulus kuliah” dari hal tersebut ia merasa memiliki beban untuk
yang dia alami sering datang dari “Judul skripsi yang diambil dirasa terlalu sulit”
sehingga ia merasa takut bahwa judul skripsinya harus diganti. Subjek ketiga
dihubungi”, dari hal tersebut ia merasa putus asa apalagi banyak teman
menjadi cemas dan kesulitan dalam mencari referensi maupun jurnal yang
mahasiswa tingkat akhir, penulis merasa perlu untuk meneliti tentang “Perbedaan
Cendana .
1.2 Keaslian Penelitian
dengan penulis meskipun berbeda dalam beberapa hal seperti perbedaan pada
salah satu variabel, kriteria subjek serta metode analisis yang digunakan.
pnelitian yang terkait tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Rania
kecemasan bimbingan skripsi dan problem solving pada mahasiswa yang sedang
dengan p-value 0,23 . Penelitian ini membuktikan bahwa jenis kelamin tidak
dan ketakutan. Kecemasan akan muncul ketika ada tekanan dari luar yang dapat
persamaanya sama sama meneliti variabel yang sama yaitu tingkat kecemasan,
sama sama mengambil subjek yang sedang mengerjakan tugas akhir sedangkan
perbedaannya terletak pada metode yang digunakan serta latar tempat yaitu di
Kota Kupang.
orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Perasaan ini timbul akibat
adanya respon terhadap perubahan yang terjadi, dan dituntut untuk dapat
terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, namun apabila hal
ini menetap dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama serta mengganggu
tersebut.
terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak ditanggulangi
kejiwaan. Rollo May yang melihat bahwa kecemasan dipicu oleh ancaman
keadaan yang dialami ketika berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan
terjadi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kecemasan ialah keadaan takut
atau bingung yang intens sebagai hasil dari antisipasi kejadian yang
merasa tegang, khawatir pada situasi yang mengancamnya baik secara realita
atau secara tidak realita, biasanya ditunjukkan dengan ketakutan yang timbul
ketakutan atau kekhawatir yang tidak begitu jelas. Dari pengertian menurut para
merasa tegang.
memiliki segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa
berdosa dan bersalah, terancam dan sebagainya. Rasa cemas itu terdapat dalam
akan segera terjadi, serta mengalami perubahan secara psikologis, fisik dan
1. Kecemasan Objektif
lingkungan.
3. Kecemasan moral.
apabila dia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral yang
dimilikinya.
2, yaitu :
a. Teori Psikonalitik
b. Teori Interpersonal
mengalami kecemasan.
c. Teori Perilaku
2. Faktor presipitasi
a. Faktor Eksternal
b. Faktor Internal
1) Usia
2) Stressor
untuk beradaptasi.
berpendidikan rendah.
1. Jenis kelamin
yang lebih tinggi daripada laki-laki. 51% perempuan dan 37,5% laki-laki
memiliki setidaknya kecemasan yang cukup tinggi.
2. Etnis
Orang atau individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik
kecemasan yang lebih tinggi. Nilai rata-rata IPK dengan angka 2.75
sampai 2.99 (sedang), 3.00 sampai 3.50 (tinggi) dan 3.51 sampai 4.00
4. Pendidikan terakhir
kesehatan.
tinggi. Waktu istirahat rata- rata dalah 3,7 tahun, dengan mode 1 tahun, 2
6. Pekerjaan
Pendidikan profesi kesehatan memiliki penyebab tingkat kecemasan
7. Children
1. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang
mengancam dirinya. Cemas ini lebih dekat dengan rasa takut, karena
jelas, tidak tentu dan tidak ada hubungan dengan apa-apa, serta
lingkungan sekitar.
1. Pengetahuan
penginderaan.
2. Lingkungan
pasti akan menemui situasi berbeda yang menjadi tanggung jawab yang
lingkungan pergaulan yang lebih bebas dan luas. Lingkungan klinik rumah
mahasiswa keperawatan.
3. Keterampilan
kecemasan, yaitu :
Ciri-ciri
dada, ketubuhan,
kering, perhatian,
dingin, dikendalikan,
sendirian, dan
memfokuskan pikiran
2.2.7 Pengaruh Dinamika Keluarga Mempengaruhi Kecemasan
Peran keluarga adalah tingkah laku yang spesifik yang diharapkan oleh
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu (Setiadi, 2008). Keluarga merupakan salah satu unit dasar yang
komunikasi, kontrol emosi dan perilaku, dan juga membantu dalam pemecahan
Kehidupan anak juga ditentukan oleh keberadaan bentuk dukungan keluarga, hal
ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangat baik maka pertumbuhan
dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan keluarga kurang
baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat
tanpa objek tertentu. Kecemasan dipicu oleh hal yang tidak diketahui dan
rasa takut. Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam
dan merupakan hal normal yang terjadi yang disertai perkembangan, perubahan,
pengalaman baru, serta dalam menemukan identitas diri dan hidup. Kecemasan
masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada
1. Kecemasan ringan
kreativitas.
2. Kecemasan sedang
3. Kecemasan berat
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang
2.2 Mahasiswa
ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu
bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,
ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain
bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat
yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip
pada 1819 masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi
seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani
tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam penelitian ini, subyek yang
digunakan ialah dua mahasiswa yang berusia 23 tahun dan masih tercatat
dan kemungkinan stres, begitu pula masa transisi dari sekolah menengah atas
menuju universitas. Dalam banyak hal, terdapat perubahan yang sama dalam
dua transisi itu. Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah
yang lebih besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok
sebaya dari daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada prestasi
dan penilaiannya.
kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti; terhadap
mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai, terhadap kultur
fakultas yang memberikan model baru. Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili
pengejaran terhadap hasrat yang menggebu atau awal dari karir masa depan.
Masa remaja akhir sedang pada masa proses melepaskan diri dari
sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain yang berbeda
dirinya. Baik yang berhubungan dengan nilai sosial ataupun nilai moral.
Apabila telah selesai masa remaja ini, masa selanjutnya ialah jenjang
Ia tidak selalu minta pertolongan orang lain dan jika ada bantuan orang
hidup.
berada.
ialah pada penampilan fisik tidak lagi mengganggu aktifitas dikampus, mulai
dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati dalam prokrastinasi
akademik adalah:
harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi ditunda
yang lebih lama dari waktu yang dibutuhkan orang lain pada umumnya
pada waktu yang telah ditentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba,
harus diselesaikan.
segala potensi yang memiliki kesempatan dan ruang untuk berada dalam
perubahan dan menjadi orang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan
yang dihadapi oleh bangsa ini. Oleh sebab itu, mahasiswa mempunyai tanggung
jawab yang besar dalam mengemban tugas untuk menjadi orang yang aktif
dalam hidup yaitu dapat bekerja pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan
arah dan tujuan yang pasti untuk karirnya kedepan yang sesuai dengan minat
besar merupakan individu yang ada dalam usia 18-25 tahun. Salah satu tugas
hari dan mulai mempersiapkan diri, baik dalam hal pendidikan ataupun
Tugas Akhir tahun 2018. Penelitian ini mengunakan metode survey analitik
cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, uji statistik chi-squre
diperoleh p value 0,04< 0,05 ada hubungan yang bermakna antara motivasi
hasil uji statistik chi-squre diperoleh p value 0,010 < 0,05 hal ini menunjukkan
2018.
penelitian survey analitik dengan studi cross sectional. Hasil penelitian ini
nilai t = 0,391 dan p = 0,009 (<0,05) sehingga ada hubungan antara dukungan
diidentifikasi variabel yang terlihat dalam model kerangka teori system terdiri
Cendana Kupang. Variabel yang di teliti yaitu input yang terdiri dari tingkat
kecemasan, tugas, dan skripsi. Proses yang terdiri dari tugas, konsultasi judul,
dan konsultasi skripsi . Output yang terdiri dari pengulangan mata kuliah, serta
di atas merupakan model dalam mengevaluasi suatu kegiatan yang ideal dan
lebih spesifik.
Kecemasan
Berat
Mahasiswa
Perempuan
Panik
2.4.2 Hipotesis
3.1 Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut dari subjek atau objek yang
akan diteliti, yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam
adalah kecemasan.
3.3 Partisipan
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
1 Laki-laki 86 orang
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dan sampel yang
Ukuran sampel merupakan banyaknya sampel yang akan diambil dari populasi.
Menurut Arikunto (2012), jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang,
lebih besar dari 100 orang maka bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah
populasinya.
Berdasarkan penelitian ini, karena jumlah populasinya lebih besar dari
100 orang, maka penulis mengambil 20% dari jumlah populasi yang ada. Jadi
dari 339 mahasiswa Undana tahun angkatan 2018/2019 diambil 20% menjadi
1 Laki-laki 33 orang
2 Perempuan 35 orang
Total= 68 orang
adalah:
akhir skripsi
yang dipakai terdiri dari satu alat ukur yaitu skala kecemasan yang diukur
berdasarkan pada tingkat kecemasan baik kecemasan ringan, kecemasan
data.
Skala yang umum digunakan dalam angket dan merupkan skala yang
paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil
dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan
1. Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3. Kurang Setuju 3
4. Tidak Setuju 2
validitas dan rehabilitas dengan tujuan untuk mendapatkan item yang valid
dalam mengukur variabel dan alat ukur yang reliabel yang akan dilakukan
yang diuji berupa nilai mean, median, modus, standar deviasi, nilai
maksimum dan nilai minimum. Penyajian data hasil analisis dapat berupa
tabel, diagram, histogram, pie, polygon maupun ogive (Siregas, 2012).
Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan
oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran
kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan
hasil yang valid dan reliable. Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang
3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
10. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas
11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
13. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
14. Gejala Perilaku: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Arif, Rohman.2009. Memahami Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: LaksBang
Mediatan.
Andi Thahir and Dede Rizkiyani, “Pengaruh Konseling Rational Emotif Behavioral Therapy
(Rebt) Dalam Mengurangi Kecemasan Peserta Didik Kelas Viii Smp Gajah Mada
Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017” 3, no. 1 (2017): 259–67.
Cahyani, D. E.(2013). Hubungan Antara Syukur Dengan Resiliensi Pada Siswa Tuna Rungu
Di SMALB-B Pembina Tingkat Nasional Lawang. Skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri.
Coulson, R. (2006). Resilience and Self-Talk in University Student. Thesis Uiversity of
Calgary.
Dadang Hawari, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Pt dana
prima yasa, 1998), h. 62
Djoko Priyono, 2010. Foundations of Psychiatric Mental Health Nursing: A Clinical
Approach, 6th ed. Saunders Elsevier: Canada.
Feist, Jess & Feist, Gregory J. 2014. Teori Kepribadian: Theories of Personality.Buku 2.
Jakarta: Salemba Humanika.
Floyd, Kory. 2009. Interpersonal Communication. 2nd ed. New York: McGraw-Hill.
Haruyama, S. (2013). The miracle of endorphin: Sehat mudah dan praktis dengan hormon
kebahagiaan. Bandung: Mizan.
Hasyim, Rizkia. N. F. (2009). Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi Napi Remaja di
Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Kelas IIa Anak ) Blitar.Skripsi Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
https://www.gatra.com/news-525034-kesehatan-riskesdas-lebih-dari-19-juta-orang
alami-gangguan-mental.html