Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi & Fisiologi

2.1.1 Ovarium

Ovarium adalah organ reproduksi wanita yang mempunyai fungsi menghasilkan serta
melepaskan oosit dan hormon. Ovarium normal memiliki lebar 2,0 cm, panjang 3,5 cm, dan
ketebalan 1,0 cm sebanding dengan ukuran bola golf. Biasanya ovarium ditemukan di dekat tuba
falopi di dalam fossa ovarium. Di anterior ovarium adalah ligamentum umbilikalis medial. Di
posterior ada ureter dan arteri iliaka interna. Di atas ovarium terdapat infundibulum tuba uterus
bersama dengan suspensori atau ligamentum infundibulopelvis, yang merupakan ekstensi
posterior ligamentum latum uterus dan juga disebut mesovarium.Ovarium memiliki dua ligament
yaitu ligamentum suspensori membawa arteri dan vena ovarium serta pleksus simpatis dan
parasimpatis. Ligamentum ovarium tidak mengandung pembuluh apa pun.

Secara histologi dari luar ovarium terdiri dari lapisan epitel germinal, tunika albugenia,
korteks yang berisi folikel ovarium, dan bagian terdalam yaitu medulla yang terdiri dari jaringan
ikat longgar dan terdapat pembuluh darah utama.

Ovarium memiliki suplai darah ganda dari arteri ovarium dan arteri ahim e. Arteri
mengalir melalui ligamentum suspensori ovarium, yang kemudian memasuki mesovarium. Arteri
ovarium dapat membuat anastomosis dengan arteri ahim e di dalam ligamentum latum. Vena
ovarium yang berjalan ke ovarium oleh ligamentum suspensori menyediakan drainase ke
parametrium, serviks, mesosalpinx, dan juga pleksus pampiniformis. Vena ovarium kiri
mengosongkan isinya ke vena ginjal kiri, sedangkan vena ovarium kanan bermuara langsung ke
vena kava inferior.

Ada dua sumber persarafan simpatis pada ovarium; salah satunya melalui pleksus
ovarium. Asal usul pleksus ovarium adalah pleksus ginjal yang juga menginervasi bagian fundus
ahim. Sumber kedua dari persarafan simpatis adalah melalui saraf ovarium superior, dibawah
dalam ligamentum ovarium. Persarafan parasimpatis berasal dari pleksus uterus (pelvis), yang
muncul dari saraf splanknikus panggul.

Gambar 1. Serviks dan Ovarium (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545187/#!


po=62.5000)

2.1.2 Ginjal

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding abdomen di
kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang
dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, berbentuk seperti biji
kacang dengan lekukan mengahadap ke dalam dan berukuran kira-kira sebesar kepalan
tangan manusia dewasa. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya
lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah
kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa dan jaringan terluar adalah fascia
renal. Ketiga lapisan jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi
ginjal.
Gambar 2. Ginjal (https://medicalart.johnshopkins.edu)

Dalam potongan frontal ginjal, ditemukan dua lapisan ginjal di distal sinus
renalis,yaitu korteks renalis (bagian luar) yang berwarna coklat gelap dan medulla renalis
(bagian dalam) yang berwarna coklat terang. Di bagian sinus renalis terdapat bangunan
berbentuk corong yang merupakan kelanjutan dari ureter yang disebut pelvis renalis. Masing-
masing pelvis renalis membentuk dua atau tiga kaliks mayor dan masing-masing kaliks
mayor tersebut akan bercabang lagi menjadi dua atau tiga kaliks minor.

Vaskularisasi ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan cabang dari aorta
abdominalis di distal arteri mesenterica superior. Arteri renalis masuk ke dalam hillus renalis
bersama dengan vena, ureter, pembuluh limfe, dan nervus kemudian bercabang menjadi
arteri interlobaris. Memasuki struktur yang lebih kecil, arteri interlobaris ini berubah menjadi
arteri interlobularis lalu akhirnya menjadi arteriola aferen yang menyusun glomerulus .

Ginjal mendapatkan persarafan melalui pleksus renalis yang seratnya berjalan bersama
dengan arteri renalis. Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda spinalis segmen T10-
11 dan memberikan sinyal sesuai dengan level dermatomnya. Oleh karena itu, dapat
dimengerti bahwa nyeri di daerah pinggang (flank) bisa merupakan nyeri alih dari ginjal.

2.2 Tumor Ovarium

A. Definisi
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi paling umum yang menempati

urutan ketiga setelah kanker serviks dan rahim. Kanker ovarium pada umumnya di temukan

pada stadium lanjut. Tumor membesar dan menyebar ke organ tanpa keluhan. Itulah

sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan

(silent killer). (Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science)

B. Epidemiologi

Kanker ovarium adalah kanker ketujuh yang paling sering terjadi pada wanita dan

penyebab kematian ke delapan yang paling sering dari kanker pada wanita di dunia. Pada

2018 ada 300.000 kasus baru. Berdasarkan studi baru-baru ini yang mengumpulkan data dari

1.000 wanita di 39 negara menyatakan bahwa jumlah wanita yang didiagnosis dengan kanker

ovarium kemungkinan akan meningkat menjadi 371.000 kasus baru per tahun pada tahun

2035.

Kanker ovarium menempati urutan ketiga kejadian kanker ginekologi paling sering

setelah kanker serviks dan uterus. Kanker ovarium juga memiliki prognosis terburuk dan

tingkat kematian tertinggi. Meskipun kanker ovarium memiliki prevalensi yang lebih rendah

dibanding kanker payudara, kanker ini tiga kali lebih mematikan dan diperkirakan bahwa

pada tahun 2040 angka kematian kanker ovarium akan meningkat secara signifikan.

C. Faktor Risiko

1. Usia

Kanker ovarium rata-rata didiagnosis pada wanita usia 50-79 tahun atau pada wanita saat

mendekati menopause atau premenopause.


2. Paritas

3. Genetik

Faktor risiko yang sangat penting yaitu genetic, wanita yang memiliki riwayat keluarga

dengan diagnosis kanker ovarium dan kanker payudara meningkatkan risiko menderita

kanker ovarium.

D. Klasifikasi

Klasifikasi World Health Organization (WHO) untuk tumor ovarium di bagi berdasarkan

asal jaringannya, dibagi menjadi surface epithelial (65%), germ cell (15%), sex cord-stromal

(10%), metastase (5%), dan lain lain. Tumor surface epithelial diklasifikasikan lagi

berdasarkan tipe sel (serosa, musinosa, endometroid, dan lain lain) dan atipik (jinak,

borderline, atau maligna). Sebagian besar tumor ganas adalah tipe surface epithelial (90%).

1. Tumor Epitel ovarium (current diagnosis and treatment obstetric and gynecologi)

Sekitar 90% dari seluruh tumor ovarium ganas adalah tipe epitel yang berasal dari

invaginasi epitel permukaan ovarium. Teori yang paling menonjol untuk perkembangan

tumor epitel ovarium akibat trauma berulang dan perbaikan epitel ovarium selama ovulasi

normal dengan perubahan genetik berikutnya dan perkembangan lebih lanjut menjadi

transformasi malingnant. Teori kedua peningkatan konsentrasi gonadotropin, estrogen,

androgen, atau agen inflamasi, mengakibatkan terjadinya proliferasi dan transformasi sel

epitel ovarium. Tumor epitel ovarium terdiri dari :

 Serous cystadenocarcinomas, mewakili 75-80% dari tumor epitel ovarium. Berdiameter

lebih dari 15 cm dengan struktur kistik unilokular atau multilokuler yang mengandung
papilla serta menonjol ke dalam lumen. Secara histologi menyerupai endosalpinx dengan

nucleus atipia di epitel skuamosa berlapis. Badan psammoma dengan klasifikasi lamellar

tidak teratur sering terlihat pada tumor ini.

 Mucinous cystadenocarcinomas, mewakili 10% dari tumor epitel ovarium. Biasanya

unilateral dan terkenal karena mampu mencapi ukuran yang sangat besar. Secara

histologis menyerupai epitel endoserviks dengan ukuran nucleus hipokromatik yang

besar dan nucleus yang menonjol

 Endometrioid neoplasms, mewakili 10% dari tumor epitel ovarium. 30-50% kasus terjadi

bilateral. Secara histologis menunjukan gambaran adenomatoid. Pada pasien dengan

endometriosis ovarium memiliki karsinoma sel bening dari ovarium atau karsinoma

mesonefroid.

 Clear cell carcinoma, menyumbang <1% dari tumor epitel ovarium. Biasanya berukuran

lebih kecil dari kista adenokarsinoma serosa atau musinosa. Tumor ini agresif dan

mungkin berhubungan dengan hiperkalesemia atau hiperpireksia. Secara histologi

menunjjukan sel bening mirip dengan karsinomma sel ginjal, kadang sulit dibedakan dari

neoplasma musinosa.

 Transitional cell carcinoma atau Brenner’s tumor, menyumbang < 1% dari tumor epitel

ovarium. Secara histologi menyerupai karsinoma sel transisi tingkat rendah dari kandung

kemih. Dibandingkan dengan tumor epitel ovarium lainnya, tumor ini memiliki prognosis

yang lebih buruk.

2. Germ cell tumors of the ovary

Tumor jenis ini cenderung muncul pada wanita pada decade kedua dan ketiga kehidupan.

Berbeda dengan tumor epitel ovarium, tumor jenis ini memiliki prognosis yang lebih baik
karena berasal dari sel germinal, yang dapat mengeluarkan hormone atau protein yang

dapat digunakan untuk memantau respon terhadap terapi. Jenis tumor ini terdiri dari :

 Dysgerminomas, menyumbang 30-40% tumor sel germinal. Sering terjadi pada wanita

mudah dan paling sering unilateral. Saat pembedahan tampak halus dan tertutup tipis,

dengan warna coklat atau keabu-abuan. Secara histologi sarang sel germinal tampak

seperti sel bulat besar dengan inti pusat dikelilingi oleh stroma yang tidak

berdiferensiasi. Jika terdapat infiltrasi limfositik dianggap indicator prognostic yang

baik.

 Teratoma imatur adalah bagian ganas dari teratoma kistik dewasa atau dermoid dan

merupakan keganasan sel germinal kedua. Secara histologi menunjukan kumpalan

jaringan yang tidak teratur berasal dari 3 lapisan sel germinal dan beberapa komponen

memiliki penampilan embrio yang belum matang. Biasanya unilateral berisi teratoma

dewasa.

 Endodermal sinus tumors atau yolk sac tumor adalah sel keganasan ketiga yang berasal

dari sel germinal. Ini merupakan neoplasma yang tumbuh paling cepat yang terjadi

dimanapun dan pasien mungkin dating dengan keluhan akut abdomen dan adanya

perdarahan. Biasanya bersifat bilateral, secara histologis menyerupai primitive usus dan

hati.

 Embryonal carcinoma, muncul pada usia rata-rata 15 tahun dan memiliki polo

pertumbuhan yang agresif. Secara histologi menunjukan lembaran padat dari sel

polygonal besar dengan sitoplasmaeosinofilik pucat yang memberikan tampilan

syncytium.
 Choriocarcinoma adalah tumor sel germinal yang langka. Secara histologi menunjukan

sitotrofoblas, trofoblas menangah dan syncytiotrofoblas.

 Gonadoblastoma adalah tumor yang paling jarang diantar jenus tumor sel germinal,

terjadi pada decade kedua kehidupan dan lebih banyak pada ovarium kanan

dibandingkan ovarium kiri. Secara histologi menunjukan jaringan sel germinal dan sex

cord dikelilingi oleh jaringan ikat stroma.

 Mixed germ cell tumors mennyumbangkan 10% dari tumor sel germinal dan terdapat 2

atau lebih element sel germinal

 Polyembryoma

3. Sex cord-stromal tumor ovarium (William gynecologi)

Sex cord-stromal tumors (SCSTs) adalah kelompok neoplasma yang beragam dan langka

serta berasal dari matriks ovarium. Tumor jenis ini diklasifikasikan oleh WHO menjadi :

 Granulosa-stromal cell tumors

 Sertoli-stromal cell tumors

 Sex cord tumor with annular tubules

 Unclassified

 Gynandroblastoma
Gambar 3. Jenis-jenis tumor ovarium

2.3 Fibrosarcoma Ovarium

a. Definisi

Fibrosarcoma ovarium merupakan salah satu jenis dari tumor Sex cord-stromal tumors

(SCSTs) yang merupakan kelompok neoplasma yang beragam dan langka serta berasal dari

matriks ovarium (sel granulosa, sel teka, sel Sertoli, sel Leydig, dan fibroblas yang berasal

dari stroma). (https://emedicine.medscape.com/article/1627984-overview#showall , William

gynecologi )

b. Epidemiologi

Sex cord-stromal tumors (SCSTs) menyumbangkan 5-8% keganasan pada ovarium.

Dalam database Surveillance Epidemiology and End Results (SEER) Amerika Serikat,

kejadian SCSTs adalah 0,20 per 100.000 wanita. Fibroma adalah subtipe yang paling sering

ditemui dari tumor sex cord-stromal, terhitung hampir dua pertiga dari neoplasma dalam

kelompok ini sedangkan kelompok fibrosarkoma merupakan kelompok tumor yang sangat
terjadi. Dapat terjadi pada semua jenis usia namun meningkat pada wanita premenopause

dan postmenopause.

(obstetric and gynecologi current diagnosis and treatment)

c. Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan WHO
2. Klasifikasi berdasarkan FIGO

Table 1. Klasifikasi Kanker Ovarium Menurut FIGO

Stadium Kriteria
I Pertumbuhan tumor terbatas pada ovarium atau tuba Fallopi
IA Pertumbuhan tumor terbatas pada satu ovarium (kapsul utuh) atau salah

satu tuba Fallopi, tidak ada pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium atau tuba, cairan

ascites tidak mengandung sel-sel ganas


IB Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua ovarium (kapsul utuh) atau kedua

tuba, tidak ada pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium atau tuba, cairan ascites tidak

mengandung sel-sel ganas


IC Tumor terbatas pada salah satu atau kedua ovarium atau tuba Fallopi, disertai dengan :

IC1 Surgical spill intraoperatif

IC2 Kapsul pecah sebelum operasi atau tumor di permukaan ovarium atau tuba

IC3 Cairan ascites atau cucian peritoneum mengandung sel ganas


II Pertumbuhan tumor pada satu atau kedua ovarium atau tuba Fallopi dengan

perluasan ke rongga pelvis atau kanker peritoneum


IIA Penyebaran dan atau implantasi ke uterus dan atau tuba fallopi dan atau

Ovarium
IIB Penyebaran tumor ke jaringan pelvis intraperitoneal lainnya
III Tumor melibatkan satu atau kedua ovarium, tuba Fallopi, atau kanker peritoneum dengan

adanya bukti penyebaran (secara sitologi atau histologi) pada peritoneum diluar pelvis dan

atau metastasis pada kelenjar getah bening (KGB) retroperitoneal


IIIA Metastasis pada KGB retroperitoneal dengan atau tanpa keterlibatan

peritoneum di luar pelvis

IIIA1 KGB retroperitoneum positif (secara sitologi atau histologi)

IIIA1(i) metastasis dengan diameter terbesar ≤ 10 mm

IIIA1(ii) metastasis dengan diameter terbesar > 10 m

IIIA2 Mikroskopis ekstrapelvis (diatas rongga pelvis) keterlibatan peritoneum dengan atau

tanpa KGB retroperitoneal yang positif


IIIB Metastasis peritoneum secara makroskopis diluar rongga pelvis dengan diameter terbesae ≤

2 cm, dengan atau tanpa KGB retroperitoneal yang positif


IIIC Metastasis peritoneum secara makroskopis diluar rongga pelvis dengan diameter terbesae >

2 cm, dengan atau tanpa KGB retroperitoneal yang positif


IV Metastasis jauh diluar metastasis peritoneum
IVA Efusi pleura dengan sitologi positif
IVB Metastasis ke organ ekstra abdomen (termasuk KGB inguinal dan KGB diluar rongga

abdomen)

d. Etiopatogenesis
 Neoplastik transformasi : Mutasi germinal PTCH (9q22.3) pada gorlin syndrome dan

hilangnya heterozigositas pada 9p22.3 dan 19p13.3 (STK 11) terlihat pada sporadic

fibroma seluler

 Genetik : gorlin syndrome (nevoid basal cell carcinoma syndrome) dan familial

polyposis syndromes (gandner, peutz-jeghers)

e. Maninfestasi klinis

 Secara klinis akan tampak pembesaran abdomen dengan pertumbuhan yang cepat

disertai nyeri.

 Tumor ini biasanya muncul sebagai massa unilateral yang besar, seringkali disertai

nekrosis dan perdarahan.

 Asites pada 30 % wanita.

 Terjadi adhesi pada organ di dalam panggul lainnya karena terjadi infiltrasi.

Sumber : (Sex cord-stromal tumors of the ovary: a comprehensive review and update for

radiologists) + Clinicopathologic characteristics and prognostic factors of ovarian fibrosarcoma:

the results of a multi-center retrospective study +Ovarian fibrosarcoma: Case report and latest

trends in diagnostic and therapeutic management

f. Diagnosis

Temuan fisik jarang ditemukan pada penderita tumor ovarium pada onset dini. Pasien

dengan penyakit yang lebih lanjut dapat ditemukan massa pada ovarium, asites, efusi pleura,

obstruksi usus. Penegakan diagnosis harus di tunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya

seperti pemeriksaan patologis, pencitraan dan lain-lain.

1. Pemeriksaan histopatologi
a. Gambaran makroskopis

Ukuran tumor ini berkisar antara 5,2 - 23 cm untuk diameter terbesar, tumor padat, dan

potongan permukaan tumor menunjukkan perubahan warna kuning kecokelatan dan nekrosis

parsial

Gambar 4. Fibrosarkoma ovarium

b. Gambaran miroskopis

 Tumor ini terdiri dari sel-sel

spindle yang tersusun

tersusun rapat dalam pola berputar-putar, dengan stroma dan perdarahan myxoid.

 Secara umum tumor ini mengandung inti hiprkromatik memanjang dengan inti bulata

atau oval.

 Potongan fasikula menunjukan adanya gambaran herringbone

 Atypia nuklir ringan sampai sedang

 Dengan pewarnaan retikulin didapatkan gambaran terpisah antara sel neoplastic

 Aktivitas mitosis > 4/10 HPF yang merupakan kriteria diagnosis fibrosarcoma.

Sumber : http://www.pathologyoutlines.com/topic/ovarytumorfibrosarcoma.

Clinicopathologic characteristics and prognostic factors of ovarian fibrosarcoma: the results

of a multi-center retrospective study


Gambar 5. Spindle cell pada fibrosarcoma ovarium

(https://www.hindawi.com/journals/crim/2009/802817/)

c. Imunohistokimia

Pemeriksaan imunohistokimia menunjukkan bahwa vimentin positif dan menyikirkan

penyakit mesenkim lainnya.

g. Tatalaksana

 Bilateral salpingo-ooporectomy

 Hysterectomy

 Staging

 Adjuvant kemoterapi

 Radioterapi

h. Prognosis

Fibrosarcoma adalah tumor mesenkim ganas yang memiliki prognosis buruk

Diperkirakan dapat bertahan selama 2 tahun 77% pada grade 1 da 36% pada grade 2 dan 3.
2.4 Cleareans Creatinin Test

a. Definisi

Cleareans creatinin test (CCT) adalah pemeriksaan yang dinilai murah, konsisten dan

teruji untuk menilai kemampuan laju filtrasi glomerolus dan fungsi ginjal. Kreatinin merupakan

hasil pemecahan kreatin fosfat otot, diproduksi oleh tubuh secara konstan tergantung massa otot.

Kadar kreatinin berhubungan dengan massa otot dan fungsi ginjal. Ekskresi kreatinin dalam urin

dapat diukur dengan menggunakan bahan urin yang dikumpulkan selama 24 jam.

b. Biosintesis dan Metabolisme Kreatinin

Di dalam tubuh, keratin dibentuk dari fosfokreatin. Fosfokreatinin atau disebut sebagai

kreatini fosfat yang merupakan senyawa kimia yang mempunyai ikatan fosfat berenergi

tinggi yang ada di dalam sarkoplasma. Senyawa ini dipecah menjadi kreatin dan fosfat, dan

sewaktu dipecahkan akan menghasilkan energi yang cukup besar. Ikatan fosfat berenergi tinggi

dari fosfokreatinin mempunyai energiyang lebih banyak dibandingkan dengan ATP, 10.300

kalori per mol dibandingkan ATP 7300. Oleh karena itu fosfokreatinin dapat dengan mudah

menyediakan energi yang cukup untuk membentuk kembali ikatan fosfat berenergi tinggi

dari ATP. (Guyton fisiologi)

Biosintesis kreatinin melibatkan beberapa hal di antaranya, glycine, arginine, dan

methionine. Sintesis keratin dituntaskan melalui methilasi guanidoasetat oleh S-

adenosylmethionin (Biokimia harper)


Gambar 6. Biosintesis dan metabolism kratin dan kreatinin

Kreatinin merupakan metabolisme endogen yang dikeluarkan tubuh melalui ginjal

sehingga kreatinin berguna untuk menilai fungsi ginjal terutama glomerulus. Jika 50 % nefron

rusak, maka kadar kreatinin di dalam darah akan meningkat. Oleh karena itu jika kadar

kreatinin meningkat di dalam darah akan menjadi petanda adanya penurunan fungsi dari ginjal.

Nilai kreatinin yang rendah menunjukkan adekuasi hemodialisis dan pemecahan otot yang

rendah. Dari nilai kreatinin serum itu dapat ditemukan besar kliren kreatinin.

c. Perhitungan Nilai Kreatinin Klirens

Kreatinin dapat diukur dari plasma, serum, atau urin. Pengumpulan bahan urin untuk

pemeriksaan GFR dilakukan dalam 24 jam. Wadah yang digunakan untuk pengumpulan urin

sebaiknya bersih, kering, dan bebas dari zat pengawet. Bahan urin yang dikumpulkan disimpan

dalam refrigerator selama pengumpulan sebelum diperiksakan. Volume urin yang dikumpulkan

diukur keseluruhan untuk kemudian dimasukkan ke dalam formula perhitungan.


Nilai ini dapat diukur dengan menggunakan dua cara. Cara yang pertama dengan

menggunakan Modification of Dietin Renal Disease (MDRD), kliren kreatinin diukur dengan

perkalian kadar kreatin urin dengan volume urin kemudian dibagi dengan kadar kreatinin serum.

Keterangan :

Ccr : klirens kreatinin

Ucr : kreatinin urin

Vur : Volume urin dalam 24 jam

Pcr : kadar kreatinin serum

1,73/A : factor luas permukaan tubuh

A : luas permukaan tubuh diukur dengan menggunakan TB dan BB

Kedua, kliren kreatinin dapat diukur dengan menggunakan rumus Cockroft-Gault.

Berdasarkan rumus ini, klirens kreatinin sebanding dengan produksi kreatinin dan berbanding

terbalik dengan kreatinin serum (CCr), sedangkan produksi kreatinin sebanding dengan berat

badan (massa otot adalah sumber kreatinin) yang dikurangi umur, maka kliren kreatinin dapat

dihitung dari kreatinin serum menurut rumus dari Cockcroft-Gault sebagai berikut :
Keterangan:

Clcr: Kliren kreatinin

CCr: Kreatinin serum

Nilai normal kliren kreatinin :

Laki-laki= 97-137 mL/menit/1,732 m2

Perempuan= 88-128 mL/menit/1,732 m2

d. Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan kreatinin

Klirens kreatinin dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ras. Wanita memiliki lebih sedikit

massa otot dan tingkat produksi kreatinin yang lebih rendah dibandingkan dengan pria. Orang

Latin menghasilkan nilai jarak yang lebih rendah sedangkan kulit hitam menghasilkan nilai yang

lebih tinggi, menunjukkan massa otot yang lebih besar pada orang kulit hitam

Pasien dengan asupan makanan yang unik (mis, vegetarian) atau mengalami pengecilan

otot (misalnya, malnutrisi, amputasi) dapat menghasilkan tingkat kreatinin yang menyimpang

dari populasi umum.

Penurunan kadar kreatinin terjadi pada keadaan glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut,

polycystic kidney disease akibat gangguan fungsi sekresi kreatinin. Penurunan kadar kreatinin
juga dapat terjadi pada gagal jantung kongestif, syok, dan dehidrasi, pada keadaan tersebut

terjadi penurunan perfusi darah ke ginjal sehingga makin sedikit pula kadar kreatinin yang dapat

difiltrasi ginjal

Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544228/ Creatinine Clearance

Anda mungkin juga menyukai