OLEH
MARNY T NITTE
1807020050
KUPANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
dialami semua orang. Jika ditangani dengan cara yang benar, maka penderita
umumnya dapat sembuh dan kembali seperti sedia kala dan juga sebaliknya, jika tidak
ditangani dengan benar dan segera, maka penderita gangguan mental emosional akan
semakin parah dan dapat berkembang menjadi gangguan jiwa berat (Riskesdas,
2013). Pada tahap yang lebih berat, penderita gangguan mental emosional akan
lebih mudah; seperti tekanan darah tinggi, alergi, diare, gangguan tiroid, stroke,
Hal ini terjadi juga di Indonesia, dilihat dari survey yang dilakukan oleh
diperkirakan 20% dari populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa cemas.
Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di
sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Dengan jumlah populasi orang dewasa
Indonesia lebih kurang 150.000.000 diketahui bahwa 1.740.000 orang saat ini
mengalami gangguan mental emosional. Kecemasan yang menjadi suatu penyakit atau
gangguan (anxiety disorder) terdapat pada 18% (40 Kecemasan merupakan perasaan
keprihatinan, ketakpastian dan ketakutan tanpa stimulus yang jelas, dikaitkan dengan
memberikan penguatan bahwa tekanan hidup yang dialami penduduk pedesaan lebih
di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 14.5% atau diperkirakan mencapai sekitar
4000-5000 orang. Sumba Tengah memiliki jumlah penduduk terendah di NTT yaitu
sebanyak 66.314 jiwa dan memiliki 5 kecamatan, satu di antaranya adalah kecamatan
katikutana selatan (BPS, 2014). Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa di
gelisah, ketakutan luar biasa, dan menghadapi suatu kesulitan. Kecemasan merupakan
kondisi normal yang dapat terjadi pada setiap orang. Apabila seseorang mengalami suatu
kecemasan, maka kecemasan tersebut akan terjadi dalam waktu singkat dan dalam
tingkatan yang ringan. Kecemasan dapat dikategorikan dari tingkat yang sangat rendah
sampai dengan tingkat tertinggi. Pada tingkat yang sedang (modarate), kecemasan dapat
sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan
kecemasan antara lain lingkungan sosial, personal (individu), akademik. Contoh yang dapat
menimbulkan kecemasan pada seseorang, seperti pada saat berbicara didepan umum
Hingga saat ini masih banyak ada kepercayaan atau mitosmengenai gangguan
jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat,
ada yang menuduhbahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman
(Notosoedirjo, 2005). Masih ada masyarakat yang menganggap bahwa gangguan jiwa
terhadap laki-laki dan perempuan justru terlihat dari pihak perempuan yang lebih
mengalami kecemasan sehingga hal ini dapat terlihat dari statistik dibawah ini yakni:
lebih banyak daripada pria, penelitian lain tidak menemukan perbedaan gender dalam
Evans (2007) dalam sebuah penelitian terhadap 115 mahasiswa sarjana (35 pria, 80
nilai mata kuliah dan sikap siswa awal dan akhir 104 peserta (23 laki-laki,
mereka memiliki kecemasan statistik sedang, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan untuk semua enam subskala STARS. Hasil yang serupa diperoleh Oleh
tinggi, kegiatan belajar mahasiswa harus didukung dengan kesadaran yang penuh.
meningkatkan rasa penasaran terhadap disiplin ilmu yang ditekuninya. Oleh karena
Mahasiswa juga harus menyelesaikan berbagai macam ujian .Ujian didalam buku
panduan universitas dibagi menjadi ujian tertulis dan ujian keterampilan. faktor-faktor
tersebut memiliki pengaruh yang tinggi untuk terjadinya kecemasan pada mahasiswa
yang akan melaksanakan ujian.
Kecemasan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, karena kecemasan
cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi. Distorsi tersebut
dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian,
menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan menghubungkan satu hal dengan
yang lain. Contohnya Berdasarkan data statistik di atas, maka di Prodi Psikologi Undana
adalah tempat atau pusat menuntut Ilmu Psikologi dan literatur akademik yang berkaitan
tentang ilmu-ilmu psikologi.
Psikologi adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang
mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui
prosedur ilmiah (Slamet, 2003).
Mahasiswa psikologi undana adalah mahasiswa yang menuntut ilmu di Prodi Psikologi
Undana dan untuk menjadi lulusan Prodi Psikologi Undana mahasiswa psikologi harus
menyelesaikan Tugas Akhir atau Skripsi yang dapat menjadi sumbangsih literatur
psikologi
Untuk Menyelesaikan Pendidikan di Perguruan tinggi syarat yang harus
ditempuh mahasiswa yaitu menyelesaikan Tugas Akhir atau yang dikenal dengan
Skripsi. Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan
mahasiswa wajib mengambil mata kuliah tersebut, karena skripsi digunakan sebagai
salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar akademisnya sebagai
sarjana. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri
dengan proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi. Proses belajar yang ada
belajar mandiri sangat besar. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat
membuat suatu karya tulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan diharapkan
dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Peran dosen dalam pembimbingan
skripsi hanya bersifat membantu mahasiswa mengatasi kesulitan yang ditemui oleh
ketergantungan yang besar pada dosen pembimbing dapat menyebabkan masalah bagi
skripsi.
dilakukan oleh peneliti dengan menyebarkan kuisioner online melalui google form
pada tanggal 15 maret 2022 kepada beberapa mahasiswa program studi psikologi
undana kupang. Dalam survey ini terdapat 4:8 responden yang mengalami tingkat
tingkat kecemasan ketika “tekanan dari pihak keluarga untuk segera lulus kuliah” dari
hal tersebut ia merasa memiliki beban untuk segera lulus kuliah. Subjek kedua inisail
VN mengatakan tingkat kecemasan yang dia alami sering datang dari “Judul skripsi
yang diambil dirasa terlalu sulit” sehingga ia merasa takut bahwa judul skripsinya
harus diganti. Subjek ketiga inisal JA mengalami tingkat kecemasan akibat “Dosen
Pembimbing susah untuk dihubungi”, dari hal tersebut ia merasa putus asa apalagi
banyak teman mahasiswa lainnya yang sudah seminar proposal. Subjek Keempat
menjadi cemas dan kesulitan dalam mencari referensi maupun jurnal yang mendukung
Terdapat beberapa penelitian yang mempunyai tema kajian yang sama dengan
penulis meskipun berbeda dalam beberapa hal seperti perbedaan pada salah satu
variabel, kriteria subjek serta metode analisis yang digunakan. pnelitian yang terkait
tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Rania Dwi Tirta yang berjudul
dengan metode kolerasi product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa,
ada hubungan negative yang signifikan antara kecemasan bimbingan skripsi dan
problem solving pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi, dengan koefisien
persamaanya sama sama meneliti variabel yang sama yaitu tingkat kecemasan, sama
perbedaannya terletak pada metode yang digunakan serta latar tempat yaitu di Kota
Kupang.
Berdasarkanrumusanmasalahdiatas, makatujuankhususyang
akandicapaidalampenelitianiniyaitu :menganalisakarakteristikresponden
1.5.ManfaatPenelitian
a. InstitusiPendidikan
Bermanfaat untuk mengetahui jumlah serta perbedaan tingkat
mengenai tingkat kecemasan pada mahasiswa Laki-laki dan
perempuan di Program Studi Psikologi
b. Peneliti :
skripsi.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kekhawatiran yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak
berdaya, keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah perasaan
takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat di
Dengan kata lain Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kecemasan
juga pengalaman subjektif yang dapat dievaluasi secara objektif (Crowin, 2000).
persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-
sumber daya sistem biologis, psikologis dansosial dari seseorang. Selanjutnya Hawari
tuntutan atau beban yang bersifat nonspesifik. Cemas dapat jugamerupakan faktor
yang dapat berupa peristiwa atau kejadian yang menekan, mengancam dan
membahayakan (Cemasor). Sedangkan Cornelli (dalam Sunaryo, 2004) menyatakan
cemas merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
diatas dapat disimpulkan bahwa cemas adalahsuatu tanggapan atau reaksi tubuh yang
psikologis dan perilaku individu.Menurut pendapat para ahli diatas, kecemasan dapat
disimpulkan sebagai perasaan khawatir yang bersifat subjektif karena tidak terdapat
objek yang dapat diindentifikasi sebagai stimulus kecemasan dan hal ini merupakan
identitas dan makna hidup. Karakteristik utama pada kecemasan adalah khawatir atau
cemas, yang terjadi secara berlebihan dihubungkan dengan situasi yang tidak jelas
objeknya. Cemas yang berlebihan tidak akan terjadi jika seseorang memiliki
sebagai alarm pada saat merasakan bahaya. Respon yang akan terjadi pada situasi
membahayakan disebut juga sebagai respon “fight or flight”, ini merupakan respon
cepat yang akan terjadi, baik dengan cara fight (melawan bahaya) atau flight
(melarikan diri dari bahaya). Pada saat merasakan bahaya atau memikirkan sesuatu
yang berbahaya, maka otak akan mengirimkan impuls ke sistem saraf, yang direspon
menjadi energetik, merasa lebih waspada (alert), memberikan dorongan untuk lebih
kuat, dan siap untuk melawan (fight) atau melarikan diri (flight) dalam upaya
menyelamatkan diri.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
b. Faktor Biologis
c. Faktor Behavioral
kulit & denyut jantung, pusing, mual, perasaan panik. Sedangkan kekhawatiran
rendah, merasa tidak siap untuk tes, kehilangan harga diri dan kesedihan
Peran keluarga adalah tingkah laku yang spesifik yang diharapkan oleh
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu (Setiadi, 2008). Keluarga merupakan salah satu unit dasar yang
akan membentuk struktur keluarga yang meliputi dukungan emosional, sosial, dan
menjaga dimensi komunikasi, kontrol emosi dan perilaku, dan juga membantu
(Neena at all, 2010). Kehidupan anak juga ditentukan oleh keberadaan bentuk
dukungan keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangat baik
maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan
keluarga kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang
objek tertentu. Kecemasan dipicu oleh hal yang tidak diketahui dan menyertai semua
pengalaman baru, seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan
anak. Karakteristik kecemasan ini yang membedakan dari rasa takut. Kecemasan
adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal normal
yang terjadi yang disertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru, serta dalam
menemukan identitas diri dan hidup. Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan
yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya
1) Kecemasan ringan
2) Kecemasan sedang
terarah.
3) Kecemasan berat
sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.
kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
yang dapat dimanifestasikan pada respon fisiologis, respon kognitif dan respon
perilaku.
1. Stress
Stres adalah keletihan dan kecemasan pada tubuh yang disebabkan oleh hidup.
Kecemasan terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah, dan
tujuan hidup. Beberapa contoh peristiwa yang menimbulkan stress, yaitu berbicara didepan
umum, pekerjaan baru, sekolah baru, belajar. Stres dapat menstimulasi fisiologis tubuh dari
hipotalamus ke kelenjar (misalnya, kelenjar adrenal untuk mengirim adrenalin dan
norepinefrin sebagai pembangkit emosi.
2. Teori Genetik.
Ansietas (kecemasan) dapat memiliki komponen yang diwariskan. Insinden gangguan panik
mencapai 25%, dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria. Horwath dan
Weissman (2000) menjelaskan suatu kemungkinan “sindrom kromosom 13”. Kromosom ini
dikatakan terlibat dalam hubungan genetic yang mungkin pada gangguan kecemasan
3. Teori Neurokimia
Terdapat 4 kelas besar neurotransmiter & neuromodulator di otak :
a. Monoamin → serotonin, 3 katekolamin (epinefrin, norepinefrin, dopamin)
b. Asam amino → Gamma-Amino Butyric Acid (GABA)
c. Neurotransmiter peptide
dengan perubahan teknologi maupun dengan perubahan sosial yang terjadi. Bila manusia tidak bisa
menyeimbangkan perubahan tersebut maka timbul tekanan yang mengancam manusia danmengacu
pada kecemasan. kecemasan muncul akibat adanya respon yang berasal dari lingkungan.Hal ini yang
mengakibatkan seseorang yang mengalami perubahan dalam hidupnya, gejala kecemasan dapat
dilihat dari gejala biologis, psikologis, kognitif dan perilaku yang dikemukakan olehDavison, Neale,
1) Gejala Biologis
psikofisiologisdalam organ tertentu. Salah satu faktor yang mempengaruhi biologis adalah
adanya faktorgenetik, penyakit yang pernah diderita sebelumnya, diet dapat menganggu sistem
organtertentu, adanya efek pada berbagai macam sistem tubuh seperti sistem syaraf otonom,
levelhormon dan aktivitas otak yang tidak seimbang sehingga mengakibatkan timbulnya cemas.
Hal tersebut juga berpengaruh pada gejala fisik.Menurut hardjana (1994) gejala fisik ini seperti
sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur,insomnia, sakit punggung, gatal-gatal pada kulit,
gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi,berubah selera makan, kelewat berkeringat, lelah,
Gejala psikologis meliputi kondisi emosional yang tidak stabil seperti marah, kecewa dan
karakteristik kepribadian yang membuat seseorang mengalami cemas. Davison, Nelson,
danAgus (dalam Amin & Al-Fandi, 2007), adapula contoh lain gejala psikologis yaitu :
a. Khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan
Gejala atau gangguan somatic adalah keluhan fisik di berbagai bagian tubuh yang disebabkan
oleh stres atau beban mental yang berat. Contoh gejala somatic sebagai berikut :
a. Sesak Napas,
b. Dada tertekan,
c. Nyeri epigastrium
d. Cepat lelah
e. Palpitasi
f. Keringat dingin
g. Dan gejala lainnya yang mungkin mengenai motorik, pencernaan, pernapasan, system
HARS digunakan untuk mengukur kecemasan pada seseorang. Pada tes ini
terdapat 14 gejala yang diobservasi, yaitu :
1. Perasaan cemas
2. Ketegangan
3. Ketakutan
4. Gagguan tidur Gangguan kecerdasan
5. Gangguan kecerdasan
6. Perasaan depresi (murung)
7. Gejala somatik/fisik (otot)
8. Gejala somatik/fisik (sensorik)
9. Gejala kardiovaskuler
10. Gejala respiratori (pernapasan)
11. Gejala Gastrointestinal (pencernaan)
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)
13. Gejala autonom
14. Tingkah laku (sikap)
HARS terdiri dari 14 item. Penilaian setiap itemnya diberi skor antara 0 sampai
dengan 4 berdasarkan berat ringannya gejala. Setiap skor memiliki kategori yang
berbeda, yaitu :18
0 = Tidak ada gejala atau keluhan
1 = Gejala ringan
2 = Gejala sedang
3 = Gejala berat
4 = Gejala berat sekali
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:18
b. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.
c. Skor 14 – 20 = kecemasan ringan.
d. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.
e. Skor 28 – 41 = kecemasan berat.
f. skor 42 – 56 = kecemasan sangat berat.
2.2 Mahasiswa
2.2.1 Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan
terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari
akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI),
Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan
tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan
kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan
sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling
melengkapi. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai
25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada 1819 masa remaja akhir sampai masa dewasa awal
dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang peserta didik
berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik
dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam penelitian ini,
subyek yang digunakan ialah dua mahasiswa yang berusia 23 tahun dan masih tercatat sebagai
mahasiswa aktif.
2.2.2 Ciri-ciri mahasiswa
Sikap seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik dapat terlihat pada proses
penyelesaian suatu pekerjaan. Hal ini dijelaskan bahwa prokrastinasi akademik sebagai suatu
perilaku penundaan dapat termanifestasi dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati
a. Adanya penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan pada tugas yang dihadapi.
Seorang prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan dan
berguna bagi dirinya, akan tetapi ditunda untuk memulai mengerjakannya atau
menyelesaikannya.
b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas. Prokrastinator memerlukan waktu yang lebih lama
dari waktu yang dibutuhkan orang lain pada umumnya dalam menyelesaikan tugas. Adanya
pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga merasa lebih
aman untuk tidak melakukannya dengan segera karena akan memberi hasil yang maksimal.
Tendensi perfeksionis yang ada pada sebagian orang yang sering melakkan prokrastinasi.
Dalam persepsi mereka, lingkungan menuntutnya harus menghasilkan karya terbaik dan
mencapai hasil yang sempurna dari tugas yang diberikan kepadanya, sehingga mereka
Ciri utama yang ada dalam prokrastinasi akademik adalah kelambanan, yaitu lambannya
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinator mempunyai
kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan
sebelumnya. Seorang prokrastinator mungkin merencanakan untuk mulai mengerjakan
tugas pada waktu yang telah ditentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba, tidak juga
segera melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan
Melakukan aktivitas lain yang lebih meyenangkan daripada melakukan tugas yang
tugasnya akan tetapi meggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas
mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dimiliki untuk
Mahasiswa tingkat akhir merupakan calon sarjana yang diharapkan telah memiliki arah tujuannya
dalam menjalankan tugas perkembangan berikutnya dalam hidup yaitu dapat bekerja pada bidang
pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Individu yang sudah menempuh
pendidikan tinggi diharapkan telah memperoleh kompetensi dan keahlian untuk menentukan
karirnya. Mahasiswa yang akan menjadi sarjana diharapkan sudah memiliki arah dan tujuan yang
pasti untuk karirnya kedepan yang sesuai dengan minat dan bidang pekerjaanya. Mahasiswa
merupakan individu yang sedang menjalani dalam perkembangan dewasa awal, yang dimana
mereka secara garis besar merupakan individu yang ada dalam usia 18-25 tahun. Salah satu tugas
perkembangan pada masa dewasa awal adalah mempersiapkan karirnya. Mahasiswa diharapkan
mampu menentukan karir untuk ditekuni dikemudian hari dan mulai mempersiapkan diri, baik
dalam hal pendidikan ataupun keterampilan yang relevan dengan karir yang dipilih (Malik,
2015:43).
2.3 temuan yang relevan
1 Penelitian oleh Febri Wibowo Adek Syaputro yang berjudul Tingkat Kecemasan
mengalami kecemasan, dengan persentase sedang 54,4%, berat 32,8% dan panik
5,6%.
cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, uji statistik chi-squre
diperoleh p value 0,04 < 0,05 ada hubungan yang bermakna antara motivasi
hasil uji statistik chi-squre diperoleh p value 0,010 < 0,05 hal ini menunjukkan
2018.
3 Penelitian oleh Iqbal Gadafi yang berjudul Hubungan Motivasi Mahasiswa Tingkat Akhir
dengan Kecemasan Menghadapi Tugas Akhir di Fakultas Ilmu Perawatan (FIK) UNISSULA
tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan studi cross
sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ada hubungan signifikan antara motivasi
(pvalue<0,05).
4 Penelitian oleh Ageng Pramudhita yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga dengan
correlative (non eksprimen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa taraf kesalahan 5%
(0,05) didapatkan nilai t = 0,391 dan p = 0,009 (<0,05) sehingga ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir menghadapi skripsi
Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan pada bab sebelumnya maka diidentifikasi variabel
yang terlihat dalam model kerangka teori system terdiri dari 3 variabel dalam mengevaluasi kegiatan .
maka peneliti evaluasi perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
dalam Menyelesaikan Tugas Akhir di Program Studi Psikologi Universitas Nusa cendana Kupang.
Variabel yang di teliti yaitu input yang terdiri dari tingkat kecemasan, tugas, dan skripsi. Proses yang
terdiri dari tugas, konsultasi judul, dan konsultasi skripsi . Output yang terdiri dari pengulangan mata
kuliah, serta faktor lingkungan sekitar kehidupan mahasiswa. Teori Kecemasan yang di kemukakan
oleh Azrul Azwar (2010) menyatakan bahwa model implementasi di atas merupakan model dalam
Laki-Laki Perempuan
Ujian skripsi
2.4.2 hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang telah dijelaskan, maka penulis merumuskan
hipotesis :
H0 : Terdapat perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan dalam
Menyelesaikan Tugas Akhir di Program Studi Psikologi Universitas Nusa cendana Kupang
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel
konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan
makna hidup. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan yang tidak
pasti dan tidak berdaya, keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah perasaan
takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat di identifikasi
Dengan kata lain Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kecemasan dapat
menimbulkan penderitaan atau dapat pula menyertai kegembiraan. Kecemasan juga pengalaman
subjektif yang dapat dievaluasi secara objektif (Crowin, 2000). Menurut Sarafino (dalam Smet,
1994) Kecemasan merupakan suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan
lingkungan yang menimbulka persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi
dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dansosial dari seseorang.
Sigmund Freud (1936: 69) berpendapat bahwa kecemasan adalah keadaan efektif, tidak
menyenangkan, disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang tersebut terhadap bahaya
yang akan datang. Hall (1985: 41) juga menyatakan bahwa kecemasan adalah variabel kunci dalam
hampir semua teori kepribadian. Kecemasan juga respon terhadap situasi tertentu yang mengancam
dan merupakan hal normal yang terjadi yang disertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru,
serta dalam menemukan identitas diri dan hidup.
22
Mahasiswa tingkat akhir merupakan calon sarjana yang diharapkan telah memiliki arah tujuannya
dalam menjalankan tugas perkembangan berikutnya dalam hidup yaitu dapat bekerja pada bidang
pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Individu yang sudah menempuh
pendidikan tinggi diharapkan telah memperoleh kompetensi dan keahlian untuk menentukan
karirnya. Mahasiswa yang akan menjadi sarjana diharapkan sudah memiliki arah dan tujuan yang
pasti untuk karirnya kedepan yang sesuai dengan minat dan bidang pekerjaanya. Mahasiswa
merupakan individu yang sedang menjalani dalam perkembangan dewasa awal, yang dimana
mereka secara garis besar merupakan individu yang ada dalam usia 18-25 tahun. Salah satu tugas
awal perkembangan pada masa dewasa adalah mempersiapkan karirnya.
3.2 Partisipan
Sugiono (2017) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat akhir pada program studi
Psikologi angkatan tahun 2019 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang.
No Jenis Jumlah
kelamin
1 Laki-laki 70 orang
2 Perempuan 70 orang
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2017).
Dalam pengambilan sampel mengunakan kriteria- sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel (Notoadjomo). Kriteria Inklusif yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Dalam penelitian ini, proses pengambilan sampel mengunakan rumus perhitungan Isaac dan
Michael (dalam Sugiyono, 2017) dengan kesalahan sebesar 10% serta nilai d = 0,05 dengan
𝟐
∙ 𝑵∙
𝑷∙ 𝐐
S= 𝟐
𝒅𝟐(𝐍−𝟏)+ l ∙ 𝐏 ∙ 𝐐
Keterangan rumus :
S = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
λ2 = Chi Kuadrat nilainya tergantung derajat kebebasan(dk) dan tingkat kesalahan, dengan dk
= 1, taraf kesalahan 1% maka chi kuadrat = 6,634, taraf kesalahan 5% maka chi kuadrat =
3,841, dan taraf kesalahan 10% maka chi kuadrat = 2,706
d = derajat akurasi yang diekspresikan sebagai proporsi (0,05)
P (peluang benar) = Q (peluang salah) = Proporsi populasi = 0,5
Untuk menggunakan rumus Isaac dan Michael ini, langkah pertama ialah menentukan batas toleransi
kesalahan (error tolerance). Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dalam presentase. Semakin kecil
toleransi kesalahan, maka semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Misalnya dilakukan
penelitian dengan batas toleransi kesalahan 10% (0,1), berarti memiliki tingkat akurasi sebesar 90%.
24
Pada perhitungan rumus di atas, maka dapat ditentukan jumlah sampel dalam pengumpulan data primer
yaitu dilakukan terhadap mahasiswa psikologi undana angktan 2019 yang sedang mengerjakan tugas
akhir
penelitian berupa angka dan dihitung dengan analisisstastik. Jenis penelitian yang digunakan dalam
pendekatan kuantitatif adalah penelitian korelasi yang dilakukan untuk melihat hubungan antara
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari suatu institusi atau
instansi, majalah ilmiah atau hasil penelitian orang lain (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini data
sekunder diperoleh melalui studi pustaka, internet, dokumentasi, maupun wawancara langsung
mahasiswa yang mengerjakan tugas akhir.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan skala yang disebar lewat goggle
form. Model skala yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala likert. Skala dalam penelitian
ini terdiri dari dua alat ukur, yaitu skala body shaming dan penerimaan terhadap bentuk tubuh
dengan mengunakan model skala likert dengan 4 alternatif pilihan jawaban yaitu Sangat setuju
25
(SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), Sangat tidak setuju (STS).
Dalam skala likert terdapat 2 jeis aitem yakni aitem favorable dan unfavorable. Aitem yang
tergolong favorable diberi nilai pada setiap jawabannya yakni jawaban STS (1), TS (2), S (3) dan
SS (4). Kemudian sebaliknya pada aitem unfavorable nilai yang diberikan pada setiap pilihan
(3) , S (2) dan SS ( 1). Setelah pengisisan skala dilakukan, maka akan dijumlahkan total setiap skor
pada setiap item yang ada dan menghasilkan skor total item.
Kedua skala yang digunakan dalam penelitian ini, akan dilakukan pengujian validitas dan
rehabilitas dengan tujuan untuk mendapatkan aitem yang valid dalam mengukur variabel dan alat
1 skala kecemasan(HARS)
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang
disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang
didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS
terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi
diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan
sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS
telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada
penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan
menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.
Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Nursalam (2003) penilaian kecemasan terdiri
dan 14 item, meliputi:
8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
10. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas
pendek.
11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung
sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea
13. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus
otot meningkat dan napas pendek dan cepat
1 Perasaan cemas 4
2 Perasaan tegang 5
3 Perasaan takut 3
4 Gangguan tidur 4
5 Gangguan 3
kecerdasan
6 Gangguan depresi 1
7 Gangguan somatic 2
(otot-otot)
8 Gangguan somatic 1
(sensori)
9 Gejala 2
kardiovaskuler
10 Gejala pernafasan 2
11 Gejala 2
gastrointestinal
12 Gejala urogenitalia 1
13 Gejala otonom 2
14 Gejala perilaku 8
27
28
Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat tepatnya pada Program studi
merupakan penelitian korelasi, karena di dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
hubunganantara perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan dalam
Menyelesaikan Tugas Akhir di Program Studi Psikologi Universitas Nusa cendana Kupang. Menurut
Sukardi (2009:166) penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkantindakan pengumpulan
data guna menentukan, apakah ada hubungandan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan Likert scale atau skala likert merupakan skala
penelitian yang dipakai untuk mengukur sikap dan pendapat. Skala ini digunakan untuk melengkapi
pertanyaan. Biasanya pertanyaan yang dipakai untuk penelitian disebut variabel penelitian dan
ditetapkan secara spesifik.Nama skala likert diambil dari nama penciptanya, yakni Rensis Likert yang
merupakan seorang ahli psikologi sosial dari Amerika Serikat. Tingkat persetujuan yang dimaksud
adalah skala likert 1-5 pilihan, dengan gradasi dari Sangat Setuju (SS) hingga Sangat Tidak Setuju
2. Setuju (S).
29
3. Ragu-ragu (RG).
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
rumus Isaac dan Michael (Sugiyono, 2013). Sampel diambil berdasarkan jumlah populasi mahasiswa
tingkat akhir yang berada di Universitas Nusa Cendana tepatnya di Program Studi Psikologi 195 orang.
Untuk menentukan sebuah ukuran sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, seperti berikut ini:
1% 5% 1
N
0
1 1 1 1
0 0 0 0
1 1 1 1
5 5 4 4
2 1 1 1
0 9 9 9
2 2 2 2
5 4 3 3
3 2 2 2
30
0 9 8 7
… … … …
5 6 3 2
0 6 4 7
0 3 8 0
5 6 3 2
5 6 4 7
0 3 8 0
6 6 3 2
0 6 4 7
0 3 8 0
… … … …
1000000 6 3 2
6 4 7
3 8 1
∞ 6 3 2
6 4 7
31
3 9 2
Sementara itu untuk lebih terperincinya dalam pengambilan sampel yang dilakukan pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus perhitungan Isaac dan Michael (Sugiyono, 2013)
sebagai berikut :
λ2 : Chi kuadrad yang harganya tergantung derajad kebebasan dan tingkat kesalahan.
Untuk derajad kebebasan 1 dan kesalahan 10% harga Chi Kuadrad = 2,706 (Tabel
Chi
Kuadrad)
N : jumlah populasi
P : Peluang benar (0,5) Q : Peluang salah (0,5) d : Perbedaan antara rata-rata sampel
Untuk menggunakan rumus Isaac dan Michael ini, langkah pertama ialah menentukan batas
toleransi kesalahan (error tolerance). Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dalam presentase. Semakin
kecil toleransi kesalahan, maka semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Misalnya dilakukan
penelitian dengan batas toleransi kesalahan 10% (0,1), berarti memiliki tingkat akurasi sebesar 90%.
3.5 Skala
32
1. Skala Ordinal
Skala pengukuran dalam penelitian yang kedua adalah skala ordinal. Skala ordinal adalah skala
pengukuran yang menunjukkan jarak interval antar-tingkatan tidak harus sama. Skala ordinal setingkat
lebih tinggi dibandingkan dengan skala nominal. Skala ordinal ini pengkategorisasiannya disusun
Dari segi pengkategorisasiannya, skala ordinal ini saling memisah. Artinya, karakteristik dalam
segi kategorisasinya dibuat secara khusus berdasarkan kategori data dari karakteristik masing-masing.
– kategori data ditentukan oleh skala yang didasarkan pada jumlah karakteristik yang dimiliki
2. Skala Interval
Skala interval merupakan skala pengukuran yang sering digunakan untuk menyatakan sebuah
peringkat antara berbagai tingkatan. Pada skala interval, tidak memiliki nilai nol. Sehingga nilai nol yang
dimaksud hanya menggambarkan satu titik di dalam skala saja. Dari tingkatannya, skala interval berada di
Namun, skala interval tetap memiliki nilai dan bobot yang sama dari satu data dengan data yang
lain. Sama dengan skala ordinal, skala interval ini bersifat saling memisah dan untuk kategorisasi datanya
diatur dan disusun secara logis, sehingga datanya memiliki karakteristik khusus dalam penentuan
skalanya.
– angka “0” hanya menggambarkan titik pada skala, tetapi sebenarnya tidak memiliki nilai nol yang
absolut.
Pengolahan data primer dalam penelitian ini melalui suatu proses dengan tahapan:
1. Editing
Editingdilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan jawaban pada setiap lembar kuesioner yang
2. Coding
3. Tabulating
Tabulating merupakan proses memasukan jawaban kuesioner dari subjek penelitian ke master tabel.
4. Entry data
Entry data merupakan proses memasukan data hasil coding kedalam komputer untuk dianalisis
5. Cleaning data
Cleaning data merupakan proses pengecekan kembali data yang telah dimasukan dalam program
Laki-Laki Perempuan
Ujian OSCE
(Stressor)
Genetik Keadaan
Interpersonal
Neurokimia
(↓ reseptor GABA)
Tingkat Kecemasan
= Dilakukan penelitian
= Tidak dilakukan penelitian
36
HARS terdiri dari 14 item. Penilaian setiap itemnya diberi skor antara
0 sampai dengan 4 berdasarkan berat ringannya gejala. Setiap skor memiliki
kategori yang berbeda, yaitu :18
0 = Tidak ada gejala atau keluhan
1 = Gejala ringan
2 = Gejala sedang
3 = Gejala berat
4 = Gejala berat sekali
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:18
a. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.
b. Skor 14 – 20 = kecemasan ringan.
c. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.
d. Skor 28 – 41 = kecemasan berat.
e. skor 42 – 56 = kecemasan sangat berat.
39