Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PENELITIAN

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN

PEREMPUAN DALAM MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR DI PROGRAM

STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

OLEH

MARNY T NITTE

1807020050

PRORGAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

KUPANG

2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan mental emosional, seperti stress, kecemasan dan depresi, dapat

dialami semua orang. Jika ditangani dengan cara yang benar, maka penderita

umumnya dapat sembuh dan kembali seperti sedia kala dan juga sebaliknya, jika tidak

ditangani dengan benar dan segera, maka penderita gangguan mental emosional akan

semakin parah dan dapat berkembang menjadi gangguan jiwa berat (Riskesdas,

2013). Pada tahap yang lebih berat, penderita gangguan mental emosional akan

mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga dapat terserang penyakit dengan

lebih mudah; seperti tekanan darah tinggi, alergi, diare, gangguan tiroid, stroke,

serangan jantung hingga kematian (Kompasiana, 2011).

Hal ini terjadi juga di Indonesia, dilihat dari survey yang dilakukan oleh

perusahaan Zipjet pada tahun 2017. Indonesia merupakan negara berkembang,

dimana setiap tahunnya angka kecemasan semakin meningkat, prevalensi kecemasan

diperkirakan 20% dari populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa cemas.

Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di

Indonesia,berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan

sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Dengan jumlah populasi orang dewasa

Indonesia lebih kurang 150.000.000 diketahui bahwa 1.740.000 orang saat ini

mengalami gangguan mental emosional. Kecemasan yang menjadi suatu penyakit atau

gangguan (anxiety disorder) terdapat pada 18% (40 Kecemasan merupakan perasaan

keprihatinan, ketakpastian dan ketakutan tanpa stimulus yang jelas, dikaitkan dengan

perubahan fisiologis (takikardia, berkeringat, tremor, dan lain-lain).


Berdasarkan RISKESDAS (2007) pada hampiran teoritis Ranimpi (2009)

mengatakan di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) prevalensi gangguan jiwa di

perkotaan sebanyak 8,7% sedangkan di pedesaan sebanyak 16,0%. Hal tersebut

memberikan penguatan bahwa tekanan hidup yang dialami penduduk pedesaan lebih

berat dibanding penduduk perkotaan,khususnya meski tidak selalu tekanan terkait

adalah kesulitan ekonomi (Riskesdas, 2013). Gangguan jiwa dapat mengenaisetiap

orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun statussosial-ekonomi, gangguan

jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi (Prabowo, 2014).

Secara spesifik Riskesdas (2013) menyebutkan prevalensi gangguan jiwa

di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 14.5% atau diperkirakan mencapai sekitar

4000-5000 orang. Sumba Tengah memiliki jumlah penduduk terendah di NTT yaitu

sebanyak 66.314 jiwa dan memiliki 5 kecamatan, satu di antaranya adalah kecamatan

katikutana selatan (BPS, 2014). Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa di

Sumba Tengah sebanyak 2.7% (RISKESDAS, 2013).

Sebagian besar orang mendeskripsikan kecemasan dengan berbagai istilah, seperti

gelisah, ketakutan luar biasa, dan menghadapi suatu kesulitan. Kecemasan merupakan

kondisi normal yang dapat terjadi pada setiap orang. Apabila seseorang mengalami suatu

kecemasan, maka kecemasan tersebut akan terjadi dalam waktu singkat dan dalam

tingkatan yang ringan. Kecemasan dapat dikategorikan dari tingkat yang sangat rendah

sampai dengan tingkat tertinggi. Pada tingkat yang sedang (modarate), kecemasan dapat

bermanfaat karena meningkatkan kewaspadaan untuk suatu sinyal bahaya. Kecemasan

sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan

dengan berbagai macam cara penyesuaian. Faktor yang mempengaruhi terjadinya

kecemasan antara lain lingkungan sosial, personal (individu), akademik. Contoh yang dapat
menimbulkan kecemasan pada seseorang, seperti pada saat berbicara didepan umum

untuk pertama kalinya atau sedang menjalani ujian.

Hingga saat ini masih banyak ada kepercayaan atau mitosmengenai gangguan

jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat,

ada yang menuduhbahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman

atasdosanya. Kepercayaan ini menyebabkan penderita dan keluarganya yang

mengalami gangguan jiwa tidak mendapatpengobatan secara cepat dan tepat

(Notosoedirjo, 2005). Masih ada masyarakat yang menganggap bahwa gangguan jiwa

tidak dapat disembuhkan, sehingga penderita diperlakukan tanpa perikemanusiaan.

Berdasarkan dengan fakta di atas, pengaruh peneraapan kecemasan ini

terhadap laki-laki dan perempuan justru terlihat dari pihak perempuan yang lebih

mengalami kecemasan sehingga hal ini dapat terlihat dari statistik dibawah ini yakni:

Penelitian di atas menemukan bahwa wanita memiliki kecemasan statistik

lebih banyak daripada pria, penelitian lain tidak menemukan perbedaan gender dalam

kecemasan statistik (Onwuegbuzie, 2004). Dalam sebuah penelitian terhadap

77 mahasiswa sarjana (19% laki-laki, 81% perempuan) di Indonesia tidak

menemukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dengan kecemasan statistik.

Evans (2007) dalam sebuah penelitian terhadap 115 mahasiswa sarjana (35 pria, 80

perempuan) dari kelas statistik yang dipilih secara acak,menemukan bahwa

mahasiswa tidak menunjukkan perubahan signifikan dalam sikap dan konsepsi

terhadap statistik selama semester. Namun,korelasi yang signifikan ditemukan antara

nilai mata kuliah dan sikap siswa awal dan akhir 104 peserta (23 laki-laki,

76 perempuan) menemukan bahwa sementara sebagian besar peserta dalam penelitian

mereka memiliki kecemasan statistik sedang, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan

perempuan untuk semua enam subskala STARS. Hasil yang serupa diperoleh Oleh

Mji (2009) yang tidak menemukan perbedaan gender dalam sikap.


Hal ini juga terjadi di dunia pendidikan misalnya di perguran tinggi.

Mahasiswa memiliki kewajiban yang mutlak, yaitu belajar. Memasuki perguruan

tinggi, kegiatan belajar mahasiswa harus didukung dengan kesadaran yang penuh.

Seorang mahasiswa dituntut harus mampu mengembangkan daya pikirnya dan

meningkatkan rasa penasaran terhadap disiplin ilmu yang ditekuninya. Oleh karena

itu, mahasiswa rentan terhadap kecemasan.

Mahasiswa juga harus menyelesaikan berbagai macam ujian .Ujian didalam buku
panduan universitas dibagi menjadi ujian tertulis dan ujian keterampilan. faktor-faktor
tersebut memiliki pengaruh yang tinggi untuk terjadinya kecemasan pada mahasiswa
yang akan melaksanakan ujian.
Kecemasan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, karena kecemasan
cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi. Distorsi tersebut
dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian,
menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan menghubungkan satu hal dengan
yang lain. Contohnya Berdasarkan data statistik di atas, maka di Prodi Psikologi Undana
adalah tempat atau pusat menuntut Ilmu Psikologi dan literatur akademik yang berkaitan
tentang ilmu-ilmu psikologi.

Psikologi adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang
mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui
prosedur ilmiah (Slamet, 2003).

Mahasiswa psikologi undana adalah mahasiswa yang menuntut ilmu di Prodi Psikologi
Undana dan untuk menjadi lulusan Prodi Psikologi Undana mahasiswa psikologi harus
menyelesaikan Tugas Akhir atau Skripsi yang dapat menjadi sumbangsih literatur
psikologi
Untuk Menyelesaikan Pendidikan di Perguruan tinggi syarat yang harus

ditempuh mahasiswa yaitu menyelesaikan Tugas Akhir atau yang dikenal dengan

Skripsi. Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan

pendidikan akademis di Perguruan Tinggi (Poerwadarminta, 1983, h. 957). Semua

mahasiswa wajib mengambil mata kuliah tersebut, karena skripsi digunakan sebagai

salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar akademisnya sebagai
sarjana. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri

dengan proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi. Proses belajar yang ada

dalam penyusunan skripsi berlangsung secara individual, sehingga tuntutan akan

belajar mandiri sangat besar. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat

membuat suatu karya tulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan diharapkan

dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Peran dosen dalam pembimbingan

skripsi hanya bersifat membantu mahasiswa mengatasi kesulitan yang ditemui oleh

mahasiswa dalam menyusun skripsi (Redl & Watten, 1959, h. 299).Adanya

ketergantungan yang besar pada dosen pembimbing dapat menyebabkan masalah bagi

mahasiswa dalam penyusunan skripsi dan dapat menyebabkan kegagalan penyusunan

skripsi.

Dari survey awal mengenai fenomena tentang tingkat kecemasan yang

dilakukan oleh peneliti dengan menyebarkan kuisioner online melalui google form

pada tanggal 15 maret 2022 kepada beberapa mahasiswa program studi psikologi

undana kupang. Dalam survey ini terdapat 4:8 responden yang mengalami tingkat

kecemasan. Subjek pertama dengan inisial RL mengatakan bahwa ia mengalami

tingkat kecemasan ketika “tekanan dari pihak keluarga untuk segera lulus kuliah” dari

hal tersebut ia merasa memiliki beban untuk segera lulus kuliah. Subjek kedua inisail

VN mengatakan tingkat kecemasan yang dia alami sering datang dari “Judul skripsi

yang diambil dirasa terlalu sulit” sehingga ia merasa takut bahwa judul skripsinya

harus diganti. Subjek ketiga inisal JA mengalami tingkat kecemasan akibat “Dosen

Pembimbing susah untuk dihubungi”, dari hal tersebut ia merasa putus asa apalagi

banyak teman mahasiswa lainnya yang sudah seminar proposal. Subjek Keempat

inisial WT mengatakan bahwa “Sering mengalami revisi dalam Skripsi” membuat ia

menjadi cemas dan kesulitan dalam mencari referensi maupun jurnal yang mendukung

skripsi yang sedang dikerjakan.


Berdasarkan survey awal diatas maka calon peneliti akan menulis mengenai
“Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Laki-Laki dan Perempuan Dalam
Menyelesaikan Tugas Akhir di Program Studi Psikologi Universitas Nusa Cendana .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengajukan beberapa rumusan

masalah sebagai berikut : Apakah Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa

Laki-laki dan Perempuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir di Prodi Psikologi

Universitas Nusa Cendana Kupang?

1.3 Keaslian Penelitian

Terdapat beberapa penelitian yang mempunyai tema kajian yang sama dengan

penulis meskipun berbeda dalam beberapa hal seperti perbedaan pada salah satu

variabel, kriteria subjek serta metode analisis yang digunakan. pnelitian yang terkait

tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Rania Dwi Tirta yang berjudul

Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa Keperawatan dan Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat dalam Menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi) di STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiuntahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode

komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ada perbedaan kecemasan

mahasiswa keperawatan dan mahasiswa kesehatan masyarakat. Menggunakan

independent sampel t test.

Penelitian oleh Muhammad Try Hartoni yang berjudulKecemasan Bimbingan

Skripsi dan Promblem Solving Pada Mahasiswa Yang Sedang Menempuh

Skripsitahun 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif

dengan metode kolerasi product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa,

ada hubungan negative yang signifikan antara kecemasan bimbingan skripsi dan

problem solving pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi, dengan koefisien

korelasi sebesar -0.163 dan tingkat signifikan 0,001(p˂0,05). Sedangkan koefisien


determinasi sebanyak 0,003, yang menunjukkan bahwa variabel bebas menberikan

pengaruh terhadap variabel terikat sebesar 3,3%.

Berdasarkan penelitian diatas terdapat persamaan dan perbedaan,

persamaanya sama sama meneliti variabel yang sama yaitu tingkat kecemasan, sama

sama mengambil subjek yang sedang mengerjakan tugas akhir sedangkan

perbedaannya terletak pada metode yang digunakan serta latar tempat yaitu di Kota

Kupang.

1.4 Tujuan Masalah

Berdasarkanrumusanmasalahdiatas, makatujuankhususyang

akandicapaidalampenelitianiniyaitu :menganalisakarakteristikresponden

- Mengidentifikasi mahasiswa Psikologi Undana Menghadapi Ujian

- Menganalisis adanya tingkat perbedaan antara laki-laki dan perempuan

1.5.ManfaatPenelitian

1.5.1 Manfaat teoritis:

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui mengenai tingkat kecemasan

pada mahasiswa Laki-laki dan perempuan di Program StudiPsikologi DI

Universitas Nusa Cendana

1.5.2 Manfaat praktis:

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

a. InstitusiPendidikan
Bermanfaat untuk mengetahui jumlah serta perbedaan tingkat
mengenai tingkat kecemasan pada mahasiswa Laki-laki dan
perempuan di Program Studi Psikologi
b. Peneliti :

Bermanfaat untuk mengetahui jumlah mahasiswa yang sedang

mengerjakn tugas akhir dan juga menjadi refleksi bagi mahasiswa

program studi psikologi.


c. Penelitian lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan

peneliti lain terkait tingkat kecemasan mahasiswa saat mengerjakan

skripsi.

.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Landasan teori


2.1.2 Pengertian kecemasan

Beberapa pengertian kecemasan pertama, kecemasan adalah sebagai “kesulitan” atau

“kesusahan” dan merupakan konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan,

pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup. Kecemasan adalah

kekhawatiran yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak

berdaya, keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah perasaan

takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat di

identifikasi sebagai stimulus kecemasan.

Dengan kata lain Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kecemasan

dapat menimbulkan penderitaan atau dapat pula menyertai kegembiraan. Kecemasan

juga pengalaman subjektif yang dapat dievaluasi secara objektif (Crowin, 2000).

Menurut Sarafino (dalam Smet, 1994) Kecemasan merupakan suatu kondisi

disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulka

persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-

sumber daya sistem biologis, psikologis dansosial dari seseorang. Selanjutnya Hawari

(1997) mendefinisikan cemas sebagai tanggapan ataureaksi tubuh terhadap berbagai

tuntutan atau beban yang bersifat nonspesifik. Cemas dapat jugamerupakan faktor

pencetus penyebab gangguan atau suatu penyakit.Selanjutnya menurut Taylor (dalam

Raudatussalamah & Fitri, 2012) cemas merupakankondisi emosi negatif berupa

ketegangan yang mempengaruhi munculnya reaksi fisiologis,psikologis dan perilaku

(cemass reduction) yang dilakukan manusia untuk menyesuaikan diri danlingkungan

yang dapat berupa peristiwa atau kejadian yang menekan, mengancam dan
membahayakan (Cemasor). Sedangkan Cornelli (dalam Sunaryo, 2004) menyatakan

cemas merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan

dan tuntutankehidupan yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan

individu di dalam lingkungan tersebut.Berdasarkan dari beberapa pengertian cemas

diatas dapat disimpulkan bahwa cemas adalahsuatu tanggapan atau reaksi tubuh yang

disebabkan adanya transaksi individu dengan lingkunganyang dapat menimbulkan

emosi negatif berupa ketegangan yang mempengaruhi munculnyareaksi biologis,

psikologis dan perilaku individu.Menurut pendapat para ahli diatas, kecemasan dapat

disimpulkan sebagai perasaan khawatir yang bersifat subjektif karena tidak terdapat

objek yang dapat diindentifikasi sebagai stimulus kecemasan dan hal ini merupakan

konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan

identitas dan makna hidup. Karakteristik utama pada kecemasan adalah khawatir atau

cemas, yang terjadi secara berlebihan dihubungkan dengan situasi yang tidak jelas

objeknya. Cemas yang berlebihan tidak akan terjadi jika seseorang memiliki

kemampuan berupa suatu tindakan untuk memecahkan masalah. Kecemasan normal

dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup setiap orang. Kecemasan dapat digunakan

sebagai alarm pada saat merasakan bahaya. Respon yang akan terjadi pada situasi

membahayakan disebut juga sebagai respon “fight or flight”, ini merupakan respon

cepat yang akan terjadi, baik dengan cara fight (melawan bahaya) atau flight

(melarikan diri dari bahaya). Pada saat merasakan bahaya atau memikirkan sesuatu

yang berbahaya, maka otak akan mengirimkan impuls ke sistem saraf, yang direspon

dengan dikeluarkannya adrenalin. Peningkatan adrenalin dapat menyebabkan tubuh

menjadi energetik, merasa lebih waspada (alert), memberikan dorongan untuk lebih

kuat, dan siap untuk melawan (fight) atau melarikan diri (flight) dalam upaya

menyelamatkan diri.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut (Floyd, Kory. 2009: 43) ada empat faktor yangdapat

mempengaruhi kecemasan, yaitu :

a. Faktor Sosial Lingkungan

Faktor ini meliputi peristiwa yang mengancam atau traumatis,mengamati

respon takut pada orang lain dan kurangnya dukungan sosial.

b. Faktor Biologis

Faktor ini meliputi iregularitas dalam fungsi neurotransmitter

danabnormalnya jalur otak dalam memberi sinyal bahaya atau yangmenghambat

tingkah laku repetitif.

c. Faktor Behavioral

Faktor ini meliputi fungsi stimuli aversif dan stimuli yang

sebelumnyanetral, kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif

ataumenghindari stimuli fobik dan kurangnya kesempatan untuk

pemunahankarena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.

d. Faktor Kognitif dan Emosional

Faktor ini meliputi permasalahan psikologis yang tidak

terselesaikan,faktor-faktor kognitif seperti perasaan berlebih akan

ketakutan,kepercayaan yang bersifat self-defeating dan irasional pada diri

individu itusendiri, terlalu sensitif terhadap ancaman dan kecemasan,

kesalahanatribusi sinyal-sinyal tubuh dan efikasi diri yang rendah.Berdasarkan

beberapa pendapat diatas tentang faktor-faktor yang dapatmempengaruhi

kecemasan, dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan

faktor biologis dan psikologis dalam mempengaruhi kecemasan seorangindividu


2.1.4 Dimensi

Menurut Sarason (dalam cassady dan Johnson, 2012) terdapat dua

dimensi kecemasan yaitu emosionalitas dan kekhawatiran. Emosionalitas

diketahui dengan respon fisiologis yang meliputi peningkatan galvanicrepon

kulit & denyut jantung, pusing, mual, perasaan panik. Sedangkan kekhawatiran

meliputi membandingkan kinerja diri dengan teman-teman mempertimbangkan

konsekuensi dari kegagalan,khawatir berlebihan atas evaluasi, percaya diri

rendah, merasa tidak siap untuk tes, kehilangan harga diri dan kesedihan

kepada orang tua.

2.1.5 Pengaruh Dinamika Keluarga Mempengaruhi Kecemasan

Peran keluarga adalah tingkah laku yang spesifik yang diharapkan oleh

seseorang dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

situasi tertentu (Setiadi, 2008). Keluarga merupakan salah satu unit dasar yang

bertanggung jawab dalam melestarikan integritas individu anggota keluarga yang

akan membentuk struktur keluarga yang meliputi dukungan emosional, sosial, dan

ekonomi pada anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam

menjaga dimensi komunikasi, kontrol emosi dan perilaku, dan juga membantu

dalam pemecahan masalah dan mengatasi perilaku anggotanya masing-masing

(Neena at all, 2010). Kehidupan anak juga ditentukan oleh keberadaan bentuk

dukungan keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangat baik

maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan

keluarga kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang

dapat mengganggu psikologis anak (Hidayat, 2006).


2.1.6 Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart, G. W. (2013: 22-23) kecemasan adalah keadaan emosi tanpa

objek tertentu. Kecemasan dipicu oleh hal yang tidak diketahui dan menyertai semua

pengalaman baru, seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan

anak. Karakteristik kecemasan ini yang membedakan dari rasa takut. Kecemasan

adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal normal

yang terjadi yang disertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru, serta dalam

menemukan identitas diri dan hidup. Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif

mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan

yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya

akan menimbulkan perubahan fisiologis dan psikologis. Kecemasan dalam

pandangan kesehatan juga merupakan suatu keadaan yang menggoncang karena

adanya ancaman terhadap kesehatan.Menurut Stuart ada 4 tingkat kecemasan yaitu:

1) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari – hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada. Kecemasan ringan

dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2) Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

masalah yang penting dan mengesampingkan yang lainsehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang

terarah.
3) Kecemasan berat

Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada

sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.

Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada

suatu area yang lain.

4) Panik (kecemasan sangat berat)

Berhubungan dengan ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan

kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan pengarahan. Kecemasan yang dialami akan memberikan berbagai respon

yang dapat dimanifestasikan pada respon fisiologis, respon kognitif dan respon

perilaku.

2.1.7 Etiologi Kecemasan

1. Stress

Stres adalah keletihan dan kecemasan pada tubuh yang disebabkan oleh hidup.
Kecemasan terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah, dan
tujuan hidup. Beberapa contoh peristiwa yang menimbulkan stress, yaitu berbicara didepan
umum, pekerjaan baru, sekolah baru, belajar. Stres dapat menstimulasi fisiologis tubuh dari
hipotalamus ke kelenjar (misalnya, kelenjar adrenal untuk mengirim adrenalin dan
norepinefrin sebagai pembangkit emosi.

2. Teori Genetik.
Ansietas (kecemasan) dapat memiliki komponen yang diwariskan. Insinden gangguan panik
mencapai 25%, dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria. Horwath dan
Weissman (2000) menjelaskan suatu kemungkinan “sindrom kromosom 13”. Kromosom ini
dikatakan terlibat dalam hubungan genetic yang mungkin pada gangguan kecemasan
3. Teori Neurokimia
Terdapat 4 kelas besar neurotransmiter & neuromodulator di otak :
a. Monoamin → serotonin, 3 katekolamin (epinefrin, norepinefrin, dopamin)
b. Asam amino → Gamma-Amino Butyric Acid (GABA)

c. Neurotransmiter peptide

d. Neurotrophic Factor → Nerve Growth Factor (NGF)

Neurotransmiter Eksitatorik di sistem saraf pusat contohnya adalah glutamate. Sedangkan


neurotransmitter inhibitorik di sistem saraf pusat yaitu GABA dan contoh neurotransmitter
inhibitorik dimedula spinalis adalah glisin. Neurotranmiter yang erat kaitannya dengan kejadian
kecemasan adalah neurotransmitter GABA. Aktivasi reseptor GABA menyebabkan infuls ion Cl-
dan dengan demikian terjadi hiperpolarisasi pada sel pascasinaps, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya di atas.

2.1.8. Gejala Klinis Kecemasan


Dalam kehidupannya, manusia dituntut untuk selalu menyesuaikan dan membiasakan diri

dengan perubahan teknologi maupun dengan perubahan sosial yang terjadi. Bila manusia tidak bisa

menyeimbangkan perubahan tersebut maka timbul tekanan yang mengancam manusia danmengacu

pada kecemasan. kecemasan muncul akibat adanya respon yang berasal dari lingkungan.Hal ini yang

mengakibatkan seseorang yang mengalami perubahan dalam hidupnya, gejala kecemasan dapat

dilihat dari gejala biologis, psikologis, kognitif dan perilaku yang dikemukakan olehDavison, Neale,

& Kring (2006) seperti penjelasan berikut:

1) Gejala Biologis

Gejala biologis merupakan bagian dari respon yang mempengaruhi gangguan

psikofisiologisdalam organ tertentu. Salah satu faktor yang mempengaruhi biologis adalah

adanya faktorgenetik, penyakit yang pernah diderita sebelumnya, diet dapat menganggu sistem

organtertentu, adanya efek pada berbagai macam sistem tubuh seperti sistem syaraf otonom,

levelhormon dan aktivitas otak yang tidak seimbang sehingga mengakibatkan timbulnya cemas.

Hal tersebut juga berpengaruh pada gejala fisik.Menurut hardjana (1994) gejala fisik ini seperti
sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur,insomnia, sakit punggung, gatal-gatal pada kulit,

gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi,berubah selera makan, kelewat berkeringat, lelah,

bertambah banyak melakukan kekeliruandalam kerja atau hidup.

2. Gejala Klinis dibedakan menjadi 2, yaitu :


1) Gejala – Gejala Psikologis
Gejala psikologis adalah sebuah perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari dimana
dipengaruhi oleh aspek dari sisi psikologis.

Gejala psikologis meliputi kondisi emosional yang tidak stabil seperti marah, kecewa dan
karakteristik kepribadian yang membuat seseorang mengalami cemas. Davison, Nelson,
danAgus (dalam Amin & Al-Fandi, 2007), adapula contoh lain gejala psikologis yaitu :
a. Khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan

b. Khawatir dengan pemikiran orang mengenai dirinya

c. Penderita tegang terus menerus dan tak mampu berlaku santai.

d. Pemikirannya penuh dengan kekhawatiran

e. Bicaranya cepat terputus-putus.

2) Gejala – Gejala Somatik

Gejala atau gangguan somatic adalah keluhan fisik di berbagai bagian tubuh yang disebabkan

oleh stres atau beban mental yang berat. Contoh gejala somatic sebagai berikut :

a. Sesak Napas,

b. Dada tertekan,

c. Nyeri epigastrium

d. Cepat lelah

e. Palpitasi

f. Keringat dingin

g. Dan gejala lainnya yang mungkin mengenai motorik, pencernaan, pernapasan, system

kardiovaskuler, genitourinaria, atau susunan syaraf pusat.


2.1.9. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

HARS digunakan untuk mengukur kecemasan pada seseorang. Pada tes ini
terdapat 14 gejala yang diobservasi, yaitu :
1. Perasaan cemas
2. Ketegangan
3. Ketakutan
4. Gagguan tidur Gangguan kecerdasan
5. Gangguan kecerdasan
6. Perasaan depresi (murung)
7. Gejala somatik/fisik (otot)
8. Gejala somatik/fisik (sensorik)
9. Gejala kardiovaskuler
10. Gejala respiratori (pernapasan)
11. Gejala Gastrointestinal (pencernaan)
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)
13. Gejala autonom
14. Tingkah laku (sikap)

HARS terdiri dari 14 item. Penilaian setiap itemnya diberi skor antara 0 sampai
dengan 4 berdasarkan berat ringannya gejala. Setiap skor memiliki kategori yang
berbeda, yaitu :18
0 = Tidak ada gejala atau keluhan
1 = Gejala ringan
2 = Gejala sedang
3 = Gejala berat
4 = Gejala berat sekali

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:18
b. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.
c. Skor 14 – 20 = kecemasan ringan.
d. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.
e. Skor 28 – 41 = kecemasan berat.
f. skor 42 – 56 = kecemasan sangat berat.
2.2 Mahasiswa
2.2.1 Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan

terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari

akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI),

mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi.

Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat

perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan

tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan

kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan

sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling

melengkapi. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai

25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada 1819 masa remaja akhir sampai masa dewasa awal

dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah

pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012: 27).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang peserta didik

berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik

dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam penelitian ini,

subyek yang digunakan ialah dua mahasiswa yang berusia 23 tahun dan masih tercatat sebagai

mahasiswa aktif.
2.2.2 Ciri-ciri mahasiswa

Sikap seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik dapat terlihat pada proses

penyelesaian suatu pekerjaan. Hal ini dijelaskan bahwa prokrastinasi akademik sebagai suatu

perilaku penundaan dapat termanifestasi dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati

dalam prokrastinasi akademik adalah :

a. Adanya penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan pada tugas yang dihadapi.

Seorang prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan dan

berguna bagi dirinya, akan tetapi ditunda untuk memulai mengerjakannya atau

menyelesaikannya.

b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas. Prokrastinator memerlukan waktu yang lebih lama

dari waktu yang dibutuhkan orang lain pada umumnya dalam menyelesaikan tugas. Adanya

aspek irrasional yang dimiliki oleh prokrastinator. Seorang prokrastinator memiliki

pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga merasa lebih

aman untuk tidak melakukannya dengan segera karena akan memberi hasil yang maksimal.

Tendensi perfeksionis yang ada pada sebagian orang yang sering melakkan prokrastinasi.

Dalam persepsi mereka, lingkungan menuntutnya harus menghasilkan karya terbaik dan

mencapai hasil yang sempurna dari tugas yang diberikan kepadanya, sehingga mereka

mempersiapkan diri secara berlebihan dalam mengerjakan tugas tersebut, tanpa

memperhitungkan keterbatasan waktu yang mereka miliki. Kadang-kadang tindakan

tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai.

Ciri utama yang ada dalam prokrastinasi akademik adalah kelambanan, yaitu lambannya

kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinator mempunyai

kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan
sebelumnya. Seorang prokrastinator mungkin merencanakan untuk mulai mengerjakan

tugas pada waktu yang telah ditentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba, tidak juga

segera melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan

keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai.

Melakukan aktivitas lain yang lebih meyenangkan daripada melakukan tugas yang

harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan

tugasnya akan tetapi meggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas

lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan seperti

menonton televisi, membaca Koran atau komik, ngobrol dan jalan-jalan,

mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dimiliki untuk

mengerjakan tugas yang harus diselesaikan

2.2.3 Mahasiswa tingkat akhir

Mahasiswa tingkat akhir merupakan calon sarjana yang diharapkan telah memiliki arah tujuannya

dalam menjalankan tugas perkembangan berikutnya dalam hidup yaitu dapat bekerja pada bidang

pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Individu yang sudah menempuh

pendidikan tinggi diharapkan telah memperoleh kompetensi dan keahlian untuk menentukan

karirnya. Mahasiswa yang akan menjadi sarjana diharapkan sudah memiliki arah dan tujuan yang

pasti untuk karirnya kedepan yang sesuai dengan minat dan bidang pekerjaanya. Mahasiswa

merupakan individu yang sedang menjalani dalam perkembangan dewasa awal, yang dimana

mereka secara garis besar merupakan individu yang ada dalam usia 18-25 tahun. Salah satu tugas

perkembangan pada masa dewasa awal adalah mempersiapkan karirnya. Mahasiswa diharapkan

mampu menentukan karir untuk ditekuni dikemudian hari dan mulai mempersiapkan diri, baik

dalam hal pendidikan ataupun keterampilan yang relevan dengan karir yang dipilih (Malik,

2015:43).
2.3 temuan yang relevan

1 Penelitian oleh Febri Wibowo Adek Syaputro yang berjudul Tingkat Kecemasan

Mahasiswa dalam Penyelesaian Skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara‟‟ 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

Kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, sebagian besar mahasiswa

mengalami kecemasan, dengan persentase sedang 54,4%, berat 32,8% dan panik

5,6%.

2. Penelitian oleh Berta Afriani yang berjudul Motivasi Mahasiswa dan

Dukungan Keluarga Terhadap Kecemasan Mahasiswa dalam Penyusunan

Tugas Akhirtahun 2018. Penelitian ini mengunakan metode survey analitik

cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, uji statistik chi-squre

diperoleh p value 0,04 < 0,05 ada hubungan yang bermakna antara motivasi

mahasiswa dengan kecemasan mahasiswa dalam penyusunan tugas akhir. Dari

hasil uji statistik chi-squre diperoleh p value 0,010 < 0,05 hal ini menunjukkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan

kecemasan mahasiswa dalam penyusunan tugas akhir. Ada hubungan motivasi

mahaiswa dan dukungan keluarga dengan kecemaan mahasiswa dalam

penyusunan tugas akhir di Akademik Keperawatan Al-Ma‟arif Baturaja tahun

2018.

3 Penelitian oleh Iqbal Gadafi yang berjudul Hubungan Motivasi Mahasiswa Tingkat Akhir

dengan Kecemasan Menghadapi Tugas Akhir di Fakultas Ilmu Perawatan (FIK) UNISSULA

tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan studi cross

sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ada hubungan signifikan antara motivasi

dengan kecemasan pada mahasiswa tingkkat akhir (p=0,0009) dengan r=0,270.


Simpulannya, ada hubungan motivasi dengan kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir

(pvalue<0,05).

4 Penelitian oleh Ageng Pramudhita yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Tingkat Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir Menghadapi Skripsi Di STIKES Aisyiyah

Yogyakarta tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian descriptive

correlative (non eksprimen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa taraf kesalahan 5%

(0,05) didapatkan nilai t = 0,391 dan p = 0,009 (<0,05) sehingga ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir menghadapi skripsi

di STIKES Aisyiyah Yogyakarta.

2.4 Dasar Pemikiran Variabel yang di Teliti

Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan pada bab sebelumnya maka diidentifikasi variabel

yang terlihat dalam model kerangka teori system terdiri dari 3 variabel dalam mengevaluasi kegiatan .

maka peneliti evaluasi perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan

dalam Menyelesaikan Tugas Akhir di Program Studi Psikologi Universitas Nusa cendana Kupang.

Variabel yang di teliti yaitu input yang terdiri dari tingkat kecemasan, tugas, dan skripsi. Proses yang

terdiri dari tugas, konsultasi judul, dan konsultasi skripsi . Output yang terdiri dari pengulangan mata

kuliah, serta faktor lingkungan sekitar kehidupan mahasiswa. Teori Kecemasan yang di kemukakan

oleh Azrul Azwar (2010) menyatakan bahwa model implementasi di atas merupakan model dalam

mengevaluasi suatu kegiatan yang ideal dan lebih spesifik.


2.4.1 kerangka hubungan antara variabel:

Mahasiswa program studi psikologi

Laki-Laki Perempuan

Ujian skripsi

2.4.2 hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang telah dijelaskan, maka penulis merumuskan

hipotesis :

H0 : Terdapat perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan dalam

Menyelesaikan Tugas Akhir di Program Studi Psikologi Universitas Nusa cendana Kupang
21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel

3.1.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan.

2. Variabel Dependent dalam penelitian ini mahasiswa tingkat akhir.

3.1.2 Definisi Operasional

1 . variabel Tingkat Kecemasan


kecemasan pertama, kecemasan adalah sebagai “kesulitan” atau “kesusahan” dan merupakan

konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan

makna hidup. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan yang tidak

pasti dan tidak berdaya, keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah perasaan

takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat di identifikasi

sebagai stimulus kecemasan.

Dengan kata lain Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kecemasan dapat
menimbulkan penderitaan atau dapat pula menyertai kegembiraan. Kecemasan juga pengalaman
subjektif yang dapat dievaluasi secara objektif (Crowin, 2000). Menurut Sarafino (dalam Smet,
1994) Kecemasan merupakan suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan
lingkungan yang menimbulka persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi
dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dansosial dari seseorang.
Sigmund Freud (1936: 69) berpendapat bahwa kecemasan adalah keadaan efektif, tidak
menyenangkan, disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang tersebut terhadap bahaya
yang akan datang. Hall (1985: 41) juga menyatakan bahwa kecemasan adalah variabel kunci dalam
hampir semua teori kepribadian. Kecemasan juga respon terhadap situasi tertentu yang mengancam
dan merupakan hal normal yang terjadi yang disertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru,
serta dalam menemukan identitas diri dan hidup.
22

2. Variabel Mahasiswa Tingkat Akhir

Mahasiswa tingkat akhir merupakan calon sarjana yang diharapkan telah memiliki arah tujuannya
dalam menjalankan tugas perkembangan berikutnya dalam hidup yaitu dapat bekerja pada bidang
pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Individu yang sudah menempuh
pendidikan tinggi diharapkan telah memperoleh kompetensi dan keahlian untuk menentukan
karirnya. Mahasiswa yang akan menjadi sarjana diharapkan sudah memiliki arah dan tujuan yang
pasti untuk karirnya kedepan yang sesuai dengan minat dan bidang pekerjaanya. Mahasiswa
merupakan individu yang sedang menjalani dalam perkembangan dewasa awal, yang dimana
mereka secara garis besar merupakan individu yang ada dalam usia 18-25 tahun. Salah satu tugas
awal perkembangan pada masa dewasa adalah mempersiapkan karirnya.

3.2 Partisipan

3.2.1 Populasi Penelitian

Sugiono (2017) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat akhir pada program studi

Psikologi angkatan tahun 2019 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang.

Tabel 1. Data Populasi Penelitian

No Jenis Jumlah
kelamin
1 Laki-laki 70 orang

2 Perempuan 70 orang

Total = 140 orang


23

3.1.1 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2017).

Dalam pengambilan sampel mengunakan kriteria- sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel (Notoadjomo). Kriteria Inklusif yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Mahasiswa angkatan 2018 dan 2019 yang mengerjakan skripsi

2. Mahasiswa yang bersedia mengikuti penelitian

Dalam penelitian ini, proses pengambilan sampel mengunakan rumus perhitungan Isaac dan

Michael (dalam Sugiyono, 2017) dengan kesalahan sebesar 10% serta nilai d = 0,05 dengan

perhitungan sebagai berikut :

𝟐
∙ 𝑵∙ 
𝑷∙ 𝐐
S= 𝟐

𝒅𝟐(𝐍−𝟏)+ l ∙ 𝐏 ∙ 𝐐

Keterangan rumus :
S = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
λ2 = Chi Kuadrat nilainya tergantung derajat kebebasan(dk) dan tingkat kesalahan, dengan dk
= 1, taraf kesalahan 1% maka chi kuadrat = 6,634, taraf kesalahan 5% maka chi kuadrat =
3,841, dan taraf kesalahan 10% maka chi kuadrat = 2,706
d = derajat akurasi yang diekspresikan sebagai proporsi (0,05)
P (peluang benar) = Q (peluang salah) = Proporsi populasi = 0,5

Untuk menggunakan rumus Isaac dan Michael ini, langkah pertama ialah menentukan batas toleransi

kesalahan (error tolerance). Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dalam presentase. Semakin kecil

toleransi kesalahan, maka semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Misalnya dilakukan

penelitian dengan batas toleransi kesalahan 10% (0,1), berarti memiliki tingkat akurasi sebesar 90%.
24

Pada perhitungan rumus di atas, maka dapat ditentukan jumlah sampel dalam pengumpulan data primer

yaitu dilakukan terhadap mahasiswa psikologi undana angktan 2019 yang sedang mengerjakan tugas

akhir

3.2 Desain Penelitian


Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif karena data hasil

penelitian berupa angka dan dihitung dengan analisisstastik. Jenis penelitian yang digunakan dalam

pendekatan kuantitatif adalah penelitian korelasi yang dilakukan untuk melihat hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


3.3.1 Jenis data
a. Data Primer
Data primer dari penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner yang
disebarkan oleh peneliti. Data yang dikumpulkan yaitu berhubungan dengan tingkat kecemasan
mahasiswa psikologi undana tahun 2019 yang sedang mengerjakan skripsi.

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari suatu institusi atau
instansi, majalah ilmiah atau hasil penelitian orang lain (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini data
sekunder diperoleh melalui studi pustaka, internet, dokumentasi, maupun wawancara langsung
mahasiswa yang mengerjakan tugas akhir.

3.3.2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan skala yang disebar lewat goggle

form. Model skala yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala likert. Skala dalam penelitian

ini terdiri dari dua alat ukur, yaitu skala body shaming dan penerimaan terhadap bentuk tubuh

dengan mengunakan model skala likert dengan 4 alternatif pilihan jawaban yaitu Sangat setuju
25

(SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), Sangat tidak setuju (STS).

Dalam skala likert terdapat 2 jeis aitem yakni aitem favorable dan unfavorable. Aitem yang

tergolong favorable diberi nilai pada setiap jawabannya yakni jawaban STS (1), TS (2), S (3) dan

SS (4). Kemudian sebaliknya pada aitem unfavorable nilai yang diberikan pada setiap pilihan

jawaban yakni STS (4), TS

(3) , S (2) dan SS ( 1). Setelah pengisisan skala dilakukan, maka akan dijumlahkan total setiap skor

pada setiap item yang ada dan menghasilkan skor total item.

Kedua skala yang digunakan dalam penelitian ini, akan dilakukan pengujian validitas dan

rehabilitas dengan tujuan untuk mendapatkan aitem yang valid dalam mengukur variabel dan alat

ukur yang reliabel yang akan dilakukan pada penelitian sejenis.

1 skala kecemasan(HARS)

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang
disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).  Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang
didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS
terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi
diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan
sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.   Skala HARS
telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada
penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan
menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.

Skala  HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Nursalam (2003) penilaian kecemasan terdiri
dan 14 item, meliputi:

1. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.


2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, perasaan tidak
menyenangkan sepanjang hari.
7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.
26

8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
10. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas
pendek.
11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung
sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea
13. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus
otot meningkat dan napas pendek dan cepat

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:


0 = tidak ada gejala sama sekali 
1 = Satu dari gejala yang ada 
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada 
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1 - 14 dengan hasil:
Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
Skor 7 – 14 = kecemasan ringan
Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.
Skor lebih 27 = kecemasan berat

No Indikator Jumlah poin

1 Perasaan cemas 4
2 Perasaan tegang 5
3 Perasaan takut 3
4 Gangguan tidur 4
5 Gangguan 3
kecerdasan
6 Gangguan depresi 1
7 Gangguan somatic 2
(otot-otot)
8 Gangguan somatic 1
(sensori)
9 Gejala 2
kardiovaskuler
10 Gejala pernafasan 2
11 Gejala 2
gastrointestinal
12 Gejala urogenitalia 1
13 Gejala otonom 2
14 Gejala perilaku 8
27
28

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat tepatnya pada Program studi

Psikologi Universitas Nusa Cendana Kupang

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Mei – Juni 2022

3.4 Desain Penelitian

3.4.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode penelitian Kuantitatif dimana Penelitian ini

merupakan penelitian korelasi, karena di dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya

hubunganantara perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan dalam

Menyelesaikan Tugas Akhir di Program Studi Psikologi Universitas Nusa cendana Kupang. Menurut

Sukardi (2009:166) penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkantindakan pengumpulan

data guna menentukan, apakah ada hubungandan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan Likert scale atau skala likert merupakan skala

penelitian yang dipakai untuk mengukur sikap dan pendapat. Skala ini digunakan untuk melengkapi

kuesioner yang mengharuskan responden menunjukkan tingkat persetujuan terhadap serangkaian

pertanyaan. Biasanya pertanyaan yang dipakai untuk penelitian disebut variabel penelitian dan

ditetapkan secara spesifik.Nama skala likert diambil dari nama penciptanya, yakni Rensis Likert yang

merupakan seorang ahli psikologi sosial dari Amerika Serikat. Tingkat persetujuan yang dimaksud

adalah skala likert 1-5 pilihan, dengan gradasi dari Sangat Setuju (SS) hingga Sangat Tidak Setuju

(STS), berikut ini tingkatannya.

1. Sangat Setuju (SS).

2. Setuju (S).
29

3. Ragu-ragu (RG).

4. Tidak Setuju (TS).

5. Sangat Tidak Setuju (STS).

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

rumus Isaac dan Michael (Sugiyono, 2013). Sampel diambil berdasarkan jumlah populasi mahasiswa

tingkat akhir yang berada di Universitas Nusa Cendana tepatnya di Program Studi Psikologi 195 orang.

Untuk menentukan sebuah ukuran sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, seperti berikut ini:

Tabel Penentuan Jumlah Sampel Isaac dan Michael untuk

Tingkat Kesalahan 1%, 5%, dan 10%

1% 5% 1
N
0

1 1 1 1

0 0 0 0

1 1 1 1

5 5 4 4

2 1 1 1

0 9 9 9

2 2 2 2

5 4 3 3

3 2 2 2
30

0 9 8 7

… … … …

5 6 3 2

0 6 4 7

0 3 8 0

5 6 3 2

5 6 4 7

0 3 8 0

6 6 3 2

0 6 4 7

0 3 8 0

… … … …

1000000 6 3 2

6 4 7

3 8 1

∞ 6 3 2

6 4 7
31

3 9 2

Sumber: Tabel Isaac dan Michael

Sementara itu untuk lebih terperincinya dalam pengambilan sampel yang dilakukan pada

penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus perhitungan Isaac dan Michael (Sugiyono, 2013)

sebagai berikut :

λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan bias 1%, 5%, 10%.

P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel

Keterangan, s : jumlah sampel

λ2 : Chi kuadrad yang harganya tergantung derajad kebebasan dan tingkat kesalahan.

Untuk derajad kebebasan 1 dan kesalahan 10% harga Chi Kuadrad = 2,706 (Tabel

Chi

Kuadrad)

N : jumlah populasi

P : Peluang benar (0,5) Q : Peluang salah (0,5) d : Perbedaan antara rata-rata sampel

dengan rata-rata populasi Perbedaan bias 0,01; 0,05; dan 0,1

Untuk menggunakan rumus Isaac dan Michael ini, langkah pertama ialah menentukan batas

toleransi kesalahan (error tolerance). Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dalam presentase. Semakin

kecil toleransi kesalahan, maka semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Misalnya dilakukan

penelitian dengan batas toleransi kesalahan 10% (0,1), berarti memiliki tingkat akurasi sebesar 90%.

3.5 Skala
32

1. Skala Ordinal

Skala pengukuran dalam penelitian yang kedua adalah skala ordinal. Skala ordinal adalah skala

pengukuran yang menunjukkan jarak interval antar-tingkatan tidak harus sama. Skala ordinal setingkat

lebih tinggi dibandingkan dengan skala nominal. Skala ordinal ini pengkategorisasiannya disusun

berdasarkan urutan terendah ke tingkat yang lebih tinggi.

Dari segi pengkategorisasiannya, skala ordinal ini saling memisah. Artinya, karakteristik dalam

segi kategorisasinya dibuat secara khusus berdasarkan kategori data dari karakteristik masing-masing.

Ciri-ciri skala ordinal:

– data saling memisah

– data bersifat logis dan mengikuti aturan

– kategori data ditentukan oleh skala yang didasarkan pada jumlah karakteristik yang dimiliki

2. Skala Interval

Skala interval merupakan skala pengukuran yang sering digunakan untuk menyatakan sebuah

peringkat antara berbagai tingkatan. Pada skala interval, tidak memiliki nilai nol. Sehingga nilai nol yang

dimaksud hanya menggambarkan satu titik di dalam skala saja. Dari tingkatannya, skala interval berada di

atas skala ordinal dan skala nominal.

Namun, skala interval tetap memiliki nilai dan bobot yang sama dari satu data dengan data yang

lain. Sama dengan skala ordinal, skala interval ini bersifat saling memisah dan untuk kategorisasi datanya

diatur dan disusun secara logis, sehingga datanya memiliki karakteristik khusus dalam penentuan

skalanya.

Ciri-ciri skala interval:

– data bersifat logis

– data saling memisah

– data ditentukan berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimiliki


33

– angka “0” hanya menggambarkan titik pada skala, tetapi sebenarnya tidak memiliki nilai nol yang

absolut.

3.6 Teknik Analisis Data

Pengolahan data primer dalam penelitian ini melalui suatu proses dengan tahapan:

1. Editing

Editingdilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan jawaban pada setiap lembar kuesioner yang

telah diisi oleh responden

2. Coding

Coding merupakan proses pemberian kode pada masing-masing data variabel.

3. Tabulating

Tabulating merupakan proses memasukan jawaban kuesioner dari subjek penelitian ke master tabel.

4. Entry data

Entry data merupakan proses memasukan data hasil coding kedalam komputer untuk dianalisis

menggunakan program komputer.

5. Cleaning data

Cleaning data merupakan proses pengecekan kembali data yang telah dimasukan dalam program

komputer dan dilakukan perbaikan bila terjadi kesalahan.


34
35

4.2 Kerangka Konsep

Mahasiswa Program Studi


Pendidikan Dokter FKIK

Laki-Laki Perempuan

Ujian OSCE
(Stressor)

Genetik Keadaan
Interpersonal

Neurokimia
(↓ reseptor GABA)

Tingkat Kecemasan

= Dilakukan penelitian
= Tidak dilakukan penelitian
36

4.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional ukur
Bebas : Merupakan Pengisian Formulir Laki-laki Nominal
Jenis identitas yang data jenis indentitas Perempuan
Kelamin merujuk pada diri kelamin responden
(Laki-Laki individu sebagai
dan laki-laki atau
Perempuan) perempuan

Terikat : Tingkatan Pengisian Kuesioner  Tidak Ordinal


Tingkat seseorang untuk Kuesioner tingkat cemas
Kecemasan merespon gejala kecemasan  Cemas
kecemasan yaitu HARS ringan
perasaan  Cemas
keprihatinan, sedang
ketidakpastian dan  Cemas
ketakutan tanpa berat
stimulus yang  Cemas
jelas, dikaitkan sangat
dengan perubahan berat
fisiologis
(takikardia,
berkeringat,
tremor, dan lain-
lain).
37
38

15. Gangguan kecerdasan


16. Perasaan depresi (murung)
17. Gejala somatik/fisik (otot)
18. Gejala somatik/fisik (sensorik)
19. Gejala kardiovaskuler
20. Gejala respiratori (pernapasan)
21. Gejala Gastrointestinal (pencernaan)
22. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)
23. Gejala autonom
24. Tingkah laku (sikap)

HARS terdiri dari 14 item. Penilaian setiap itemnya diberi skor antara
0 sampai dengan 4 berdasarkan berat ringannya gejala. Setiap skor memiliki
kategori yang berbeda, yaitu :18
0 = Tidak ada gejala atau keluhan
1 = Gejala ringan
2 = Gejala sedang
3 = Gejala berat
4 = Gejala berat sekali

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:18
a. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.
b. Skor 14 – 20 = kecemasan ringan.
c. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.
d. Skor 28 – 41 = kecemasan berat.
e. skor 42 – 56 = kecemasan sangat berat.
39

4.3.2 Skala Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)


L-MMPI yaitu skala validitas yang berfungsi untuk
mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan
atau ketidakjujuran subyek penelitian. Skala L-MMPI berisi
15 butir pernyataan untuk dijawab responden dengan ”ya” bila
butir pernyataan sesuai dengan perasaan dan keadaan
responden, dan ”tidak” bila tidak sesuai dengan perasaan dan
keadaan responden. Nilai batas skala adalah 10, artinya
apabila jawaban ”tidak” dari responden ≤ 10, maka data
responden dinyatakan invalid dan tidak diikut sertakan dalam
pengolahan data penelitian.19

4.3.3 Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS)


TMAS merupakan instrumen pengukur kecemasan
dari Janet Taylor. Tingkat kecemasan akan diketahui dari
tinggi rendahnya skor yang didapatkan. Makin besar skor
maka tingkat kecemasan semakin tinggi, dan makin kecil skor
maka tingkat kecemasan semakin rendah.
Kuesioner TMAS berisi 40 butir pertanyaan, dengan 2
pilihan yaitu ”ya” dan ”tidak”. Responden menjawab sesuai
dengan keadaan dirinya dengan cara memberi tanda (X) pada
kolom jawaban “ya” atau “tidak”. Jawaban “ya” pada pilihan
yang favorable dan jawaban “tidak” pada pilihan yang
unfavorable diberi skor 1. TMAS memiliki derajat validitas
yang cukup tinggi, akan tetapi dipengaruhi juga oleh kejujuran
dan ketelitian responden dalam mengisinya. Karena itu,
digunakan tes L-MMPI untuk menghindari terjadinya
perhitungan hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau
ketidakjujuran responden. Untuk hasil dari penilaian tes
TMAS, yaitu :18
a. Skor < 21 = tidak cemas
b. Skor ≥ 21 = cemas

Anda mungkin juga menyukai