Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENGGUNAN APLIKASI BERBASIS ANDROID

TERHADAP DETEKSI DINI KESEHATAN MENTAL PADA


REMAJA DI SMA X KABUPATEN CIREBON TAHUN 2023
Diajukan Untuk Mememnuhi Tugas Akhir

Disusun oleh :

MAY MUSLIM
NPM: 215121210

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN (S2)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERASITAS JENDERAL ACHMAD YANI
TAHUN AKDEMIK 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan mental menjadi salah satu perhatian serius dalam
masyarakat saat ini. Kesehatan mental yang buruk dapat memiliki dampak
yang merugikan pada individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan.
Kondisi seperti ansietas/kecemasan pada remaja sering kali tidak terdeteksi
atau diabaikan, sehingga dapat berdampak negatif pada kualitas hidup mereka.
Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih proaktif dalam skrining kesehatan
mental, serta memberikan dukungan dan penguatan kepada individu yang
mengalami masalah tersebut.

Kesehatan mental remaja merupakan isu yang semakin mendapatkan


perhatian di berbagai negara, termasuk di Singapura dan Indonesia. Laporan
terbaru menunjukkan bahwa jumlah remaja yang mengalami gejala depresi dan
kecemasan semakin meningkat, namun hanya sebagian kecil dari mereka yang
mendapatkan penanganan dari ahli kesehatan. Hal ini menjadikan krisis
kesehatan mental di kalangan remaja semakin banyak dilaporkan dari sejumlah
negara.

Berdasarkan survei orangtua di Singapura oleh Duke-NUS Medical School


and Institute of Mental Health (IMH), yang dilaporkan di jurnal Child and
Adolescent Psychiatry and Mental Health pada 11 Mei 2023. Sebelumnya,
penelitian tim peneliti dari UConn School of Medicine dan tim dalam Journal
of American Medical Association (JAMA) edisi awal Mei 2023 menunjukkan,
kunjungan ruang gawat darurat untuk krisis kesehatan mental melonjak di
antara anak-anak, remaja, dan dewasa muda di Amerika Serikat dari 2011
hingga 2020. Tingginya masalah kesehatan mental di kalangan remaja juga
dilaporkan di Indonesia. Menurut Indonesia-National Adolescent Mental
Health Survey 2022, sebanyak 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami
masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental.
Dari jumlah itu, baru 2,6 persen yang mengakses layanan konseling, baik
emosi maupun perilaku. Sementara itu, laporan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) juga menunjukkan, secara global, satu dari tujuh anak usia 10-19 tahun
mengalami gangguan jiwa, terhitung 13 persen dari beban global penyakit pada
kelompok usia ini. Depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku adalah salah
satu penyebab utama penyakit dan kecacatan di kalangan remaja. Bunuh diri
adalah penyebab utama kematian keempat di antara usia 15-29 tahun.
Kesehatan mental atau jiwa menurut undang – undang nomor 18 tahun 2014
tentang kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Hal itu
juga berarti kesehatan mental mempunyai pengaruh terhadap fisik seseorang
dan juga akan mengganggu produktivitas. Kesehatan mental sangat penting
untuk menunjang produktivitas dan kualitas kesehatan fisik. Ganguan mental
atau kejiwaan bisa dialami oleh siapa saja. Data Riskesdas (riset kesehatan
dasar) 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
ke atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara
dengan 11 juta orang. Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase
depresi sebesar 6,2%. Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk
menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri. Sebesar 80 – 90% kasus
bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan. Kasus bunuh diri di
Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat
kasus bunuh diri. Menurut ahli suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah
berpikir bunuh diri. Pada kalangan mahasiswa sebesar 6,9% mempunyai niatan
untuk bunuh diri sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Depresi pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti tekanan dalam
bidang akademik, perundungan(bullying), faktor keluarga, dan permasalahan
ekonomi. Depresi terjadi dengan salah satu ciri adalah dengan stres dan
kecemasan berkepanjangan yang menyebabkan terhambatnya aktivitas dan
menurunya kualitas fisik. Pencegahan depresi dapat dilakukan dengan
pengelolaan stres. Pengelolaan stres masing – masing individu berbeda, ada
yang mengelola stres dengan melakukan kegiatan yang disukai seperti hobi,
melakukan kegiatan refreshing, mendekatkan diri dalam konteks spiritual
keagamaan, hingga bercerita kepada orang lain untuk mengurangi beban stres.
Terlepas dari stigma masyarakat, keberanian diri untuk terbuka terhadap orang
lain dan berobat merupakan salah satu langkah yang tepat. Di era digital seperti
sekarang banyak platfrorm yang meyediakan layanan konsultasi secara daring
dengan biaya maupun gratis. Selain itu, beberapa puskesmas telah
menyediakan layanan konsultasi psikologi dengan biaya gratis maupun
berbayar dengan harga terjangkau. Akan tetapi pemahaman akan kesehatan
mental di Indonesia cenderung rendah. Hal ini dibuktikan dengan tingkat
pemasungan orang dengan gangguan jiwa sebesar 14% pernah pasung seumur
hidup dan 31,5% dipasung 3 bulan terakhir. Selain itu sebesar 91% masyarakat
Indonesia yang mengalami gangguan jiwa tidak tertangani dengan baik dan
hanya 9% sisanya yang dapat tertangani. Tidak ditangani dengan baik bisa
menjadi indikasi akan kurangnya fasilitas kesehatan mental ditambah
kurangnya pemahaman akan kesehatan mental. Masyarakat cenderung
memberi stigma negatif terhadap orang dengan gangguan mental atau jiwa
yaitu dengan mencela dan menganggapnya sebagai aib, anggapan akan orang
gila. Selain itu masyarakat yang kurang paham akan tanda – tanda gangguan
mental seperti depresi, yang mana depresi merupakan gangguan kesehatan
mental yang paling sering ditemukan. Hal ini menyebabkan orang dengan
kesehatan mental yang terganggu cenderung susah terbuka akan pengobatan
dan malah merasa lebih tertekan akan stigma masyarakat. Hendaknya
masyarakat lebih terbuka dan peka akan gangguan kesehatan mental
disekitarnya. Masyarakat bisa menjadi pendengar bagi orang yang mengalami
depresi maupun stres sebagai upaya meringankan beban mental. Berdasarkan
hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS),
sebanyak satu dari tiga remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki
masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Jumlah itu setara dengan
15,5 juta remaja di dalam negeri. Sebanyak satu dari 20 remaja berusia 10-17
tahun di Indonesia juga mengalami gangguan mental. Angkanya setara dengan
2,45 juta remaja di tanah air. Gangguan cemas menjadi gangguan mental
paling banyak diderita oleh remaja, yakni 3,7%. Gangguan mental tersebut
merupakan gabungan antara fobia sosial dan gangguan cemas secara
menyeluruh. Posisinya diikuti oleh gangguan depresi mayor dengan proporsi
1%. Masalah kesehatan mental terbanyak berikutnya adalah gangguan perilaku
sebesar 0,9%. Lalu, ada 0,5% remaja yang mengalami gangguan stres pasca-
trauma (PTSD). Persentase serupa dialami oleh remaja dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). Meski akses ke berbagai
fasilitas kesehatan sudah meningkat, hanya sedikit remaja yang mencari
bantuan profesional untuk menangani masalah kesehatan mental. Proporsinya
tercatat sebesar 2,6% dalam 12 bulan terakhir. Biasa diartikan Sebanyak satu
dari tiga remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki masalah kesehatan
mental dalam 12 bulan terakhir. Jumlah itu setara dengan 15,5 juta remaja di
dalam negeri. Antara 76% - 85% orang di Negara yang berpenghasilan relatif
rendah tidak dapat menerima pengobatan dan perawatan untuk gangguan
mental mereka dengan efektif. Dapat diketahui hambatan untuk perawatan
masalah Kesehatan mental yang efektif adalah karena kurangnya sumber daya,
serta kurangnya penyedia layanan kesehatan terkait dengan gangguan mental.
Selain itu, kurang akuratnya penilaian terkait diagnosis yang benar juga
termasuk hambatan dalam pengobatan masalah mental dan dapat menjadi
penyebab kesalahan pemberian resep antidepresan pada pasien (Stiles-Shields
et al., 2017).

Perkembangan teknologi pada tahun terakhir ini sangat pesat dampaknya


untuk membantu perawatan pasien dengan masalah kesehatan mental.
Perawatan yang berbasis daring lebih mudah dijangkau dibandingkan dengan
perawatan tradisional. Jenis perawatan ini cukup efektif untuk mengurangi
jumlah antrian dan membantu masyarakat untuk dapat mengakses layanan
pengobatan sesuai dengan waktu mereka, sehingga penerapan teknologi ini
dapat menghemat biaya dan waktu. Penerapan sistem teknologi kesehatan yang
cukup terjangkau dan sangat efektif di bidang kesehatan mental adalah
smartphone applications atau ponsel pintar. Penggunaan aplikasi tumbuh
secara eksponensial, ini disebabkan juga oleh penjualan global ponsel pintar
yang meningkat pada tahun 2013 sebanyak 40% dan terus meningkat
(Goodwin et al., 2016). Teknologi pada ponsel pintar dapat digunakan untuk
mobile healthcare delivery. Dokter, perawat, dan profesi kesehatan lainnya
dapat mengakses informasi tentang pasien, daftar pasien, dan informasi tentang
pasien secara real time dan akurat. Teknologi seluler ini dapat digunakan untuk
menyediakan akses yang instan ke beberapa jaringan nirkabel (Sadiku et al.,
2017). Mobile health (mHealth) merupakan pelayanan kesehatan via mobile
devices, seperti telepon pintar, tablet komputer, Personal Komputer dan
lainnya. Beberapa peningkatan dapat diterapkan seperti mengintegrasikan
penggunaan GIS dan GPS dengan teknologi seluler untuk menambahkan
pemetaan geografis, sehingga mHealth dapat digunakan untuk pemantauan
kesehatan jarak jauh (Sadiku et al., 2017). Terdapat banyak inovasi pada
mHealth applications. Aplikasi ini dapat digunakan untuk pencegahan,
pemantauan penyakit jarak jauh, dan tindakan darurat. Aplikasi ini dapat juga
memberikan akses yang mudah terkait informasi kesehatan yang instan dengan
biaya rendah (Sadiku et al., 2017). Mental health application merupakan salah
satu jenis adopsi aplikasi dari mHealth. Target aplikasi ini adalah untuk
membantu pemulihan berbagai gangguan psikologis. National Institute of
Mental Health (NIMH) mengklasifikasikan aplikasi ini berdasarkan
fungsionalitas, yaitu manajemen diri, peningkatan kognisi, pelatihan
keterampilan, dukungan sosial, mengetahui gejala, dan pengumpulan data
pasif. Aplikasi ini mencakup semua aspek untuk pelayanan kesehatan, seperti
intervensi krisis, pencegahan, diagnosis, perawatan primer, suplemen terapi
diri, dan manajemen kondisi setelah perawatan (Chandrashekar, 2018).
Penggunaan ponsel pintar dengan frekuensi yang meningkat akan memudahkan
intervensi pada pengobatan depresi melalui aplikasi. Namun, masih banyak
hambatan yang masih tidak dapat didefinisikan dalam penerapan Mental
Health Application. Kemungkinan hambatan yang sering muncul pada
penggunaan ponsel pintar yaitu ketepatan pada aplikasi kesehatan mental yang
belum dapat diketahui secara keseluruhan, keamanan privasi terkait data
pasien, biaya, kurangnya arahan mengenai perawatan, ketersediaan akses
internet dan perangkat, lupa untuk menggunakan, dan tidak ada jadwal yang
tetap dalam mengakses aplikasi, serta hambatan untuk bertatap muka secara
langsung, yaitu biaya, jarak, waktu, dan transportasi (Garrido et al., 2019).

Pengobatan yang efektif untuk masalah kesehatan mental masih sulit


diakses oleh sebagian besar individu, terutama di negara dengan penghasilan
rendah. Kurangnya sumber daya dan penyedia layanan kesehatan mental,
kurangnya penilaian yang akurat, serta stigma dan diskriminasi sosial menjadi
hambatan utama dalam pengobatan masalah kesehatan mental.

Namun, kemajuan teknologi, terutama dalam aplikasi seluler atau


smartphone, telah membuka peluang baru dalam pemberian perawatan
kesehatan mental. Teknologi mHealth atau layanan kesehatan melalui
perangkat seluler dapat memberikan akses mudah dan biaya rendah untuk
perawatan, pemantauan, dan intervensi dalam masalah kesehatan mental.

Aplikasi kesehatan mental pada ponsel pintar dapat membantu pemulihan


dari gangguan psikologis, seperti depresi dan kecemasan. Namun, masih ada
beberapa hambatan yang perlu diatasi, seperti ketepatan aplikasi, keamanan
privasi, biaya, kurangnya arahan dalam perawatan, serta ketersediaan akses
internet dan perangkat.

Dengan latar belakang tersebut, penelitian tentang upaya pencegahan dan


pengendalian kecemasan pada remaja menjadi penting. Studi ini dapat
memberikan pemahaman lebih lanjut tentang masalah kesehatan mental
remaja, serta mengidentifikasi solusi dan intervensi yang efektif dalam
mengatasi kesehatan mental remaja. Maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Pengaruh Aplikasi Android Terhadap Deteksi Dini Kesehatan Mental
Pada Remaja di SMA X Kabupaten Cirebon tahun 2023”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan
aplikasi kesehatan mental akan membawa manfaat yang signifikan dalam
mengatasi masalah kesehatan mental remaja, dan apakah masih terdapat
tantangan atau hambatan dalam penerapannya?”

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti

Penelitian ini akan memberikan pemahaman lebih mendalam tentang


efektivitas penggunaan aplikasi kesehatan mental dalam mengatasi masalah
kesehatan mental pada remaja. Peneliti dapat mengidentifikasi faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi
aplikasi ini, sehingga dapat memberikan wawasan berharga untuk penelitian
selanjutnya atau pengembangan aplikasi kesehatan mental yang lebih
efektif.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini akan memberikan kontribusi pada bidang ilmu keperawatan


khususnya dalam konteks kesehatan mental. Hasil penelitian ini dapat
membuka peluang penggunaan teknologi kesehatan dalam praktik
perawatan mental, sehingga memberikan alternatif atau pelengkap terhadap
metode perawatan kesehatan mental yang telah ada.

3. Bagi Remaja

Penelitian ini memiliki potensi untuk memberikan manfaat langsung bagi


remaja dengan masalah kesehatan mental. Dengan penggunaan aplikasi
kesehatan mental, remaja dapat mengakses dukungan dan bantuan secara
mudah dan cepat tanpa perlu datang ke fasilitas kesehatan. Aplikasi ini juga
dapat memberikan edukasi dan sumber daya yang relevan untuk membantu
mereka mengatasi masalah kesehatan mental secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai