Disusun oleh:
SURABAYA
2019
1. JUDUL KEGIATAN:
Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Dan Prevent Suicide Untuk Memperingati Hari
2. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU No. 18 tahun 2014). Dalam
perkembangan seorang anak pola asuh merupakan bagian dari proses sosialisasi yang
penting dan paling mendasar. Fungsi utama pengasuhan anak adalah untuk
merupakan tempat sosialisasi pertama bagi seorang anak dan orangtua sebagai
pemeran utama dalam pembentukan kepribadian anak (Andayani & Koentjoro, 2012).
anak yang berusia kurang dari 16 tahun mengalami masalah emosi dan perilaku.
Masalah emosi dan perilaku pada anak mengakibatkan kesulitan dalam belajar karena
kesehatan mental, emosi, ekonomi dan kesejahteraan sosial. Masalah kesehatan jiwa
sama pentingnya dengan masalah kesehatan fisik. Perubahan kejiwaan pada masa
kejiwaan ini seringnya memicu timbulnya masalah kejiwaan seperti masalah mental
emosional pada remaja. Angka gejala gangguan mental emosional memang tidak
sebesar penyakit lainnya.8 Mengingat akibat gangguan mental emosional yang tidak
tertangani dengan tepat akan berakibat buruk, maka perlu diperhatikan masalah
perkembangan jiwa dan kesehatan mental pada remaja. Pada era revolusi 4.0
diprediksikan akan terjadi masalah pada kejiwaan anak dan remaja yang bisa
gadget, yang menimbulkan gangguan emosi sampai pada depresi yang berat dan bisa
Bunuh diri merupakan salah satu dampak dari gangguan kejiwaan yang menjadi
sorotan global saat ini. Hal ini didukung dari banyaknya fenomena bunuh diri di
berbagai wilayah di dunia. Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2018
menyebutkan setiap tahun sebanyak 800.000 orang meninggal dunia akibat bunuh diri
atau setiap 40 detik ada satu orang yang meninggal dunia karena bunuh diri. Beban
bunuh diri global sebanyak 78% berada di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Namun, di beberapa negara maju seperti Korea Selatan, Jepang, Amerika
Serikat dan Cina menduduki peringkat tertinggi kasus bunuh diri dunia. WHO
menyebut bunuh diri sebagai” fenomena global” yang mempengaruhi seluruh Negara
di dunia pada kebanyakan orang muda yang berusia 15-29 tahun. Jika dibandingkan
dengan data global, Indonesia sebagai salah satu Negara berpenghasilan menegah
memiliki anga bunuh diri yang cenderung meningkat. Peningkatan proporsi gangguan
jiwa pada data yang di dapat riskesdas 2018 cukup signifikan jika di bandingkan
Bunuh diri salah satunya terjadi di kalangan usia remaja dan menjadi perhatian
penting di berbagai negara. Masa remaja didefinisikan sebagai periode antara usia 10
dan 19 tahun, yang merupakan fase transisi dari "anak" menjadi "orang dewasa".
Remaja merupakan tahapan usia puncak terjadinya perubahan fisik, psikologis dan
perilaku yang substansial yang dapat berkontribusi pada kesehatan mental. Remaja
umumnya memiliki tingkat yang lebih rendah dibandingkan usia dewasa dalam hal
kasus bunuh diri, namun tergolong kelompok usia berisiko tinggi karena bunuh diri
adalah penyebab utama kematian kedua bagi kelompok remaja (Misra, 2017).
Tingkat bunuh diri dan perilaku bunuh diri akan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia seseorang (Cash & Bridge, 2010). Bunuh diri akan semakin
menunjukkan bahwa selama masa kanak-kanak risiko bunuh diri dan usaha bunuh
diri sangat rendah, sedangkan selama masa remaja risiko bunuh diri akan meningkat
(Vinas, Canals, Gras, & Ros, 2002). Meningkatnya risiko bunuh diri di usia remaja
disebabkan berbagai prediktor pencetus bunuh diri seperti masalah depresi, cemas,
stres, bullying dan harga diri rendah. Hal ini mengakibatkan akumulasi perasaan batin
yang tidak dapat diterima dan menjadi beban remaja. Remaja mengekspresikan beban
tersebut dengan cara memiliki keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau mereka
akan merasa lebih baik jika bunuh diri (Ibrahim et al., 2017).
Menurut WHO penyebab utama kasus bunuh diri adalah depresi. Oleh karena itu
penanganan depresi ringan dan berat menjadi salah satu target SDGs (Sustainable
Development Goals) dengan menjadikan target rencana aksi kesehatan mental WHO
di tahun 2013-2020. Selain itu, pencegahan bunuh diri juga menjadi salah satu dari
komponen rencana aksi kesehatan mental dengan target mengurangi tingkat bunuh
diri disemua kalangan usia sebesar 10% di tahun 2020 (WHO, 2016). Untuk itu, salah
satu prediktor yang dapat menjadi tolak ukur kasus bunuh diri remaja di Indonesia
adalah dengan melihat jumlah kasus depresi remaja . Namun, gangguan kesehatan
mental seperti depresi di awal masa remaja sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati,
terutama di negara berkembang, karena keterbatasan akses untuk layanan psikologis
dan kejiwaan serta adanya stigma sosial substansial yang melekat pada masalah
kesehatan mental.
Perilaku negatif yang dilakukan remaja yang dapat berujung pada tindakan bunuh
diri harus segera diatasi dan dicegah karena kelompok remaja merupakan generasi
penerus bangsa. Pentingnya upaya pencegahan bunuh diri juga diperkuat dengan
adanya bonus demografi di Indonesia yang diprediksi akan dimulai pada tahun 2020
hingga mencapai puncaknya pada tahun 2030 (Moeleok, 2016). Jika tidak ada upaya
mencegah potensi bahaya dari depresi dan bunuh diri, maka bonus demografi
Indonesia akan terancam menjadi bagian dari beban demografi. Indonesia akan
kehilangan banyak sumber daya manusia khususnya remaja sebagai usia produktif.
Upaya yang digalakkan sebagai tindakan preventif bunuh diri salah satunya yaitu
mengidentifikasi secara dini orang-orang yang berisiko bunuh diri, misalnya dengan
mengenali tingkat risiko bunuh diri yang diderita. Penilaian kesehatan mental
kebutuhan sangat penting dalam populasi remaja. Alasan penting untuk skrining
kesehatan mental adalah mendeteksi adanya faktor risiko untuk bunuh diri (Gray &
Dihigo, 2015). Pilihan manajemen bunuh diri akan bergantung pada seberapa besar
Masa peralihan pada usia remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak kecil dan
juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Remaja ingin mencoba banyak hal
baru yang dapat membuktikan dirinya sebagai orang dewasa, tidak jarang hal ini yang
membuatnya mencoba berbagai hal yang berisiko antara lain konsumsi alkohol,
narkoba, memiliki pacar, perilaku seksual, memiliki peer group, dan berbeda
pendapat dengan orangtua. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri dan perilaku
berisiko remaja ini seringkali memicu konflik antara remaja dengan dirinya sendiri
Apabila konflik ini tidak diselesaikan dengan baik maka akan memberikan dampak
Ketidakstabilan emosi juga menyebabkan orang lain sulit memahami remaja dan
Dalam rangka World Mental Health Day 2019, mahasiswa Magister Keperawatan
pada Anak Remaja dan Prevent Suicide” dengan harapan para mahasiswa
sehingga mampu mendeteksi secara dini masalah kesehatan jiwa anak dan remaja
masyarakat luas.
IDENTIFIKASI MASALAH
NO. PERMASALAHAN SOLUSI LUARAN
1. Fenomena anak Pendidikan Kesehatan - Peserta dapat mengetahui dan
dan remaja saat ini dengan tema “Deteksi memahami permasalahan
tidak terpisahkan Dini Kesehatan Jiwa kesehatan jiwa yang terjadi pada
dengan gadget Anak dan Remaja dan usia remaja.
Fenomena kejadian Prevent Suicide” - Peserta mengetahui dan
suicide yang tinggi memahami faktor-faktor
penyebab masalah kesehatan
jiwa pada remaja dan suicide
- Peserta mengetahui dan
memahami penatalaksanaan
masalah kesehatan jiwa pada
remaja dan masalah suicide.
2. a. Bagaimana Kerjasama dalam hal - Peserta mampu
fasilitas kesehatan kampanye kesehatan mengidentifikasi secara dini
dan dunia jiwa anak dan remaja masalah kesehatan jiwa anak
pendidikan dapat untuk mencetak agen- dan remaja termasuk suicide
berpartisipasi aktif agen kesehatan mental Peserta mampu menjadi agen
dalam upaya dari kalangan mahasiswa kesehatan mental untuk
kesehatan jiwa agar dapat mengkampanyekan dekteksi
anak dan remaja? mensosialisasikan upaya dini kesehatan jiwa anak dan
kesehatan jiwa di remaja dan prevent suicide
lingkungan kampus,
lingkungan tempat
tinggal, maupun
masyarakat luas
b. Apa yang terjadi
ketika seorang
remaja mengalami
masalah kesehatan
jiwa termasuk
depresi dan
suicide?
c.Di mana
layanannya?
d. Di mana
mendapatkan
informasi dan
kesadaran tentang
kesehatan jiwa ?
Berdasarkan latar belakang di atas kami selaku mahasiswa Magister
keperawatan Jiwa Universitas Airlangga ingin melakukan pengabdian masyarakat
(PENGMAS) yang bertemakan “Deteksi Dini Kesehatan Jiwa pada Anak dan
Remaja dan Prevent Suicide” dengan harapan para mhasiswa mendapatkan
pengetahuan serta pemahaman mengenai masalah kesehatan jiwa serta mampu
mendeteksi secara dini masalah kesehatan jiwa anak dan remaja serta mencegah
bunuh diri.
3. TUJUAN KEGIATAN
a. Tujuan Umum
Melakukan kampanye deteksi dini kesehatan jiwa pada anak dan remaja dan
prevent suicide.
b. Tujuan Khusus
1. Peserta dapat mengetahui dan memahami kesehatan jiwa pada anak dan
remaja
2. Peserta dapat mengetahui berbagai faktor yang menyebabkan terjadi gangguan
kesehatan jiwa pada anak dan remaja
3. Peserta dapat melakukan skrining deteksi dini kesehatan jiwa pada anak dan
remaja.
4. MANFAAT KEGIATAN
Kegiatan ini akan memberikan manfaat bagi peserta secara pribadi di mana
mereka akan meningkatkan pengetahuan dalam kesehatan jiwa. Selain itu bermanfaat
bagi mahasiswa secara institusional karena sebagai agen kesehatan mental mahasiswa
akan mewakili institusi dalam melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi di
lingkungan kampus serta lingkungan masyarakat di lingkup tempat tinggal, maupun
di lingkup masyarakat luas sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan di masyarakat
akan pentingnya upaya kesehatan jiwa agar mendukung terciptanya generasi penerus
yang sehat secara holistik dan produktif untuk memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi masyarakat
3) Deteksi dini kesehatan jiwa dan perilaku bunuh diri oleh Mahasiswa
Magister Keperawatan Angkatan 12 Peminatan Keperawatan Jiwa
Lampiran I
LAPORAN PENGELUARAN PENGABDIAN MASYARAKAT
No Nama Barang Pengeluaran
1. Print fotocopy jilid Rp 89.700
2. Nasi Kotak Rp 225.000
3. Snack Rp 180.000
4. Bolpen+cutter Rp 102.900
5. Permen, lilin, air mineral Rp 147.300
6. Tumblr Rp 125.000
7. Tambahan permen Rp 22.000
8. PIH Rp 50.000
9. Satpam Rp 100.000
10. Rehabilitan Mental Rp 100.000
Total Rp 1.141.900
Lampiran II
DOKUMENTASI KEGIATAN