Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA LANJUT:


PENGKAJIAN KOMPREHENSIF KASUS DI RUMAH SAKIT UMUM

Disusun Oleh:
Dutya Intan Larasati NIM 131914153035
Kartini Estelina Tungka NIM 131914153040
Iskandar NIM 131914153052

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis


dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien merupakan titik
sentral dalam proses penyelesaian masalah ini.
Menurut Potter & Perry (2010) proses keperawatan merupakan suatu panduan
untuk memberikan asuhan keperawatan professional, baik untuk individu, kelompok,
keluarga dan komunitas. Berdasarkan prinsip inilah, tim pengembang modul ini menyusun
pedoman pemberian asuhan keperawatan di ruang MPKP yang dapat diterapkan baik pada
individu pasien, kelompok pasien, individu keluarga, dan kelompok keluarga pasien.
Selanjutnya, Potter & Perry (2010) menyatakan bahwa proses keperawatan
memiliki enam fase yaitu: pengkajian, diagnosa, tujuan, rencana tindakan, implementasi,
dan evaluasi. Pada ruang MPKP tim pengembang modul memasukkan tujuan kedalam fase
diagnosa sehingga proses keperawatan diruang ini terdiri dari lima fase, yaitu; pengkajian,
diagnosa, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Untuk pengkajian telah disusun suatu format beserta panduan pengisian format
tersebut. Rencana keperawatan yang mencakup diagnosa, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan dibuat standarnya berdasarkan ketujuh masalah keperawatan utama yang telah
disebutkan sebelumnya. Sedangkan untuk implementasi telah disusun panduan tindakan
keperawatan per masalah keperawatan dengan menetapkan paket tindakan keperawatan
pada tiap pertemuan dengan pasien sebanyak tujuh buah masalah keperawatan. Format
evaluasi telah dibuat dan ditujukan untuk menilai kemampuan pasien setelah diberikan
tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang dimiliki.. Format evaluasi
untuk perawat juga dibuat untuk menilai kemampuan perawat dalam memberikan tindakan
keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana identifikasi masalah-masalah keperawatan di rumah sakit umum?
2. Bagaimana pengkajian jiwa komprehesip di rumah sakit umum?
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Identifikasi Masalah Keperawatan di Rumah Sakit Umum

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien.Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologi, social dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber kopping dan kemampuan kopping
yang dimiliki klien (Stuart dan Sundeen, 2006), cara ini yang akan dipakai pada uraian
berikut. Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi yaitu fisik, emosional,
intelektual, social dan spiritual. Tujuan dari pendokumentasian data pengkajian
keperawatan adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan respon klien yang unik terhadap masalah –
masalah dan akan ditegakkan menjadi diagnosis keperawatan yang mempengaruhi
rencana intervensi keperawatan yang diperlukan.
b. Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dan beberapa sumber yang
dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan klien dapat dianalisis dan
diidentifikasi.
c. Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai poin
referensi dalam mengukur perubahan yang terjadi pada kondisi kesehatan klien.
d. Untuk mengidentifikasikan definisi karakteristik sesuai respon dan kondisi kesehatan
klien yang akan memengaruhi rencana dan pemberian intevensi keperawatan.
e. Untuk menyuplai data yang cukup guna memberikan intervensi keperawatan yang
sesuai dengan kebutuhan klien.
f. Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan yang efektif.

2.1.1 Jenis-Jenis Pengkajian


a. Pengkajian awal

Pengkajian awal dilakukan pada saat pertama kali klien masuk dalam fasilitas
pelayanan kesehatan atau mulai menggunakan jasa pelayanan. Pegkajian awal ini
didokumentasikan pada bentuk chart khusus seperti formulir data keperawatan ( nursing
data base form ). Lingkup data cenderung luas karena perawat perlu menentukan garis
dasar data klinis yang komprehensif. Selama pengkajian awal ini, perawat dapat
mengidentifikasikan area – area masalah tertentu yang memerlukan pengkajian –
pengkajian umum dan khusus pada pengkajian awal dapat memberikan tipe data yang
diperlukan untuk mengidentifikasi masalah – masalah klien dan mengawali serta
merencanakan asuhan keperawatan klien.

b. Pengkajian lanjutan

Pengkajian lanjutan menguatkan dan memperluas data dasar yang diperoleh selama
pengkajian awal. Ketika hubungan saling percaya antara perawat – klien semakin
berkembang, maka klien akan bersedia untuk memberikan data tambahan secara rinci
tentang status kesehatannya. Lebih lanjut, data tambahan dari pemeriksaan diagnostik
terbaru dan dari sumber – sumber lainnya yang perlu ditambahkan pada catatan
dokumentasi klien. Pendokumentasian yang dilakukan pada pengkajian lanjutan
membuat dokumentasi keperawatan selalu dipengaruhi (up to date ). Data yang
diperlukan untuk membuktikan atau mengidentifikasikan masalah – masalah klien
menjadi lebih mudah diperoleh. Ketika data subjektif dan/atau objektif terbaru telah
dikumpulkan, maka data ini kemudian dapat dianggap sebagai data penunjang. Beberapa
contoh kapan data penunjang tersebut diperlukan dalam pendokumentasian adalah
sebagai berikut.

c. Pengkajian Ulang

Data pengkjian ulang adalah data-data yng diperoleh dari aktivitas evaluasi proses
keperawatan. Ketika hasil evaluasi klien terliht kurang berkembang terhadap criteria
hasil dan hasil yang diharapkan, maka kemungkinan data yang telah diperoleh kurang
tepat sehingga masalah kurang dapat teridentifikasi. Masalah ang kurang teridentifikasi
mengakibatkan rencana intervensi yang disusun tidak sesuai dengan masalah yang
sebernantya terjadi. Namun, hasil evaluasi klien yangkurang berkembang dapat juga
terjdi karena implementasi intervensi belum dilakukan dengan durasi atu intesitas yang
cukup.

d. Pengkajian Kembali

Pengkajian kembali berarti perawat harus memeriksa kembali data pengkajan


sebelumnya untuk menemukan petunjuk baru bagi masalah-masalah klien atau harus
mengembangkan data awal untuk mendapatkan data tambahan tentang klien.
Dokumentasi pengkajian kembali menunjukan pertanggung jawaban perawat untuk
melanjutkn usaha penyelesaian masalah.

2.1.2 Pengumpulan Data Pengkajian


1. Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Data objektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui observasi
atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data ini didapatkan melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.

Data yang langsung didapat oleh perawat disebut data primer, dan data yang
diambil dari hasil pengkajian atau catatan tim kesehatan lain disebut data sekunder

2. Metode Pengumpulan Data


a. Wawancara

Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan


masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara
berlangsung untu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.

b. Pengamatan/Observasi

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan
menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan
pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang
dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat
struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll

2) Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-
bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema,
krepitasi (patah/retak tulang), dll.

3) Perkusi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh


menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui
reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan lain yang
berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas
jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.

4) Auksultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya


menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan
adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

2.1.3 Dokumentasi Pengkajian

Dokumentasi pengkajian ditunjukan pada data klinik di mana perawat dapat


mengumpulkan dan mengorganisasinya dalam dokumentasi keperawatan. Format
dokumentasin pengkajian meliputi data dasar, flow sheet, dan catatan perkembangan
lainnya yang mungkin dapat digunakan sebagai alat komunikasi bagi tenaga
keperawatan atau profesi kesehatan lainnya.

Penulisan Dokumentasi Pengkajian

a. Menggunakan format yang sistemmatis untuk mendokumentasikan pengkajian,


yang meliputi:
1) Identitas klien
2) Keluhan utama/alasan masuk
3) Faktor predisposisi
4) Aspek fisik/biologis
5) Aspek psikososial
6) Status mental
7) Kebutuhan persiapan pulang
8) Mekanisme koping
9) Masalah psikososial dan lingkungan
10) Pengetahuan
11) Aspek medic

Contoh format:
Pendekatan: Mayor Body Data Subjektif Data Objektif
System

Sistem Respirasi
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Persarafan
Sistem Perkemihan
Sistem Pencernaan

Jenis Pengelompokan Data

JENIS PENGGUNAAN PENJELASAN FORMAT


1. Penilaian umum Untuk menentukan Mengkaji status mental klien,
(general survey) keadaan klien secara perkembangan tubuh, aktivitas,
umum status nutrisi, jenis kelamin dan
ras, usia, postur tubuh, dan
kemampuan berbicara klien.
2. Pola Fungsi Kesehatan Untuk menentukan Mengkaji persepsi kesehatan
respons fisik, menejemen kesehatan, nutrisi
psikososial, dan budaya eliminasi, aktivitas, istirahat-
klien. tidur, kognitif, koping, nilai /
kepercayaan.
3. ROS ( Review of Body Untuk menentukan Mengkaji sistem tubuh secara
System) status fungsi sistem berurutan, biasanya: head-to-
tubuh. toe (kepala sampai kakai):
integumen, kepala (mata,
hidung, mulut, gigi,
tenggorokan, leher) respirasi,
kardiovaskuler, pencernaan,
perkemihan, reproduksi,
muskuloskeletal, limpatik,
hemotogolitik, dan endokrin.

b. Analisis Data

Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir


dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan
kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien.

1) Dasar Analisis
a) Dasar analisis :
b) Anatomi – fisiologi
c) Patofisiologi penyakit
d) Mikrobiologi – parasitologi
e) Farmakologi
f) Ilmu perilaku
g) konsep-konsep (manusia, sehat-sakit, keperawatan, dll)
h) Tindakan dan prosedur keperawatan
i) Teori-teori keperawatan.
2) Fungsi analisis :
a) Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga data yang
diperoleh memiliki makna dan arti dalam menentukan masalah dan kebutuhan
klien
b) Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif
pemecahan masalah yang dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan,
sebelum melakukan tindakan keperawatan.
3) Cara analisis data :
a) Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul
b) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual
c) Membandingkan dengan standart

c. Prioritas Masalah

Apabila masalah talah diidentifikasi, maka disusun daftar masalah yang ditemukan,
kemudian diprioritaskan. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin semua masalah
diatasi bersama-sama sekaligus. Jadi diputuskan masalah mana yang yang dapat diatasi
terlebih dahulu.

Dalam memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow menjadi rujukan perawat


dalam menentukan pemenuhan kebutuhan klien. Kebutuhan fisiologi menjadi
kebutuhan utama manusia, kemudian diikuti oleh kebutuhan-kebutuhan psikososial
seperti : aman-nyaman, pengetahuan, cinta-memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.

2.2 Pengkajian Jiwa Komprehensif di Rumah Sakit Umum

Pengkajian jiwa komprehensif di rumah sakit umum biasanya menggunakan


pengkajian psikososial. Menurut Gordon W. Allport psikologi sosial adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha mengerti dan menerangkan bagaimanan pikiran, perasaan, dan
tingkah laku individu dipengaruhi oleh kenyataan, imajinasi dan kehadiran oranglain.

2.2.1 Komponen Pengkajian Psikososial


1. Riwayat Klien
Pengkajian latar belakang mencakup riwayat klien, usia dan tahap perkembangan,
keyakinan budaya dan spiritual, serta keyakinan tentang sehat dan sakit. Riwayat klien juga
riwayat keluarga klien. Misalnya apakah klien mengalami kesulitan yang sama di masa
lalu? Apakah klien pernah masuk di rumah sakit, dan jika ya bagaimana pengalaman
tersebut?
Usia dan tahap perkembangan klien merupakan faktor yang penting dalam pengkajian
psikososial. Misalnya pada usia 17 tahun klien mungkin berjuang mencari identitas diri dan
berupaya mandiri dari orang tuanya.
Kesejahteraan spiritual adalah keberadaan individu yang mengalami penguatan
kehidupan dalam hubungan dengan kekuasaan yang lebih tinggi sesuai nilai individu,
komunitas dan lingkungan yang terpelihara (Carpenito,2013) yang ditandai dengan
karakteristik: rasa kesadaran, sumber-sumber yang sakral, kedamaian dalam diri individu,
komitmen padanilai-nilai tertinggi terhadap cinta, makna, harapan dan kebenaran. Distress
spiritual adalah keadaan dimana individu/kelompok mengalami atau beresiko gangguan
sistem keyakinan atau nilai yang memberi kekuatan, harapan dan arti
kehidupanseseorang.(carpenito, 2013) dengan karakteristik adanya gangguan dalam suatu
keyakinan, mempertahankan makna kehidupan, kematian, penderitaan, keputusasaan, tak
melakukan ritual keagamaan, ragu tentang keyakinan dan kekosongan spiritual.
2. Penampilan umum dan perilaku motorik
Perawat mengkaji penampilan klien secara keseluruhan, termasuk pakaian, higiene dan
berhias. Apakah klien berpakaian sesuai dengan usianya? Apakah klien tampak tidak rapi?
Apakah klien terlihat sesuai dengan usia yang dikatakannya? Pengkajian tentang
penampilan umum dan perilaku motorik meliputi :
a. Automatism : perilaku berulang dan tanpa yujuan yang sering menunjukkan ansietas,
misalnya mengetukan jari,memutir ikatan rambut, atau mengentakkan kaki
b. Retardasi psikomotor : gerakan yang secara keseluruhan lambat
c. Flexibilitas cerea : mempertahankan postur atau posisi sepanjang waktu walaupun
posisi atau postur tersebut canggung atau tidak nyaman
Perawat mengkaji cara bicara klien untuk mengetahui kualitas, kuantitas, dan setiap
abnormalitas yang ada.
3. Mood dan Afek
Mood (alam perasaan) mengacu pada status emosional klien yang meresap dan meneta.
Afek ialah ekspresi status emosional klien yang terlihat. Istilah umum yang digunakan
dalam mengkaji mood dan afek meliputi:
a. Afek tumpul: memperlihatkan sedikit ekspresi; ekspresi wajah lambat dalam berespon.
b. Afek datar : tidak ada ekspresi wajah
c. Mood yang labil : perubahan mood yang cepat dan tidak dapat diperkirakan dari depresi
dan menangis.
4. Isi dan Proses Pikir
Proses mikir mengacu pada cara klien berpikir. Proses pikir disimpulkan dari cara
bicara dan pola bicara klien. Isi pikir adalah ucapan klien yang sebenarnya. Perawat
mengkaji apkah kata-kata klien masuk akal, apakah ide-ide yang disampaikan saling terkait
dan mengalir secara logis dari satu ide ke ide berikutnya.
5. Sensorium dan Proses Intelektual
Orientasi mengacu pada pengenalan klien terhadap orang, tempat, dan waktu.
Mengetahui siapa dan dimana dirinya serta hari, tanggal, dan tahun yang benar. Tidak
adanya informasi yang benar tentang orang, tempat, dan waktu disebut diorientasi atau
terorientasi satu kali (hanya orang) atau terorientasi dua kali (orang dan tempat).
Memori baik saat ini maupun masa lalu dikaji secara langsung dengan mengajukan
pertanyaan yang jawabannya dapat dipastikan perawat. Misalnya, siapa nama presiden
saat ini? Siapa nama presiden sebelumnya? Di wilayah mana anda tinggal?Apa ibukota
negara ini?
6. Penilaian dan Daya Tilik
Penilaian mengacu pada kemampuan untuk menginterprestasikan lingkungan dan
situasi diri dengan benar dan mengadaptasi perilaku dan keputusan diri secara tepat
(Videbeck & Sheila, 2008). Masalah penilaian dapat terlihat ketika klien menjelaskan
perilaku dan aktivitasnya saat ini yang menggambarkan tidak ada perhatian yang cukup
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Daya tilik merupakan kemampuan untuk memahmi sifatnsituasi diri yang
sebenarnya dan menerima beberapa tanggung jawab pribadiuntuk situasi tersebut. Daya
tilik seringkali dapat dilihat dari kemampuanklien menjelaskan kekuatan dan
kelemahan perilakumereka secara realistis. Contoh daya tilik yang buruk adalah klien
yang menyalahkan orang lain untuk perilakunya sendiri.
7. Konsep Diri
Konsep diri adalah semua jenis pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain.
Konsep diri ada melalui pembelajaran (dipelajari) setelah lahir sebagai hasil
pengalaman unik dalam dirinya, bersama orang terdekat dengan dunia nyata (realitas).
Konsep diri terdiri atas :
a. Citra tubuh yaitu kumpulan sikap individu yang di sadari terhadap tubuhnya
termasuk persepsi masa lalu/sekarang, perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan
dan potensi dirinya.
b. Ideal diri yaitu persepsi individu tentang bagaimana seharunya ia berlakukan
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
c. Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang di peroleh dengan
menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Harga diri
tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam menerima dirinya tanpa syarat,
meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa
sebagai orang yang penting dan berharga.
d. Penampilan peran yaitu serangkaian perilaku yang di harapakan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.
e. Identitas diri yaitu pegorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab tehadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.

Dalam mengkaji konsep diri klien dapat di lakukan langkah sebgai berikut :
a. Citra tubuh (gambaran diri, bofy image), bagaimana persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian tubuhnya yang paling di sukai dan bagian ynag paling tidak
di sukai.
b. Identitas diri (self identitiy), bagaimana pesepsi tentang status dan posisi klien
sebelum di rawat, kepuasan klien terhadap status/posisi tersebut(sekolah,
pekerjaan, kelompok, keluarga, lingkungan masyarakat sekitarnya), kepuasan
klien sebagai laki laki atau perempuan(gender).
c. Peran (self role), bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/peran yang diembannya dalam keluarga, kelompok, masyrakat, dan
bagiaman kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut.
d. ideal diri (self ideal), bagaimana harapan klien terhadap tubuhya, posisi, status,
tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat,
kerja, lingkungan masyrakat).
e. harga diri (self esteem), bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam
hubungannya dengan orang lain sesuai dengan kondisi tersebut di atas (nomor
2a, b, c, dan d) dan bagaimana penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri
dan lingkungan klik
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi
diri (paling adaptif) sampai pada kerancuan identitas/depersonalisasi (maladaptif)
yang digambarkan sebagai berikut

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga disi Kerancuan despersonalis


diri positif rendah identitas asi

1) Kerancuan identitas adalah suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan


berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa
yang harmonis. Sedangkan despersonalisasi adalah suatu perasaan yang tidak
realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan
2) Karakteristik Konsep Diri Rendah
a) Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu
b) Tidak mau berkaca
c) Menghindari diskusi tentang topik dirinya
d) Menonlak rehabilitasi
e) Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
f) Mengingkari perubahan pada dirinya
g) Peningkatan ketergantungan pada orang lain
h) Tanda dari keresahan seperti marah, keputusaan dan menangis
i) Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
j) Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol
k) Menghindari kontak sosial
l) Kurang bertanggung jawab
3) Faktor Resiko Gangguan Konsep Diri
a) Gangguan Identitas Diri
1. Perubaha perkembangan
2. Trauma
3. Jenis kelamin yang tidak sesuai
4. Budaya yang tidak sesuai
b) Gangguan Citra tubuh
1. Hilangnya bagian tubuh
2. Perubahan perkembang
3. Kecacatan
c) Gangguan Harga Diri
1. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
2. Kegagalan perkembangan
3. Kegagalan mencapai tujuan hidup
4. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral
d) Gangguan Peran
1. Kehilangan peran
2. Peran ganda
3. Konflik peran
4. Ketidakmampuan menampilkan peran

8. Peran dan Hubungan


Kemampuan untuk memenuhi peran atau tidak adanya peran yang diinginkan sering
kali menjadi pusat perhatian dalam fungsi psikososial klien. Perubahan peran juga dapat
menjadi bagian kesulitan klien. Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus
menyadari luasnya dunia kehidupan klien, memahami pentingnya kekuatan social dan
budaya bagi klien, mengenal keunikan aspek dan menghargai perbedaan klien.
Berbagai faktor social budaya klien meliputi usia,suku bangsa, gender,pendidikan,
penghasilan dan system keyakinan. Hubungan sosial dapat dikaji sebagai berikut :
a. Siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien, tempat mengadu, bicara, minta
bantuan atau dukungan baik secara material maupun non material.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, kelompok sosial apa saja yang
diikuti di lingkungannya dan sejauh mana ia terlibat. Hambatan apa saja dalam
berhubungan dengan orang lain/kelompok tersebut.
Guna mencapai kepuasan dalam kehidupan individu membina hu bungan
interpersonal (hubungan sosial) yang positif. Hubungan sosial yang sehat terjadi jika
individu saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi masih di pertahankan.
Kapasitas hubungan sosial berkembang sepanjang siklus kehidupan yang dapat di
gambarkan dalam Rentang Hubungan Sosial sebagai berikut :
a. Respon adaptif
1) Solitut
2) Otonomi
3) Kebersamaan
4) Saling ketergantungan
5) Kesepian
6) Menarik diri
7) Ketergantungan
b. Respon mladaptif
1) Manipulasi
2) Impulsive
3) Narsisme
Manipulasi adalah orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat
pada masalah pengendalian, individu, berorientasi pada diri sendiri/tujuan bukan pada
orang lain. Impulsive adalah tidak mampu merencakan/belajar dari penglaman,
penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan. Narsisme adalah harga diri rapuh, terus
menerus, berusaha mendapatkan penghargaan/pujian, bersikap egosentris, pencemburu
dan marah bila orang lain tidak mendukungnya.

9. Pertimbangan Fisiologis dan Perawatan Diri.


Ketika melakukan pengkajian psikososial, perawat harus menyertakan fungsi
fisiologis. Walaupun pengkajian kesehatan fisik yang lengkap mungkin tidak
diindikasikan, beberapa area fungsi seringkali diperburuk oleh masalah emosional. Pola
makan dan tidur dapat sangat dipengaruhi oleh masalah emosional: dibawah pengaruh
stress, individu mungkin makan secara berlebihan atau tidak makan sama sekali dan
tidur sampai 20 jam dalam sehari atau tidak bisa tidur lebih dari dua atau tiga jam pada
malam hari. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji pola kebiasaan makan dan tidur
klien kemudian menentukan bagaimana pola tersebut berubah (Videbeck & Sheila,
2008)
Beberapa faktor penting dapat mempengaruhi pengkajian psikososial
yaitu kemampuan klien untuk berpatisipai dan memberi umpan balik, status kesehatan
fisik, kesejahteraan emosional dan perepi tentang situasi dan kemampuan
beerkomunikai, serta sikap dan pendekatan perawat.
Pengkajian psikososial dapat sangat dipengaruhi oleh sikap dan pendekatan perawat.
Perawat harus melakukan pengkajian secara profesional, tidak menghakimi, dan
berorientasi pada fakta, tidak membiarkan peraaan priadinya mempengaruhi
wawancara.
BAB 3. KESIMPULAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologi, sosial dan spiritual. Pengkajian
jiwa komprehensif di rumah sakit umum biasanya menggunakan pengkajian psikososial.
Menurut Gordon W. Allport psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
mengerti dan menerangkan bagaimanan pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu
dipengaruhi oleh kenyataan, imajinasi dan kehadiran oranglain. Pengkajian psikososial
terdiri dari riwayat klien, penampilah umum dan perilaku motorik, mood dan afek, isi dan
proses pikir, sensorium dan proses intelektual, penilaian dan daya tilik, konsep diri, perna
dan hubungan, pertimbangan fisiologis dan perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul.(2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.Yogyakarta: Graha


Ilmu
Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik (Terjemahan).
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyn E., Moorhouse, Mary F., Geissler, Alice. (2009). Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien.
Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter&Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,proses, dan praktik. Vol.
2. Ed. 4. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai