Anda di halaman 1dari 8

PERAN MEDIA DIGITAL DALAM MENINGKATKAN KESADARAN

MASYARAKAT MENGENAI PENTINGNYA KESEHATAN MENTAL

Frisda Ferdiana
195020300111080
Jurusan S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
ferdianafrisda@gmail.com

ABSTRAK

Kesehatan mental merupakan hal yang krusial bagi setiap manusia. Tidak
hanya fisik, mental kita pun membutuhkan kepedulian yang sama atas
kesehatannya. Penulisan artikel ilmiah ini bertujuan diantaranya untuk
memaparkan lebih lanjut mengapa kesehatan mental menjadi isu yang
penting dan krusial dalam masyarakat, menggambarkan tingkat kesadaran
masyarakat terkait kesehatan mental di Indonesia, serta mengupas lebih
lanjut peran media digital dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
terkait kesehatan mental. Pembangunan kesehatan fisik dan mental secara
berimbang merupakan sebuah kewajiban yang harus ditanggung bersama
oleh pemerintah dan segenap masyarakat. Melalui pemanfaatan
teknologi berbasis daring, kita dapat lebih mudah untuk membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat terkait isu kesehatan mental.
Kata Kunci : Kesehatan, Kesehatan Mental, Peran Media Digital

Kesehatan mental merupakan hal yang krusial bagi setiap manusia. Tidak
hanya fisik, mental kita pun membutuhkan kepedulian yang sama atas
kesehatannya. Perkataan orang lain, lingkungan di sekitar kita, sosial media,
bahkan pikiran kita sendiri banyak memengaruhi bagaimana kesehatan mental
kita. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya
kepedulian terhadap kesehatan mental, baik dirinya sendiri maupun orang
sekitarnya. Stigma yang ada dalam masyarakat seperti pergi ke psikolog dianggap
sakit jiwa, orang dengan gangguan mental dianggap jauh dari Tuhan, malah
membuat kita secara umum merasa tidak nyaman untuk mengutarakan apa yang
kita alami.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Health Data Exchange
tahun 2017 menunjukkan, ada 27,3 juta orang di Indonesia mengalami masalah
kejiwaan. Masalah kejiwaan disini mulai dari kecemasan (anxiety disorder),
depresi, bipolar, sampai skizofrenia. Dengan kemajuan teknologi berbasis
internet, kita semakin dimudahkan untuk memperoleh tidak hanya akses
informasi, tetapi juga layanan berbasis daring. Munculnya berbagai aplikasi dan
kemajuan teknologi juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
terkait isu kesehatan mental.

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan dari penulisan artikel ilmiah ini
diantaranya 1) memaparkan lebih lanjut mengapa kesehatan mental menjadi isu
yang penting dan krusial dalam masyarakat, 2) menggambarkan tingkat kesadaran
masyarakat terkait kesehatan mental di Indonesia, serta 3) mengupas lebih lanjut
peran media digital dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait kesehatan
mental. Dengan demikian, artikel ilmiah dengan judul “Peran Media Digital
dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Mengenai Pentingnya Kesehatan
Mental” ini perlu dibahas dan dikaji lebih lanjut.

PEMBAHASAN

PENTINGNYA KESEHATAN MENTAL

Menurut WHO (World Health Organization), pengertian kesehatan mental


yakni kondisi seseorang yang sejahtera karena individu menyadari potensi dirinya,
dapat mengatasi tekanan, bekerja dengan baik dan produktif, serta mampu
memberikan kontribusi bagi kelompoknya. Sedangkan data yang didapat dari
survey yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 20% anak-anak
dan remaja di dunia mengalami gangguan dan permasalahan mental. Di sisi lain,
lebih dari 800.000 orang setiap tahunnya mati karena bunuh diri dan bunuh diri
sendiri menjadi penyebab terbesar ke-2 kematian yang terjadi pada usia 15-29
tahun.

Isu kesehatan mental apabila terus menerus terpinggirkan akan


berpengaruh buruk baik bagi individu tersangkut, pihak keluarga dan masyarakat
sekitar, bahkan hingga tingkat negara. Mengacu pada pengertian orang dengan
mental yang sehat dimana individu akan dapat memanfaatkan seluruh potensinya
dengan maksimal, gangguan mental tentu berpengaruh pada produktivitas para
penderitanya dan penurunan produktifitas ini terbukti berdampak nyata pada
perekonomian.

DALY (Disability-Adjusted Life Year) atau waktu yang hilang selama


setahun dari penderita gangguan mental ternyata 12,5% lebih besar daripada
penderita penyakit jantung sistemik dan TBC. Bahkan menurut WHO dan WEF
(World Economic Forum) gangguan mental menjadi beban ekonomi terbesar di
seluruh dunia dibanding isu kesehatan lain dengan menghabiskan $2,5 triliun pada
tahun 2010 dan diperkirakan menjadi $6 triliun dolar pada tahun 2030 karena 2/3
dari hilangnya dana terpakai akibat disabilitas dan kehilangan pekerjaan. WHO-
pun dengan tegas menyatakan bahwa pembangunan kesehatan fisik dan mental
secara berimbang merupakan sebuah kewajiban yang harus ditanggung bersama
oleh pemerintah dan segenap masyarakat.

KESADARAN MASYARAKAT MENGENAI KESEHATAN MENTAL

“Gangguan mental bukanlah sesuatu yang memalukan, namun stigma dan


bias mempermalukan kita semua.” – Bill Clinton

Ungkapan Bill Clinton, presiden Amerika ke-42, yang juga sejalan dengan
penelitian Mental Health Literacy in Emerging Adults in a University Setting:
Distinctions Between Symptom Awareness and Appraisal dalam Journal of
Adolescent Research 2017 yang ditulis oleh Gagnon, dkk. ini kurang lebih
menggambarkan bagaimana kondisi kesadaran masyarakat mengenai kesehatan
mental secara umum. Stigma yang ada pada masyarakat terhadap penderita
disabilitas mental membuat mereka didiskriminasi dan dikucilkan oleh orang-
orang di sekitarnya. Bahkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh gerakan
sosial SehatMental.id, pada tahun 2017 terdapat 28,1% penderita disabilitas
mental di Indonesia yang dibelenggu di rumah mereka sendiri. Bukannya
memeroleh penanganan medis yang semestinya, para penderita disabilitas mental
malah diisolasi dari kehidupan sosial karena dianggap sebagai 'aib' keluarga dan
membahayakan.
Isu mengenai kesehatan mental ini tidak hanya masalah pribadi penderita,
keluarga, dan masyarakat di sekitarnya, tetapi juga dalam skala besar merupakan
masalah tata kelola negara dimana faktor penyebab gangguan mental tidak jarang
dari keadaan akibat kebijakan pemerintah seperti tingkat perekonomian,
kesejahteraan masyarakat, dan penyediaan layanan kesehatan yang mumpuni.
World Health Organization dalam paparan Mental Health Action Plan 2013-2020
menyebutkan bahwa sistem jaminan kesehatan di negara manapun belum
melayani pasien yang menderita gangguan mental. Maka tidak heran jika terjadi
kesenjangan yang cukup tinggi antara jumlah penderita gangguan mental dan
jumlah penderita yang tertangani. Menurut data yang juga didapat dari WHO,
76%-85% orang dengan gangguan mental berat di negara yang berpendapatan
rendah dan menengah tidak mendapat penanganan yang semestinya. Pun di negara
dengan tingkat pendapatan yang tinggi angkanya masih mecapai 30%-50%.

Sedangkan ditinjau dari fasilitas dan pelayanan yang ada di Indonesia, data
dari Kementerian Sosial, hingga 2018, menunjukkan bahwa Indonesia hanya
memiliki 48 rumah sakit jiwa dengan rincian sebanyak 32 rumah sakit jiwa milik
pemerintah dan 16 lainnya merupakan bentukan swasta. Sementara itu, hanya
sekitar 2% dari 1.678 rumah sakit umum yang memiliki layanan kesehatan jiwa.
Di pelayanan tingkat puskesmas, hanya sekitar 7% dari 9.000 puskesmas yang
dapat memberikan layanan kejiwaan.

Dari segi tenaga medis, data menunjukkan jumlah tenaga medis khusus
untuk kesehatan jiwa atau psikiatri masih minim. Dengan jumlah penduduk yang
mencapai 247 juta jiwa, Indonesia hanya memiliki 800 psikiater yang berarti
cakupan pelayanan seorang psikiater sekitar satu berbanding 300.000 orang.
Padahal, standar pelayanan yang ditetapkan WHO untuk jumlah tenaga psikiater
dengan penduduk, yaitu satu berbanding 30.000 orang.

PERAN MEDIA DIGITAL DALAM MENINGKATKAN KESADARAN


MASYARAKAT MENGENAI KESEHATAN MENTAL

Saat ini, kita hidup di era berbasis internet dimana semua orang dapat
dengan mudah mengakses dan menyebarluaskan berbagai macam informasi
melalui gawai, tak terkecuali terkait aktualisasi diri melalui media sosial. Media
sosial sudah tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku masyarakat dewasa ini.
Semua yang dirasakan, dilakukan, dan dipikirkan dapat dengan mudah diunggah
pada akun sosial medianya sehingga dapat diketahui orang lain sebagai bentuk
pengekspresian diri.

Ternyata hal ini telah menjadi bahan penelitian dalam International


Journal of Mental Health and Addiction dengan judul A Tool to Help or Harm?
Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia yang ditulis oleh
Sujarwoto (Universitas Brawijaya), Gindo Tampubolon (University of
Manchester), dan Adi Cilik Pierewan (Universitas Negeri Yogyakarta) dalam
abstraknya yang menyatakan bahwa “Temuan menunjukkan bahwa penggunaan
media sosial membahayakan kesehatan mental orang dewasa; peningkatan satu
standar deviasi dalam penggunaan media sosial oleh orang dewasa dikaitkan
dengan peningkatan skor CES-D sebesar 9 persen”.

Meskipun begitu, dengan adanya media sosial juga dapat menjadi sarana
kita untuk lebih menyadarkan dan mengedukasi masyarakat mengenai isu
kesehatan mental. Dengan penyebaran informasi yang lebih mudah, hadirnya
beberapa platform yang terfokus pada peningkatan kesadaran akan kesehatan
mental seperti @ibunda.id, @pijarpsikologi, @pojok_psikologi, @riliv,
@menjadimanusia, @duduk.dulu banyak membantu meningkatkan kesadaran
masyarakat terkait isu kesehatan mental. Mereka tidak hanya menyebarkan
informasi, lebih jauh mereka juga berusaha meminimalisir stigma negatif yang
ada di masyarakat terkait gangguan mental, menyuarakan kisah para pejuang sehat
mental melalui tokoh-tokoh pengidap gangguan mental, membentuk kelompok
bersama dalam mengendalikan gangguan mental, bahkan meyediakan layanan
untuk curhat dan mengatasi masalah secara daring.

PENUTUP

KESIMPULAN

Kesehatan mental merupakan isu yang sangat krusial untuk dibahas dan
dipedulikan. Kesehatan mental tidak hanya berdampak bagi pribadi itu sendiri
maupun orang-orang di sekitarnya, tetapi dalam skala besar juga berpengaruh
pada produktivitas kerja dan perekonomian suatu negara. Dengan fisik dan mental
yang sehat, individu akan lebih dapat memanfaatkan potensi dirinya,
mengendalikan emosi dan diri, serta dapat lebih produktif dan bermanfaat bagi
sekitar.

Dari data-data yang telah terpapar dalam pembahasan di atas, kesadaran


dan kepedulian masyarakat maupun pemerintah terhadap isu kesehatan mental
masih minim. Hal ini dapat dinilai dari respon yang diberikan masyarakat serta
masih hidupnya stigma-stigma negatif yang ada pada masyarakat terhadap para
pengidap gangguan mental. Dari sisi pemerintah pun demikian, kebijakan-
kebijakan dan pemenuhan sarana dan prasarana atas isu ini masih kurang dilirik
sehingga isu kesehatan mental belum menjadi prioritas utama untuk
memaksimalkan potensi yang dimiliki setiap orang dalam proses perkembangan
dan kemajuan negara.

Dengan memanfaatkan teknologi berbasis daring dan kemudahan


penyebarluasan informasi, kita dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana
untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya isu kesehatan mental dan secara perlahan mengatasi stigma-stigma
negatif mengenai gangguan mental dengan menumbuhkan pemahaman baru
bahwa setiap manusia hendaknya tidak hanya peduli akan kesehatan fisik saja
tetapi juga kesehatan mentalnya.

SARAN

Hal pertama yang harus dibangun untuk menumbuhkan kesadaran


masyarakat terkait isu kesehatan mental adalah mengedukasi diri sendiri mengenai
pentingnya kesehatan mental, menyadari bahwa apa-apa yang kita lakukan bisa
berdampak pada mental seseorang, bahkan hanya dengan ucapan atau gurauan.
Hal penting lainnya yang perlu diedukasi pada khalayak yakni mengenai
bagaimana treatment yang sepatutnya diberikan pada pengidap gangguan mental.

Kesadaran mengenai isu kesehatan mental juga hars didukung melalui


program-program dan kebijakan-kebijakan pemerintah atas pemenuhan fasilitas
serta layanan untuk pengidap gangguan mental dan konsultasi terkait kesehatan
mental. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah tenaga medis di bidang
kejiwaan serta penyebarluasan informasi dan layanan sehingga mengurangi
sampai meniadakan pemasungan yang masih marak ditemui di pedesaan terhadap
orang dengan gangguan mental atau kejiwaan.

Selain saran-saran yang dapat dilakukan diri sendiri dan pemerintah di


atas, berdasarkan bahasan dan topik artikel ilmiah ini, maka hal lain yang
mestinya dilakukan yakni memaksimalkan hadirnya platform-platform pada
media sosial seperti yang telah dipaparkan sebelumnya baik dari segi konten, isi,
desain, dan pelayanan sehingga perlahan stigma-stigma negatif yang ada pada
masyarakat dapat diminimalisir dan tergantikan oleh pandangan baru yang
mencerahkan kesadaran masyarakat mengenai isu kesehatan mental.

DAFTAR RUJUKAN
Audreyla, Shierine. 2019. Mental Health, Seberapa Pentingnya Itu?, dilihat 14

November 2019, < https://communication.binus.ac.id/>

Bagaskara, M. Damar. 2017. Diana Setiyawati dan Rendahnya Kesadaran

Kesehatan Mental Mahasiswa UGM, dilihat 14 November 2019,

<http://www.balairungpress.com/2017/>

Marsyukrilla, Eren. 2019. Literasi Minim, Problem Kejiwaan Masih Terabaikan,

dilihat 14 November 2019, < https://bebas.kompas.id/baca/riset/2019/>

Nailufar, Nibras Nada. 2019. Merefleksikan Joker (3): 1 dari 10 Orang Indonesia

Alami Gangguan Jiwa, dilihat 7 November 2019,

<https://www.kompas.com/tren/read/>

Ridwan Fauzi, Andri. 2019. Ini Dia Mitos Kesehatan Mental di Masyarakat,
dilihat

14 November 2019, < https://www.ayobandung.com/read/>


Tim, CNN Indonesia. 2019. Medsos Sebabkan Gangguan Mental pada Orang

Indonesia, dilihat 14 November 2019,

<https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/>

Wiramuda, Putra. 2015. Pentingnya Kesadaran Akan Kesehatan Mental, dilihat


14

November 2019, < https://www.kompasiana.com/putrawiramuda/>

Wiramuda, Putra. 2017. Refleksi Kesadaran Masyarakat Akan Kesehatan Mental

di Indonesia, dilihat 14 November 2019, < https://pijarpsikologi.org/>

Anda mungkin juga menyukai