Meningkatnya Angka Gangguan Kesehatan Mental Di Indonesia
Kesehatan mental merupakan bagian penting dari kesejahteraan individu dan
masyarakat secara keseluruhan. Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018, prevalensi gangguan kesehatan mental di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 11,6 persen dari total populasi. Ini mencakup berbagai gangguan seperti kecemasan, depresi, gangguan bipolar, dan skizofrenia. Data lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukkan bahwa angka kematian akibat bunuh diri terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020, tercatat ada sekitar 9.090 kasus bunuh diri di Indonesia. Karyotaki et al. (2020) dalam jurnal "Journal of Affective Disorders," menyebutkan bahwa prevalensi gangguan kesehatan mental di kalangan remaja Indonesia meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Faktor- faktor seperti tekanan akademik, konflik keluarga, pergaulan yang tidak sehat, dan penggunaan teknologi yang berlebihan menjadi penyebab utama masalah ini. Selain itu, kesehatan mental juga dapat menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada perilaku penyimpangan. Perilaku penyimpangan merujuk pada perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan norma-norma sosial atau hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Artinya, berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah disebutkan, kesehatan mental merupakan masalah kesehatan yang mendesak dan perlu mendapat perhatian serius dan tindakan yang komprehensif.
Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab dari meningkatnya gangguan kesehatan
mental di Indonesia, di antaranya:
1. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan mental
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental masih rendah di Indonesia. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam penelitian Firmansyah et al. (2018) yang diterbitkan dalam jurnal "Asian Journal of Psychiatry" bahwa pengetahuan tentang kesehatan mental di antara masyarakat Indonesia masih terbatas, dengan tingkat stigmatisasi yang tinggi terhadap gangguan kesehatan mental. Banyak orang tidak memahami gejala-gejala gangguan kesehatan mental atau tidak mengetahui cara untuk mencari bantuan atau dukungan yang tepat. Kurangnya pendidikan dan kesadaran tentang kesehatan mental di antara masyarakat dan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang memperburuk masalah ini. Diperlukan upaya yang lebih besar untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan mental di semua tingkatan masyarakat. 2. Stigma dan Diskriminasi Stigma terhadap gangguan kesehatan mental masih sangat kuat di masyarakat Indonesia. Orang yang mengalami masalah kesehatan mental sering kali dihadapkan pada diskriminasi, penolakan, dan stereotip negatif yang menghambat mereka untuk mencari bantuan atau pengobatan. Menurut penelitian oleh Hanafi et al. (2019) yang dipublikasikan dalam jurnal "International Journal of Mental Health Systems," stigma sosial merupakan salah satu faktor utama yang menghambat akses terhadap layanan kesehatan mental di Indonesia. 3. Keterbatasan Akses Terhadap Layanan Kesehatan Mental Akses terhadap layanan kesehatan mental di Indonesia tergolong masih terbatas, terutama di daerah pedesaan dan wilayah terpencil. Faktor-faktor seperti kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai, kurangnya tenaga medis yang terlatih dalam kesehatan mental, dan biaya yang tinggi menjadi hambatan utama. Dalam penelitian oleh Minas et al. (2019) yang diterbitkan dalam jurnal "International Journal of Mental Health Systems," disebutkan bahwa kurangnya investasi dalam infrastruktur kesehatan mental di Indonesia telah menyebabkan ketidakmerataan akses terhadap layanan tersebut di seluruh negara. 4. Kurangnya Investasi dalam Kesehatan Mental Kurangnya investasi dalam sistem kesehatan mental oleh pemerintah menjadi salah satu akar penyebab utama masalah kesehatan mental di Indonesia. Anggaran yang terbatas untuk layanan kesehatan mental mengakibatkan kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai dan kurangnya tenaga medis yang terlatih. 5. Krisis Sosial dan Ekonomi Krisis sosial dan ekonomi, seperti konflik, kemiskinan, dan ketidakstabilan politik, juga dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental di Indonesia. Krisis- krisis ini dapat meningkatkan tingkat stres, kecemasan, dan depresi di masyarakat.
Adapun gambaran permasalahan kesehatan mental di Indonesia juga dijelaskan oleh
pohon masalah di bawah ini.
Penurunan kualitas hidup
dan produktivitas
Meningkatnya angka gangguan
kesehatan mental di Indonesia
Kurangnya kesadaran Keterbatasan Krisis sosial Stigma dan
dan pengetahuan akses terhadap dan ekonomi diskriminasi masyarakat dan tenaga layanan kesehatan kesehatan mental
Kurangnya pendidikan Kurangnya
tentang kesehatan investasi dalam mental kesehatan mental
Meningkatnya angka gangguan kesehatan mental di Indonesia dapat berdampak pada
penurunan kualitas hidup dan produktivitas masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan peran berbagai pemangku kepentingan dalam upaya penanganan, pencegahan, dan peningkatan kesadaran tentang kesehatan mental. Pemangku kepentingan dimaksud yaitu: 1. Pemerintah Pemerintah Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah, memiliki tanggung jawab untuk menyediakan kebijakan, anggaran, dan program-program yang mendukung layanan kesehatan mental. Hal ini meliputi penyediaan fasilitas kesehatan mental, pelatihan tenaga kesehatan mental, dan promosi kesehatan mental di masyarakat. 2. Lembaga Kesehatan Lembaga kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas, dan klinik kesehatan mental, berperan dalam memberikan layanan langsung kepada individu yang membutuhkan perawatan kesehatan mental. Mereka juga berperan dalam melakukan penyuluhan, deteksi dini, dan intervensi terhadap gangguan kesehatan mental. 3. Profesional Kesehatan Mental Tenaga profesional seperti psikiater, psikolog, psikoterapis, dan perawat kesehatan mental memiliki peran khusus dalam diagnosis, pengobatan, dan pemulihan individu yang mengalami gangguan kesehatan mental. 4. Organisasi Non-Pemerintah (LSM) LSM yang fokus pada kesehatan mental, seperti yayasan sosial dan kelompok advokasi kesehatan mental, berperan dalam memberikan dukungan, advokasi, dan layanan sosial bagi individu dan keluarga yang terkena dampak gangguan kesehatan mental. 5. Komunitas dan Keluarga Komunitas lokal dan keluarga memiliki peran penting dalam mendukung individu yang mengalami gangguan kesehatan mental. Dukungan sosial dari lingkungan sekitar dapat membantu mempercepat proses pemulihan dan mengurangi stigma terhadap gangguan kesehatan mental. 6. Media Massa Media massa memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk persepsi dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan mental. Media dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran, mengedukasi masyarakat, dan mengurangi stigma terhadap gangguan kesehatan mental. 7. Pendidik dan Sekolah Pendidik dan sekolah memiliki peran dalam memberikan pemahaman tentang kesehatan mental kepada siswa, serta mendukung lingkungan yang mendukung bagi siswa yang mengalami masalah kesehatan mental. 8. Pekerja dan Pengusaha Pekerja dan pengusaha memiliki peran dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental, seperti menyediakan program kesehatan mental, dukungan psikososial, dan kebijakan yang memperhatikan kesejahteraan mental karyawan.
Melalui kerjasama antara berbagai pemangku kepentingan ini, diharapkan upaya-upaya
untuk meningkatkan kesehatan mental masyarakat Indonesia dapat lebih efektif dan berkelanjutan.