Anda di halaman 1dari 3

PANDANGAN MASYARAKAT INDONESIA YANG MASIH SETENGAH

MATA TERHADAP PENYAKIT MENTAL

Penulis : Ghina Syifana Lubis (05051281924023)

Sejak kecil semua orang selalu diajarkan bahwa kesehatan adalah suatu hal yang
berharga dan sangat mahal. Namun definisi kesehatan di mata masyarakat Indonesia
masih lah sangat sempit, bagi mereka kesehatan yang pantas dijaga itu hanyalah
kesehatan fisik atau jasmani saja. Kepedulian masyarakat terhadap penyakit mental di
Indonesia masih relatif sangat rendah. Kesehatan mental itu sendiri dapat diartikan
dengan keadaan jiwa manusia yang dapat memengaruhi perkembangan fisik, intelektual,
dan emosional manusia yang optimal dan perkembangan perkembangan tersebut
berhubungan dengan keadaan diri sendiri dan orang lain. Kesehatan mental masih
dianggap sebagai hal kecil yang tidak terlalu diperhatikan, sehingga masih banyak
masyarakat yang diabaikan penyakit mentalnya. Namun nyatanya pasien penderita
penyakit mental pada Indonesia selalu meningkat tiap tahunnya. Data terakhir yang
didapatkan dari kasus gangguan mental di Indonesia mencapai sekitar 6%, dan kalangan
yang paling rentan terkena gangguan jiwa adalah manusia produktif seperti remaja dan
dewasa muda. Namun karena kepedulian penyakit mental di Indonesia masih sangat
negatif dan mendiskriminasi sehingga masih banyak pasien yang tidak berani untuk
melaporkan dirinya sebagai korban penyakit mental. Karena semua anggapan remeh ini
lah yang membuat situasi kesehatan mental pada Indonesia sangatlah memprihatinkan.

Pola Pikir masih merupakan faktor terbesar yang menyebabkan kesehatan mental
Indonesia sangatlah buruk. Masyarakat masih berfikir gangguan jiwa adalah hal yang
sangat negatif adalah karena ajaran orang tua sejak kecil yang mengajarkan bahwa
penyakit mental hanyalah “orang gila” yang biasa kita temui di pinggir jalan dengan
keadaan yang sangat buruk. Meski pun hal itu bukanlah hal yang salah, namun nyatanya
ada banyak kesehatan mental yang diabaikan oleh para masyarakat. Contoh penyakit
mental yang paling sering diabaikan oleh masyarakat Indonesia adalah penyakit seperti
depresi, anxiety, dan panic attack. Bagi mereka penyakit ini hanyalah hal yang wajar dan
sudah biasa terjadi. Masih banyak juga masyarakat yang berpikiran kuno dan mengira
bahwa penyakit mental ini datang karena adanya dosa atau roh jahat yang mengganggu
penderita penyakit, karena pola pikir seperti ini lah yang membuat banyak pasien lebih
memilih pertolongan paranormal seperti praktik pasung daripada pertolongan medis atau
pun psikis. Hal terburuk yang mungkin terjadi terhadap penderita penyakit mental adalah
diperlakukan layaknya binatang oleh masyarakat sekitar atau pun keluarganya dengan
mengurungnya di kandang tanpa perikemanusiaan. Dari semua hal ini dapat dilihat bahwa
masih banyak masyarakat yang tidak mau membuka pikirannya atau peduli terhadap
kesehatan mental manusia.

Pertolongan pemerintah juga masih sangat buruk. Rumah sakit jiwa yang ada di
Indonesia masih bisa dibilang sangat minim dan kurang memadai. Di Indonesia hanya
terdapat 48 rumah sakit jiwa yang sangat tidak sebanding dengan kurang lebih 14 juta
penderita penyakit mental di Indonesia. Pembagian rumah sakit jiwa di Indonesia juga
masih tidak merata, dari 48 rumah sakit jiwa tersebut mayoritas rumah sakit tersebut
terletak di Pulau Jawa lebih tepatnya di Jakarta. Tidak hanya rumah sakit jiwa, bantuan
konseling seperti psikiater di Indonesia juga masih relatif kecil yang hanya sekitar 600-
800 psikiater, artinya satu psikiater harus menangani kurang lebih 300 ribu pasien
penyakit mental di Indonesia. Namun nyatanya menurut World Health Organization
(WHO) standar jumlah psikiater dalam suatu Negara adalah satu banding tiga puluh ribu
dari jumlah populasi Negara itu sendiri. Dari standar tersebut seharusnya pemerintah
menyediakan sekitar 24 ribu psikiater yang tersebar di tiap provinsi secara merata. Namun
kenyataannya psikiater terbanyak terletak di Pulau Jawa sebesar 70% dan 40% di
antaranya terletak di Jakarta. Sehingga angka penderita penyakit mental yang tidak
mendapatkan bantuan secara psikis dan medis masihlah sangat tinggi. Segala hal tersebut
membuktikan betapa kurangnya kepedulian pemerintah terhadap keadaan kesehatan
mental di Indonesia.

Dari perlakuan pemerintah yang sangat minim dapat dilihat bahwa segala perlakuan
nya hanyalah formalitas yang dilakukan setengah hati, seakan akan pemerintah menolak
melihat kemungkinan bahwa penyakit mental bukanlah ancaman negara yang harus
mereka perhatikan atau dipandang serius. Namun nyatanya angka bunuh diri di Indonesia
sudah sangat tinggi dan penyebab ter besarnya adalah depresi kronis. Dari 14 juta
masyarakat Indonesia yang menderita penyakit mental hanya 1% diantaranya yang
mendapatkan pertolongan medis yang baik, hal ini menyatakan bahwa hanya ada sekitar
1 juta masyarakat yang mendapatkan perawatan serius oleh pemerintah dari 14 juta
penderita tersebut. Masyarakat yang tidak mendapatkan pertolongan inilah yang dapat
terkena penyakit mental parah seperti depresi kronis dan dapat dipastikan akan
mempengaruhi kemajuan negara. Dengan banyaknya masyarakat yang terkena penyakit
mental maka produktivitas negara akan menurun, tidak hanya itu kesejahteraan sosial
juga akan menurun dengan banyaknya masyarakat yang merasa sengsara dengan penyakit
yang dia miliki. Sisi pendidikan juga dapat dikuras habis oleh para korban penyakit
mental yang tidak diobati yang berakhir dengan buruknya pendidikan di Indonesia. Dari
segala hal tersebut dapat dikatakan bahwa kesehatan mental bisa menjadi ancaman negara
selanjutnya jika pemerintah tidak melakukan pergerakan untuk memperbaikinya.

Pada zaman yang sudah berkembang ini seharusnya ada gerakan lebih lanjut dari
pemerintah dan masyarakatnya mengenai penyakit mental. Pemerintah seharusnya lebih
memperhatikan situasi ini, jangan lagi pemerintah memandang sebelah mata dari
penyakit mental itu sendiri. Masyarakat sendiri juga memerlukan arahan ataupun bantuan
dari pemerintah untuk mengubah pola pikir mereka, seperti pendidikan tentang kesehatan
mental agar masyarakat mengerti cara memperlakukan para penderita penyakit mental.
Pemerintah juga harus memberikan pembelajaran mengenai hal hal yang merupakan
tanda tanda penyakit mental itu sendiri agar masyarakat bisa lebih sadar mengenai
penyakit mental dan mengetahui kapan mereka harus pergi ke pihak medis ataupun ke
psikiater. Selain memberikan pembelajaran, pemerintah juga harus memberikan sarana
konseling dan rumah sakit jiwa yang lebih sesuai dengan syarat dari WHO. Masyarakat
harus mulai menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan jiwa sesama
manusia. Dengan meningkatkan segala hal tersebut, dapat diyakinkan bahwa angka
kematian yang disebabkan oleh bunuh diri dapat menurun secara drastis. Begitu juga akan
menurunkan kemungkinan bahwa depresi dan penyakit mental lainnya akan menjadi
gangguan untuk kemajuan Negara di tahun tahun berikutnya, sehingga Negara dapat
berkembang dengan harmonis dan sukses.

Anda mungkin juga menyukai