Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT MENTAL


DI KOMUNITAS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
SITI NURHALIZA
LAILA FITRI
DELVIRA
KOMALA PARWATI
SEPTIA ANDARI
SITI ANISA PUTRIANTO
ANDINI MULYATI KARTIKA
ALVINA PUTRI
RAHMA ANDIKA
MIDYA SASWITA

S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA
PADANG
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di jaman modern ini tidak hanya penyakit secara fisik yang menjadi
kekhawatiran masyarakat, namun juga penyakit mental. Penyakit atau gangguan
mental sangatlah berbahaya karena tidak selalu diindikasikan dengan kondisi fisik
namun juga berbagai faktor-faktor psikologis. Oleh karena itu, terdapat banyak
kasus dimana orang yang tidak menjaga kesehatan mentalnya dengan baik tiba-
tiba seakan mengalami gangguan mental.
Terdapat sekitar 450 juta orang menderita gangguan mental dan perilaku
di seluruh dunia. Diperkirakan satu dari empat orang akan menderita gangguan
mental selama masa hidup mereka. Menurut WHO regional Asia Pasifik (WHO
SEARO) jumlah kasus gangguan depresi terbanyak di India (56.675.969 kasus
atau 4,5% dari jumlah populasi), terendah di Maldives (12.739 kasus atau 3,7%
dari populasi). Adapun di Indonesia sebanyak 9.162.886 kasus atau 3,7% dari
populasi. (Ayuningtyas et al., 2018)
Jumlah laki-laki dan perempuan dengan depresi di Indonesia, 1990- 2019

WHO menyatakan gangguan mental dan neurologis di antara orang


dewasa yang lebih tua menyumbang 6,6% dari total kecacatan (DALYs) untuk
kelompok usia ini. Sekitar 15% orang dewasa berusia 60 tahun ke atas menderita
gangguan mental.
Kesehatan mental menjadi komponen penting saat pandemi Covid19. Pada
Oktober 2020 lalu, salah satu situs dokter spesialis jiwa memapar pembaca
dengan beberapa pertanyaan tentang kesehatan jiwa. Hasilnya ada partisipan
sebanyak 5661 orang yang sebagian besar mengalami depresi selama masa
pandemi ini. Sebanyak 32 % mengalami masalah psikologis dan 67,4 % memiliki
gejala cemas. Sayangnya, masyarakat yang mengalami masalah kesehatan mental
ini sebagian besar berumur kurang dari 30 tahun.  Usia ini merupakan masa
produktif yang seharusnya masyarakat paling  berkarya pada usia tersebut. Dari
total orang yang depresi itu 48 % berpikir untuk bunuh diri atau ingin melukai diri
dan orang lain. Sebagian yang bermasalah tersebut juga mengalami trauma
psikologis.
Trauma yang dimaksud adalah kondisi orang selalu merasa waspada
secara terus-menerus, merasa sendirian, merasa ditinggalkan serta merasa
terisolasi saat pandemi. Rupanya pandemi selama dua tahun ini memberikan
banyak dampak baik pada kehidupan pribadi maupun keluarga dan masyarakat
secara umum. Seperti kita ketahui bersama bahwa ada banyak persoalan selama
pandemi. Ada sebagian masyarakat yang di-PHK, ada yang penghasilannya
menurun, ada yang usahanya gulung tikar dan bahkan berakibat sampai ke
naiknya angka perceraian di sejumlah wilayah. Data tersebut memberi gambaran
kondisi kesehatan mental masyarakat Indonesia selama pandemi Covid19.
Berbagai keadaan dan kondisi ini bisa dilihat dan diketahui melalui banyaknya
pemberitaan di media massa berkaitan dengan kasus kesehatan mental.
Dilaporkan bahwa orang yang mengalami depresi meningkat 35% atau
naik 2-3 kali lipat dibandingkan dengan  data Riset Kesehatan Dasar 2018.
Berbagai media tersebut memuat berita tentang persoalan kesehatan mental yang
terjadi di masyarakat selama pandemi Covid19. Baik berita tentang bunuh diri,
tentang depresi maupun sakit psikomatik. Dilaporkan bahwa orang yang
mengalami depresi meningkat 35% atau naik 2-3 kali lipat dibandingkan dengan 
data Riset Kesehatan Dasar 2018.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Gangguan Kesehatan Mental
1. Secara Umum
Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang memengaruhi
emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik,
penyakit mental juga ada obatnya.
Di Indonesia, penderita gangguan mental diidentikkan dengan sebutan ‘orang
gila’ atau ‘sakit jiwa’, dan sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan,
bahkan hingga dipasung. Padahal, penderita gangguan mental bisa dibawa ke
rumah sakit untuk diberikan pengobatan.
2. Secara Komunitas
Koordinator Community Mental Health Nursing Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rakhmat Noviyar
Rizka mengatakan kesehatan jiwa masyarakat atau yang disebut Community
Mental Health merupakan suatu hal yang telah menjadi bagian masalah kesehatan
masyarakat yang dihadapi sebagian besar negara, data dari WHO Mental Health
Atlas menunjukkan bahwa permasalahan besar di wilayah negara berkembang
adalah sumber daya manusia. “Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian
secara langsung, namun akan membuat penderitanya menjadi tidak produktif dan
menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan sekitar,”
Pada masa ini tentunya tak jarang kita sering melihat atau membaca berita
entah di televisi, media sosial, ataupun media cetak  mengenai salah satu kelainan
yang dialami oleh manusia yaitu gangguan jiwa atau penyakit mental. Di berbagai
pelosok Negeri masih kita temui cara penanganan yang kurang  tepat bagi para
penderita gangguan kesehatan mental. Penderita dianggap sebagai makhluk aneh
yang dapat mengancam keselamatan seseorang untuk itu penderita layak
diasingkan oleh masyarakat. Hal ini mengakibatkan semakin kecilnya penderita
untuk pulih.
Untuk itu pemberian informasi, mengedukasi masyarakat sangatlah penting
terkait kesehatan mental agar stigma yang ada di masyarakat dapat dihilangkan
dan penderita mendapatkan penanganan yang tepat Pola pikir atau stigma yang
tercipta  seringkali menggunakan cara lama, primitif dan sudah dianggap turun
temurun dari penanganan hingga tindakan yang dilakukan. Penanganan yang
kurang tepat pastinya mengakibatkan semakin parahnya kelainan yang dialami
dan bukan menjadi sebuah solusi dari permasalahan.
Ada beberapa hal lain yang menjadi pemicu tingginya masalah kesehatan
mental yaitu Yang pertama adalah masih kuatnya stigma masyarakat terhadap
penderita kelainan mental. Mereka para penderita seakan dianggap sebagai
manusia yang berbahaya sehingga harus diberikan perlakuaan yang kurang wajar
atau bahkan tidak manusiawi, salah satu bentuknya adalah pemasungan.
Yang kedua adalah Minimya edukasi dan pengetahuan masyarakat mengenai
kesehatan dan kelainan mental beserta penangananya menjadi salah satu faktor
masih tingginya angka kelainan mental di Negara kita. Peranan dalam
Memberikan edukasi dan pemahahan mengenai kesehatan mental, gangguan
kesehatan mental, berikut dengan penanganannya bukan hanya dibutuhkan oleh
keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan kesehatan
mental, melainkan kepada seluruh masyarakat pada umumnya.
Dalam konsep person in environment yang menjadi salah satu ciri khas dari
pekerjaan sosial menjelaskan bahwa keberadaan seseorang individu akan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Untuk perihal
kesembuhan penderita gangguan kesehatan mental maka seluruh lapisan
masyarakat wajib dan berhak mendapatkan informasi yang selengkap-lengkapnya
untuk menciptakan lingkungan (sosial) yang proporsional bagi kesembuhan para
penderita.
Pada kesimpulanya yang bisa kita upayakan sebagai mahasiswa adalah
memberikan sebuah edukasi kecil terhadap masyarakat sekitar bahwa penderita
kelainan mental tidak boleh dijauhi, dikucilkan, apalagi diberikan penanganan
yang tidak manusiawi. Mereka perlu untuk diobati dan mendapatkan perawatan
berupa penanganan secara medis atau psikologis. Akan selalu ada lembaga atau
instansi kesehatan yang dapat memberikan penangan yang lebih baik. 
B. Contoh Gangguan Mental
Setelah melakukan sejumlah pemeriksaan, dokter bisa menentukan jenis
gangguan mental yang dialami pasien. Dari sekian banyak jenis gangguan mental,
beberapa yang paling sering terjadi adalah:
1. Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya
terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang
berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa
berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
2. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang membuat
penderitanya merasa cemas atau takut secara berlebihan dan terus menerus
dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Penderita gangguan kecemasan dapat
mengalami serangan panik yang berlangsung lama dan sulit dikendalikan.
3. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan
perubahan suasana hati. Penderita gangguan bipolar dapat merasa sangat
sedih dan putus asa dalam periode tertentu, kemudian menjadi sangat senang
dalam periode yang lain.
4. Gangguan tidur
Gangguan tidur merupakan perubahan pada pola tidur yang sampai
mengganggu kesehatan dan kualitas hidup penderitanya. Beberapa contoh
gangguan tidur adalah sulit tidur (insomnia), mimpi buruk (parasomnia), atau
sangat mudah tertidur (narkolepsi).

C. Tanda dan Gejala


Secara umum Berikut adalah tanda-tanda dan gejala mental illness atau
disorder yang umum terjadi:
1. Sering merasa sedih, dan Kerap merasa tak berdaya atau putus asa.
2. Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
3. Ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan atau perasaan bersalah yang
menghantui.
4. Perubahan mood atau suasana hati yang drastis dan Berpikir untuk bunuh diri
5. Tampak menarik diri dari teman dan lingkungan sosial.
6. Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
7. Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.
8. Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebihan atau
menggunakan narkoba.
9. Perubahan besar dalam kebiasaan makan..
10. Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan..

D. Penyebab dan Faktor Penyakit Mental


1. Menurut dr. Pittara, 2022
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan gangguan mental. Namun,
kondisi ini diketahui terkait dengan faktor biologis dan psikologis
a. Faktor biologis atau disebut juga gangguan mental organik
1) Gangguan pada fungsi sel saraf di otak
2) Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan
3) Riwayat gangguan mental pada orang tua atau keluarga
4) Penyalahgunaan NAPZA, seperti heroin dan kokain, dalam jangka
panjang
5) Kekurangan nutrisi
b. Faktor psikologis
1) Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual
2) Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil
3) Kurang mampu bergaul dengan orang lain
4) Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan
5) Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian
2. Menurut Ismiyati Yuliatun, S.Psi, Psi., 2020
a. Faktor Fisik (organo biologis)
Faktor fisik cukup dapat mempengaruhi kualitas kesehatan mental pada
seseorang. Seseoang yang mengalami sakit fisik berat atau sakit fisik
dalam  waktu yang lama akan mempengaruhi kondisi emosional dan 
dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh secara drastis dan semangat
hidupnya juga berkurang
b. Faktor mental/emosional (psikoedukatif)
Kekuatan pada mental dan emosional yang mendukung atau tidaknya
menjadi pemicu terjadinya gangguan mental.
c. Faktor sosial budaya (sosial kultural)
Keluarga, lingkungan, budaya,  sangat menentukan kualitas kesehatan
mental emosional seseorang dalam  mengahadapi setiap permasalahan yang
ada.
Kondisi-kondisi keluarga yang berperan menjadi pemicu terjadinya gangguan
psikologis atau gangguan mental antara lain :
a. Perceraian dan perpisahan
Perceraian dan perpisahan karena berbagai sebab antara anak dengan orang
tua menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan
kepribadian anak.
b. Keluarga yang tidak fungsional
Keluarga tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik
c. Perlakuan dan pengasuhan
Berkaitan dengan apa yang dilakukan orang tua atau anggota keluarga lain
terhadap anak. Apakah dibiarkan  (neglect), diperlakukan secara kasar
(violance) atau dimanfaatkan secara salah  (abuse).

E. Dampak Negatif
Ada tiga dampak yang mungkin terjadi akibat buruknya kesehatan mental
seseorang, yaitu:
1. Hubungan menjadi tidak harmonis
contoh “Kalau tidak harmoni itu jadi suka marah-marah di dalam rumah, atau
perasaannya jadi lebih sensitif. Tentu ini tidak baik ya”.
2. Kesehatan fisik terganggu
jika kesehatan mental seseorang buruk otomatis akan mempengaruhi
kesehatan fisiknya pula. “Kan kalau mental terganggu, jadi stres. Lama-lama
bisa meninggal karena stres atau sakit komplikasi yang muncul,”
3. Bunuh diri
Dampak terburuk akibat buruknya kesehatan mental seseorang ialah ia nekat
mengakhiri hidupnya sendiri atau bunuh diri. World Health Organization
(WHO) dalam laman resminya mengatakan, ada beberapa hal yang harus
diketahui tentang upaya bunuh diri. Seperti banyak orang berpikir tentang
bunuh diri di beberapa titik dalam hidup mereka. “Jalan dan perilaku bunuh
diri adalah tanda-tanda tekanan emosional yang parah, bukan kelemahan.
Tidak apa-apa untuk bertanya kepada seseorang apakah mereka berpikir
tentang bunuh diri agar mungkin untuk menjadi lebih baik,” demikian
pernyataan WHO

F. Komplikasi Gangguan Mental


Gangguan mental dapat menyebabkan komplikasi serius, baik pada fisik, emosi,
maupun perilaku. Bahkan, satu gangguan mental yang tidak diatasi bisa memicu
gangguan mental lainnya. Beberapa komplikasi yang bisa muncul adalah:
1. Perasaan tidak bahagia dalam hidup
2. Kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain
3. Terasing dari kehidupan sosial, dan Konflik dengan anggota keluarga
4. Kecanduan rokok, alkohol, atau NAPZA
5. Keinginan untuk bunuh diri dan mencelakai orang lain
6. Terjerat masalah hukum dan keuangan
7. Rentan sakit akibat daya tahan tubuh menurun
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningtyas, D., Misnaniarti, M., & Rayhani, M. (2018). Analisis Situasi
Kesehatan Mental Pada Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi
Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1), 1–10.
https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.1-10
Rozali, Y. A., Sitasari, N. W., & Lenggogeni, A. (2021). Meningkatkan
Kesehatan Mental Di Masa Pandemic. Jurnal Pengabdian Masyarakat
AbdiMas, 7(2). https://doi.org/10.47007/abd.v7i2.3958
Rachmawati, Alfina Ayu (2020). Darurat Kesehatan Mental Remaja.
https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/11/27/darurat-kesehatan-mental-bagi-
remaja/. Diakses tanggal 06 Juni 2023
Sri Widati dan Amer Siddiq Amer Nordin. Mental Health During Covid 19: An
Overview in Online Mass Media Indonesia. Asia Pacific Journal of Public
Health, December 7, 2021. https://doi.org/10.1177/10105395211063169
https://www.umy.ac.id/libatkan-masyarakat-dalam-komunitas-demi-kesehatan-
jiwa-yang-lebih-baik
Chang, S/, Ong, H.L., Seow, E., Chua, B.Y., & Abdin, E. (2017). Stigma toward
mental illness among media students and teachers. International Journal
Social Psychiatry, 744-751
National Allience on Mental Illnes. (2012, Desember 06). College student peak:
Survey report on mental health. Retrieved from https://www.nami.
Org/Press-Media/Press-Realeases/2012/College-Survey-50-Percent-of-
College
Ismiyati Yuliatun, S.Psi, Psi., (2020).
https://rsjdsurakarta.jatengprov.go.id/2020/08/27/sehat-mental-atau-
gangguan-mental-berawal-dari-keluarga-oleh-ismiyati-yuliatun-s-psi-psi/
Diakses tanggal 06 Juni 2023
Aula Achmad chasina (2019). https://news.unair.ac.id/2019/10/10/paradigma-
kesehatan-mental/?lang=id. Diakses tanggal 06 Juni 2023
dr. Pittara, (2022).  https://www.alodokter.com/kesehatan-mental. Diakses
tanggal 06 Juni 2023
Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol (2014) 49:79–87. Di unduh pada tanggal 11
April 2022 di
https://search.proquest.com/docview/1473699469/BF300E4386374
Wawancara melalui sambungan telepon pada Senin, 11 Oktober 2021.
Media sosial resmi, Instagram World Health Organization (WHO), 
https://www.instagram.com/p/CU4ArojD78J/.
https://covid19.go.id/p/berita/dampak-buruk-akibat-kesehatan-mental-
yang-tidak-baik. Diakses pada tanggal 06 Juni 2023
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilismedia/20211007/1338675/kemenkes-
beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/. Diakses
pada tanggal 06 Juni 2023

https://theconversation.com/data-bicara-gangguan-kesehatan-jiwa-di-indonesia-naik-
dalam-30-tahun-terakhir-perempuan-dan-usia-produktif-lebih-tinggi-191768
Diakses pada tanggal 06 Juni 2023
Gao, J., et al. (2020). Mental Health Problems and Social Media Exposure During
COVID-19 Outbreak. PLOS One, 15(4), pp. 1–10.
Mind (2017). Mental Health Problems – An Introduction.
National Health Service (2019). Health A to Z. Clinical Depression.
Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Bipolar Disorder.
Mayo Clinic (2019). Diseases & Conditions. Mental Illness.
Mayo Clinic (2019). Diseases & Conditions. Sleep Disorders.
Mayo Clinic (2018). Diseases & Conditions. Anxiety Disorders.
Sahabat negriku; http// kemenkes.go.id
http// rspermata.co.id

Anda mungkin juga menyukai