(Mental Health)
Dosen Pengampu : dr. Windi Pertiwi, MMR.
Kelompok 2
Sofia Rahma Aqila 23920037
Sevita Sari 23920044
Andini Riska Dewani 23920051
Viska Oktaviana 23920058
Yumna Jehsoh 23920065
Apa itu kesehatan mental/ mental Health?
Kesehatan mental adalah kondisi yang memungkinkan seseorang untuk menyadari potensinya sendiri,
mampu mengatasi tekanan hidup normal, bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi
bagi lingkungannya. Dengan demikian, kesehatan mental mencakup aspek-aspek fisik, psikologis, dan
sosial.
● Aspek fisik kesehatan mental berkaitan dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Orang
dengan kesehatan mental yang baik memiliki tubuh yang sehat dan kuat, sehingga dapat berfungsi
secara optimal.
● Aspek psikologis kesehatan mental berkaitan dengan kesehatan pikiran dan emosi. Orang dengan
kesehatan mental yang baik memiliki pikiran yang sehat dan emosi yang stabil. Mereka mampu
mengelola stres dan menghadapi tantangan hidup dengan baik.
● Aspek sosial kesehatan mental berkaitan dengan kesehatan hubungan interpersonal. Orang dengan
kesehatan mental yang baik memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, teman, dan
komunitasnya. Mereka mampu berkontribusi bagi lingkungan dan masyarakat.
● Masalah kesehatan mental adalah kondisi yang mengganggu kesehatan mental seseorang.
Masalah kesehatan mental dapat berupa gangguan mental, seperti depresi, kecemasan, dan
skizofrenia. Masalah kesehatan mental juga dapat berupa masalah psikososial, seperti stres,
trauma, dan penyalahgunaan zat.
Masalah kesehatan mental dapat berdampak negatif terhadap kesehatan, produktivitas, dan kualitas
hidup seseorang. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan mental agar dapat menjalani hidup
yang sehat dan bahagia.
● Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga kesehatan mental:
● Olahraga secara teratur
● Makan makanan yang sehat
● Tidur yang cukup
● Mengelola stres
● Membangun hubungan yang baik
1. Identifikasi Masalah Kesahatan
● Analisis kesenjangan
Analisis kesenjangan adalah metode yang membandingkan antara target dan hasil
yang dicapai. Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan mental yang
belum tercapai atau belum sesuai dengan target.Misalnya, pemerintah menetapkan target
prevalensi gangguan depresi sebesar 5%. Jika prevalensi gangguan depresi di suatu wilayah
ternyata sebesar 10%, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah kesehatan mental terkait
dengan gangguan depresi di wilayah tersebut.
● Analisis sistem
Analisis sistem adalah metode yang melihat masalah kesehatan mental dari perspektif
sistem. Sistem yang dimaksud adalah sistem kesehatan mental, yang terdiri dari berbagai komponen,
seperti masyarakat, pemerintah, fasilitas kesehatan mental, dan tenaga kesehatan mental.Misalnya,
gangguan stres pascatrauma (PTSD) pada veteran perang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan PTSD
pada veteran perang antara lain adalah pengalaman traumatik di medan perang. Faktor sosial yang
dapat menyebabkan PTSD pada veteran perang antara lain adalah dukungan sosial yang kurang.
Faktor ekonomi yang dapat menyebabkan PTSD pada veteran perang antara lain adalah kurangnya
akses terhadap layanan kesehatan mental.
● Analisis trend
Analisis trend adalah metode yang melihat perubahan masalah kesehatan mental dari
waktu ke waktu. Perubahan masalah kesehatan mental dapat dilihat dari berbagai indikator, seperti
prevalensi, insidensi, dan angka kematian.Misalnya, prevalensi gangguan kecemasan di Indonesia
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan kecemasan
merupakan masalah kesehatan mental yang perlu mendapatkan perhatian.
Analisis kesenjangan masalah kesehatan mental
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 7,0%.
Hal ini berarti, sekitar 21,3 juta orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa.Prevalensi gangguan
jiwa di Indonesia masih jauh dari target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu sebesar 5,9%.Berdasarkan jenis gangguan jiwa,
prevalensi gangguan depresi di Indonesia mencapai 3,6%. Prevalensi gangguan kecemasan mencapai
3,5%. Prevalensi gangguan skizofrenia mencapai 1,1%.Prevalensi gangguan jiwa pada kelompok usia
15-24 tahun mencapai 10,3%. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan jiwa merupakan masalah
kesehatan mental yang perlu mendapatkan perhatian khusus pada kelompok usia remaja.
Analisis sistem masalah kesehatan mental
Masalah kesehatan mental di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor
internal maupun faktor eksternal.Faktor internal yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental
antara lain adalah faktor genetik, faktor biologis, dan faktor psikologis.
Faktor eksternal yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental antara lain adalah faktor
lingkungan, faktor sosial, dan faktor ekonomi.
o Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental antara lain
adalah lingkungan yang tidak sehat, lingkungan yang penuh kekerasan, dan lingkungan yang
diskriminatif.
o Faktor sosial yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental antara lain adalah
dukungan sosial yang kurang, stres, dan konflik.
o Faktor ekonomi yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental antara lain
adalah kemiskinan, pengangguran, dan kekerasan dalam rumah tangga.
Analisis trend masalah kesehatan mental
Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
• Perubahan pola hidup, seperti gaya hidup yang semakin individualistik dan stres.
• Perubahan lingkungan, seperti lingkungan yang semakin tidak sehat dan penuh kekerasan.
• Perubahan sosial, seperti perubahan struktur keluarga dan meningkatnya kesenjangan sosial.
2. Prioritas Masalah Kesehatan Mental
Prioritas masalah kesehatan mental adalah masalah kesehatan mental yang memiliki
tingkat prevalensi tinggi, dampak yang signifikan, dan dapat dicegah atau ditangani.Berdasarkan
analisis kesenjangan, analisis sistem, dan analisis trend, berikut adalah beberapa prioritas masalah
kesehatan mental di Indonesia:
Gangguan Depresi
Gangguan depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perasaan sedih,
hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan, perubahan pola tidur dan
makan, serta perasaan bersalah atau tidak berharga.Prevalensi gangguan depresi di Indonesia
mencapai 3,6%. Gangguan depresi dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti penurunan
produktivitas, gangguan hubungan sosial, dan bahkan bunuh diri.
Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perasaan cemas,
khawatir, dan takut yang berlebihan.Prevalensi gangguan kecemasan di Indonesia mencapai 3,5%.
Gangguan kecemasan dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti gangguan tidur, gangguan
belajar, dan gangguan aktivitas sehari-hari.
Gangguan Skizofrenia
Gangguan skizofrenia merupakan gangguan mental yang ditandai dengan halusinasi, delusi, dan
gangguan berpikir.Prevalensi gangguan skizofrenia di Indonesia mencapai 1,1%. Gangguan
skizofrenia dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari,
kesulitan dalam merawat diri, dan kesulitan dalam bersosialisasi.
Gangguan Jiwa Pada Remaja
Prevalensi gangguan jiwa pada kelompok usia 15-24 tahun mencapai 10,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan mental yang perlu
mendapatkan perhatian khusus pada kelompok usia remaja.Gangguan jiwa pada remaja dapat
menyebabkan berbagai masalah, seperti penurunan prestasi belajar, gangguan perilaku, dan
bahkan bunuh diri.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi prioritas masalah kesehatan
mental antara lain:
1. Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan mental
Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan mental penting untuk dilakukan agar orang dengan
gangguan mental dapat mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.Peningkatan akses
terhadap layanan kesehatan mental dapat dilakukan dengan cara:
a.Membangun lebih banyak fasilitas kesehatan mental
b. Menambah jumlah tenaga kesehatan mental
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental.
● Prevalensi gangguan mental di Indonesia mencapai 25,2%, namun hanya sekitar 1,2% dari
orang dengan gangguan mental yang mendapatkan layanan kesehatan mental yang
memadai.
● Kesenjangan akses layanan kesehatan mental di Indonesia masih tinggi, terutama di daerah
terpencil.
● Stigma negatif terhadap masalah kesehatan mental masih ada di masyarakat Indonesia,
sehingga membuat orang dengan gangguan mental enggan untuk mencari bantuan dan
perawatan.
Perumusan masalah kesehatan mental yang tepat dapat membantu untuk meningkatkan
efektivitas program kesehatan mental.
4. Analisis Penyebab Masalah 5. Prioritas Penyebab Utama
kesehatan Mental Kesehatan Mental
Analisis penyebab masalah Prioritas penyebab utama risiko
kesehatan mental melibatkan pemeriksaan dalam kesehatan mental dapat mencakup faktor-
berbagai faktor, termasuk genetika, faktor seperti riwayat keluarga dengan
pengalaman trauma, stres, kondisi lingkungan, gangguan kesehatan mental, paparan trauma,
serta gangguan kimia dalam otak. Faktor- kurangnya dukungan sosial, tekanan pekerjaan,
faktor sosial seperti isolasi, tekanan pekerjaan, dan ketidakseimbangan neurokimia dalam otak.
dan stigmatisasi juga dapat berkontribusi pada Identifikasi dan penanganan dini terhadap
munculnya masalah kesehatan mental. faktor-faktor ini dapat menjadi kunci dalam
upaya pencegahan dan manajemen kesehatan
mental.
6. Identifikasi Alternatif Solusi potensial Prioritas
Solusi Kesehatan Mental
1. Identifikasi kebutuhan
Langkah pertama adalah mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan solusi kesehatan mental. Hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan survei, penelitian, atau kajian literatur.
2. Perumusan tujuan dan sasaran
Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan, perlu dirumuskan tujuan dan sasaran solusi kesehatan
mental. Tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai dari solusi tersebut, sedangkan sasaran adalah
kelompok masyarakat yang akan dijangkau oleh solusi tersebut. 3. Pemilihan strategi
Strategi adalah cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan solusi kesehatan mental. Strategi
yang dipilih harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan ketersediaan sumber daya.
4. Pengembangan program
Program adalah rangkaian kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan solusi kesehatan
mental. Program yang dikembangkan harus terencana, terstruktur, dan terukur.
5. Implementasi program
Implementasi program adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan. Implementasi
program harus dilakukan secara efektif dan efisien.
6. Evaluasi program
Evaluasi program adalah proses untuk menilai keberhasilan program. Evaluasi program dilakukan
untuk memastikan bahwa program tersebut telah mencapai tujuannya.
Pada tahap perencanaan pelaksanaan solusi kesehatan mental, perlu melibatkan berbagai
pihak, seperti pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa solusi tersebut dapat diterima dan diimplementasikan secara efektif oleh
masyarakat.
9. Pelaksanaan Kegiatan masalah Kesehatan Mental
Pelaksanaan kegiatan masalah kesehatan mental dapat dilakukan oleh berbagai pihak,
seperti pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah. Berikut adalah beberapa contoh
pelaksanaan kegiatan masalah kesehatan mental.