Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Kesehatan Mental

Terhadap Tindakan Bunuh Diri

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, terdapat lebih dari 19 juta
penduduk Indonesia usia lebih dari 15 tahun memiliki gangguan mental emosional.
Selain itu, sebanyak lebih dari 12 juta penduduk dengan rentang usia sama diketahui
mengalami depresi. Gangguan mental dapat menjadikan penderita melakukan aksi
nekat seperti bunuh diri. Data Sistem Registrasi Sampel yang diimpun Badan
Litbangkes 2016 menemukan, ada sekira 1.800 orang yang melakukan bunuh diri
setiap tahunnya. Angka tersebut jika dirata-rata terdapat lima orang bunuh diri setiap
tahunnya. Mirisnya pelaku bunuh diri tersebut diketahui sekitar 47,7 persennya
memiliki usia 10-39 tahun. Golongan ini masuk dalam kategori usia anak remaja dan
usia produktif. Mengutip laman Sehat Negeriku Kemenkes, Indonesia memiliki
prevalensi orang dengan gangguan jiwa kurang lebih 1 dari 5 orang. Jika dikaitkan
dengan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa, jumlah mereka yang rentan
mengalami masalah gangguan jiwa mencapai 20 persen dari populasi penduduk di
negeri ini.

Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%.
Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm)
hingga bunuh diri. Sebesar 80 – 90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi
dan kecemasan. Kasus bunuh diri di Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara
dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. Menurut ahli suciodologist 4.2%
siswa di Indonesia pernah berpikir bunuh diri. Pada kalangan mahasiswa sebesar
6,9% mempunyai niatan untuk bunuh diri sedangkan 3% lain pernah melakukan
percobaan bunuh diri. Depresi pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti
tekanan dalam bidang akademik, perundungan(bullying), faktor keluarga, dan
permasalahan ekonomi.

Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan


yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki
kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam
kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu
memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Terdapat beberapa gejala atau tanda
penyakit mental yang mungkin terjadi misalnya 1)Perubahan perilaku, merupakan
tanda munculnya penyakit mental yang tergolong mudah disadari melalui aktivitas
sehari-hari. Ketika menjadi lebih sering bertengkar, cenderung kasar, hingga berkata
kasar yang menyakitkan orang lain padahal sebelumnya tidak, ini perlu dicurigai. Tak
hanya itu saja, terlihat perubahan perilaku seperti menjadi lebih mudah marah dan
merasa frustasi. 2) Perubahan mood, tanda penyakit mental lainnya adalah mood atau
suasana hati yang berubah secara tiba-tiba. Tentunya, hal ini bisa mengakibatkan
masalah pada hubungan dengan keluarga serta teman kerja. Ini merupakan gejala
umum dari depresi, ADHD, hingga kelainan bipolar.
Penyebab permasalahan yang terjadi pada remaja adalah konflik antara orang
tua dan kecenderungan untuk melakukan perilaku berisiko yang dapat menyebablan
gagasan Kesehatan, baik fisik maupun mental di masa depannya. Remaja yang
berisiko memiliki ide untuk bunuh diri ialah remaja yang menghadapi disfungsi
keluarga, orientasi negative terhadap masa depan, dan perilaku internalisasi dan
tekanan biologis ( Thompson, dkk., 2012). Dukungan orang tua sangat penting bagi
kesejahteraan di kalangan remaja, dukungan sosial secara umum penting untuk
perasaan keterhubungan yang dapat mengurangi kemungkinan bunuh diri. Tindakan
bunuh diri merupakan Tindakan membunuh diri sendiri yang dapat berupa meracuni
diri sendiri dengan pestisida, melompat dari gedung tinggi, menghirup gas berbahaya,
mencampurkan bahan kimia berbahaya untuk diminum maupundi hirup (WHO,
2014). Bunuh diri dan perilaku yang berhubungan dengn bunuh diri pada masa remaja
telah menjadi masalah Kesehatan yang mempengaruhi diri pada remaja.

Kesadaran masyarakat dalam penanganan dengan gangguan kesehatan mental


masih kurang. Hingga saat ini, orang dengan gangguan jiwa di Indonesia masih
diperlakukan dengan salah yaitu dengan pemasungan. Hal ini disebabkan karena
masih adanya stigma negatif dan diskriminasi terhadap penderita gangguan mental
sehingga semakin meningkatkan jumlah masyarakat dengan gangguan jiwa. Hal yang
masih menjadi pertimbangan dalam penanganan gangguan kesehatan mental adalah
minimnya pelayanan dan fasilitas kesehatan jiwa di berbagai daerah Indonesia
sehingga banyak penderita gangguan kesehatan mental yang belum tertangani dengan
baik.

WHO mencanangkan visi dari rencana aksi Kesehatan mental 2013–2020


untuk dunia yaitu dimana Kesehatan mental harus lebih dihargai, dipromosikan dan
dilindungi. Diharapkan gangguan mental dapat dicegah dan orang yang terkena
gangguan ini mendapatkan berbagai hak asasi manusia dan akses kualitas tinggi,
kesehatan sesuai budaya dan pelayanan sosial pada waktu yang tepat untuk
mendorong pemulihan, yang memungkinkan untuk mencapai Kesehatan pada level
tertinggi dan berpartisipasi sepenuhnya dalam masyarakat dan di tempat kerja, bebas
dari stigmatisasi dan diskriminasi (WHO,2013).

Upaya kesehatan mental di Indonesia dapat diartikan sebagai kegiatan untuk


mewujudkan derajat kesehatan mental yang optimal bagi setiap individu, keluarga dan
Masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau Masyarakat. Penetapan pelayanan kesehatan jiwa dasar
dan rujukan menjadi upaya kesehatan jiwa yang dilaksanakan dengan membangun
sistem pelayanan kesehatan jiwa berjenjang dan komprehensif.
Penanganan yang diberikan cenderung kurang efektif secara keseluruhan
sehingga diperlukan pendekatan yang lebih mendalam untuk membantu menangani
gangguan mental. Pendekatan yang dapat dimanfaatkan adalah dengan pendekatan
agama. Peranan agama sangat penting untuk diperhatikan terhadap kesehatan mental
di masyarakat. Mental tanpa agama akan menghasilkan dampak yang kurang baik.
Adapun yang sangat berkaitan antara agama dan kesehatan mental adalah bahwa
kesehatan mental sangat erat kaitannya dengan agama karena kuatnya iman seseorang
bisa dilihat dari seberapa dekat manusia dengan Allah SWT dan tanpa agama,
kehidupannya tidak akan berjalan dengan baik dan lancar (Susilawati, 2017).

Anda mungkin juga menyukai