(Millenium Development Global /MDG) yang selesai tahun 2015 lalu (KOMPAS, Mei 2016).
Awalnya, Millenium Development Global (MDG) berlangsung selama 15 tahun dari 2000-2015
yang didalamnya terdapat indikator hanya untuk mengurangi permasalahan yang dialami negara
anggotanya tanpa ditargetkan sampai permasalahan tersebut selesai. MDG memiliki tujuan
utamaterhadap permasalahan yang dialami negara anggotanya, yaitu kemiskinan dan kelaparan,
pendidikan, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, kesehatan
ibu, penanggulangan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, kelestarian lingkungan,
dan pembangunan (KOMPAS, Mei 2016). Pelaksanaan MDG tersebut masih terkendala
sehingga terbentuklah Suistanable Development Goals (SDGs) untuk meraih target yang belum
dicapai serta menyempurnakan program MDG. SDGs mengatasi masalah secara tuntas sehingga
lebih sulit dalam pencapaiannya.
Walau berada dalam kondisi yang dari luar terlihat baik-baik saja, seseorang dapat
terjebak dalam masalah psikologis. Apa yang terlihat dari luar bisa saja menipu. Peduli akan
kesehatan jiwa akan membuat kita peka terhadap kondisi orang-orang di sekitar kita. Kita pun
dapat memberikan pertolongan lebih awal pada seseorang, sebelum masalah psikologis
menenggelamkannya lebih dalam.Stigma adalah salah satu alasan, mengapa kita perlu bekerja
keras demi kesehatan jiwa. Bagai hantu, stigma membuat hal-hal terkait kesehatan jiwa menjadi
hal yang mengerikan dan memperdaya banyak orang. Akibatnya, masih banyak yang salah
memberikan tindakan kepada teman-teman yang sedang memiliki masalah kejiwaan.
Indonesia perlu meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental. Edukasi dan sosialisasi
akan hal ini penting untuk mengubah stigma akan orang-orang dengan gangguan kesehatan jiwa
Komunitas harus lebih erat lagi dan membuka diri untuk cerita-cerita yang dialami anggotanya
yang mengalami depresi. Peran pemerintah juga tidak kalah besar. Pemerintah mungkin sudah
membuat gerakan seperti “Indonesia Bebas Pasung 2014, 2019” dan sudah membuat aplikasi
Sehat Jiwa yang merupakan kerjasama dengan World Health Organization (WHO) untuk
meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental, namun pelaksanaan akan Undang-Undang
Kesehatan Jiwa harus diasah dan diperbaharui kembali. Pada akhirnya, mereka semua adalah
manusia dan adalah tanggung jawab kita sebagai suatu komunitas dan suatu masyarakat untuk
saling peduli satu sama lain.