APAKAH BELUM BISA AKUR? Di Indonesia, pemberitaan mengenai kesehatan mental belum memiliki urgensi te rsendiri. Kesehatan mental sering dikesampingkan dan kurang dieskpos di media sehi ngga kesadaran akan kesehatan mental yang dimiliki oleh orang khususnya di Indones ia sangatlah rendah apabila disandingkan dengan negara-negara lain yang secara buk a-bukaan sudah membicarakan mengenai kesehatan mental ini. Padahal, kesadaran ak an isu kesehatan mental ini sangatlah penting. Angka pengidap gangguan mental sema kin meningkat setiap tahunnya. Jumlah keseluruhan kasus penyakit gangguan mental emosional pada remaja beru mur lebih dari 15 tahun sebesar 9,8%. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6%. Kesehatan mental sudah menjadi isu global yang seringkali dipanda ng sebelah mata. World Health Organization (WHO) dalam Kurniawan (2018) menut urkan bahwa satu dari empat orang di dunia terjangkit gangguan jiwa atau neurologis, yang berarti ada sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental. Bahkan W HO memperkirakan di tahun 2020 depresi akan menjadi penyumbang utama kedua be ban penyakit global di semua usia. Berdasarkan rata-rata statistik dari Pusat Penyuluhan Sosial Kementerian Sosial R epublik Indonesia (2018), dalam sehari setidaknya ada dua hingga tiga orang melakuk an bunuh diri di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya ada 812 kasus bunuh diri di Indonesia pada tahun 2015. Sedangkan menurut World Population Review dalam Tempo (2019), Indonesia berada di urutan 151 dari 176 negara di duni a. Meski angka bunuh diri di Indonesia rendah, namun, pada 2018 Organisasi Kesehat an Dunia (WHO) menetapkan kasus bunuh diri di Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017 yang menempatkan Indonesia berada di urutan 172 dari 183 negara dengan rata-rata 3 kasus per 100 ribu jiwa. Peningkatan kesadaran akan perlunya pengelolaan kesehatan mental baik dilakuk an oleh pengidap kesehatan mental atau orang yang dekat dengan pengidap masih san gat awam dibenak masyarakat. Betapa pentingnya kita agar bisa mencoba mencari sol usi atas kesehatan mental kita yang terganggu dengan cara mencari bantuan atau betap a pentingnya kita sebagai orang terdekat mereka yang terganggu jiwanya harus sadar akan apa yang mereka alami dan mulai membantu mereka melewati masa-masa sulitn ya. Tidak hanya peningkatan kesadaran oleh pengidap dan orang terdekatnya, media s eharusnya juga ikut berperan dalam mengangkat isu-isu mengenai kesehatan mental i ni. Mengingat fungsi utama media sendiri adalah menyajikan informasi sehingga pesa n ataupun informasi yang diberikan dapat diserap oleh khalayak atau pengguna media tersebut. Berita dan film merupakan salah satu media yang dapat menjadi wadah peng angkatan isu kesehatan mental ini agar orang-orang sadar akan pentingnya kesehatan mental. Namun, berita dan film masih kurang dalam menyajikan hal-hal yang berbau kesehatan mental. Pemberitaan baik melalui televisi ataupun online sangat minim mengangkat isu-is u mengenai kesehatan mental ini. Setiap hari kita hanya melihat dan menonton berita yang berbau politik, ekonomi, sosial, atau bencana. Pernahkah kita melihat berita yan g secara lengkap menyajikan informasi mengenai pengidap gangguan mental? Atau m engenai apa yang harus kita lakukan jika kita merasa terkena penyakit kesehatan ment al ini? Tentu informasi yang diberikan sangat jarang. Apalagi jika hal tersebut bukan s ebuah hal yang nampak secara fisik seperti depresi atau stress. Berita seharusnya dap at mempergunakan kekuatannya yaitu dapat menjangkau banyak khalayak dari kelas a tas hingga menengah kebawah bisa mendapat terpaan mengenai isu ini. Kerap kali, m asyarakat kelas menengah ke bawah masih banyak yang menganggap gangguan kejiw aan berkaitan dengan hal-hal ghaib dan tidak melihat dari sisi saintifiknya. Maka dari itu, berita sebagai salah satu media informasi sebaiknya dari sekarang sedikit demi se dikit menyiarkan isu kesehatan mental agar dapat mengedukasi dan menambah kesada ran masyarakat Indonesia itu sendiri. Dalam dunia perfilman di Indonesia pun begitu. Belum ada film yang secara teran g-terangan mengangkat tema isu kesehatan mental ini. Kebanyakan film di di Indones ia bernuansa romantis dan horor. Padahal, jika film dapat mengemas tema kesehatan mental ini dengan plot dan cerita yang baik, bisa saja dapat memberikan banyak pelaj aran kepada penonton dan meningkatkan kesadaran mereka akan isu ini. Kita dapat be rcermin kepada film-film atau serial drama yang ada di Korea Selatan. Mereka tidak d engan tak segan membawakan kisah yang berkaitan dengan kesehatan mental seperti depresi atau OCD. Banyak film atau drama yang tokoh utamanya mengiap gangguan secara mental seperti drama It’s Okay, That’s Love, Miracle in Cell No.7, Kill Me He al Me, I’m Not A Robot, dan masih banyak lagi. Film-film ini dengan halus dan ekspl isit memberikan pengetahuan bahwa kesehatan mental dapat dialami oleh siapa saja, b ahkan orang terdekat kita sekalipun yang terlihat biasa-biasa saja. Singkatnya, Indonesia masih menjadi salah satu negara yang kurang mengangkat isu-isu kesehatan mental menggunakan medianya. Masih ada misinterpretasi oleh mas yarakat Indonesia mengenai gangguan kejiwaan sehingga perlu adanya tindakan yang diambil oleh media seperti televisi dan film yang bisa menjangkau banyak khalayak. J ika orang-orang semakin aware akan isu ini, maka tindakan penanganan terhadap gan gguan mental yang diambil pun dapat dikelola. Apakah kita perlu memeriksakan kese hatan mental kita, atau apakah kita perlu memberi support pada orang terdekat kita, it u semua diawali dari pengetahuan mengenai kesehatan mental itu sendiri.
Albert Bandura dan faktor efikasi diri: Sebuah perjalanan ke dalam psikologi potensi manusia melalui pemahaman dan pengembangan efikasi diri dan harga diri