Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PERILAKU INTRAPERSONAL

HEALTH BELIEF MODELS


MAJDIYANA, 2006491134
NUZULISA ZULKIFLI, 2006491153
RR. RATRI DINI PRASIWI, 2006491172
PUTRI SRI WAHYUNI, 2006608024
TUGAS MATA KULIAH PERILAKU KESEHATAN

Rabu, 30 September 2020

NAMA : MAJDIYANA

NPM : 2006491134

HEALTH BELIEF MODEL

Health Believe Model atau kita singkat HBM, merupakan model keyakinan akan kesehatan yang
didasarkann pada pemahamam bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan. Teori HBM memfokuskan penerapannya pada tingkat pelayanan preventif.

Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi HBM, yaitu :

1. Persepsi individu
Adalah persepsi individu mengenai suatu keadaan perasaan lemah dan kerentanan yang
mendorong seseorang yang akan melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan
terhadap penyakit. Selain itu kegawatan terhadap penyakit mendororng seseorang untuk
melakukan tindakan pencarian pengobatan.
2. Faktor Modifikasi
Merupakan karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi pribadi seperti umur,
jenis kelamin, ras, pekerjaan, ekonomi, kepribadian.
3. Kemungkinan merubah prilaku
Untuk merubah prilaku dalam menganbil keputusan bertindak tergantung dari perasaan
bermanfaat dan merasa mendapat rintangan dan yang dianggap serius dari suatu penyakit

Terdapar 6 variabel pada HBM, yaitu :

1. Perceived Suscepibility
Merasa diri rentan (beresiko) terhadap sebuah kondisi/masalah kesehatan
2. Perceived Severity
Percaya hal tersebut berpotensi membuat dampak atau masalah yang serius
3. Percieved Benefit
Percaya terhadap upaya atau tindakan yang dapat mengurangi resiko atau meminimalkan
dampak buruk
4. Persieved Barriers
Mereka percaya dengan keuntungan dengan mengambiltindakan dengan dibarenagi
denganharga yang harus dibayar atau hambatan
5. Ceus To Action
Strategi untuk mengaktifkan kesiagaan/kesiapan
6. Self Efficacy
Kepercayaan diri mengenai kemampuan untuk melakukan tindakan

CONTOH KASUS

Aplikasi HBM untuk mengontrol berat badan pada populasi siswa SMP di Jakarta

1. Perceived susceptibility & severity


Berat badan yang tidak terkontrol maka akan menyebabkan obesitas.
2. Percieve of Severity
Penderita obesitas lebih rentan terhadap ancaman berbagai macam penyakit
kronis contohnya : hipertensi, diabetes dan penyakit jantung.
Jika sudah terjadi obesitas, maka akan sulit untuk kembali ke berat badan (BB) normal,
tidak bisa memakai baju sesukanya (tidak muat), jadi bahan ejekan, atau bahkan sampai
tidak punya teman karena malu atau tidak percaya diri.

2. Perceived benefits
Jika berat badan (BB) terkontrol, maka akan banyak manfaat yang didapat, seperti
: dapat meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya penyakit kronis, mudah menjalani
aktivitas sehari-hari, lebih meningkatkan kepercayaan diri, penampilan lebih menarik,
lebih mudah mendapatkan pacar, lebih banyak pilihan baju (tidak terbatas ukuran), b isa
menghemat uang jajan ( tidak untuk membeli makan), lebih mudah melakukan olahraga.
3. Perceived barriers
Hambatan yang dialami adalah tidak mengetahui cara diet yang tepat, tidak
mengetahui makanan yang memuaskan yang dapat dikonsumsi selama proses penurunan
berat badan, tidak bisa menolak ketika ditawari makanan oleh keluarga ataupun teman,
sudah terbiasa dengan food delivered, sangat sulit menahan hawa nafsu ketika makanan
enak sudah tersaji di depan mata, tidak punya cukup waktu untuk berolahraga

4. Cues to action
Beberapa hal yang dilakukan untuk melakukan perubahan, yaitu dengan
mengikuti nasehat dari keluarga dan teman untuk mengontrol BB,mencari informasi
tentang obesitas dari media massa, media cetak, maupun media sosial, berkelompok
dengan teman yang juga mengontrol BB mereka, ingin memiliki pacar, ingin
mengenakan baju yang disukai.

5. Self efficacy
Akhirnya timbul kepercayaan diri untuk melakukan perubahan yaitu menurunkan
berat badan (BB) dengan mengatur pola makan 3xsehari secara teratur, makan dengan
porsi sedang, menahan diri untuk tidak memakan makanan tinggi gula, m,enahan diri jika
ditawari makanan , makan secara pelan-pelan walaupun terasa sangat lapar, berhenti
makan sebelum kenyang, menghindari makan sebelum tidur

CONTOH KASUS DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

Aplikasi HBM untuk menurunkan angka pencabutan gigi di kecamatan Kota Pontianak
1. Percived susceptibility
Gigi yang berlubang dicabut saja, karena gigi berlubang nanti sering sakit.
2. Percieve of Severity
Berdasarkan pengalaman beberapa orang, gigi berlubang yang ditambal malah sering
membuat sakit, maka lebih baik dicabut saja, biaya tambal gigi lebih mahal dari cabut
gigi
3. Percieved of Benefits
JIka gigi berlubang ditambal, maka makanan tidak gampang masuk kedalam lubang,
memakai gigi palsu tidak enak dan biayanya mahal, menambal gigi bisa
menggunakan fasilitas BPJS atau di Puskesmas dengan biaya yang lebih murah dari
pada ke praktek mandiri Dokter Gigi atau Klinik Gigi
4. Percieved of Barriers
Mittos bahwa pakai sakit harus dicabut, mittos bahwa memakai gigi palsu
keren/prestise, tidak punya BPJS, kurang terpapar informasi mengenai kesehatan gigi

5. Cues of Action
Beberapa hal yang dapat merubah perilaku yaitu : terpapar informasi tentang
kesehatan gigi dari media massa, media cetak, maupun media sosial, berada
dilingkungan orang-orang yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi,, hadir
dalam pertemuan penyuluhan kesehatan gigi, mendaftar menjadi peserta BPJS
6. Self Efficacy
Akhirnya timbul kepercayaan diri untuk tidak terburu-burur mencabut gigi yang
berlubang dengan : menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara gosok gigi sehari
2x pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur, periksa gigi 6 bulan sekali
sehingga jika ada gigi yang berlubang cepat ditambal sebelum tambah besar lubang,
tidak perlu khawatir lagi dengan pembiayaan karena sudah ikut asuransi/BPJS
HEALTH BELIEF MODEL SEBAGAI DASAR BERPERILAKU SEHAT

Nuzulisa Zulkifli
NPM : 2006491153

Dewasa ini tak kurang penyakit yang menyerang manusia. Banyak penyakit disekitar kita
ini sebenarnya bisa kita cegah dengan perilaku sehat. Dengan kata lain kunci untuk mencapai
kesehatan yang lebih baik adalah dengan mengembangkan strategi untuk mengabungkan pilihan
sehat dalam keseharian kita. Health belief model ini akan menjadi salah satu alternatif teori
dalam membentuk perilaku sehat.

SEJARAH HEALTH BELIEF MODEL

Pada tahun 1950-an peneliti kesehatan publik Amerika Serikat mulai mengembangkan
suatu model yang memiliki target indikasi untuk program edukasi kesehatan. (Hochbaum 1958;
Rosenstock 1966). Tapi, psikolog sosial di Amerika Serikat ini mendapati masalah dengan
sedikitnya orang yang berpartisipasi dalam program pencegahan dan deteksi  penyakit.

Penelitian yang terus berkembang melahirkan model kepercayaan sehat atau health belief model.
Irwin Rosenstock (1974) adalah tokoh yang mencetuskan health belief model untuk pertama kali
bersama Godfrey Hochbaum (1958). Mereka mengembangkannya dengan mengemukaan
kerentanan yang dirasakan untuk penyakit TBC. Stephen Kegels (1963) menunjukkan hal yang
serupa mengenai kerentanan yang dirasakan untuk masalah gigi yang parah dan perhatian untuk
mengunjungi dokter gigi menjadi tindakan prefentif sebagai salah satu solusi masalah gigi.

DEFINISI HEALTH BELIEF MODEL

Health Belief Model (disingkat HBM) seringkali dipertimbangakan sebagai kerangka


utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah mendorong penelitian
perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an (Kirscht, 1988; Schmidt dkk, 1990). Hal ini menjadikan
HBM sebagai model yang menjelaskan pertimbangan seseorang sebelum mereka berperilaku
sehat. Oleh karena itu, HBM memiliki fungsi sebagai model pencegahan atau preventif (Stanley
& Maddux: 1986)
HBM ini merupakan model kognitif yang artinya  perilaku individu dipengaruhi proses
kognitif dalam dirinya. Proses kognitif ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penelitian
sebelumnya yaitu variabel demografi, karakteristik sosiopsikologis, dan variabel struktural.
Variabel demografi meliputi kelas, usia, jenis kelamin.  Karakteristik sosisopsikologis meliputi,
kepribadian, teman sebaya (peers), dan tekanan kelompok.  Variabel struktural yaitu
pengetahuan dan pengalaman tentang masalah.

KOMPONEN HEALTH BELIEF MODEL

Health belief model memiliki enam komponen yaitu:

1.   Perceived Susceptibility 

Perceived Susceptibility adalah kepercayaan seseorang dengan menganggap menderita penyakit adalah


hasil melakukan perilaku terentu

2.   Perceived Severity 

Perceived Severity adalah kepercayaan subyektif individu dalam menyebarnya penyakit disebabkan oleh
perilaku atau percaya seberapa berbahayanya penyakit sehingga menghindari perilaku tidak sehat agar
tidak sakit

3.   Perceived Benefits 

Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang disarankan untuk
mengurangi resiko penyakit

4.   Perceived Barriers 

Perceived barriers adalah kepercayaan mengenai harga dari perilaku yang dilakukan, secara singkat
berarti persepsi hambatan aatau persepsi menurunnya kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat

5.   Cues to Action 

Cues to action adalah mempercepat tindakan yang membuat seseorang merasa butuh mengambil tindakan
atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan perilaku sehat
6.   Self Efficacy 

Self efficacy dalam istilah umum adalah kepercayaan diri seseorang dalam menjalankan tugas tertentu.
Self Efficacy adalah kepercayaan seseorang mengenai kemampuannya untuk mempersuasi keadaan atau
merasa percaya diri dengan perilaku sehat yang dilakukan

KELEBIHAN HBM
 HBM mudah dan murah.
 HBM adalah bentuk intervensi praktis untuk peneliti dan perawat kesehatan  khususnya
yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit (misal screening, imunisasi,
vaksinasi).
 HBM adalah analisator perilaku yang beresiko terhadap kesehatan.

KELEMAHAN HBM
 Rosenstock berpendapat bahwa model HBM mungkin lebih berlaku untuk masyarakat
kelas menengah saja.
 Sheran dan Orbel (1995) menyatakan dalam penelitian sebelumnya, item kuesioner HBM
tidak random dan dapat dengan mudah 'dibaca' oleh responden sehingga validasinya
diragukan.
 Penelitian  cross sectional untuk memperjelas hubungan perilaku dan keyakinan
seseorang.

CONTOH PENERAPAN PERILAKU HEALTH BELIEF MODELS :

KASUS :

Bu Ani adalah seorang lansia yang berusia 60 tahun dengan penyakit degeneratif yakni diabetes mellitus
yang tidak terkontrol memiliki kondisi gigi geligi yang tidak sehat, kegoyangan pada beberapa gigi dan
kalkulus di beberapa regio di dalam mulutnya yang baru saja memeriksakan kondisi gigi geliginya ke
dokter gigi
PERCEIVED SUSCEPTIBILITY :

Bu Ani mengetahui bahwa dia memiliki kerentanan terhadap munculnya berbagai masalah dalam rongga
mulut selain karena faktor usia juga diperberat dengan penyakit sistemik yang dideritanya yakni diabetes
mellitus

PERCEIVED SEVERITY :

Bu Ani mendapat informasi dari dokter gigi yang memeriksanya dan memahami bahwa akan ada risiko
yang lebih berat jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, yang berdampak tidak hanya terhadap kondisi
sistemiknya saja jika penyakit diabetes mellitus nya tidak terkontrol namun juga terhadap kondisi rongga
mulutnya yang memungkinkan terjadinya kehilangan gigi secara meluas sehingga akan kesulitan dalam
proses penguyahan dan lain sebagainya

PERCEIVED BENEFITS :

Bu Ani meyakini bahwa akan ada manfaat yang lebih besar yang akan diterima jika kondisinya diabetes
mellitusnya terkontrol serta mampu memelihara oral hygiene sehingga memiliki kualitas hidup yang lebih
baik

PERCEIVED BARRIERS :

Bu Ani merasakan adanya hambatan untuk dapat melakukan perawatan yakni biaya yang cukup besar
untuk melakukan berbagai pengobatan terkait penyakit diabetes mellitus karena harus mengkonsumsi
obat yang terus menerus serta biaya untuk tindakan perawatan gigi dan mulut yang harus dijalaninya

Namun ada solusi yang dapat mengatasi hambatan atau kendala biaya ini yakni dengan mendaftarkan diri
menjadi peserta BPJS Kesehatan dengan memilih premi yang sesuai kemampuan bu Ani sehingga
pengobatan diabetes mellitus maupun tindakan perawatan gigi dan mulutnya dapat dijamin oleh BPJS
Kesehatan
CUES TO ACTION :

Bu Ani mulai mempersiapkan persyaratan untuk mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Kesehatan serta
mulai membuat jadwal dalam agenda nya untuk menjalani tahapan perawatan berikutnya

SELF EFFICACY :

Bu Ani sudah memiliki kepercayaan diri untuk berkomitmen dan disiplin melakukan rangkaian perawatan
terkait penyakit diabetes mellitus yang dideritanya serta menjalani perawatan gigi dan mulutnya karena
memiliki motivasi untuk dapat hidup lebih sehat dan lebih baik serta produktif di usia tuanya tanpa
merepotkan orang lain
CONTOH PERILAKU INTRAPERSONAL
TIPE HEALTH BELIEF MODELS :

RR. Ratri Dini Prasiwi


NPM : 2006491172

KASUS :

Sinta berumur 35 tahun seorang manager di perusahaan swasta sangat


memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya. Dia rutin memeriksakan kesehatan
giginya setiap 6 bulan sekali. Sinta memiliki kebiasaan makan kue dan minum kopi
yang manis. Suatu hari setelah pulang dari kontrol rutin 6 bulanan, Sinta mendapat
ilmu baru dari dokter gigi langganannya bahwa untuk lebih menjaga kesehatan gigi
sebaiknya rutin menggunakan tooth mouse setelah sikat gigi pada malam hari
sebelum tidur.

Tahapan HEALTH BELIEF MODELS untuk kasus di atas adalah sebagai berikut:

I. PERCEIVED SUSCEPTIBILITY :
Sinta mengetahui bahwa tooth mouse baik untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulutnya mengingat Sinta memiliki hobby makan kue dan minum kopi yang
manis.
II. PERCEIVED SEVERITY :
Sinta memperoleh penjelasan dari dokter gigi langganannya bahwa kebiasaan
makan kue dan minum kopi manis itu menyebabkan ph air ludah akan asam
sehingga menyebabkan gigi mudah berlubang dan tambalan lama di giginya
menjadi mudah rusak. Untuk menetralkan air ludah disarankan dokter untuk rutin
menggunakan tooth mouse pada malam hari setelah sikat gigi sebelum tidur.

III. PERCEIVED BENEFITS :


Sinta yakin bahwa tooth mouse sangat banyak manfaatnya jika rutin digunakan,
mengingat kebiasaannya makan kue dan minum kopi manis.

IV. PERCEIVED BARRIERS :


Sinta kemudian membeli tooth mouse di dokter gigi langganannya itu tetapi
kendalanya sering lupa dipakai.

V. CUES TO ACTION :
Sinta berupaya agar rutin memakai tooth mouse setiap malam dengan cara
menaruh tooth mouse 1 buah di watafel tempat sikat gigi dan 1 buah di nakas
samping tempat tidurnya. Agar saat dia lupa menggunakan tooth mouse setelah
sikat gigi, saat berbaring mau tidur Sinta bisa tetap mengoleskan tooth mouse yang
di letakkan di samping tempat tidur.
VI. SELF EFFICACY :
Tidak terasa Sinta telah rutin menggunakan tooth mouse sebagai new habbit karena
setiap malam tidak pernah lupa memakai tooth mouse dan dengan kesadaran
pribadi rutin menggunakan tooth mouse saat malam setelah sikat gigi sebelum
tidur.
Nama: Putri Sri Wahyuni
NPM: 2006608024

Health Belief Model (HBM)

Health Belief Model pertama kali pada tahun 1950-an oleh Hockbaum, dan diadopsi pada
tahun 1970-an oleh kesehatan masyarakat Amerika Serikat. Health Belief Model merupakan
salah satu upaya pertama untuk kesehatan dengan konteks sosial. 1 Prinsip yang mendasari HBM.
Berdasarkan Health Belief Model, sebuah keyakinan tentang kesehatan merupakan peran penting
dalam perilaku preventif kesehatan. Kriteria Health Belief Model adalah 1). Keyakinan terhadap
penyakit (kerentanan yang dirasakan), 2). Keyakinan terhadap penyakit yang serius (keparahan
yang dirasakan), 3). Keyakinan tentang perasaan hambatan terhadap tindakan.

Referensi:

VanDyke S D, Shell M D. Health Beliefs and Breast Cancer Screening in Rural Appalachia: An
Evaluation of the Health Belief Model. The Journal of Rural Health 33 (2017) 350–360

Contoh konsep Health Belief Model memberikan gambaran bahwa terdapat 5 variabel
independen yang diteliti untuk hubungan dengan variabel dependen berupa upaya pencegahan
DBD. Pertama, kerentanan yang dirasakan (Perceived Susceptibility). Penelitian ini melihat
kerentanan dengan memunculkan pendapat pada instrumen berupa: anggapan kerentaan pada
saat berada kondisi lingkungan tertentu, kerentanan pada seluruh usia dan seluruh orang, dan
kerentanan bila tidak melakukan upaya perlindungan DBD. Anggapan dikategorikan menjadi
tingkatan mulai tidak rentan, cukup rentan, dan rentan. Kedua, keparahan yang dirasakan
(Perceived Severity). Pengukuran keparahan dilihat pada anggapan bahwa DBD bisa
menyebabkan kematian, dan kerugian yang didapat, serta penilaian pada akibat yang ditimbulkan
dari DBD. Anggapan keparahan pada DBD dikategorikan mulai tidak parah, cukup parah, dan
parah. Ketiga, isyarat untuk melakukan tindakan (Cues to action). Penelitian ini
mengaktegorikan isyarat mulai tingkatan tidak pernah, jarang dan selalu mendapatkan isyarat
melakukan tindakan. Isyarat dalam instrumen penelitian memberikan pilihan pada hal-hal yang
mengingatkan melakukan tindakan mulai dari media massa, elektronik, dan non elektronik.
Keempat, manfaat yang dirasakan (Perceived Benefits). Faktor persepsi manfaat diperoleh
berdasarkan instrumen yang menanyakan tentang anggapan manfaat dari melakukan pencegahan
DBD. Baik 3M (Menguras, mengubur, dan menutup) dan plus berupa tambahan berupa memakai
pelindung diri saat tidur dan sebagainya. Persepsi manfaat akan dikategorikan menjadi 3 yaitu,
anggapan tidak bermanfaat, cukup bermanfaat, dan bermanfaat. Kelima, hambatan yang
dirasakan (Perceived Barriers). Variabel ini merupakan lawan dari persepsi manfaat. Persepsi
hambatan menggambarkan beberapa kendala yang dirasa oleh subjek penelitian. Instrumen
penelitian ini akan menggambarkan bentuk persetujuan pada hambatan-hambatan untuk
melakukan tindakan pencegahan DBD. Persepsi hambatan dikategorikan menjadi tidak
hambatan, cukup menjadi hambatan, dan hambatan.

Contoh kasus

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemeliharaan Kebersihan gigi dan mulut Ibu Hamil
di Puskesmas Sukadana Kabupaten Kayong Utara.

Pada masa kehamilan, rongga mulut mudah mengalami peradangan karena adanya perubahan
hormonal yang menyebabkan gingiva menjadi sensitif bila kesehatan mulut tidak terjaga.
Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional dilakukan dengan mengambil
subyek penelitian 97 ibu hamil. Variabel bebas terdiri dari pengetahuan dan sikap, sedangkan
variabel terikat terdiri dari perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut ibu hamil.
Pengetahuan memberikan pengaruh paling besar terhadap perilaku pemeliharaan kebersihan gigi
dan mulut. Semakin baik pengetahuan dan sikap terhadap pemeliharaan kebersihan gigi dan
mulut.

Kebutuhan akan kesehatan gigi pada ibu hamil tidak didukung oleh kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan gigi. Berdasarkan Riskesdas 23,4% penduduk Indonesia menderita penyakit
gigi dan mulut dengan prevalensi penyakit periodontal sebesar 70%. Secara nasional
menunjukkan bahwa masyarakat menggosok gigi setiap hari pada waktu mandi pagi atau sore
sebesar 90,7%, hanya 12,6% yang menggosok gigi sesudah makan pagi dan 28,7% sebelum tidur
malam

REFERENSI

1. Conner, M and Norman, P. (2003). Predictiong Health Behaviour, Research and


Practice with Social Cognition Model. Buckingham: Open Univeristy Press
2. Taylor, S. E., (2012), Health Psychology (8th edition). New York: McGraw-Hill Higher
Education
3. Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo
4. Stanley, M. A., Maddux, J. E. 1986. Cognitive Processes in Health Enhancement:
Investigation of a Combined Protection Motivation and Self-Efficacy Model. Basic and
Applied Social Psychology, 7(2).
5. 1 https://en.wikipedia.org/wiki/Health_belief_model
6. 2 Burke, Evan. The Health Belief Model.
(https://www.iccwa.org.au/useruploads/files/soyf/2013_resources_videos/
the_health_belief_model.pdfevan_burke.pdf)
7. 3http://senyumsimetris.blogspot.co.id/2015/05/health-belief-model.html
8. 4https://smartsholehah93.wordpress.com/2012/12/25/mengembangkan-gaya-
hidup-sehat-dengan-pendekatan-health-belief-model/

Anda mungkin juga menyukai