Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR I

PRINSIP JUSTICE DALAM KEPERAWATAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ilmu KeperawatanDasar I

Nama: Anggriani M. Lika


Nirm: 2001079
Kelas: 1C keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2020-2021
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr.wb
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
terima kasih atas bantuan dari pihak yang berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, untuk kedepannya dapat meperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Manado, 1 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Justice
B. Konsep Prinsip Justice Dalam Keperawatan
C. Prinsip Justice Dan Kode Etik Keperawatan
D. Prinsip Justice Dan Patient’s Right
E. Parinsip Justice Dan Factor Sosiokultural
F. Contoh Kasus
G. Peran Perawat Dalam Pembuatan KeputusanEtik Pada Prinsip
Justice
BAB III KESIMPULAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Undang - Undang Nomor 38 tentang Keperawatan dalam melaksankan
tugasnya perawat berkewajiban memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
kode etik, standar profesi dan standar prosedur operasional dan dalam memberikan
informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas dan mudah dimengerti mengenai
tindakan keperawatan kepada pasien ataupun keluarga sesuai dengan batas
kewenangannya. Rumah Sakit dituntut senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
kepada pasien, yang nantinya dapat menjadi ciri khas dan pendongkrak daya saing
rumah sakit. Perawat yang merupakan tenaga kesehatan yang selalu berhadapan
langsung dengan pasien, sehingga dalam pelaksanaannya memberikan pelayanan
berupa asuhan keperawatan, perawat harus senantiasa menjunjung tinggi kode etik
keperawatan dan menerapkan prinsip etik keperawatan. Kode etik sekaligus
mencegah kesalahpahaman dan konfik karena merupakan kristalisasi prilaku yang
dianggap benar menurut pendapat umum dan berdasarkan pertimbangan
kepentingan profesi, karena kode etik berisi prinsip-prinsip etik yang dianut oleh
profesi tertentu (Triwibowo, 2010). Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
pada tahun 2010 telah mensahkan Standar Profesi Keperawatan sebagaimana
tercantum dalam pasal 24 ayat (2) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 yang
terdiri dari standar kompetensi dan standar praktik keperawatan. Standar praktik
keperawatan meliputi standar asuhan dan standar kinerja profesional yang dipakai
sebagai evaluasi dalam menilai asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
sebagai evaluasi dalam menilai asuhan yang dilakukan oleh perawat meliputi
jaminan mutu, pendidikan, penilaian kinerja, kesejawatan, penerapan etik,
kolaborasi dan pemanfaatan sumber. Etik merupakan persamaan dari filosofi
moral, moral biasanya mengacu pada standar perilaku individu, kelompok maupun
suatu profesi tertentu (Vallent & Grace,2011). Etik keperawatan adalah kerangka
suatu sistem prinsip yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam
hubungannya dengan pasien, anggota keluarga pasien, tim kesehatan lain, pembuat
kebijakan dan social (Sanderson,2011). Perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien
harus mempunyai kompetansi khusus dan pengetahuan tentang etik dan hukum
keperawatan, perawat harus bertindak secara etik dan hukum untuk melindungi
dirinya dan pasien (Nikolaos, 2014). Menurut (Potter & Perry, 2005) Perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan berkewajiban berpedoman terhadap 6
prinsip etik keperawatan yaitu: Otonomi (Penentuan Diri), Non Malficience (Tidak
Merugikan), Beneficience (Melakukan Hal Yang Baik), Justice (Keadilan),
Veracity (Kejujuran), Fidelity (Menepati Janji). Penerapan prinsip etik dalam
pemberian asuhan keperawatan penting untuk dilakukan mengingat perawat yang
dalam melakukan asuhan keperawatan berperilaku tidak etik dapat menimbulkan
kerugian bagi pasien sebagai penerima asuhan keperawatan yang dapat mengalami
injury atau bahaya fisik seperti nyeri, kecacatan atau kematian, serta bahaya
emosional seperti perasaan tidak berdaya dan terisolasi (CNA, 2004). Kerugian
yang dialami pasien tersebut akan menyebabkan ketidakpuasaan pasien yang pada
akhirnya akan berdampak pada citra dan pendapatan rumah sakit (Okpara &
College, 2002). Sebaliknya perawat yang mengetahui tentang prinsip etik dan
menerapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan
menimbulkan kepuasaan pada pasien dan mempertahankan hubungan antara
perawat, pasien dan petugas kesehatan lainnya, sehingga pasien merasa yakin akan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas (Malau, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Despande (2009), Goldman (2010) dan
Yu-chen (2015) menyatakan bahwa Penerapan prinsip etik keperawatan sangat
ditentukan yaitu kecerdasan emosional, perilaku caring dan karakteristik individu.
Goleman (2005) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang untuk mengelola perasaan orang lain, memotivasi dirinya sendiri dan
orang lain, tegar menghadapi frustasi, sanggup mengatasi dorongan-dorongan
primitif dan kepuasaan-kepuasaan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif,
mampu berempati dengan orang lain.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis rumusan masalah adalah
sebagai berikut: 1. Bagaimana Konsep Prinsip Justice Dalam Keperawatan?
2. Bagaimana Prinsip Justice Dan Kode Etik Keperawatan?
3. Bagaimana Prinsip Justice Dan Patient’s Right?
4. Bagaimana Prinsip Justice Dan Faktor Sosiokultural?
5. Seperti Apa Contoh Kasus Prinsip Justice Dalam Keperawatan?
6. Bagaimana Peran Perawat Dalam Pembuatan Keputusan Etik Pada
Prinsip Justice Dalam Keperawatan?
C. Tujuan Penulis
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Prinsip justice Dalam keperawatan
2.Untuk laporan diskusi Prinsip justice
3.Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari prinsip justice dalam
keperawatan dan
4. dapat mengaplikasikan prinsip justice keperawatan dalam melakukan tindakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Justice
Justice atau keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori,
keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar, selain itu keadilan adalah
pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Atau dengan
kata lain keadilan pada dasarnya terletak pada keseimbangan atau keharmonisan
antara penuntutan hak dan menjalankan kewajiban
B. Konsep Prinsip Justice Dalam Keperawatan
Setiap individu harus mendapatkan tindakan yang sama, merupakan prinsip dari
justice (Perry and Potter, 1998 ; 326). Justice adalah keadilan, prinsip justice ini
adalah dasar dari tindakan keperawatan bagi seorang perawat untuk berlaku adil
pada setiap pasien, artinya setiap pasien berhak mendapatkan tindakan yang sama.
Prinsip ini melibatkan perlakuan yang sama dan adil terhadap setiap individu,
kecuali jika ada pembenaran atas perlakuan yang tidak setara. Prinsip keadilan
dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh
ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga
klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus
mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai
dengan asas keadilan. Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan childress
adalah mereka uang sederajat harusdiperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak
sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,sesuai dengan kebutuhan
mereka.Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka
menurut prinsip iniharus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai
contoh: Tindakan keperawatanyang dilakukan seorang perawat baik dibangsal
maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK. Tindakan yang tidak sesuai
dengan prinsip justice adalah melakukan diskriminasi atau perlakuan sewenang-
wenang yang tidak adil, memanfaatkan atau mengambil keuntungan secara tidak
adil dari orang lain, dan membuat pernyataan yang tidak adil tentang orang lain.
C. Prinsip Justice Dan Kode Etik Keperawatan
1. Kode Etik Keperawatan
Kode etik adalah pernyataan standar professional yang digunakan sebagai
pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Kode
etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan professional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang baik dan benar, serta apa yang tidak benar dan tidak baik
bagi professional. Tujuan kode etik adalah agar professional memberikan jasa
sebaikbaiknya kepada nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan
yang tidak professional. Makna dan kegunaan kode etik keperawatan, perawat
menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat harus memhami dan menerima
kepercyaan, kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri
sebagai profesi. Kedudukan kode etik dalam sistem keperawatan seperti :
penelitian perawatan yang mencakup semua tentang ilmu keperawatan, pendidikan
keperawatan, pelayanan keperawatan, dan organisasi profesi. Kode etik Indonesia
ada beberapa kategori yaitu perawat dan klien, perawat dan praktik, perawat dan
masyarakat, perawt dan sejawat, dan perawat profesi. Ada beberapa kode etik
yaitu kode etik ICN (International Council of Nurse) dan kode etik ANA
(American Nursing Asosiation). Prinsip-prinsip etika
a. Autonomy (Kemandirian)
Sebagai seorang perawat yang profesional haruslah mampu berpikir logis dan
cepat dalam mengambil keputusan. Selain itu, seorang perawat juga harus
menghormati dan menghargai orang lain khususnya pasien.
b. Beneficence (Berbuat Baik)
Berbuat baik harus dilakukan kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan,
khususnya ketika sedang memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien.
Perbuatan baik yang dilakukan oleh seorang perawat haruslah berlandaskan kepada
ilmu dan kiat keperawatan.
c. Justice (Keadilan) Menjunung tinggi keadilan harus selalu dilakukan oleh para
perawat, sebagai contoh ketika ada pasien baru masuk dan di waktu yang sama ada
pasien yang membutuhkan bantuan segera maka perawat harus segera
mempertimbangkan berbagai faktor sesuai dengan asas keadilan.

d. Non-Maleficence (Tidak Merugikan)


Pada prinsipnya seorang perawat harus selalu melakukan tindakan
pelayanan keperawatan sesuai dengan ilmu keperawatan dan kiat keperawatan
yang telah dimiliki dengan tidak merugikan dan menimbulkan bahaya pada
pasien.
e. Veracity (Kejujuran)
Bagaimana pun, kejujuran harus dimiliki oleh semua orang. Pada seorang perawat
kejujuran adalah hal yang wajib diberikan kepada pasien, hal ini karena pasien
mempunyai hak otonomi sehingga ia berhak untuk mengetahui berbagai informasi
yang ia inginkan. Walau pada kondisi tertentu hal ini
sangat sulit mengingat banyak hal yang harus dijaga untuk kebaikan pasien namun
sebagai seorang perawat harus pintar dalam memberikan informasi kepada pasien
meski pun itu pahit.
f. Fidelity (Menepati Janji)
Dibutuhkan komitmen yang tinggi dalam menepati janji kepada orang lain
khususnya pasien dan dokter. Hal ini karena tugas dan tanggung jawab seorang
perawat yang menuntutnya untuk dapat meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan pasien.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Perawat harus benar-benar menjaga kerahasiaan yang dimiliki oleh pasien meski
pun banyak orang mendesak untuk membeberkan informasi mengenai kesehatan
pasien. Seorang perawat harus berani menolak untuk memberikan informasi jika di
luar wilayah pelayanan kesehatan secara tegas.
h. Accountability (Akuntabilitas)
Tanggung jawab seorang perawat amatlah berat, hal ini karena setiap tindakan
yang dilakukan oleh perawat kepada pasien harus sesuai dan tepat tanpa kecuali.
Sebagai contoh ketika perawat memberikan obat dosis kepada pasien, jika hal
tersebut salah sedikit saja dan menimbulkan kerugian pada pasien maka dapat
digugat di pengadilan.

i. Freedom (Kebebasan)
Setiap orang apa pun profesinya mempunyai hak atas suatu kebebasan. Kebebasan
menentukan pilihan atau langkah yang hendak ia ambil. Begitu pula menjadi
perawat, seorang perawat harus secara bebas bekerja menjalankan profesinya tanpa
ada tekanan atau paksaan dalam menentukan sesuatu dari luar dirinya.
j. Advocacy (Advokasi)
Sebagai seorang perawat yang langsung berinteraksi dengan pasien atau pun
keluarga pasien maka perawat harus bisa melindungi hak-hak klien. Peran
advokasi yang harus dimiliki seorang perawat ini berasal dari etika beneficience
(kewajiban untuk berbuat baik) dan nonmaleficence (kewajiban tidak merugikan).
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status
profesional dengan cara sebagai berikut:
a. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan
memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat.
b. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin
hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal.
c. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus
dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat
dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi
keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai
perwakilan dari asuhan kesehatan.
d. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

2. prinsip justice dalam kode etik keperawatan


Justice berarti keadilan. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk perlakuan yang sama
dan adil terhadap orang lainyang menjungjung prinsip-prinsip moral, egal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika tenaga
kesehatan bekerja untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Prinsip
justice berarti bahwa setiap orang berhak atas perlakuan yang sama dalam upaya
pelayanan kesehatan tanpa mempertimbangkan suku, agama, ras, golongan, dan
kedudukan sosial ekonomi. Idealnya perbedaan yang mungkin adalah dalam
fasilitas, tetapi bukan dalam hal pengobatan dan atau perawatan.
D. Prinsip Justice Dan Patient’s Right
Dalam konteks ini prinsip justice (keadilan) ditetapkan yaitu tidak membedakan-
bedakan pasien, dan memastikan pasien mendapat apa yang seharusnya
didapatkan. Dengan melakukan prioritas tindakan dengan tepat maka dapat pula
terdeteksi adanya suatu masalah lebih dini sehingga dapat mencegah terjadinya
kondisi yang lebih buruk atau menghindari terjadinya hal yang membahayakan.
Patients right atau hak pasien adalah daftar jaminan bagi mereka yang menerima
perawatan medis, memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan Standar Prosedur Operasional (SPO), memperoleh keamanan
dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit. Jadi perawat
harus adil dalam melakukan layanan kesehatan serta Memperlakukan pasien
dengan adil dalam memperoleh keamanan selama dalam perawatan.Apabila
dirumuskan maka hak pasien sebagai konsumen pelayanan medis yang ditentukan
dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan antara lain :
1. Memperoleh informasi yang benar dan lengkap tentang keadaan dirinya;
2. Memberikan persetujuan ataupun penolakan terhadap terapi yang dilakukan atas
dirinya;
3. Menjaga rahasia kedokteran terkait dengan kondisi dan layanan medis lainnya
4. Memperoleh ganti rugi sebagai akibat dari adanya kesalahan dan kelalian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Kemudian dalam Pasal 52 dan Pasal 53 Undang Undang No 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran menyatakan bahwa pasien mempunyai hak antara lain
adalah :
1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 45 ayat 3
2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medik
4. Menolak tindakan medic
5. Mendapatkan isi rekam medik.
Selanjutnya mengenai kewajiban pasien adalah :
1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterimanya.
Prinsip Justice diterjemahkan sebagai menegakan keadilan atau kesamaan hak
kepada setiap orang (pasien). Definisi lainnya adalah memperlakukan orang lain
secara adil, layak dan tepat sesuai dengan haknya. Situasi yang adil adalah
seseorang mendapatkan mendapatkan manfaat atau beban sesuai dengan hak atau
kondisinya. Situasi yang tidak adil adalah tindakan yang salah atau lalai berupa
meniadakan manfaat kepada seseorang yang memiliki hak atau pembagian beban
yang tidak sama. Prinsip justice lahir dari sebuah kesadaran bahwa jumlah benda
dan jasa (pelayanan) itu terbatas, sedangkan yang memerlukan seringkali melabihi
batasan tersebut. Prinsip justice kemudian diperlukan dalam pengambilan
keputusan tersebut. Terdapat beberapa kriteria dalam penerapan prinsip justice,
antara lain:
1. Untuk setiap orang ada pembagian yang merata (equal share)
2. Untuk setiap orang berdasarkan kebutuhan (need)
3. Untuk setiap orang berdasarkan usahanya (effort)
4. Untuk setiap orang berdasarkan kontribusinya (contribution)
5. Untuk setiap orang berdasarkan manfaat atau kegunaannya
(merit)
6. Untuk setiap orang berdasarkan pertukaran pasar bebas (free
market exchange)
Kesamaan merupakan inti dari justice, tetapi aristoteles mengemukakan bahwa
justice lebih daripada kesamaan, karena seseorang dapat merasa tidak diperlakukan
secara semestinya walaupun telah diperlakukan sama satu dengan yang lain.
Teori filosofi mengenai keadilan biasanya menyangkut kebutuhan hidup seseorang
atau berlaku sepanjang umur, tidak berlaku sementara saja. Beuchamp dan
Childress menyatakan teori ini sangat erat kaitannya dengan sikap adil seseorang
pada orang lain, seperi memutuskan siapa yang membutuhkan pertolongan
kesehatan terlebih dahulu dilihat dari derajat keparahan penyaktnya.
Rawismerumuskan konsep khusus teori keadilan dalam bentuk 2 prinsip keadilan
yakni:
1. setiap orang memiliki hak samasejauh yang dapat dicakup keseluruhan sistem
kesamaan kemerdekaan fundameental yang setara bagi wargayang lain
2. ketidaksamaan-ketidaksamaan sosial danekonomi ditata sedemikian sehingga
keduanya :
a. paling menguntungkan bagi yang paling tertinggal
b. melekat pada posisi-posisi dan jabatan-jabatan terbukabagi semua dibawah
syarat kesamaan kesempatan yang fair.
E. Prinsip justice dan faktor sosiokultural
Kaitan keperawatan dengan sosiokultural sampai saat ini belum tergali jelas di
Indonesia, faktor sosiokultural yang dimilikui perawat atau pasien sangat
berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etik. Misalnya setiap rumah sakit
mempunyai aturan menunggu dan persyaratan pasien yang boleh ditunggu, namun
hal ini sering tidak dihiraukan oleh keluarga pasien dengan alasan rumah jauh atau
pasien tidak senang bila tidak ditunggu keluarganya, dll. Ini sering menimbulkan
masalah etik bagi perawat antara membolehkan dan tidak membolehkan keluarga
menemani pasien dirumah sakit. (Suhaemi,2003)
Saat ini masalah yang berkaitan dengan etika (ethical dilemmas)
telah menjadi masalah utama disamping masalah hukum, baik bagi pasien,
masyarakat maupun pemberi layanan kesehatan. Setiap dilema membutuhkan
jawaban dimana dinyatakan bahwa sesuatu hal itu baik dikerjakan untuk pasien
atau baik untuk keluarga atau benar sesuai kaidah etik (Suhaemi, M.E.,2004).
Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya dampak emosional
seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional
(Tappen, 2005). Australia Council of Nursing menyatakan bahwa Perawat
menerima hak universal manusia dan tanggung jawab moral untuk menjaga
perbedaan dan kesamaan hak dari semua orang. Ini mencakup adanya pengakuan,
penghormatan dan melindungi perbedaan masyarakat, budaya, nilai, ekonomi hak
sosial dan politik serta moral etika yang ada dan melekat pada setiap diri manusia
(ACN, 2009). Hal ini memunculkan pandangan bahwa kode etik tidak lepas dari
adanya nilai, norma dan budaya yang ada di individu dan masyarakat sebagai dasar
timbulnya kode etik itu sendiri. Nilai dalam keperawatan mempunyai peran vital
dalam penyelesaian masalah etik. Rich dan Butts menjelaskan ketika perawat
dipaksa dan ditekan untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai
mereka, nilai dari seorang perawat harus dapat memandu penalaran moral dan aksi
perawat bahkan ketika orang lain menantang kepercayaan perawat (Rich and Butts,
2010). Dari sini jelas bahwa etika atau perilaku etik yang digunakan perawat dalam
praktek profesinya tidak lepas dari nilainilai keperawatan sendiri sebagai dasar,
sebagai panduan yang memberikan pencerahan Profesi keperawatan mengakui
adanya perbedaan di dalam masyarakat. Menghargai perbedaan masyarakat
memerlukan perawat untuk memahami bagaimana latar belakang perbedaan
budaya dan bahasa dapat mempengaruhi ketersediaan dan penerimaan layanan
keperawatan dan kesehatan di sebuah tempat (ACN, 2009). Kebudayaan merupaka
sistem yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adatistiadat, dan kemampuan lain, serta
kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar,
2006). Budaya terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan nilai yang berada dalam
pikiran anggotaanggota individual masyarakat. Masyarakat menggunakan
komponen budaya dalam proses orientasi, transaksi, pertemuan, perumusan,
gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku sosial nyata dalam kehidupan
mereka (Kalangie, 1994). Canadian Nurse Asociation (CNA) menyatakan bahwa
konteks sosial dimana perawat bekerja akan terus berubah dan memberikan
pengaruh yang signifikan untuk praktek keperawatan. Dengan merubah secara
berkala isi dari kode etik keperewatan, diharapkan kode etik akan mampu
memenuhi kebutuhan perawat untuk mengikuti perubahan nilai sosial dan kondisi
yang mempengaruhi masyarakat, perawat dan penyedia layanan kesehatan lain
(CNA, 2008). Menghargai masyarakat membutuhkan perawat untuk mengenali dan
mendengarkan klaim moral dari masyarakat dan hak dasar manusia sebagai
penyokongnya. Hal ini termasuk mendengarkan kebutuhan dan perhatian
masyarakat yang mungkin mempunyai inisiatif sendiri untuk pemenuhan
kebutuhan kesehatannya (ACN, 2009). Dari sini dapat diketahui bahwa budaya
masyarakat disebuah tempat menjadi penting bagi perawat untuk ketahui, terima
dan hargai. Budaya masyarakat menentukan penerimaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan. Masyarakat memiliki pandangan sendiri akan kebutuhan
kesehatan yang mereka cari. Perawat saat memberikan pelayanan hendaknya
mampu menghargai nilai budaya yang ada di dalam sebuah komunitas dan dapat
dijadikan dasar etika dalam berhubungan dengan masyarakat.
F. Contoh Kasus
Salah seorang perawat yang ditugaskan untuk menangani pasien yang kurang
mampu dan berada pada ruangan kelas III. Perawat ini awalnya merawat pasien
tersebut ini dengan baik. Namun, suatu hari keluarga dari perawat ini dirawat di
rumah sakit yang sama juga tapi di ruang VIP. Setiap hari perawat ini selalu
berkunjung ke ruangan keluarganya tersebut sampai-sampai melupakan seorang
pasien yang ada di kelas III yang sudah menjadi tanggung jawab sepenuhnya untuk
perawat itu. Ketika ditanya
kenapa perawat itu sering berkunjung ke ruangan pasien yang merupakan
keluarganya, perawat itu menjawab karena yang dirawat itu tantenya. Jadi dia
harus setiap saat mengecek keadaan tantenya itu dan melupakan tanggung
jawabnya yang terdahulu yaitu pasien di ruangan kelas III. Tentu saja ini
melanggar prinsip etik keperawatan justice / keadilan karena perawat itu sudah
membeda-bedakan perawatan pada kelurarganya dan pasien yang sudah menjadi
tanggung jawabnya dimana dia lebih sering mengecek keadaan tantenya tersebut
dan melupakan pasien yang berada di ruangan kelas III tersebut.
Untuk kasus diatas, pelanggaran yang telah dilakukan oleh perawat tersebut
adalah membeda-bedakan mana keluarganya dan mana yang bukan. Sudah jelas
bahwa dia melanggar prinsip etik keperawatan. Seperti yang kita tahu sendiri
bahwa pada prinsip etika keperawatan justice / keadilan adalah dimana perawat
tidak membeda-bedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya
meskipun itu temannya atau keluarganya sekalipun. Dalam prinsip etika
keperawatan justice / keadilan diperlukan perlakuan tindakan yang adil dan sama
bagi setiap pasien yang ada pada ruang lingkup rumah sakit itu sendiri. Artinya
setiap individu itu memiliki kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidupnya.
Untuk perawatnya sendiri yang melanggar prinsip etika keperawat jenis ini bisa
dikenai hukuman atau sanksi sehubungan telah disahkannya UndangUndang
Keperawatan.
G. Peran Perawat Dalam Pembuatan Keputusan Etik Pada Prinsip Justice
Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip prinsip umum yang telah diterima
oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan
komprehensif dari profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam
melaksanakan praktek keperawatan baik yang berhubungan dengan pasien,
keluarga,masyarakat, teman sejawat, diri sendiri, dan tim kesehatan (Wulan,2011).
Dalam Sumijatun (2009), dikatakan bahwa pembuatan keputusan selalu
dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan
penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik.
Pendapat Kepner dan George tentang pengambilan keputusan adalah “A decision is
always choice between various ways of getting a particular thing done on end
accomplished”. Pengambilan keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih
alternatif atau kemungkinan.Keputusan etis dibuat berdasarkan kesepakatan antara
pasien dan perawat.Oleh karena itu seorang perawat harus mampu meyakinkan
pasien bahwa keputusan etis yang diambil adalah berdasarkan analisa dan
pertimbangan yang matang. Kesepakatan persetujuan antara pasien pasien dan
perawat tentang keputusan tindakan tersebut dapat berupa informed consent
sehingga terdapat bukti yang kuat bahwa keputusan etik tersebut diambil
berdasarkan kesepakatan bersama. Dalam setiap pengambilan keputusan etis peran
perawat adalah sebagai konselor dan advokat, artinya perawat harus memberikan
informasi tentang kondisi dan situasi yang terjadi, dan melibatkan pasien dan
keluarga dalam proses pengambilan keputusan.Sebagai advokat, berarti perawat
melindungi hak pasien untuk mendapatkan perawatan yang menguntungkan dan
tidak merugikan. Dalam membuat keputusan perawat akan berpegang teguh pada
pola pikir rasional serta tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip etik dan
hukum yang berlaku. Dalam proses pengambilan keputusan etis dikenal beberapa
teori yang dapat menjadi pembenaran terhadap suatu putusan etik, dalam
pembuatan keputusan berdasarkan prinsip justice, perawat dituntut untuk
memberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.Perawatan yang diberikan
harus sesuai dengan standar praktik keperawatan secara profesional dan sesuai
dengan hukum yang berlaku. Jika ditinjau dari prisip ini tindakan perawat dalam
kasus diatas perawat sebenarnya melakukan pelanggaran atas justice karena
melakukan tindakan diluar dari kewenangannya, tidak sesuai dengan hukum
yang berlaku.
BAB III KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Pelaksaan proses keperawatan dalam prinsip justice bertujuan untuk menghasilkan
asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai masalah kebutuhan pasien
dapat teratasi,proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan
oleh perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
dengan melakukan pengkajian , diagnosis, merencanakn tindakan yang akan di
lakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan
yang telah diberikan dengan berfokus pada pasien, dan tidak membeda-bedakan
pasien satu dengan lainnya. Para perawat harus adil dalam memberikan asuhan
keperawatan
B.Saran
Penyusun menyarankan agar semua perawat dan tenaga medis lainnya bekerja
sesuai etikserta bekerja secara kolaborasi dengan menjadikan keamanan dan
keselamatan pasiensebagai prioritas utama sehingga berbagai bentuk kelalaian
dapat di hindari atau diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Adams PC and Zauderer B. Sickle cell anemia: Clinical update. Medsurg Nurs Q
1993 Spring; 1(4):2-20.
Anand A. Future direction in sickle cell disiase. West J Med 1993 May 158(5): 536
537. Australian College of Nusring (ACN), 2009. Code o Ethic for Nurses in
Australia. Australia Nursing Federation : Australia
Bolivar E. Hemophilia and AIDS:Dealing with nurse burnout. Caring Megazine
1991 July:10(7):50-54
Butler Dj and Beltran LR. Funtions of an adult sickle cell group.
Canadian Nurse Association (CNA), 2008. Code of Ethic for Registred Nurse.
CNA : Ottawa
Doheny MO et al. Caring for the orthopedic patien with sicle cell desease.
Orthopadic nursing 1992 jan/Feb; 11(1):41-48.
Lubis AY.Dekonstruksi epistemologi modern;dari posmodernisme, teori kritis,
poskolonialisme hingga cultural studies. jakarta : pustakaindonesia satu; 2006.p56-
66
https://www.slideshare.net/mobile/HardyanAlhambaly/prinsip-justice
https://www.nerslicious.com/etika-keperawatan/ https://www.academia.edu/36639
018/MAKALAH_JUSTICEhttps://www.academia.edu/8622935/Konsep_Etika_Da
lam_Keperawatan
https://www.academia.edu/6241172/Hak_dan_Kewajiban_pasien_dalam_
pelayanan_Kesehatan
https://www.academia.edu/29623848/Peran_perawat_dalam_pengambilan
_keputusan_etis

Anda mungkin juga menyukai