Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN I

KOMUNIKASI KELOMPOK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Komunikasi Dalam Keperawatan

Dosen Pengampuh : Ns. Faradilla M. Suranata, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok IV

Kelas IIC

 2001079_Anggriani M. Lika
 2001065_Deva Yanti Bakir
 1901078_Aprilia Ajeng Kartini Abdulfatah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2020-2021
Alamat:Raya Pangiang, Kec. Prov., Jl. Pandu 2, Molas, Bunaken, Manado City, North
Sulawesi, Indonesia

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kominikasi Kelompok. Terima
kasih saya ucapkan kepada dosen yang telah membantu kami baik secara moral maupun
materi.Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Manado, 31 Maret 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4


B. Tujuan .......................................................................................................... 6
C. Manfaat......................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN MATERI .................................................................................... 7

A. Pengertian Komunikasi Kelompok ............................................................... 7


B. Jenis- Jenis Komunikasi Kelompok.............................................................. 9
C. Wujud Komunikasi Kelompok ................................................................... 10
D. Fungsi Kelompok ...................................................................................... 11
E. Manfaat Komunikasi Kelompok Dalam keperawatan ................................. 12
F. Komunikasi Kelompok Dalam Keperawatan .............................................. 13
G. Tipe, Klasifikasi Dan Karakteristik Kelompok .......................................... 18
H. Komunikasi Kelompok Yang Efektif ......................................................... 21
I. Konfil Kelompok ....................................................................................... 23

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 25

A. Kesimpulan................................................................................................ 25
B. Saran ......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak berkomunikasi
“We can’t not communicate”. Sama hal nya pada saat kita berkelompok. Komunikasi seakan
menjadi ruh dalam jasad sebuah kelompok. Komunikasi seakan menjadi ruh dalam jasad
sebuah kelompok. Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya
suatu kelompok bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan efektif suatu
komunikasi dapat dibangun.

Dalam komunikasi kelompok sering kali ada kegiatan penting yang sangat menunjang
keberhasilan kelompok tersebut, diskusi contohnya. Namun saat ini, banyak permasalahan
yang terjadi di kalangan sebuah kelompok dan inti masalahnya adalah kurangnya
komunikasi. Permasalahan komunikasi yang terjadi pun tak hanya intern saja tapi juga
eksternalnya. Berdasarkan permasalahan di atas, penting kiranya agar kita memahami arti
Komunikasi Kelompok. Oleh sebab itu, dalam makalah ini kami akan membahas hal-hal
mengenai komunikasi kelompok

Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya suatu
kelompok/komunitas bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan efektif suatu
komunikasi dapat dibangun. Dalam komunikasi kelompok kita harus mengetahui pengertian,
sifat, klasifikasi dan lain-lain yang termasuk kedalam unsur-unsur komunikasi kelompok.
Saat ini, banyak permasalahan yang terjadi di kalangan sebuah kelompok dan inti
masalahnya adalah kurangnya komunikasi. Permasalahan komunikasi yang terjadi pun tak
hanya intern saja tapi juga eksternalnya. Oleh karena itu penulis akan memaparkan hal
tersebut.

Berdasarkan permasalahan di atas, Maka dari itu, penulis mencari informasi dan menyusun
makalah mengenai materi komunikasi kelompok ini yang mudah-mudahan bisa
menambahkan wawasan kita mengenai salah satu dari bentuk komunikasi ini. Hal ini pun
merupakan salah satu upaya pemenuhan tugas mata kuliah Teori Komunikasi.

komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan-keseharian kita sejak kita lahir,
kita sudah mulai bergabung dengankelompok primer yang paling dekat, yaitu keluarga
kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektualitas, kita masuk dan
terlibat dalam kelompok- kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama, tempat
pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan ketertarikan kita.
4
kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita, karena melalui
kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan kita
dengan anggota kelompok lainnya modal teori komunikasi kelompok ini, akan terdiri dari
empat kegiatanbelajar yaitu prinsip-prinsip dasar komunikasi dalam suatu kelompok group
communication' memahami komunikasi dalam kelompok.

5
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mengerti tentang arti dari komunikasi kelompok
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari komunikasi kelompok
3. Untuk mengetahui apa saja wujud dari komunikasi kelompok
4. Untuk mengetahui dan mengerti tentang fungsi kelompok
5. Untuk mengetahui dan mengerti tentang manfaat komunikasi kelompok dalam
keperawatan
6. Untuk mengetahui komunikasi kelompok dalam keperawatan
7. Untuk mengetahui dan mengerti tentang tipe dll dalam komunikasi
8. Untuk mengetahui dan mengerti tentang komunikasi yang efektig dan konfil yang bisa
terjadi

C. Manfaat
Dapat membagi informasi ke siapa pun itu mengenai arti komunikasi kelompok, jenis-jenis
dari komunikasi kelompok, apa saja wujud dari komunikasi kelompok, fungsi dari
komunikasi kelompok, bahkan dapat memeberikan informasi dalam dunia keperawatan
mengenai manfaat dari sebuah komunikasi dalam keperawatan dll.

6
BAB II
TINJAUAN MATERI

A. Pengertian Komunikasi Kelompok


Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam
suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar
Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi
kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan
yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang
mana anggotaanggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain
secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni
adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai
tujuan kelompok.

Komunikasi kelompok merupakan hubungan antara manusia dengan masyarakat secara


dialektis dalam eksternalisasi, obyektifitas, dan internalisasi. Ekternalisasi adalah pencurahan
kehadiran manusia, baik dalam aktifitas maupun mentalitas. Melalui eksternalisasi, manusia
mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Obyektifitas adalah disandangnya
produk-produk aktifitas suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya (manusia)
dalam suatu kefaktaan yang eksternal terhadap yang lain, dari pada podusennya sendiri.
Internalisasi adalah peresapan kembali realitas oleh manusia dan mentranformasikannya
sekali lagi struktur-struktur dunia obyektif ke dalam struktur-struktur kesadaran
subyektif.Komunikasi kelompok dapat dikatakan sebagai disiplin karena komunikasi
kelompok ini mempunyai ruang lingkup, menunjukkan kemajuan dalam pengembangan teori
serta mempunyai metodologi riset, kritik, dan penerapan.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini
misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu
komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi
kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori
komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Terdapat empat elemen yang tercakup dalam beberapa definisi tentang komunikasi kelompok
di atas, yaitu interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud
atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan Universitas Sumatera Utara anggota untuk
dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya, berikut penjelasannya:

1) Terminologi tatap muka (face-to face) mengandung makna bahwa setiap anggota
kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat
mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya.
Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat

7
proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan demikian, makna tatap muka
tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok.

2) Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang.


Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan
berlangsungnya suatu interaksi di mana setiap anggota kelompok mampu melihat dan
mendengar anggota lainnya. Dan karenannya kurang tepat untuk dikatakan sebagai
komunikasi kelompok.

3) Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi di atas,
bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe
identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka
komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahun (to impart
knowledge).

Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance),


biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari
kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan
pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari
kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan
masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan
keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

4) Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan


karateristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap
anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan
maksud/tujuan kelompok telah Universitas Sumatera Utara terdefinisikan dengan
jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan
permanen.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang


berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy
Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk
mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

8
B. Jenis- Jenis Komunikasi Kelompok
Di Lihat dari Jumlah Komunikasi
a) Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil merupakan proses komunikasi antara tiga orang atau
lebih yang berlangsung secara tatap muka. Dalam kelompok tersebut anggota
beriteraksi satu sama lain. Dalam komunikasi ini mempunyai cirri mudaah di
arahkan, seperti menejer dengan sekelompok karyawannya. Tipe komunikasi ini oleh
banyak kalangan dinilai sebagai pengembangan dari komunikasi antar pribadi.
Trenholm dan Jensen mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang yang
berlangsung secara tatap muka, biasanya bersifat spontan dan informal. Peserta satu
sama lain menerima umpan balik secara maksimal.

Setelah orang ketiga bergabung di dalam interaksi tersebut, berakhirlah komunikasi


antar pribadi, dan berubah menjadi komunikasi kelompok kecil. Untuk ukuran
mengenai kelompok kecil, beberapa ahli memberikan batasan yang berbeda- beda. De
Vito member batasan, bahwa kelompok kecil sebagai sekumpulan orang kurang, lebih
5-12 orang. Ukuran kelompok kecil menurut Kumar berkisar antara 15-25 orang.
Anggota- anggota kelompok kecil dapat berkomunikasi dengan mudah. Sumber dan
peneriaan informasi dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama. Kelompok
tersebut mempunyai alasan yang sama bagi anggotanya untuk berinteraksi.

b) Komuniasi Kelompok Besar


Komunikasi ini adalah komunikasi kelompok yang karena jumlahnya yang banyak,
dalam situasi komuikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan
tanggapan secara verbal. Dengan kata lain, kecil seali kemungkinannya bagi
komunikator untuk berdialog dengan para komunika. Jadi dalam komunikasi
kelompok besar ini, hanya bersifat nalar dalam segi penerimaannya. Cirri yang
menonjol adalah wabah metal sering terjadi, serta emosional lebih tinggi. Contohnya:
pengajian, ceramah., seminar, forum.
 Dilihat dari Bentuknya

a) Komunikasi Panel
Yaitu komunikasi kelompok untuk memecahkan sutu masalah social yang dilakukan
oleh sejumlah orang yang berbeda keahliannya. Biasanya yang tampil dalam diskusi

9
ini tiga atau tujuh orang dengan keahlian yang sangat erat seali dengan masalah yang
di bahas. Contoh pemecahan masalah kemacetan lalu lintas yang elibatkan sosiolog,
psikolog, ahli hukum dan ejabat kepolisian.

b) Forum
Pertemuan untuk membahas suatu topik yang menyangkut suatu kepentingan umum.
Forum ini bersifat speaker centered, yang terpusat pada pembahasan. Dalam arti
bahwa pembicaraan pada forum termasuk orang selain menguasai topik yang dibahas,
juga mempunyai nama di masyarakat, sehingga pemikirannya berupa informasi
penjelas yang disertai tanya jawab. Contoh : pejabat yang turun kebawah.

c) Simposium
Komunikasi kelompok yang melibatkan tiga sampai lima pembicaraan dengan
spesialisasi yang berbeda untuk membahas berbagai aspek dari suatu topik luas.

d) Brainsterming
Bisa juga di katakan urun rembug yaitu bentuk komunikasi kelompok untuk
memperoleh gagasan sebanyak- banyaknya dalam waktu yang sesingkat- singkatnya
dari peserta yang dilibatkan. Tujuannya menghasilkan saran sebanyak- banyaknya
untukditetapkan salah satu daripada nya dalam rangka pemecahan masalah. Contoh:
penerapan dalam dunia pendidikan CBSA.

C. Wujud Komunikasi Kelompok


Komunikasi kelompok dapat mencakup dua wujud utama, yaitu:
1. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a) Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila
pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah
kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b) Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan
bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c) Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan
akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda.
Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam
berkomunikasi.
d) Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Tertawa mempunyai
hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan
satusatunya selingan dalam berkomunikasi.

10
e) Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat
dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah
dimengerti.
f) Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi,
artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa
yang disampaikan.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi
non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non
verbal :
a) Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi
wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b) Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan
mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang
tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga
memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c) Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih
bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti
perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau
simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d) Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e) Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi.
Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya
sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f) Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan
isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki
atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam
keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

D. Fungsi Komunikasi Kelompok


Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang
akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan,
persuasi, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi. Semua fungsi

11
inidimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu
sendiri.
a) Fungsi hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara
dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya, seperti bagaimana
suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk
melakukan aktivitas yang informal, santai, dan menghibur.
b) Fungsi pendidikan adalah bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun
informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan.
c) Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya memersuas anggota lainnya
supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang etrlibat usaha-usaha
persuasif dalam suatu kelompok, membawa risiko untuk tidak diterima oleh para
anggota lainnya.
d) Fungsi problem solving, kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya
untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan.
e) Fungsi terapi. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena
kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Tentunya individu tersebut harus berinteraksi
dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha
utamanya adalah membantu diri sendiri, bukan membantu kelompok mencapai
konsensus.

Secara umum fungsi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut yaitu :
a) Dari sudut individu
Fungsi komunikasi ditinjau dari sudut individu untuk memungkinkan di adakannya
hubungan-hubungan sosial dan tambahnya pengetahuan tentang lingkungan-
lingkungan sosial dan alam sehingga individu dalam masyarakat dapat memenuhi
kebutuhannya dan dapat menyesuaikan diri pada lingkungan tersebut. Dengan
demikian individu dapat mempertahankan diri dalam penghidupan.
b) Dari sudut kelompok/masyarakat
Jawabannya adalah sama, yaitu dilihat dari sudut kelompok sebagai suatu
keseluruhan fungsi komunikasi yaitu untuk memungkinkan supaya kelompok yang
bersangkutan dapat mempertahankan diri.

E. Manfaat komunikasi kelompok dalam keperawatan


Komunikasi antar kelompok dalam keperawatan sangatlah penting. Komunikasi
kelompok ini terjadi pada saat penyerahan tugas dari dinas pagi ke dinas siang, dari dinas
siang ke dinas malam dan sebagainya untuk kepentingan pelayanan klien. Adapun
manfaat dari komunikasi kelompok dalam keperawatan, antaralain adalah:a.Untuk
pemberian asuhan keperawatan selanjutnyab.Memberikan pelayanan kepada klien sebaik

12
mungkinc. Meningkatkan kesehatan dan memberi pelayanan kesehatan kepada
kliend.Adanya bentuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam pelayanan
keperawatan pada kliene.Mempercepat proses penyembuhan klien

Menghindari terjadinya kesalahpahaman atau diskomunikasi antara klien maupun


keluarga pada saat menyampaikan informasi mengenai kesehatan klieng.Terjalinnya
kerjasama yang baik antara klien dengan perawat sehingga klien merasa betah saat
menjalani proses perawatanh.Memberikan informasi atau penyuluhan mengenai penyakit
klien dan cara penanggulangannya sehingga ketika klien sembuh, klien dapat mengantisipasi
kemungkinan penyakitnya kambuh lagi

F. Komunikasi Kelompok Dalam Keperawatan


Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai anggota tim
pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat klien juga dapat
diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada pembentukan lingkungan
kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi ini berfokus pada
pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi,
kepemimpinan, dan manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk
berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan
performa, dan penulisan laporan.

Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan
terapeutik untuk membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan.Semua orang memilki
kebutuhan interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan
kontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan
dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus
dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter &
Perry, 2009).

Komitmen untuk kolaborasi dalam hubungan kerja dengan para profesional lain membantu
mempertahankan kualitas tinggi dari perawatan klien. Keberhasilan kelompok
bergantung pada hubungan baik diantaratim, terutama pemimpin tim dengan anggota
tim yang lain.Untuk mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu
mengamati prinsip komunikasi menurut WHO, 1999 :
 Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan
mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
 Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan dengan
jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti
 Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang
dikirim tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim

13
harus selalu meggunakan suatu cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan
terjadi.
 Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal
ini sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.
Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan mengatur ruangan,
kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya sehingga komunikasi dapat
berjalan dengan efektif.Diagram dibawah menunjukkan pengaturan komunikasi dengan
1 pemimpin dan 4 anggota. (WHO, 1999. )

Ada 3 sarana komunikasi kelompok dalam keperawatan yang sering dilakukan oleh para
perawat
a) Pendelegasian Adalah Pendelegasian adalah kegiatan mengalihkan sebagian tugas
kepada orang lain. Pendelegasian bukan berarti mendistribusikan seluruh
pelayanan keperawatan kepada staf perawat, tetapi lebih dari itu.Pendelegasiannya
adalah menggabungkan aspek pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
keperawatan dengan personal yang memiliki kemampuan pfofesional yang
adekuat untuk melaksanakan tugas yang diberikan dengan tetap mempertahankan
standar pelayanan keperawatan.

Pendelegasian juga dapat dikatakan pengalihan tugas sebagai bentuk tanggung


jawab seseorang yang memiliki kekuasaan dengan mengalihkan sebagian
kekuasaannyuntuk melakukan sesuatu.Pendelegasian bergantung pada
keseimbangan antara aspek responsibility (tanggung jawab), Accountability
(tanggung gugat), dan Authority (kekuasaan). Ketika seorang perawat
mendelegasikan tugas, dapat dipahami bahwa ini berarti ia telah memperluas
kewenangannya,tidak hanya memberi asuhan keperawatan, tetapi juga memberi
tugas kepada rekan sejawatnya untuk bersamanya melakukan asuhan
keperawatan sekaligus menciptakan tanggung gugat baru yaitu tanggung gugat
yang harus dijalankan perawat yang menerima pendelegasian.

Empat langkah pendelegasian, Yaitu;


1. Pemberian Tugas
2. Menjelaskan Rasional Tugas
3. Menjelaskan Tujuan: Spesifik, dapat diukur, dapat dicapai,dan waktu.
Memberi delegasi penuhUntuk melakukan pendelegasian yang efektif ada lima
konsep yang perlu diperhatikan,yaitu:
1. Delegasi bukanlah sistem penurunan tanggung jawab. Delegasi merupakan
cara untuk membuat tanggung jawab lebih bermakna
2. Tanggung jawab dan kewenangan harus didelegasikan secara setara

14
3. Delegasi harus diikuti pemantauan untuk melihat apakah proses
pendelegasian berjalan efektif dan seberapa jauh pencapaian tujuan yang
diharapkan
4. Konsep pemberdayaan diterapkan pada segenap kompenen tim perawatan
5. Perawat pemberi pelayanan harus mengambil peran aktif dalam memberi
pendelegasian perawatan klien
b) Rapat Tim Kesehatanadalah media komunikasi antara tim kesehatan (rapat
multidisiplin) untuk membahas manajerial ruang untuk membicarakan hal-hal yang
terkait dengan manajerial.Tujuan rapat tim keehatan yaitu menyamakan persepsi
terhadap informasi yang didapat dari masalah yang ditemukan (khususnya
masalah manajerial), meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan
kesehatan, mengurangi kesalahan informasi, dan meningkatkan koordinasi antara
anggota tim kesehatan.
c) Case ConferenceKonferensi kasus meliputi pertemuan-pertemuan yang
dijadwalkan secara rutin (Regularly Scheduled Series or
Conferences).Pertemuan tersebut dilaksanakan harian, mingguan, atau bulanan
untuk diskusi tentang masalah-masalah manajemen pasien spesifik untuk
meningkatkan perawatan pasien dalam sebuah institusi. Case conference
adalah diskusi kelompok tim kesehatan tentang kasus asuhan keperawatan
klien atau keluarga. Setiap tim kesehatan memiliki jadwal case conference
masing-masing dan biasanya diadakan dua kali tiap bulannya. Peserta case
conference melibatkan tim kesehatan yang terkait seperti perawat, dokter, atau
anggota profesi lainnya jika diperlukan. Waktu pertemuan dua kali dalam
sebulan atau disesuaikan dengan kondisi atau tingkat urgensi kasus.

Tujuan diadakannya case conference yaitu mengenal kasus dan permasalahannya,


mendiskusikan kasus untuk mencari alternatif penyelesaian masalah asuhan
keperawatan, meningkatkan koordinasi dalam rencana pemberian asuhan
keperawatan, dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam mengangani
kasus.Case conference juga digunakan untuk mengembalikan konflik dalam
kolaborasi (Arnold & Boggs, 2007), yaitu dengan cara mengutarakan inisiatif
untuk mendiskusikan masalah, menggunakan keterampilan mendengar aktif,
menyediakan dokumentasi data yang relevan terhadap isu, mengajukan resolusi,
menciptakan iklim dimana para pertisipan memandang negosiasi sebagai sebuah
usaha kolaborasi, membuat ringkasan yang jelas terhadap hasil feedback, merekam
semua keputusan dalam sebuah catatan. Kegiatan case conference ini harusmelalui
tahap persiapan sebelumnya.

Case conference sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses kolaborasi
antara tim kesehatan. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan

15
sharing pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk
merawat pasien. Kolaborasi dalam case conference ini meliputi suatu pertukaran
pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator
tentang suatu permasalahan dalam asuhan keperawatan. Efektifitas hubungan
kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan
yang dicapai dalam interaksi tersebut.Partnership kolaborasi merupakan usaha yang
baik sebab dapat menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien.

Macam-macam Komunikasi Perawat dengan tenaga kesehatan lain :


1. Komunikasi antara Perawat-DokterHubungan perawat-dokter adalah satu
bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan
bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai
bentuk. Perawatmungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan
keperawatan bergantung pada instruksi medis.Perawat diruang perawatan intensif
dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan
perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi
dengan dokter.
Contoh : Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa
diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan
klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah.Selain itu
komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter
terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi
TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang
seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti
mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter
pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk
belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat
berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai
tujuan yang diinginkan.
2. Komunikasi Antara Perawat Dengan Perawat Dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama
perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan
rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat
tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan
pelayanankeperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional,
hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.

Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan


hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang

16
sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.Hubungan sturktural
merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing-
masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan.Laporan
perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan
perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan
kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat
pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.Hubungan interpersonal
perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi
secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal-hal
yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
3. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik Ahli terapi
respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk
peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat bekerja dengan
pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh
ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat.
Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan
mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan
keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan
lebih jauh.

Contoh. Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan
merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan
untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat
energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas.
4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli FarmasiSeorang ahli farmasi adalah
seorang professional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan.Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang
farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau
dalam pengembangan sistem pemberian obat.Perawat memiliki peran yang
utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien
untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan.Dengan demikian, perawat
membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan
bersama tenaga kesehatan lainnya.

17
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan
efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan.Bila informasi ini
tidak tersedia dalam buku referensi standar
seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus
berkonsultasi pada ahli farmasi.Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi
memberikan informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur
atau yang dapat diberikan secara bersamaan.Kesalahan pemberian dosis
obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui
dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan
tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli
farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang
bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan,
sehinggainformas ini dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang.Seorang
ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan
dan mendistribusikan obat-obatan.Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang
farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau
dalam pengembangan sistem pemberian obat.
5. Komunikasi Antara Perawat Dengan Ahli GiziKesehatan dan gizi merupakan
faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber
daya manusia (SDM).Pelayanangizi di RS merupakan hak setiap orang dan
memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu.Agar pemenuhan
gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus
mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang –obatan yang digunakanpasien, jika
perawat tidak mengkomunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan
oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut.Jadi
diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah pihak.

G. Tipe Komunikasi Kelompok


Kelompok terbagi dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar (learning group), kelompok
pertumbuhan (growth group), dan kelompok pemecahan masalah (problem solving group)
Penjelasan ketiga tipe kelompok itu adalah sebagai berikut:
1) Kelompok Belajar (Learning Group) Kata belajar atau learning, tidak tertuju pada
pengertian pendidikan di sekolah, namun juga termasuk belajar dalam kelompok
(learning group) seperti kelompok sepak bola, kelompok keterampilan, termasuk juga
kelompok atau komunitas Gowes Jelajah. Komunitas Gowes Jelajah termasuk dalam
kelompok belajar, karena memang komunitas Gowes Jelajah adalah tempat untuk
belajar bersama mengenai teknik bersepeda, dari bertukar fikiran sampai informasi
sesama anggota satu sama lainnya. Tujuan dari learning group ini adalah
meningkatkan informasi, pengetahuan, dan kemampuan dari para anggotanya.

18
2) Kelompok Pertumbuhan (Growth Group) Kelompok pertumbuhan memusatkan
perhatiannya kepada permasalahan pribadi yang dihadapi para anggotanya. Wujud
nyata dari kelompok ini adalah kelompok bimbingan psikologi, kelompok terapi,
serta kelompok yang memusatkan aktivitasnya kepada penumbuhan keyakinan diri.
Karakteristik dari kelompok ini adalah tidak mempunyai tujuan kolektif yang nyata,
dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan kepada usaha membantu para
anggotanya mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli dengan
persoalan pribadi yang mereka hadapi untuk perkembangan pribadi mereka.

3) Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group) Kelompok ini bertujuan


untuk membantu anggota kelompok lainnya memecahkan masalahnya. Sering kali
seseorang tak mampu memecahkan masalahnya sendiri, karena itu ia menggunakan
kelompok sebagai sarana memecahkan masalahnya. Cara lain untuk memahami
tindak komunikasi dalam organisasi adalah dengan melihat bagaimana suatu
organisasi menggunakan metode-metode tertentu untuk mengambil keputusan
terhadap masalah yang dihadapi.

Bentuk-bentuk kelompok dan karakteristik komunikasinya


Telah banyakk klasifikasi kelompok yang di lahirkan oleh para ilmuan sosiologi, namun dalam
kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok yaitu:
1. Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994)
mengemukakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja
sama.Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota!anggotanya
berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludi rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkankarakteristik komunikasinya,
sebagai berikuit
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
2. Komunikasi dalam kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder
bersifat nonpersonal
3. Komunikasi primer lebih menekankan aspek hubunganhubungan daripada aspek isi,
sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
4. Komunikasi kelompok primer cendrung ekspresif ,sedangkan kelompok sekunder
instrumental
5. Komunikasi kelompok perimer cendrung bersifatnonformal, sedangkan kelompok
sekunder adalah sebaliknya

2. Kelompok Deskriptif dan Kelompok Prespektif

19
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif
dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat
proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola
komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga:
a. kelompok tugas
b. kelompok pertemuan dan
c. kelompok penyadar.
Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau
merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang
menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha
belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh
kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan
identitas sosial politik yang baru.

Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini
dengan cukup banyak. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus
ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright
mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar,
simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

Kelompok deskriptif adalah suatu jenis kelompok yangmenunjukan klasifikasi kelompok


dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran,dan
pola komunikasi. Adapun yang dimaksud dengan kelompok prespektif adalah suatu jenis
kelompok yang mengacu padlangkah!langkah yang harus ditempuh anggota kelompok
dalammencapai tujuan kelompok.

3. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.


Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah
kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota
kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai
alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi
normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya,
untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam
juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-
kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang
harus saya capai (fungsi normatif).

20
H. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas
kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil
kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan
(satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya
kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang
diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya
dalam kegiatan kelompok.

Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat


dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
1. Faktor situasional karakteristik kelompok:
a) Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada
jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan
dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing
anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas
interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk
menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas
koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin
banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan.

Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam,
maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi,
bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok
adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen
(mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya
produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber,
keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang
divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah
anggota kelompok yang lebih besar.

Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004)
menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan
anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk
mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang
cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan
waktu oleh anggota-anggota kelompok.

21
b) Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok,
tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.

c) Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok
untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi
diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal
pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh
mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personal.

Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin


kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok
yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi
bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi,
para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah
melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya
tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.

d) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok
untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling
menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang
klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya
kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter
ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin.
Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu
anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan.
Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk
mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin
yang minimal.

2. Faktor personal karakteristik kelompok:


a) Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal
Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena
didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:

22
 Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
 Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
 Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
b) Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota
berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun
nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis
tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis
(IPA).
c) Peranan
Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat
membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih
baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang
menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat,
2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan
sebagai berikut:
 Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau
melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya
memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya
tujuan kelompok.
 Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan
usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.
 Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk
memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas kelompok.

I. Konflik Kelompok
Konflik secara estimologi berasal dari kata kerja Latin yaitu "con" yang artinya bersama dan
"fligere" yang artinya benturan atau bertabrakan. Secara umum, konflik merupakan suatu
peristiwa atau fenomena sosial di mana terjadi pertentangan atau pertikaian baik antar
individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, maupun
kelompok dengan pemerintah.

Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilator belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang
dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, gagasan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi
yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah

23
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik
hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

 Penyebab konflik
Ada beberapa penyebab yang bisa menyebabkan terjadinya konflik sosial dalam
kehidupan masyarakat. Penyebab konflik, yaitu:
1. Perbedaan antar perorangan
Perbedaan antar perorangan dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat.
Karena setiap manusia pastinya tidak pernah ada kesamaan yang baku antara orang yang
satu dengan yang lain. Perbedaan kebiasaan dan perasaan dapat menimbulkan kebencian
dan amarah sebagai awal timbulnya konflik. ]

2. Perbedaan kebudayaan
Setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, seperti perilaku atau tata sikap.
Konflik bisa terjadi karena kelainan tata sikap dan perilaku sosialnya. Jika tidak ada titik
temu atau kesepakatan akan konflik akan meluas. Perbedaan kebudayaan identik dengan
daerah yang berbeda. Tidak menutup kemungkinan mereka yang berasal dari daerah yang
sama memiliki kebudayaan yang berbeda karena kebudayaan lingkungan keluarga yang
membesarkannya tidaklah sama.

Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan bisa membentuk pribadi-pribadi yang


berbeda. Pemikiran dan pendirian yang berbeda akhirnya akan menghasilkan perbedaan
individu yang dapat memicu konflik bahkan kekerasan social

3. Perbedaan kepentingan
Adanya perbedaan kepentingan bisa menjadi munculnya konflik sosial. Karena
kepentingan itu sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup itu sendiri. Ketika individu
berhasil memenuhi kepentingannya, maka akan merasakan kepuasan. Sebaliknya ketika
mengalami kegagalan dalam memenuhi kepentingannya maka akan menimbulkan
masalah baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

4. Perubahan yang terlalu cepat


Konflik sosial bisa terjadi dampak dari revolusi atau perubahan sosial yang terlalu cepat
di masyarakat. Konflik adalah salah satu penyebab perubahan sosial yang cepat di atas.
Bila kasus revolusi dijadikan acuan, konflik adalah faktor penggerak revolusi. Sebuah
revolusi biasanya diawali oleh rentetan atau gelombang aksi-aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh sekelompok orang. Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan
mendadak akan membuat keguncangan di masyarakat. Bahkan bisa terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehidupan masyarakat yang telah ada.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator
dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang yang memiliki tujuan yang
sama dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan tersebut.Komunikasi yang
berlangsung dalam suatu kelompok atau group tentang masalah - masalah yang menyangkut
kepentingan banyak orang dalam kelompok. Maka komunikasi kelompok nampak lebih
terbuka bila dibanding dengan komunikasi perseorangan.

Komunikasi itu dikatakan efektif bila anggota mampu memberikan informasi kepada
kelompok menenai suatu program secara selektif, atau dapat dilihat dari aspek prduktifitas.
Evektivitas kelompok dapat dilihat dari aspek produktifitas, moral, dan kepuasan [ara
anggotanya. Produktifitas kelompo dapat dilihat dari keberhasilan mencapai tujuan
kelompok. Moral dapat diamati dari semangat dan sikap para anggotanya. Kepuasan anggota
kelompok komunikasi dapat dilihat dari keberhasilan anggotanya dalam mencapai tujuan
pribadinya.

Komunikasi Kelompok Dalam Keperawatan.Perawat menjalankan peran yang membutuhkan


interaksi dengan berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk
hubungan perawat klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus
pada pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis.
Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi,
konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen.

B. Saran
Setelah mempelajari tentang komunikasi kelopok diatas kita dapat memanfaatkan
semaksimal mungkin dan dapat mengerti serta memahami. Kami sadar dan mengakuinya
masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu kami dengan
lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca dan dosen pembimbing mata
kuliah ini guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam
makalah ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/upload-
document?archive_doc=112302912&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%22arc
hive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%22dow
nload%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D
http://www.definisi-pengertian.com/2015/10/definisi-pengertian-komunikasi-kelompok.html
https://tugasmereka.blogspot.com/2017/08/makalah-teori-komunikasi-kelompok.html
https://fspi.fisip.unila.ac.id/contoh-makalah-komunikasi-kelompok/
http://latifahlia.blogspot.com/2014/03/makalah-komunikasi-kelompok.html?m=1
http://ermaayu69.blogspot.com/2012/06/makalah-komunikasi-kelompok-komunikasi.html
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/07/komunikasi-kelompok.html
https://pdfcoffee.com/makalah-asli-komunikasi-kelompok-dalam-keperawatan-pdf-free.html

26

Anda mungkin juga menyukai