Anda di halaman 1dari 18

TUBERKULOSIS (TBC)

MATA KULIAH: ILMU DASAR KEPERAWATAN II

Dosen Pengampuh : Dr. Dian Pratiwi Iman, M.Kes

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

2001079 ( Anggriani M. Lika)

2001073 ( Dewi Putri F. Sundayana)

1601028 ( M. Rizki Bakir)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2021-2022

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Tuberkulosis (TBC)” dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta
dukungan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan dapat
mengetahui tentang apa yang kami tulis dalam makalah ini. Kami mohon maaf apabila makalah
ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan kami yang masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat
diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini
bermanfaat bagi pembaca maupun kami.

Manado, Minggu 30 Mai 2021

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................4
C. TUJUAN PENULIS................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. KONSEP DASAR PATOFISIOLOGI TBC...........................................................6
B. PENGERTIAN TBC...............................................................................................8
C. ETIOLOGI TBC......................................................................................................9
D. PATHOGENESIS...................................................................................................12
E. KOMPLIKASI.........................................................................................................13
F. PROGNOSIS...........................................................................................................16
G. IMPLIKASI KEPERAWATAN TENTANG TBC.................................................16

BAB III PENUTUB...........................................................................................................17


A. KESIMPULAN.......................................................................................................17
B. SARAN....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia.
Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari
sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis
dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan
ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan
masalah TBC terbesar di dunia.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,menunjukkan


bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada
tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global
Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC
baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000
penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk
tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.

Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu
penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia
begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi
lengkap tentang penyakit TBC .

B. Rmusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

Seperti apa konsep dasar TBC, Apa arti dari TBC, Bagaiman Etiologi dari penyakit TBC,
Pathogenesis dari penyakit TBC, Komplikasi Dan Pronogsis Dari sebuah penyakit TBC, Dan
Bagaimana Implikasi Perawat Dari Penyakit TBC.

4|Page
C. Tujuan Penulis

1. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit TBC


2. Untuk mengetahui pengertian penyakit TBC
3. Untuk mengetahui etiologi penyakit TBC
4. Untuk mengetahui pathogenesis penyakit TBC
5. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis dari penyakit TBC
6. Serta Implikasi Keperawatan dari penyakit TBC

5|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Patofisiologi

Patofisiologi Tuberkulosis paru (TB paru) melibatkan inhalasi Mycobacterium tuberculosis,


suatu basil tahan asam (acid-fast bacilli). Setelah inhalasi, ada beberapa kemungkinan
perkembangan penyakit yang akan terjadi, yaitu pembersihan langsung dari bakteri
tuberkulosis, infeksi laten, atau infeksi aktif. Ketika seorang pengidap TB paru aktif batuk,
bersin, menyanyi, atau meludah, orang ini dapat mengeluarkan titik-titik air liur kecil
(droplets) ke udara bebas.

Droplets yang berisi Mycobacterium tuberculosis ini, apabila terinhalasi orang lain akan


masuk sampai di antara terminal alveoli paru. Organisme kemudian akan tumbuh dan
berkembang biak dalam waktu 2-12 minggu sampai jumlahnya mencapai 1000-10.000.
Jumlah tersebut akan cukup untuk mengeluarkan respon imun seluler yang mampu dideteksi
melalui reaksi terhadap tes tuberkulin. Namun, tubuh tidak tinggal diam, dan akan
mengirimkan pertahanan berupa sel-sel makrofag yang memakan kuman-kuman TB ini. 

Tuberculosis yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang
terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di
rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada di ruang alveolus di bagian
bawah lobus atau bagian atas lobus bakteri M. tuberculosis ini membangkitkan reaksi
peradangan. Lekosit polimorfonuklear tampak pada tempat tadi dan mefagosit bakteri tetapi
tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari pertama maka lekosit diganti oleh
makrofag.

Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala – gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan
jaringan paru atau biasa dikatakan proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit tau
berkembang biak di dalam sel. Bakteri juga menyebar melalui kelenjar limfe regional.
Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya
berlangsung 10 – 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative
padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari epilteloid dan fibroblast
menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk
jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

6|Page
Selanjutnya, kemampuan basil tahan asam ini untuk bertahan dan berproliferasi dalam sel-sel
makrofag paru menjadikan organisme ini mampu untuk menginvasi parenkim, nodus-nodus
limfatikus lokal, trakea, bronkus (intrapulmonary TB), dan menyebar ke luar jaringan paru
(extrapulmonary TB). Organ di luar jaringan paru yang dapat diinvasi oleh Mycobacterium
tuberculosis diantaranya adalah sum-sum tulang belakang, hepar, limpa, ginjal, tulang, dan
otak.  Penyebaran ini biasanya melalui rute hematogen. Apabila terjadi keterlibatan multi
organ, maka TB paru akan memerlukan pengobatan yang lebih lama, hal ini biasanya sebagai
konsekuensi terhadap ketidakpatuhan penderita terhadap tatalaksana pengobatan TB, atau
keterlambatan diagnosis.

Kompleks Ghon

Lesi primer paru – paru disebut focus ghon dan gabungan terserang kelenjar limfe regional
dan lesi primer dinamakan komplek ghon. Komplek ghon yang mengalami perkapuran ini
dapat dilihat pada orang sehat yang mengalami pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain
yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan di mana bahan cair lepas ke dalam bronkus
dan menimbulkan kavitas.

Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan
treakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau bakteri M.
tuberculosis dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang tedapat dekat dengan
perbatasan bronkus. Lesi tipikal TB dinamakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa
di sentralnya. Lesi ini paling sering berada diantara makrofag alveolar dalam daerah subpleura
paru.

Basil tahan asam berproliferasi secara lokal dan menyebar melalui sistem limfatik ke hilar
nodus, membentuk kompleks Ghon. Lesi pertamanya mungkin sembuh dengan sendirinya,
dan infeksinya dapat menjadi laten sebelum gambaran klinisnya tampak. Lesi-lesi yang kecil
mungkin dapat sembuh secara total. Fibrosis dapat terbentuk ketika enzim hidrolitik
melarutkan dan meluluhkan lesi granuloma TB, dimana lesi yang lebih besar akan dibungkus
oleh kapsul fibrotik. Nodul-nodul fibrokaseosa ini biasanya berisi basil TB hidup, dan
merupakan lokus-lokus yang tahan lama, serta berpotensi untuk aktif kembali atau
membentuk kavitasi. Beberapa nodul fibrokaseosa membentuk pengapuran, atau osifikasi
yang dapat terlihat jelas pada foto rontgen dada.

7|Page
Infeksi TB Primer

Bila tubuh inang tidak mampu untuk menahan infeksi awal, penderita akan mengalami infeksi
TB primer yang progresif. Eksudat bersifat purulen disertai sejumlah besar basil tahan asam
yang dapat ditemukan dalam sputum dan jaringan paru.  Granuloma subserosa dapat ruptur
dan masuk ke dalam ruang pleura atau perikardia, dan menimbulkan inflamasi ataupun efusi
serosa. Keadaan ini menjadikan penatalaksanaan TB sangat sulit karena kemungkinan
rekurensi penyakit setelah infeksi primer teratasi tetap tinggi.  

B. Pengertian TBC

Penyakit tuberculosis TB adalah singkatan dari “Tubercle Bacillus” atau tuberculosis , dulu
disingkat TBC. Penyakit TB disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacteria, pada manusia
8|Page
terutama oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Tuberculosis biasanya menyerang paru-
paru (sebagai TB paru) tetapi TB bisa juga menyerang system syaraf pusat.

Penyakit TB adalah penyakit yang umum dan sering kali mematikan. TB menular melalui
udara, ketika orang-orang yang memiliki penyakit TB batuk, bersin, atau meludah.
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang menakutkan di Indonesia. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis ini berbentuk batang yang mengelompok atau di sebut
berkoloni,termasuk bakteri aerob yang tidak membentuk spora.

Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak, tulang, usus,
ginjal) disebut tuberkulosis ekstra paru. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang,
berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini
dapat dormant atau tertidur lama dalam beberapa tahun.

Walaupun tidak mudah diwarnai,namun jika telah diwarnai,bakteri ini tahan terhadap peluntur
warna (dekolarisasi) asam atau alcohol.Oleh karena itu dinamakan bakteri tahan asam (BTA)
atau basil tahan asam. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24
Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP)
(Naga,2012). Bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal
dengan singkatan TBC merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan
terbesar kedua di dunia setelah HIV.

Penyakit ini disebabkan oleh basil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis


sendiri dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum
adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru

C. Etiologi

Etiologi Tuberkulosis paru (TB paru) adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
berbentuk batang yang tahan asam atau sering disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler,
dan bersifat aerob. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.

Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat

9|Page
juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan.

Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.

Basil ini berukuran 0,2-0,5 µm x 2-4 µm, tidak berspora, non motil, serta bersifat fakultatif.
Dinding sel bakteri mengandung glikolipid rantai panjang bersifat mikolik, kaya akan asam,
dan fosfolipoglikan. Kedua komponen ini memproteksi kuman terhadap serangan sel liposom
tubuh dan juga dapat menahan zat pewarna fuchsin setelah pembilasan asam (pewarna tahan
asam).

Diketahui bahwa manusia adalah sebagai inang (host) terhadap pertumbuhan dan
perkembangbiakan basil tersebut.Transmisi organisme ini secara primer terjadi
melalui droplet di udara yang berasal dari individu yang mengidap TB aktif, atau dalam
stadium infeksius TB.  Walaupun pernah pula dilaporkan penularan melalui transdermal dan
gastrointestinal. Droplet rata-rata berdiameter 1-5 µm, yang dalam sekali batuk dapat
menyemburkan 3000 droplet terinfeksi, dimana sedikitnya 10 basil saja sudah mampu
mengawali infeksi paru-paru.

Individu imunokompeten yang terpapar Mycobacterium tuberculosis biasanya akan


berstatus terinfeksi TB laten atau dorman. Hanya 5% dari individu-individu tersebut yang
kemudian akan memperlihatkan gambaran klinis. Namun, bila kekebalan tubuh individu
yang imunokompeten berubah menjadi menurun, atau tidak kompeten maka Mycobacterium
tuberculosis yang tadinya laten/dorman akan aktif kembali, memperbanyak diri dan merusak

10 | P a g e
jaringan paru. Transmisi infeksi TB bergantung pada 3 hal, yaitu jumlah kuman yang
dikeluarkan, konsentrasi kuman, dan lamanya basil-basil TB berada di udara bebas

Faktor Risiko

Faktor risiko terkena Tuberkulosis Paru (TB paru) adalah sering terpapar dengan pengidap
TB aktif dan kekebalan tubuh yang menurun.

Terpapar Dengan Pengidap TB Aktif. Orang yang sering terpapar dengan pengidap TB aktif
memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit ini. Orang yang sering terpapar
diantaranya adalah:

1. seseorang yang berkunjung ke daerah atau negara dimana TB sangat umum, termasuk
Indonesia

2. Orang yang tinggal atau bekerja di tempat dimana TB lebih umum, seperti rumah
penampungan tuna wisma, penjara, ataupun panti werdha

3. Petugas kesehatan yang bekerja dengan pengidap TB aktif

4. Masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki akses kesehatan memadai

Kekebalan Tubuh Yang Menurun

Orang yang memiliki kekebalan tubuh yang tidak adekuat juga lebih mudah terkena infeksi
TB. Pada populasi ini, manifestasi TB juga biasanya lebih berat. Populasi yang dimaksud
contohnya adalah pada:

1. Orang yang terkena infeksi HIV

2. Orang dengan silikosis

3. Orang yang mendapat transplantasi organ

4. Orang yang sedang dalam pengobatan kortikosteroid/imunosupresan, atau antagonis


tumor nekrosis faktor alfa

5. Anak usia kurang dari 5 tahun

6. Seseorang yang telah terinfeksi dengan basil TB dalam dua tahun terakhir

7. Orang dengan masalah kesehatan sehingga sulit bagi tubuhnya melawan penyakit, seperti
pada keganasan hematologis, kanker kepala-leher, gagal ginjal terminal, gastrektomi,
operasi bypass intestinal, sindrom malabsorpsi kronis, atau gizi buruk

8. Merokok, penyalahgunaan alkohol dan/atau obat-obat terlarang

11 | P a g e
9. Seseorang yang terkena TB laten atau TB aktif di masa lampau, namun pengobatannya
tidak tuntas

D. Patogenesis

TBC paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium
Tuberculosi Humanis). Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik
(droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TBC ini akan
segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit
kuman TBC dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TBC.

Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TBC
dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TBC dalam makrofag yang terus
berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama
koloni kuman TBC di jaringan paru disebut Fokus Primer. Waktu yang diperlukan sejak
masuknya kuman TBC hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai
masa inkubasi TBC.

Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TBC
biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu.
Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu
jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler (Werdhani, 2009).

M. tuberculosis terkandung di dalam droplet ketika penderita TB batuk, bersin atau


berbicara. Droplet akan meninggalkan organisme yang cukup kecil untuk terdeposit di dalam
alveoli ketika dihirup. Ketika berada di dalam alveoli, sistem imun akan merespon dengan
mengeluarkan sitokin dan limfokin yang menstimulasi monosit dan makrofag. M.
tuberculosis mulai berkembang biak di dalam makrofag. Dari beberapa makrofag. Beberapa
dari makrofag tersebut meningkatkan kemampuan untuk membunuh organisme, sedangkan
yang lainnya dapat dibunuh oleh basil. Setelah 1 – 2 bulan pasca paparan, di paru – paru
terlihat lesi patogenik yang disebabkan oleh infeksi (Brooks et al., 2010).

TB Primer

TB primer adalah penyakit TB yang timbul dalam 5 tahun pertama setelah terjadinya infeksi
bakteri M. tuberculosis untuk pertama kalinya ( infeksi primer ). TB pada anak – anak
umumnya adalah TB primer. Pada seseorang yang belum pernah kemasukan bakteri M.
tuberculosis, tes tuberkulin negatif karena sistem imun seluler belum mengenal bakteri M.
tuberculosis. Bila orang ini terinfeksi M. tuberculosis segera difagositosis oleh makrofag,
bakteri M. tuberculosis tidak akan mati sedangkan makrofagnya dapat mati.

12 | P a g e
Dengan demikian bakteri ini dapat berkembang biak secara leluasa selama 2 minggu pertama
di alveolus paru dengan kecepatan 1 bakteri menjadi 2 bakteri setiap 20 jam. Setelah 2
minggu bakteri bertambah menjadi 100.000. sel - sel limfosit akan berkenalan dengan M.
tuberculosis untuk pertama kalinya dan akan menjadi limfosit T yang tersensitisasi dan
mengeluarkan berbagai jenis limfokin. Beberapa jenis limfokin akan merangsang limfosit
dan makrofag untuk membunuh M. tuberculosis. Disamping itu juga terbentuk limfokin lain
yaitu Skin Reactivity Factor ( SRF ) yang menyebabkan timbulnya reaksi hipersensivitas tipe
lambat pada kulit berupa indurasi dengan diameter 10 mm atau lebih dikenal sebagai reaksi
tuberculin ( tes Mantoux ).

Adanya konversi reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif belum tentu menjadi indikator
bahwa sudah ada kekebalan. Makrofag tidak selamanya dapat membedakan kawan atau
lawan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan dalam bentuk nekrosis/ pengkejuan dan
disusul dengan likuifaks/ pencairan. Pada tahap ini bentuk patologi TB ditemukan dalam
proporsi yang tidak sama yaitu berupa tuberkel – tuberkel yang berupa pengkejuan di tengah
( sentral ) yang dikelilingi oleh sel – sel epiteloid ( berasal dari sel – sel makrofag ) dan sel –
sel limposit. M. tuberculosis dapat musnah dengan perlahan atau tetap berkembang biak di
dalam makrofag, tetap tinggal selama bertahun – tahun sampai puluhan tahun. Dalam waktu
kurang dari 1 jam setelah masuk ke dalam alveoli, sebagian M. tuberculosis akan terangkut
oleh aliran limfa ke dalam kelenjar – kelenjar limfa regional dan sebagian ikut masuk ke
dalam aliran darah dan tersebar ke organ lain. Perubahan seperti ini dialami oleh kelenjar –
kelenjar limfa serta organ yang sempat dihinggapi M. tuberculosis. Kombinasi tuberkel
dalam paru dan limfadenitis regional disebut kompleks primer.

TB Sekunder

TB sekunder adalah penyakit TB yang baru timbul setelah lewat 5 tahun sejak terjadi infeksi
primer. Bila sistem pertahanan tubuh melemah M. tuberculosis yang sedang tidur dapat aktif
kembali disebut reinfeksi endogen. Dapat pula terjadi super infeksi M. tuberculosis dari luar
disebut reinfeksi eksogen. TB pada orang dewasa adalah TB sekunder karena reinfeksi
endogen (Danusantoso, 2012).

E. Komplikasi

Komplikasi tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyebaran TB keluar jaringan paru atau
disebut sebagai extra-pulmonary tuberculosis. TB Paru dapat menyebar ke pleura dan
menyebabkan TB Pleura. Pada ruang pleura dapat terjadi respon hipersensitivitas terhadap
protein kuman TB. Keadaan ini menyebabkan nyeri pleura dan demam, bahkan terkadang
empiema juga dapat terbentuk.

13 | P a g e
Komplikasi lain adalah meningitis TB, yang ditandai dengan kesadaran menurun, status
mental terganggu, kaku kuduk, peningkatan tekanan intrakranial, ataupun gangguan saraf
kranial. Bila ada kecurigaan terjadinya keadaan ini, lakukan pungsi lumbal. Apabila terdapat
tuberkuloma, maka dapat dikonfirmasi melalui CT Scan atau MRI kepala.

Selain itu, dapat pula terjadi perikarditis TB, dengan tanda berupa dada terasa sakit. Keadaan
ini dapat mengakibatkan tamponade jantung atau konstriksi jantung. Komplikasi lain yang
bisa timbul adalah TB Milier, scrofula, artritis TB, ataupun TB spinal

Komplikasi tuberkulosis kerap menyerang ginjal melalui infeksi bagian luar (cortex) yang
secara perlahan menginfeksi hingga ke bagian yang lebih dalam (medula). Kondisi ini
menimbulkan komplikasi lain, seperti penumpukan kalsium, hipertensi, pembentukan
jaringan nanah, hingga gagal ginjal.

Meski komplikasi tuberkulosis dapat terjadi hampir pada semua organ manusia, namun ada
beberapa komplikasi yang paling sering terjadi dan perlu diwaspadai, seperti komplikasi TB
yang terjadi pada beberapa organ di bawah ini :

1. Kerusakan pada Otak

Jika tidak ditangani dengan baik, bakteri penyebab TB dapat menyebar melalui aliran
darah sehingga menimbulkan dampak kesehatan serius terhadap organ tubuh lainnya.
Salah satu organ yang paling rawan terkena dampaknya adalah otak.

Bakteri penyebab tuberkulosis dapat menyerang cincin tulang belakang dan selaput
sekeliling otak (meninges). Kondisi tersebut dikenal sebagai meningitis tuberkulosis.
Gejala umum yang muncul akibat komplikasi TB otak adalah hilangnya kemampuan
mendengar, meningkatnya tekanan pada otak, stroke, penurunan kesadaran, bahkan
kematian.

2. Gangguan Fungsi Penglihatan

Bakteri penyebab TB yang sudah menyebar melalui aliran darah juga dapat menyebabkan
gangguan dan kerusakan pada mata. Hal tersebut dapat terjadi melalui infeksi langsung

14 | P a g e
maupun tidak langsung. Ada beberapa bagian mata yang paling sering diserang, seperti
konjungtiva, kornea, dan sklera. Jika hal ini terjadi, gejala awal yang akan dialami adalah
pandangan yang mengabur dan kondisi mata yang tiba-tiba menjadi terlalu sensitif
terhadap cahaya.

3. Kerusakan pada Tulang dan Sendi

Komplikasi pada tulang dan sendi menjadi salah satu kasus komplikasi yang paling
sering terjadi akibat penyebaran bakteri penyebab TB yang tidak terkendali. Sebagian
besar kasus komplikasi TB tulang dan sendi menyerang tulang belakang sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan serius, kerusakan saraf, hingga rusaknya bentuk
tulang belakang.

4. Kerusakan Fungsi Hati

Hati menjadi bagian tubuh yang rawan terkena komplikasi bakteri penyebab tuberkulosis.
Aliran darah yang terkontaminasi dapat menyebabkan hepatic tuberculosis dan
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan lain, mulai dari pembengkakan pada hati
hingga menguningnya kulit dan lapisan mukosa akibat ketidakseimbangan bilirubin.

5. Kerusakan pada Ginjal

Komplikasi tuberkulosis kerap menyerang ginjal melalui infeksi bagian luar (cortex)
yang secara perlahan menginfeksi hingga ke bagian yang lebih dalam (medula). Kondisi
ini menimbulkan komplikasi lain, seperti penumpukan kalsium, hipertensi, pembentukan
jaringan nanah, hingga gagal ginjal.

6. Kerusakan pada Jantung

TB pada jantung merupakan kasus yang tidak terlalu sering terjadi. Pada kondisi ini,
bakteri akan menyerang pericardium, myocardium atau bahkan katup jantung.
Komplikasi TB pada jantung, jika tidak ditangani dengan baik, maka dapat menyebabkan
gagal jantung yang berujung pada kematian.

15 | P a g e
F. Prognosis

Prognosis tuberkulosisparu (TBparu) tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan.


Tuberkulosis extra-pulmonary membawa prognosis yang lebih buruk. Seorang yang
terinfeksi kuman TB memiliki 10% risiko dalam hidupnya jatuh sakit karena TB.  Namun
penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti orang yang terkena HIV, malnutrisi,
diabetes, atau perokok, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit karena TB.

Rekurensi pengidap TB yang mendapat terapi DOT (Directly Observed Treatment) berkisar
0-14%. Di negara-negara dengan angka TB yang tinggi, rekurensi biasanya terjadi setelah
pengobatan tuntas, hal ini cenderung dikarenakan oleh reinfeksi daripada relaps. Prognosis
buruk terdapat pada penderita TB extra pulmonary, gangguan kekebalan tubuh, lanjut usia,
dan riwayat terkena TB sebelumnya.  Prognosis baik bila diagnosis dan pengobatannya
dilakukan sedini mungkin.

Pragnosis juga lihat sebagai berikut

Bergantung pada ketepatan diagnosis dan terapi dini, Diagnosis dini, pengobatan teratur :
penyembuhan sempurna tanpa sequelae, Diagnosis dini, pengobatan tak teratur :
penyembuhan tak sempurna, dengan sequelae, atau terjadi resistensi obat, Resistensi obat :
kemungkinan rendah untuk sembuh sempurna, Tanpa pengobatan : 50% dari pasien TB aktif
hanya dapat bertahan selama ± 5 tahun, Bila TB disertai komplikasi lain sebagai contoh HIV,
prognosis menjadi lebih buruk > daya tahan hidup ↓

G. Implikasi Keperawatan dari Penyakit TBC

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa implikasi yang dapat dilakukan untuk
peningkatan dalam bidang keperawatan, khususnya:

Pelayanan Keperawatan Diharapkan hasil dari penelitian ini akan berdampak pada
dilakukannya upaya peningkatan pelayanan kesehatan oleh tenaga medis dan perawat dengan
lebih mengupayakan tindakan preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif serta menekankan pada pengawasan bagi penderita yang menjalani pengobatan,
memberikan pendidikan kesehatan agar penderita dan orang yang beresiko tertular dapat
melakukan tindakan preventif sehingga dapat mencegah rantai penularan.

Pendidikan Keperawatan Diharapkan hasil dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan
kajian dan pengetahuan mengenai motivasi minum OAT bagi penderita TB. Serta
meningkatkan motivasi mahasiswa untuk memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
pada penderita TB yang berguna untuk menurunkan angka kejadian drop out pengobatan.

16 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Tuberkulosis paru (TB paru) melibatkan
inhalasi Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam (acid-fast bacilli). Setelah
inhalasi, ada beberapa kemungkinan perkembangan penyakit yang akan terjadi, yaitu
pembersihan langsung dari bakteri tuberkulosis, infeksi laten, atau infeksi aktif. Bakteri ini
berbentuk batang yang tahan asam atau sering disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler,
dan bersifat aerob. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TBC
dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TBC dalam makrofag yang terus
berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama
koloni kuman TBC di jaringan paru disebut Fokus Primer. Waktu yang diperlukan sejak
masuknya kuman TBC hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai
masa inkubasi TBC.

B. Saran

Setelah mempelajari tentang penyakit Tuberkulosis (TBC atau TB) diatas kita dapat
memanfaatkan semaksimal mungkin dan dapat mengerti serta memahami tentang seperti apa
itu tbc dan penybarannya. Kami sadar dan mengakuinya masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu kami dengan lapang dada menerima kritik
dan saran dari para pembaca dan dosen pembimbing mata kuliah ini guna dan tujuan untuk
memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah ini.

17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/tuberkulosis

https://www.slideshare.net/Rachman1993/makalah-tbc

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/240/2/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf

http://repository.unimus.ac.id/1129/3/BAB%202.pdf

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/240/2/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf

https://www.halodoc.com/artikel/waspadai-komplikasi-akibat-tuberkulosis

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB%20II.pdf

https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/tuberkulosis-paru/penatalaksanaan

https://elitugasku.blogspot.com/2017/01/makalah-tuberkulosis-tbc.html

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai