Dokumentasi
Keperawatan Berbasis
Komputer
120 Menit
A. PENGANTAR
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif serta ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat secara berkualitas
(Kozier, 1995). Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi
besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang
perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari
mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai
dengan sistem pendokumentasian yang baik.
Dokumentasi keperawatan adalah bagian yang penting dari dokumentasi klinis. Namun
pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifat manual
dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai.
Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga
perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam
praktek.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat
dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan yang
lebih canggih dengan memanfaatkan perkembangan tehnologi informasi.
Pendokumentasian keperawatan dengan menggunakan komputer diharapkan akan
membantu meningkatkan dokumentasi keperawatan yang berkwalitas.
Dunia keperawatan di Indonesia terus berkembang, seiring dengan meningkatnya strata
pendidikan keperawatan di Indonesia, disamping akses informasi yang sangat cepat di
seluruh dunia. Hal itu membawa efek pada kemajuan yang cukup berarti di
keperawatan, termasuk dalam dokumentasi proses keperawatan. Dari yang sebelumnya
manual, bergeser kearah komputerisasi. Bahkan dalam perkembangannya, computer
bukan hanya membantu dalam dokumentasi proses keperawatan, tapi pemanfaatannya
sampai pada kepentingan manajemen rumah sakit, dimana aktifitas perawatan dapat
termonitor dalam sebuah data base rumah sakit.
B, TUJUAN
C. BAHAN BACAAN
tercetak atau tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi
proses keperawatan juga sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau
melaksanakan perawatan yang baik dan untuk efesiensi dari kerjasama dan
profesi lain. karena komunikasi lisan yang tidak tertulis pada dokumentasi juga
tidak dibayar. Alasan yang lain terhadap pentingnya dokumentasi ilmu perawatan
akses ke laboratorium, radiologi, fisioterapi, dan disiplin yang lain, seperti ahli
gizi, fisioterapi, dan disiplin ilmu lain seperti ahli gizi, fisioterapis, occupational
therapies.
Pemikiran tentang dokumentasi keperawatan yang terkomputerisasi di
keperawatan yang dibuat. Dengan sistem ini perawat lebih dapat menghemat
waktu dan perawat akan lebih sering berada di samping pasien. Dengan
documentation) saat ini dilaporkan mutunya sangat rendah dan ini juga
permasalahan seperti kekurangan staf, sensus yang tinggi, lembur kerja, dan juga
dan peningkatan kwalitas hubungan antar perawat. Aspek yang negatif adalah
yaitu :
dipertanggung jawabkan
- Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu dalam
maret 2008.
Sedangkan menurut Holmas (2003, dalam Sitorus 2006) terdapat beberapa
a. Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan
cepat diketahui
D. LATIHAN
E. RANGKUMAN
TES FORMATIF
F. DAFTAR PUSTAKA
Model Dokumentasi
Keperawatan
120 Menit
A. PENGANTAR
B, TUJUAN
C. BAHAN BACAAN
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
b. Metode Fungsional
Pada Metode Fungsional, pemberian asuhan keperawatan
ditekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur. Setiap perawat
diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua
klien di suatu ruangan. Komunikasi antar perawat sangat terbatas
sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu
klien secara komprehensif kecuali mungkin kepala ruangan.
Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas
terhadap layanan atau asuhan yang diberikan. Pada metode ini,
kepala ruangan menentukan tugas setiap perawat dalam suatu
ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannnya
kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung
jawab dalam membuat laporan klien (Sitorus, 2006).
c. Metode Tim
Metode Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat
berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan
tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana.
Tujuan dari keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan
yang berpusat pada klien. Keperawatan tim melibatkan semua
anggota tim dalam perencanaan asuhan keperawatan klien, melalui
penggunaan konferensi tim dan penulisan rencana asuhan
keperawatan (Swansburg, 2000)
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut
mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara umum,
evaluasi ditujukan untuk:
1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum.
3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum
tercapai (Asmadi, 2008).
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus
ditemui dalam berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu
untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien. den.
gkPajian Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mendukung diagnosa keperawatan dan
merencanakan intervensi yang sesuai.
d) Riset
3. Komponen Dokumentasi
Menurut Handayaningsih (2009), ada beberapa komponen dari
dokumentasi yaitu sebagai berikut :
a. Komunikasi
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan seorang
perawat perlu memahami teknik komunikasi yang benar. Dokumentasi
merupakan komunikasi secara tertulis sehingga perawat dituntut untuk
dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan dokumentasi
yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan
kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa saja yang sudah,
sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat.
b. Proses keperawatan
Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian,
identifikasi masalah, perencanaan tindakan dan pelaksanaan tindakan,
kemudian perawat mengevaluasi respon klien terhadap proses dan
hasil tindakan keperawatan secara subjektif maupun objektif.
c. Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan
kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu
situasi tertentu. Dengan adanya standar dokumentasi
memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas
dokumentasi keperawatan.
4. Prinsip-prinsip Dokumentasi
Menurut Hutahaean (2010), pendokumentasian proses keperawatan
perlu dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah selesai melakukan
kegiatan keperawatan, yaitu mulai dari pengkajian pertama, diagnosa
keperawatan, rencana dan tindakan serta evaluasi keperawatan.
b. Bila memungkinkan, catat setiap respon klien ataupun keluarga
tentang informasi atau data yang penting tentang keadaannya.
c. Pastikan kebenaran setiap data yang akan dicatat.
d. Data klien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat.
e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi perubahan kondisi atau
munculnya masalah baru, serta respon klien terhadap bimbingan
perawat.
f. Hindari dokumentasi yang baku, karena sifat individu atau klien adalah
unik dan setiap klien mempunyai masalah yang berbeda.
g. Hindari penggunaaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap
catatan yang dicatat.
h. Data harus ditulis secara sah dengan menggunakan tinta dan jangan
menggunakan pensil, agar tidak mudah dihapus.
i. Untuk memperbaiki kesalahan dalam pencatatan atau salah tulis,
sebaiknya data yang salah dicoret dan diganti dengan data yang benar,
kemudian tanda tangani.
j. Untuk setiap dokumentasi, cantumkan waktu, tanda tangan, dan nama
jelas penulis.
k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota tim kesehatan yang lain,
sebelum menulis data terakhir yang akan dicatat.
l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.
Kegiatan Belajar 1 19
Modul - Media Pembelajaran
D. LATIHAN
E. RANGKUMAN
TES FORMATIF
F. DAFTAR PUSTAKA
Kegiatan Belajar 1 20