Anda di halaman 1dari 26

RESUME FALSAFAH DAN TEORI

KEPERAWATAN MATERI (1-4)

Nama : Maulani Riska ismail


Kelas : 1 . C Keperawatan
NIRM : 2001068
MATERI I
( FALSAFAH ILMU )

Pengertian Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan
mempertanyakan secara sistematis mengenai hakikat
pengetahuan ilmu yang berhubungan dalam masalah-masalah
filosofis dan fundamental yang terdapat pada ilmu untuk
mencapai pengetahuan yang ilmiah.
Filsafat secara harfiah berarti “mencintai kebijaksanaan”. Itu
artinya, filsafat juga memiliki arti mencintai mencari menuju
penemuan kebijaksanaan atau kearifan. Mencintai kearifan
disini tentunya bermakna mencintainya dengan melakukan
proses dalam arti pencarian kearifan sekaligus produknya.
Intinya, filsafat ilmu adalah filsafat dengan pokok bahasan
ilmu sebagai inti dari apa yang dipertanyakan mengenai
kebenaran. Masalahnya, mudah untuk mengingat dan
menjelaskan apa definisi dari filsafat ilmu namun sulit untuk
benar-benar memahami esensi apa yang dipelajari dalam
filsafat ilmu.
Pengertian Filsafat
Filsafat adalah pemikiran dan kajian menyeluruh terhadap
suatu pemikiran, kepercayaan dan sikap yang sudah dijunjung
tinggi kebenarannya melalui pencarian ulang dan analisis
konsep dasar untuk menciptakan kebenaran, pertimbangan
dan kebijaksanaan yang lebi
Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu alima yang berarti
pengetahuan. Pemakaian kata ilmu dalam bahasa Indonesia
merujuk pada kata science dalam bahasa inggris. Science
sendiri berasal dari bahasa Latin: Scio, Scire yang artinya juga
pengetahuan.
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari bahasa Inggris yaitu: knowledge.
Dalam encyclopedia of philosophy, definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar. Sementara secara
terminologi akan dikemukakan salah satu pendapat ahli
mengenai definisi tentang pengetahuan dibawah ini:
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan
tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua
milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu
(Gazalba, 1973).
Pengetahuan adalah suatu proses kehidupan yang diketahui
manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Orang
pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan
pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan
truth). Jadi, menurut Dewey pengetahuan itu harus benar,
kalau tidak benar maka hal tersebut bukanlah pengetahuan.
Jenis pengetahuan
Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran
adalah pengetahuan maka di dalam kehidupan manusia dapat
memiliki pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam
mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia
ada empat, yaitu:
1) Pengetahuan biasa. Yakni pengetahuan yang dalam
filsafat dikatakan dengan istilah common sense atau
nalar wajar; sesuatu yang masuk akal. Terkadang disebut
sebagai good sense pula yang berarti pengetahuan yang
diterima secara baik. Contohnya: semua orang
menyebutnya sesuatu itu merah karena itu memang
merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas
dan sebagainya. Terkadang terdapat beberapa
pengetahuan biasa yang sebetulnya kurang tepat hingga
tidak benar, namun sudah diterima apa adanya oleh
masyarakat.
2) Pengetahuan ilmu. Merupakan ilmu sebagai terjemahan
dari science yang pada prinsipnya adalah usaha untuk
mengorganisasikan, mensistematisasikan common sense,
suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari atau dugaan
lain yang belum dibuktikan. Untuk kemudian dilanjutkan
dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti
menggunakan berbagai metode. Ilmu dapat merupakan
suatu metode berpikir secara objektif (objective
thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan
memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan
yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui
observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisis ilmu itu
objektif dan menyampingkan unsur pribadi atau
subjektif, pemikiran logika diutamakan, netral dan
menjunjung fakta.
3) Pengetahuan filsafat. Yaitu pengetahuan yang diperoleh
dari pemikiran yang kontemplatif dan spekulatif.
Pengetahuan filsafat menekankan pada universalitas
kedalaman kajian mengenai Ilmu hanya pada satu bidang
pengetahuan yang mengerucut, sementara filsafat
membahas hal yang lebih luas namun tetap mendalam.
Filsafat biasanya memberikan pengetahuan reflektif dan
kritis sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung
tertutup dilonggarkan kembali untuk menerima
perubahan yang dianggap lebih positif.
4) Pengetahuan agama. Merupakan pengetahuan yang
hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya.
Pengetahuan agama bersifat mutlak, absolut dan wajib
diyakini oleh para penganutnya tanpa bukti empiris
sekalipun.
Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan
Dari berbagai uraian diatas, tampak timbul kerancuan antara
pengertian pengetahuan dan ilmu. Kedua kata tersebut sering
dianggap memiliki persamaan arti. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan. Hal
itu diperumit dengan fenomena ilmu dan pengetahuan
terkadang disatukan menjadi kata majemuk; ilmu
pengetahuan.
Hal tersebut sering kita jumpai dalam berbagai karangan yang
membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Namun, jika kedua
kata ini berdiri sendiri akan tampak perbedaan antara
keduanya. Dari asal katanya, dapat ketahui bahwa
pengetahuan diambil dari bahasa inggris yaitu: knowledge
Sementara ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari
bahasa arab: alima.
Untuk memperjelas pemahaman kita juga harus mampu
membedakan antara pengetahuan yang sifatnya pra ilmiah
dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan pra ilmiah adalah
pengetahuan yang belum memenuhi syarat-syarat ilmiah
pada umumnya seperti:
• Harus memiliki objek tertentu (objek formal dan materil)
• Harus bersistem
• Memiliki metode tertentu
• Sifatnya umum
Sebaliknya, pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
harus memenuhi syarat-syarat ilmiah. Pengetahuan pertama
disebut sebagai pengetahuan biasa dan pengetahuan kedua
disebut pengetahuan ilmiah seperti yang telah dijelaskan pada
uraian sebelumnya diatas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengetahuan
berbeda dengan ilmu. Perbedaan tersebut terlihat dari sifat
sistematisnya dan cara memperolehnya. Namun dalam
perkembangannya, pengetahuan dengan ilmu bersinonim
arti, sedangkan dalam arti material keduanya mempunyai
perbedaan.
Pengertian Filsafat Ilmu Menurut Para Ahli
Ismaun (2001) merangkum beberapa pengertian filsafat ilmu
menurut beberapa ahli, pendapat-pendapat para ahli tersebut
adalah:
1) Robert Ackerman
Filsafat ilmu dalam satu sisi adalah suatu tinjauan kritis
mengenai pendapat-pendapat ilmiah, dewasa ini, melalui
perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang
dikembangkan dari pendapat-pendapat tertentu, tetapi
filsafat ilmu juga jelas bukan suatu kemandirian cabang
ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
2) Lewis White Beck
Beck berpendapat bahwa filsafat ilmu membahas dan
mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta
upaya untuk mencoba menemukan ilmu dan pentingnya
upaya ilmiah ilmu secara keseluruhan.
3) Cornelius Benjamin
Flsafat ilmu adalah cabang pengetahuan filsafat yang
merupakan telaah sistematis mengenai ilmu,
khususnya: metode, konsep dan praanggapannya, serta
letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.

4) Michael V. Berry
Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu
merupakan penelaahan tentang logika interen dari teori-
teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan
dan teori, yaitu: metode ilmiah.
5) Peter Caws
Caws mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah salah
satu bagian filsafat yang mencoba berupaya dan
melakukan pencarian terhadap ilmu.
6) Psillos dan Curd (2008)
Psillos dan Curd berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah
filsafat yang berhubungan dengan masalah-masalah
filosofis dan fundamental yang terdapat di dalam ilmu.
7) Dalton dkk. (2007)
Filsafat ilmu mengacu pada keyakinan seseorang tentang
esensi pengetahuan ilmiah, esensi metode dalam
pencapaian pengetahuan ilmiah hingga ke hubungan
antara ilmu dan perilaku manusia.
8) Rudner (1966)
Sementara itu Rudner berpendapat bahwa filsafat ilmu
adalah salah satu bagian dari epistemologi yang
merupakan filsafat yang berfokus pada kajian tentang
karakteristik pengetahuan ilmiah.
9) Hanurawan (2012)
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang filsafat,
khususnya dalam epistemologi, yang mempelajari
hakikat pengetahuan ilmu.
Kesimpulan
Filsafat Ilmu (Philosophy of Science) membahas fondasi,
metode dan implikasi ilmu pengetahuan. Pokok bahasan
terfokus pada syarat sesuatu itu disebut ilmu pengetahuan,
reliabilitas teori ilmu pengetahuan, dan tujuan akhir dari ilmu
pengetahuan. Dengan kata lain, mata kuliah Filsafat Ilmu
mengeksplorasi fondasi filsafat pada umumnya yang yaitu,
ontology, epistemology dan axiology ketika mendiskusikan
hubungan antara ilmu pengetahuan dan kebenaran.
Materi II
( Berfikir logis : Deduktif dan induktif )

A)Deduktif
Pengertian Deduktif
Deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selain
itu metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu
objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai
hal-hal yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari
asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu
penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai
kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul
menurut bentuk saja.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogismus
Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis
yang kemudian dapat dibedakan sebagai permis mayor dan
permis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang
didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua permis
tersebut. Logika deduktif membicarakan cara-cara untuk
mencapai kesimpulan-kesimpulan bila lebih dahulu telah
diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau
sejumlah ini di antara suatu kelompok barang sesuatu.
Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu
merupakan akibat yang bersifat keharusan dari pertnyaan-
pertanyaan yang lebih dahulu diajukan. Pembahasan
mengenai logika deduktif itu sangat luas dan meliputi salah
satu di antara persoalan-persoalan yang menarik.
Guna memenuhi dan membatasi maksud logika deduktif
bagian terkenal sebagai logika Aristoteles. Cabang loka ini
membicarakan pernyataan-pernyataan yang dapat dijadikan
bentuk ‘S’ adalah ‘P’, misalnya, “manusia (adalah) mengenal
mati. Tampaklah pada kita bahwa ‘S’ merupakan huruf
pertama perkataan ‘Subjek’ dan ‘P’ merupakan huruf pertama
perkataan ‘Predikat’. Dari pernyataan-pernyataan semacam
itu, kita dapat memilah empat cara pokok untuk mengatakan
sesuatu dari setiap atau sementara subjek yang dapat diterapi
simbol ‘S’.

-) Setiap S adalah P

-) Setiap S bukan/tidaklah P

-) Sementara S adalah P

-) Sementara S bukan/tidaklah P.
B) INDUKSI
Pengertian induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu
metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek
tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum
atau bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau
pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang
mempelajari asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah hal
khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat
boleh jadi. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya
sebab mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang
pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini
bersifat ekonomis.
Kehidupan yang beranekaragam dengan berbagai corak dan
segi dapat direduksikan menjadi beberapa pernyataan.
Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah
merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan
fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam pernyataan
mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak
bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu,
melainkan menekankan kepada struktur dasar yang
menyangga wujud fakta tersebut. Pernyataan bagaimanapun
lengkap dan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa
manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina.
Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang
bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit.
Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir
teoritis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum
adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik
secara induktif maupun deduktif. Secara induktif maka dari
berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan
pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Melihat dari contoh
bahwa semua binatang mempunyai mata dan semua manusia
mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk
mempunyai mata. Penalaran ini memungkinkan disusunnya
pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada
pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat
fudamental.
Jenis-jenis induksi:
Penyimpulan secara kausal
Jenis induksi lainnya adalah yang berusaha unutk menemukan
sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi. Bila telah diajukan suatu
perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pernyataan:
“Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian itu?” Misalnya,
terjadi suatu wabah penyakit tipus: “Apakah yang
menyebabkan timbulnya wabah tipus?” Ada suatu perangkat
apa yang dinamakan canons (aturan, hukum), yang dikenal
sebagai metode-metode Mill, yang mengajukan suatu
pernagkat kemungkinan unutk melakukan penyimpulan
secara kausal.
Metode-metode ini kadang kala berguna. Metode-metode
tersebut ialah:
1) Metode kesesuain
2) Metode kelainan
3) Metode gabungan kesesuaian dan kelahiran
4) Metode sisa
5) Metode keragaman beriringan
Contoh Induksi
Dalam deduksi kesimpulannya hanya bersifat probabilitas
berdasarkan atas pernyataan-pertanyaan yang telah diajukan.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita
mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah
mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan
berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan –kenyataan ini kita
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua
binatang mempunyai mata.
Kesimpulan :
Dalam mempelajarai suatu nilai kebenaran manusia dituntut
unutk bosa memanfaatkan wahana berpikir yang dimilikinya,
manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi
kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia adalah
menempatkan penalaran, penalaran sebagai salah satu
langkah menemukan titk kebenaran. Kemampuan penalaran
yang dimiliki manusia tentuny akan melahirkan logika yang
dpat dimanfaatkan oleh manusai utuk menemukan
pengethuan. Pengatahuan ini lah yang sebut dengan ilmu dan
ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir.
Didalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan
deduksi dan induksi, secara umum induksi dan induksi suatu
proses pemikiran untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang
benar didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Deduksi
dihasilkan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke
pernyataan bersifat khusus, sementara induksi merupakan
cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual.
Metode ilmiah berkaitan dengan gabungan dari metode
deduksi dan metode induksi. Jadi suetu proses pemikiran
dapat dituangkan dalam pembuatan metode ilmiah tersebut,
dan metode ilmiah juga membuktikan tentang penalaran yang
melahirkan logika dibantu dengan metode deduksi dan
induksi maka akan menghasilkan pengetahuan yang baru.
Dengan metode ilmiah pengetahuan akan dianggap sah
adanya.
Materi III
( Aspek ontologi , epistemologi , metodelogi )

Ontologi, Epistemologi, dan Metodologi


Berangkat dari sebuah pertanyaan besar mengenai Ontologi,
sebuah term yang pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf
Goclenius pada tahun 1636 M untuk menamai teori tentang
hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Ontologi disebutkan
sebagai salah satu cabang dari filsafat sebagai induk ilmu
pengetahuan yang mencakup semua ilmu khusus, disamping
Epistemologi dan Aksiologi. Ketiga cabang tersebut
merupakan cabang besar dari dari Filsafat, sedangkan cabang
Filsafat yang khusus terdiri dari Filsafat Bahasa, Filsafat
Matematika, Filsafat Agama, Filsafat Seni, dan seterusnya.
Disebutkan pula bahwa Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
merupakan landasan penelaahan ilmu, hal ini didasari oleh
pendapat yang menyatakan bahwa Filsafat Ilmu merupakan
kajian atau telaah secara mendalam terhadap hakikat ilmu.

A)Ontologi.
Adapun pengertian menurut bahasa, Ontologi berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu on/ontos = being atau ada, dan logos =
logic atau ilmu. Jadi, Ontologi dapat diartikan : The theory of
being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan), atau Ilmu tentang yang ada. Dengan kata lain,
Ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat
sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan
kepada logika semata. Adapun pengertian menurut istilah,
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada, yang merupakan ultimate reality (kenyataan/realitas
paling akhir) yang berbentuk jasmani/kongkret maupun
rohani/abstrak (Bakhtiar, 2004, dalam Kusumaningrum, dkk,
2009 : 2). Jika harus diilustrasikan dalam pertanyaan,
Ontologi bertanya mengenai obyek apa yang ditelaah ilmu?
Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?.
Ontologi dapat juga disebut dengan “Teori Hakikat”. Sebagai
contoh mengenai argumen yang bersifat Ontologis, pertama
kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM) dengan teori idea-
nya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada dalam di alam nyata ini
mesti ada idea-nya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah
definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato
mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda mempunyai
idea atau konsep unversal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda
yang ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam,
putih, ataupun belang, baik yang hidup ataupun yang sudah
mati. Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau konsep
universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di
benua manapun di dunia ini (Adib, 2010 : 70 – 72).
Sejalan dengan bagian tiga tahap kebudayaan yang
diungkapkan oleh van Peursen, yakni tahap Mitis, tahap
Ontologis, dan tahap Fungsionil, dimana pada tahap Ontologis
sikap hidup manusia tidak lagi dalam kepungan kekuasaan
mitis, melainkan secara bebas ingin meneliti segala hal ikhwal.
Manusia mengambil jarak terhadap sesuatu yang dulu
dirasakan sebagai kepungan dan mulai menyusun suatu ajaran
atau teori mengenai dasar hakekat segala sesuatu menurut
perinciannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
dipahami bahwa Ontologis dapat dicapai hanya jika manusia
mengambil jarak terhadap sesuatu (obyek) tersebut,
membuat sebuah distansi dengan obyek, untuk dapat
“melihat” obyek dari berbagai sudut pandang, dan kemudian
menemukan hakikat dari sesuatu (obyek) tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Ontologi merupakan sebuah sikap mengambil jarak (distansi)
dengan sesuatu (obyek) yang dapat ditangkap oleh indera
untuk mempelajari hakikatnya dengan berdasarkan logika.

B)Epistemologi
Epistemologi juga disebutkan sebagai salah satu cabang besar
dari filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan yang mencakup
semua ilmu khusus, setelah Ontologi dan kemudian menyusul
Aksiologi. Secara etimologis, istilah Epistemology merupakan
gabungan kata dari bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos.
Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos berarti
pengetahuan sistematik atau ilmu (Tim Penyusun MKD IAIN
Sunan Ampel Surabaya, 2011 : 79). Dengan demikian,
Epistemologi dapat diartikan sebagai suatu pemikiran
mendasar dan sistematik mengenai ilmu pengetahuan.
Webster Third New International Dictionary mengartikan
Epistemologi sebagai “The study of method and ground of
knowledge, espicially with reference to its limits and validity”,
atau kajian tentang metode dan dasar pengetahuan
khususnya yang berkaitan dengan batas-batas dan tingkat
kebenarannya. Dengan kata lain, Epistemologi merupakan
cabang Filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata
cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan
(Adib, 2010 : 74). Menurut Musa Asy’arie (dalam
Kusumaningrum, dkk, 2009 : 4), Epistemologi adalah cabang
filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu
sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik
untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada
suatu obyek kajian ilmu. Jika Ontologi juga disebut dengan
“Teori Hakikat”, maka Epistemologi juga disebut dengan
“Teori Pengetahuan”.
Dogmatic Epistemology adalah pendekatan tradisional
terhadap Epistemologi, dimana Ontologi diasumsikan dulu
ada, baru kemudian diambahkan Epistemologi. Setelah
realitas dasar diasumsikan dulu ada, baru kemudian
ditambahkan Epistemologi untuk menjelaskan bagaimana
mengetahui realitas tersebut, apa yang diketahui, lalu
bagaimana cara untuk mengetahuinya. Singkatnya,
Epostemologi Dogmatik menetapkan Ontologi sebelum
Epistemologi. Yang kedua adalah Critical Epistemology, yakni
membalik Epistemologi Dogmatik dengan menanyakan apa
yang dapat diketahui sebelum menjelaskannya. Pertanyakan
dahulu secara kritis, baru diyakini keberadaanya. Ragukan
dulu bahwa sesuatu itu ada, kalau terbukti ada,baru
dijelaskan. Berpikir dahulu baru meyakini atau tidak,
meragukan dahulu baru meyakini atau tidak. Critical
Epistemology juga disebut dengan metode skeptis,
singkatnya, Epistemologi Kritis menetapkan Ontologi setelah
Epistemologi. Ketiga, adalah Scientific Epistemology yakni apa
yang benar-benar sudah diketahui dan bagaimana cara untuk
mengetahuinya? Epistemologi tidak peduli apakah lukisan di
depan mata adalah penampakan belaka atau bukan. Yang
jelas ada sebuah lukisan terpampang di depan mata dan
kemudian diteliti secara scientific.
C)Metodologi
Metode, menurut Senn (dalam Suriasumantri, 1984 :
119)merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.
Sedangkan Metodologi merupakan pengkajian dari peraturan-
peraturan dalam metode tersebut (Senn, 1971 : 4, dalam
Suriasumantri, 1984 : 119).
Jadi Metodologi Ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-
peraturan dalam metode tersebut, atau pengetahuan tenang
berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian,
dengan kata lain, Metodologi merupakan sebuah kerangka
konseptual dari metode tersebut. Metodologi meletakkan
prosedur yang harus dipakai pada pembentukan atau
pengetesan proposisi-proposisi oleh para ilmuwan yang ingin
mendapatkan pengetahuan yang valid (dalam Triatmojo).
Dengan demikian, Metodologi juga menyentuh bahasan
tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu
metode. Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut
terdapat dalam wilayah Epistemologi. Metodologi secara
filsafati termasuk dalam Epistemologi.
Dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis
antara Epistemologi, Metodologi dan metode seperti yang
diungkapkan oleh Kusumaningrum, dkk (2009 : 6) sebagai
berikut: Dari Epistemologi, dilanjutkan dengan merinci pada
Metodologi, yang biasanya terfokus pada metode atau teknik.
Epistemologi itu sendiri adalah sub-sistem dari Filsafat, maka
metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari Filsafat. Filsafat
mencakup bahasan Epistemologi, Epistemologi mencakup
bahasan Metodologis, dan dari Metodologi itulah akhirnya
diperoleh metode. Jadi, metode merupakan perwujudan dari
Metodologi, sedangkan Metodologi merupakan salah satu
aspek yang tercakup dalam Epistemologi. Adapun
Epistemologi merupakan bagian dari Filsafat. Adapun jenis-
jenis Metodologi penelitian diantaranya adalah Riset Non-
Eksperimental, Riset Eksperimental, Studi Kasus, Grounded
Research, Riset Fenomenologi, Riset Etnografik, Riset
Naturalistik, Strukturalisme-Linguistik, Strukturalisme-
Semiotik, Marxisme-Kontekstual, dan lain sebagainya.
Materi IV
( Keperawatan sebagai ilmu )

Keperawatan Sebagai Ilmu


Nurse Keperawatan sebagai ilmu memiliki objek formal dan
materia, sebagai objek formal, keperawatan memilki cara
pandang pada respon manusia terhadap masalah kesehatan
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, kemudian bantuan
pada manusia diberikan pada individu, kelompok atau
masyarakat yang tidak mampu berfungsi secara sempurna
dalam masalah kesehatan dan proses penyembuhan, dimana
ilmu keperawatan sangat memperhatikan masalah-masalah
keperawatan yang dilakukan dengan mencari kebenaran
secara ilmiah.
Sebagai objek materia, keperawatan memiliki bahasan yang
disusun secara sistematis dan menggunakan metode ilmiah
dimana asuhan keperawatan pada manusia ditujukkan kepada
bagian yang tidak dapat berfungsi secara sempurna yang
berkaitan dengan kondisi kesehatan itu sendiri dan manusia
sebagai makhluk yang utuh dan unik. Keperawatan dikatakan
sebuah ilmu karena keperawatan memiliki landasan ilmu
pengetahuan yang ilmiah yaitu scientific nursing karena ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan selalu berkembang.
Perkembangan Ilmu Keperawatan
Pada perkembangannya, ilmu keperawatan selalu mengikuti
perkembangan ilmu lain mengingat ilmu keperawatan
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah menurut
tuntutan zaman.
Sebagai ilmu yang mulai berkembang ilmu keperawatan,
banyak mendapatkan tekanan diantaranya tekanan dari luar
dan tekanan dari dalam, sebagai contoh, tekanan dari luar
yang berpengaruh pada perkembangan ilmu keperawatan
adalah adanya tuntutan kebutuhan masyarakat dan industri
kesehatan dan tekanan dari dalam yaitu masalah keperawatan
yang secara terus menerus ada dan selalu memerlukan
jawaban.
Kelompok cabang ilmu keperawatan:
-) Ilmu keperawatan dasar
-) Konsep dasar keperawatan
-) Keperawatan profesional
-) Komunikasi keperawatan
-) Kepemimpinan dan manajemen keperawatan
-) Kebutuhan dasar manusia
-) Pendidikan keperawatan
-) Pengantar riset keperawatan
-) Dokumentasi keperawatan
-) Ilmu keperawatan klinik Keperawatan anak
-) Keperawatan maternitas
-) Keperawatan medikal bedah
-) Keperawatan jiwa
-) Keperawatan gawat darurat
-)Ilmu keperawatan komunitas
-) Keperawatan komunitas
-) Keperawatan keluarga
-) Keperawatan gerontik
-) Ilmu penunjang
-) Imu humaniora
-) Ilmu alam dasar
-) Ilmu perilaku
-) Ilmu sosial
-) Ilmu biomedik
-) Ilmu kesehatan masyarakat
-)Ilmu kedokteran klinik
Untuk mencapai tingkat perkembangan yang diinginkan oleh
komunitas profesional, maka upaya yang dapat dilakukan
menurut Prof. Ma’rifin Husin adalah dengan menghasilkan
masalah baru dalam keperawatan melalui proses
berkelanjutan.
Dalam proses berkembangnya ilmu keperawatan dituntut
adanya riset dan pengembangan ilmu keperawatan sehingga
diharapkan perawat dapat melakukan penelitian, selain itu
dilihat juga adanya pusat penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan keperawatan, adanya pusat penapis dan
adaptasi teknologi keperawatan serta adanya pengembangan
model pemberian asuhan keperawatan.
Untuk menjadi ilmuwan dalam bidang keperawatan, sangat
diperlukan berbagai persyaratan antara lain prosedur ilmiah
atau kegiatan ilmiahnya diakui oleh para ilmuwan lainnya,
metode ilmiahnya dapat dipergunakan oleh ilmuwan lainnya
dalam bidang ilmu yang sejenis, pendidikan formal yang
ditempuh diakui secara akademis, memiliki kejujuran ilmiah
sehingga tidak akan mengklaim hasil temuan orang lain
dianggap miliknya, dan harus memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi.
Akhir-akhir ini ilmu keperawatan menunjukkan
perkembangannya dengan terbentuknya pola pembagian
kelompok ilmu keperawatan yang terdiri dari ilmu
keperawatan dasar, ilmu keperawatan komunitas, ilmu
keperawatan klinik, ilmu penunjang dengan penjabaran
kelompok cabang ilmu keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai