Anda di halaman 1dari 44

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN


MULUT DAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT GIGI
DAN MULUT DI DESA JAMBUR INDONESIA
KECAMATAN SIEMPAT NEMPUH
HILIR KABUPATEN DAIRI

TIURMA DAME SIHOMBING


PO7525017162

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
TAHUN 2018

i
ii

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN


MULUT DAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT GIGI
DAN MULUT DI DESA JAMBUR INDONESIA
KECAMATAN SIEMPAT NEMPUH
HILIR KABUPATEN DAIRI

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III

TIURMA DAME SIHOMBING


PO7525017162

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
TAHUN 2018
iii

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : GAMBARAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT GIGI DAN MULUT DI
DESA JAMBUR INDONESIA KECAMATAN SIEMPAT NEMPUH
HILIR KABUPATEN DAIRI

NAMA : TIURMA DAME SIHOMBING

NIM : P07525017162

Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji


Medan, 04Juli 2018

Menyetujui
Pembimbing

drg. Kirana P.Sihombing M. Biomed


NIP. 198304012009122002

Plt Ketua Jurusan Keperawatan Gigi


Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan

drg. Adriana Hamsar, M. Kes


NIP. 19681009199832001
iv

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : GAMBARAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT GIGI DAN MULUT DI
DESA JAMBUR INDONESIA KECAMATAN SIEMPAT NEMPUH
HILIR KABUPATEN DAIRI

NAMA : TIURMA DAME SIHOMBING

NIM : P07525017162

Karya TulisIlmiah ini Telah Diuji pada Sidang Ujian


Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes RI Medan
Tahun 2018

Penguji I Penguji II

Drg. Herlinawati, M.Kes drg. Kirana P.Sihombing M. Biomed


NIP. 196211191989022001 NIP. 198304012009122002

Ketua Penguji

Manta Rosma, S.Pd, M.Si


NIP. 196111061982032001

Plt Ketua Jurusan Keperawatan Gigi


Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan

drg. Adriana Hamsar, M. Kes


NIP. 19681009199832001
v

PERNYATAAN

GAMBARAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DAN


TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT GIGI DAN MULUT DI DESA JAMBUR
INDONESIA KECAMATAN SIEMPAT NEMPUH HILIR KABUPATEN DAIRI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 04Juli 2018

Tiurma Dame Sihombing


P07525017162
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
KTI, 01 JULI 2018

Tiurma Dame Sihombing


Gambaran pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan tingkat keparahan
penyakit gigi dan mulut di Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh
Hilir Kabupaten Dairi
ix +22 Halaman + 3 Tabel + Lampiran

ABSTRAK

Kesehatan rongga mulut memegang peranan penting sebagai komponen


hidup sehat. Jika oral higiene tidak dipelihara dengan baik, akan menimbulkan
penyakit di rongga mulut, yaitu karies gigi dan gingivitis. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Gambaran pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut dan tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut
masyarakat di Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir
Kabupaten Dairi.
Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional untuk mengukur pengetahuan kesehatan gigi dan mulut,
mengukur status karies gigi, dan status gingivitis pada responden sejumlah 30
orang berusia antara 30-60 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan Sebanyak 83,3% masyarakat di Desa
Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir Kabupaten Dairi memiliki
Tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kriteria kurang, sebanyak 66,7%
memiliki karies gigi status sangat tinggi, dan seluruhnya (100%) mengalami
gingivitis ringan.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut dan masih sangat tingginya kejadian karies gigi
masyarakat di Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir
Kabupaten Dairi,

Kata Kunci : Pengetahuan, Karies gigi, Gingivitis


Daftar bacaan : 16 (2001-2016)

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan Judul: Gambaran pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut dan tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut di
Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir Kabupaten Dairi.
Karya tulis ilmiah ini disusun dan dibuat sebagai persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III di Poltekes Kemenkes Medan untuk
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan Gigi.
Dalam kesempatan ini penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran serta masukan yang sangat berpengaruh dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Plt. drg. Adriana Hamsar, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Gigi Politeknik Kesehatan Medan.
2. Ibu drg. Kirana P.Sihombing M, Biomed selaku Dosen Pembimbing yang
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan ilmunya dalam memberikan
bimbingan arahan serta motivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
3. Ibu Manta Rosma, S.Pd, M.Si selaku Dosen Ketua Penguji yang telah
memberikan kritik dan saran serta arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu drg. Herlinawati, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
kritik dan saran serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Dosen dan Staf pegawai Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kemenkes
Medan yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan di Jurusan Keperawatan Gigi.
6. Bapak Beres Silaban, selaku Kepala Desa Jambur Indonesia serta seluruh
serta seluruh masyarakat yang telah berpartisipasi dan memberikan waktu
penulis untuk melakukan penelitian di desa tersebut.

ii
7. Suami tercinta, Beres Silaban, yang telahmemberikan motivasi serta
senantiasa memberikan dorongan moral danjuga kepada anak-anak
tercinta Yosafat Silaban, Marsena Silaban, Weni Silaban, dam Kevin
Silaban, yang telah memberikan dukungan semangat dan doa dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman mahasiswa RPL Jurusan Keperawatan Gigi Angkatan
pertama (I) tahun 2018 yang telah memberikan dukungan semangat dan
motivasi serta saran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya dalam kesempatan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segala penulisan
maupun bahasanya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir
kata atas segala bantuan dan dukungan semua pihak penulis mengucapkan
terima kasih.

Medan, 04 Juli 2018


Penulis

Tiurma Dame Sihombing

iii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................. 2
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 3
C.1. Tujuan Umum............................................................... 3
C.2. Tujuan Khusus ............................................................. 3
D. Manfaat Penelitian................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 4
A. Pengetahuan......................................................................... 4
A.1 Definisi Pengetahuan..................................................... 4
A.2 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan...................... 5
A.3 Pengetahuan Pencegahan Penyakit gigi dan mulut....... 6
B. Karies Gigi............................................................................ 6
B.1 Definisi Karies Gigi........................................................ 9
B.2 Klasifikasi Karies gigi...................................................... 12
C. Gingivitis............................................................................... 13
D. Kerangka Konsep................................................................. 13
E. Definisi Operasional.............................................................. 13
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 14
A. Jenis dan Desain Penelitian.................................................. 14
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................. 14
C. Populasi dan Sampel............................................................ 14
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data...................................... 14
D.1. Pemeriksaan Karies Gigi.............................................. 14
D.2. Pengukuran Pengetahuan............................................ 15

v
vi

D.3. Pengukuran Gingivitis .................................................. 15


E. Pengolahan Data dan Analisa Data...................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 18
A. Hasil Penelitian..................................................................... 18
B. Pembahasan......................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 22
A. Kesimpulan .......................................................................... 22
B. Saran.................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek

Tabel 4.2. Data Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Karies Gigi,


dan Gingivitis Subjek

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian

3. Informed Consent

4. Format Pemeriksaan

5. Master Tabel

6. Daftar Riwayat Hidup

7. Daftar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

8. Jadwal Penelitian

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit gigi dan mulut masih banyak diderita masyarakat Indonesia
yang hampir mencapai 90 % dan bersifat progresif jika tidak dilakukan
perawatan atau diobati. Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada
masyarakat adalah karies gigi (Tulongow dkk., 2013). Di Indonesia terjadi
peningkatan prevalensi terjadinya karies gigi pada penduduk Indonesia
dibandingkan tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4 % (2007) menjadi 53,2 % (2013)
atau kurang lebih di Indonesia terdapat 93.998.727 jiwa yang menderita karies
gigi (Riskesdas, 2013).
Prevalensi penyakit gigi di Sumatera Utara masih perlu mendapat
perhatian besar, sebab indeks pengalaman karies gigi Decayed, Missing, Filled-
Teeth (DMF-T) di Sumatera Utara termasuk kategori sedang yaitu mencapai
3,43 yang berarti bahwa penduduk Sumatera Utara memiliki karies rerata empat
gigi per orang (Sariningrum, 2012). Penyebab karies gigi adalah adanya
interaksi dari berbagai faktor, diantaranya adalah faktor pengetahuan dalam
memelihara kebersihan gigi dan mulut, faktor diet, atau kebiasaan makan dan
faktor ketahanan dan kekuatan gigi. (Notoatmodjo dkk. 2012).
Selain itu prevalensi dan keparahan penyakit Gigi dan mulut juga
dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan
atau penghasilan. Faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah kasus ini
belum diketahui, namun kemungkinan besar adalah disebabkan karena
kurangnya pengetahuan untuk melakukan pencegahan dan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut di masyarakat. Pengetahuan memegang peranan
penting dalam pembentukan perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan tentang
kesehatan dapat memberikan pengertian tentang sebab, cara penanggulangan,
pemeliharaan serta usaha dalam pencegahan penyakit, sehingga akan
menimbulkan kemauan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya (Astoeti,
et al.,2003).
Beberapa upaya-upaya perlu dilakukan untuk menurunkan tingginya
prevalensi penyakit gigi dan mulut ini, yaitu : kuratif, rehabilitatif, promotif dan

1
2

preventif. Upaya kuratif dan rehabilitatif umumnya dilakukan di unit-unit


pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit baik pemerintah maupun swasta, dan
puskesmas. Upaya kuratif dan rehabilitatif ini terbatas cakupannya karena
keterbatasan sumber daya dan pembiayaan pengobatan yang relatif mahal.
Kecamatan Siempat Nempuh hilir merupakan salah satu kecamatan yang
terletak di Kabupaten Dairi, yang masyarakatnya belum memiliki kesadaran dan
pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut dan kegiatan pemeriksaan gigi
dan mulut belum berjalan dengan baik.
Gambaran pengetahuan kesehatan gigi dan mulut serta prevalensi
keparahan penyakit gigi dan mulut penting untuk diteliti karena dari hasil tersebut
dapat diketahui seberapa besar masalah kesehatan gigi dan mulut yang ada di di
Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir Kabupaten Dairi.
Berdasarkan analisa situasi diketahui di kecamatan Siempat Nempuh Hilir
Kabupaten Dairi terdapat satu puskesmas sopohutan namun belum memiliki
tenaga dokter gigi, dan fasilitas di poli gigi belum memadai. Poli gigi hanya
dilayani olah seorang perawat gigi, belum adanya peralatan yang memadai di
puskesmas sehingga kebanyakan pasien gigi dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebih memadai, dan kegiatan usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) belum
pernah dilaksanakan sehingga belum tersedianya data mengenai keparahan
penyakit gigi dan mulut menjadi pertimbangan dilakukannya penelitian ini. Oleh
sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan tingkat keparahan penyakit karies
gigi masyarakat di Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir
Kabupaten Dairi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut dan tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut di masyarakat
di Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir Kabupaten
Dairi.
3

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan tingkat keparahan penyakit gigi
dan mulut di masyarakat di Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat
Nempuh Hilir Kabupaten Dairi.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat di Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh
Hilir Kabupaten Dairi tentang karies gigi.
2. Untuk mengetahui tingkat keparahan karies gigi masyarakat di Desa
Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir Kabupaten
Dairi.
3. Untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit gingivitis masyarakat
di Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir
Kabupaten Dairi.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi ilmiah bagi dunia
ilmu pengetahuan keperawatan gigi untuk pengembangan penelitian-
penelitian lebih lanjut.
2. Dapat menambah wawasan pengetahuan bagi masyarakat terkait
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut agar dapat terhindar dari penyakit
karies gigi.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penelitian dan
prosesnya.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
A.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan dapat terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraa dapat terjadi
melalui pancaindra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan di dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
1) Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari
atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, “tahu” merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang obyek yang telah diketahui, dan dapat menginterprestasi
materi tersebut secara benar. Seseorang yang sudah paham terhadap obyek
atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesi)
5

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau


menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.

A.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


a) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan yang di berikan seseorang
kepada orang lain agar dapat memahami suatu obyek. Pendidikan sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki seseorang.
b) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuatseseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik pengetahuan secara langsung maupun tidak
langsung.
c) Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang maka akan semakin bertambah
taraf berfikir seseorang untuk menjadi lebih matang dan dewasa.
d) Minat
Suatu kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan
seseorang untuk mencoba dan menekuni sesuatu sehingga seseorang
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e) Pengalaman
Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkunganya.
f) Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap terhadap pembentukan
sikap seseorang. Dengan seseorang tinggal dilingkungan yang baik dan bersih
maka tanpa disadari seseorang tersebut mempunyai sikap yang selalu menjaga
kebersihan lingkungan.
g) Informasi
6

Kemudahan seseorang untuk memperoleh suatu informasi dapat


mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
3) Alat untuk mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek
penelitian (Mubarok, 2011).

A.3. Pengetahuan Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut antara lain :


Diet Makanan (Made dkk., 2010)
Diet yang baik untuk kesehatan umum, juga baik untuk kesehatan gigi.
Diet dalam kesehatan gigi dapat dilihat dalam beberapa segi, pertama efek
makanan di dalam rongga mulut yaitu efek lokal pada waktu makanan dikunyah
sebagai tahap awal pencernaan, dan yang kedua efek sistemik, setelah nutrien
di dalam makanan dicerna dan diabsorpsi. Apa yang dimakan dan diminum
berdampak pada kesehatan gigi. Gula dalam makanan itulah yang membantu
membentuk asam yang merusak gigi. Tindakan pencegahan pada karies lebih
menekankan pada pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan
gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan
pengganti gula. Nasehat diet yang dianjurkan adalah memperbanyak makan
sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair karena bersifat
membersihkan dan merangsang sekresi saliva, mengurangi makanan yang
manis dan lengket serta menjalankan waktu makan tiga kali secara teratur untuk
menghindari makanan kecil dalam keseharian anak.
Diet yang dianjurkan terutama untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulut :
- Mengusahakan diet karbohidrat serendah mungkin yang disesuaikan dengan
kebutuhan kalori dengan menjaga agar kalori yang berasal dari karbohidrat
tidak lebih dari 50% jumlah kalori yang dibutuhkan per hari, tetapi tidak
kurang dari 30%.
- Dalam konsumsi karbohidrat sebaiknya dipilih bentuk larutan atau bentuk
yang dapat segera bersih dari rongga mulut, misalnya sayuran-sayuran hijau
atau kuning, karena merupakan karbohidrat yang baik dengan derajat retensi
yang rendah sehingga mengurangi pembentukan plak gigi dan adanya
stimulasi aliran saliva.
7

- Mengurangi makanan yang manis dan lengket seperti kue-kue, permen, dan
coklat.
- Batasi jumlah makan menjadi 3 kali sehari dengan menekan keinginan untuk
makan diantara jam-jam makan.
- Menambah masukan dari makanan seperti daging, ikan yang kaya akan
protein dan fosfat karena dapat menambah sifat basa dari saliva.
Menyikat Gigi
Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran
plak secara mekanis, yang bertujuan mencegah terjadinya pembentukan plak,
membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein, merangsang jaringan
gingiva, dan melapisi permukaan gigi dengan fluor. Beberapa sarjana
mengatakan bahwa gigi sebaiknya dibersihkan dua kali, tetapi ternyata hal ini
sukar diikuti karena kurang praktis bila berada di kantor, sekolah dan
sebagainya. Banyak para ahli berpendapat bahwa menyikat gigi dua kali sehari
sudah cukup, yaitu sesudah makan dan sebelum tidur. Menyikat gigi dua kali
sehari cukup baik pada jaringan periodontium yang sehat, tetapi pada jaringan
periodontium yang tidak sehat dianjurkan menyikat gigi tiga kali sehari. American
Dental Association (ADA) memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan
bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal dua kali sehari yaitu
setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam dengan lama menyikat gigi 2-3
menit. Suatu penelitian membuktikan bahwa menyikat gigi segera sesudah
makan atau paling lambat 10 menit sesudah makan, besar manfaatnya untuk
mencegah timbulnya karies gigi dan mencegah penyakit jaringan periodontal
(Julitanti dkk, 2002).
Bermacam bentuk sikat gigi dikenal dipasaran. Lurus, cembung dan
cekung sehingga dapat mencapai daerah-daerah tertentu pada lengkung rahang.
Pada umumya dianjurkan memakai sikat gigi yang bulunya lurus dan sama
panjang, tangkai yang lurus, karena dapat bekerja cukup baik pada semua
bagian mulut. Bulu sikat gigi yang baik adalah tidak keras dan tidak terlalu lunak,
ujung bulu sikat membulat / tumpul. Bulu sikat yang terlalu keras akan melukai
gingiva dan mengabrasi lapisan gigi, yang terlalu lunak efektivitas pembersihan
kurang baik. Ujung bulu sikat gigi bermacam-macam, berbentuk bulat, runcing
dan datar. Ujung bulu sikat yang baik adalah membulat karena dapat
mengurangi iritasi terhadap lapisan gigi dan jaringan gingiva.
8

Sikat gigi manual yang baik harus memenuhi persyaratan berikut :


1. Ukuran permukaan bulu sikatnya adalah :
a. Panjang : 1 – 1 ¼ inci (2,5 – 3,0 cm)
b. Lebar : 5/16 – 3/8 inci (8,0 – 9,5 mm)

2. Bulu sikatnya tersusun sebagai berikut :


a. Baris : 2- 4 baris rumpun
b. Rumpun : 5 – 12 rumpun per baris
3. Permukaan bulu rata.

Berbagai cara dapat dikombinasikan dan disesuaikan dengan kebiasaan


seseorang dalam menyikat giginya. Dalam menyikat gigi yang harus diperhatikan
adalah:
1. Teknik penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua permukaan gigi
dan gingiva secara efesien terutama daerah interdental.
2. Pergerakan dari sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan
gingiva atau abrasi gigi.
3. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat dan efesiensi dalam waktu.
Banyak metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan ahli, dan
kebanyakan metodenya dikenal dengan namanya sendiri seperti metode
Bass, Stillman, Charters, atau disesuaikan dengan gerakannya. Pada
prinsipnya terdapat empat pola dasar gerakan, yaitu metode vertikal,
horizontal, berputar (rotasi), dan bergetar (vibrasi). Metode yang baik
digunakan oleh anak-anak adalah metode horizontal.1 Cara menyikat gigi
dengan teknik horizontal : Bulu sikat ditempatkan tegak lurus terhadap
mahkota gigi, kemudian sikat gigi digerakkan maju mundur pendek-
pendek pada semua permukaan.
Pemilihan pasta gigi (Herijulianti dkk., 2001)
Pasta gigi digunakan sebagai alat bantu yang berfungsi membersihkan
dan memoles permukaan gigi serta membuat nafas menjadi segar. Saat ini,
banyak ditemukan berbagai macam merk pasta gigi dengan berbagai warna dan
rasa, tersedia dalam bentuk tepung, pasta atau gel dan semuanya dijual untuk
kebutuhan kosmetik atau terapeutik. Pasta gigi terapeutik harus mampu
mengurangi penyakit gigi misalnya karies, pembentukan kalkulus atau
9

sensitivitas gigi. Sedangkan untuk kebutuhan kosmetik, pasta gigi digunakan


untuk menghilangkan stein ekstrinsik akibat makanan, teh atau kopi pada
permukaan gigi.

Kontrol Enam Bulan Sekali Ke Dokter Gigi (Sinaga, 2008)


Menurut rekomendasi dari The American Academy of Pediatric Dentistry
(AAPD) dan American Dental Association (ADA), seorang anak harus mulai
kunjungan ke dokter gigi setelah gigi sulung pertamanya erupsi dan tidak boleh
lebih dari usia 12 bulan. Rekomendasi ini ditujukan untuk mendeteksi dan
mengontrol berbagai patologi gigi, terutama karies gigi yang merupakan penyakit
mulut yang paling relevan pada anak-anak dan dapat terjadi segera setelah gigi
erupsi. Selain itu, rekomendasi ini juga didasarkan pada penetapan dasar
pendidikan preventif dan perawatan gigi pada anak untuk mendapatkan
kesehatan mulut yang optimal pada masa kanak-kanak hingga dewasa. Kontrol
tiap enam bulan dilakukan meskipun tidak ada keluhan. Hal ini dilakukan untuk
memeriksa apakah terdapat gigi lain yang berlubang selain yang telah ditambal,
sehingga dapat dilakukan perawatan sedini mungkin. Selain itu juga untuk
melihat, apakah telah terdapat kembali kalkulus dan kelainan-kelainan lainnya
yang mungkin ada.

B. Karies gigi (Tarigan, 2002)


B.1. Definisi Karies gigi
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang
disebabkan oleh aktivitas metabolisme mikroorganisme dan dapat
mengakibatkan terjadinya proses demineralisasi jaringan keras gigi. Proses
tejadinya penyakit karies gigi berlangsung lambat dan tidak mematikan, sehingga
penderita tidak memberikan perhatian yang memadai, bahkan perencana
kesehatan juga menganggap penyakit ini bukan merupakan masalah kesehatan
yang utama.
Karies gigi ditandai dengan adanya kerusakan jaringan, mulanya dari
permukaan gigi (ceruk, fisura, dan daerah interproksimal) meluas sampai ke arah
pulpa. Karies gigi bisa dialami oleh setiap orang dan timbulnya dapat pada satu
permukaan gigi atau bahkan lebih, serta meluas ke bagian yang lebih dalam dari
gigi, yaitu dari email, dentin atau ke pulpa. Karies gigi merupakan proses yang
10

dinamis ditandai oleh demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi sejalan


dengan waktu. Bila pengerusakan mendominasi, komponen mineral menjadi
tidak menyatu sehingga menyebabkan lubang pada gigi (Mitchell, et al., 2014).
Terdapat empat faktor penyebab karies pada gigi, yakni bakteri
(mikroorganisme), karbohidrat (substrat), permukaan gigi (host), dan waktu (Kidd
dan Bechal, 2002).
Mikroorganisme
Dalam setiap ml air ludah dijumpai 10-200 juta mikroorganisme. Jumlah
maksimum mikroorganisme ini dijumpai pada pagi hari atau setelah makan. Pada
waktu bayi masih dalam kandungan, di dalam mulut tidak dijumpai
mikroorganisme tetapi mikroorganisme akan mulai berada di mulut saat bayi
melewati vagina sewaktu proses kelahiran. Setelah beberapa jam, melalui
pernapasan dan udara sekitar, mikroorganisme bertambah di dalam mulut si
bayi.
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Mikroorganisme plak yang sangat dominan dalam karies gigi adalah
Streptococcus mutans. Mikroorganisme ini sangat kariogen karena mampu
membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Dapat menempel pada
permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel yang
sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini terdiri dari polimer
glukosa, menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin.
Akibatnya mikroorganisme terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat
satu sama lain.
Substrat
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang
dikonsumsi sehari-hari dan menempel pada gigi. Seringnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat terutama sukrosa cenderung
mengalami kerusakan pada giginya. Seringnya mengkonsumsi gula akan
menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah Streptokokus mutans
didalamnya. Sukrosa merupakan gula yang kariogen, walaupun gula lainnya
tetap berbahaya, merupakan gula yang paling banyak di konsumsi, sehingga
merupakan penyebab karies yang utama Sebaliknya pada orang dengan diet
yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali
11

tidak mempunyai karies gigi. Hal ini menunjukkan bahwa karbohidrat memegang
peranan penting dalam terjadinya karies.
Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di antara jam
makan dan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan karies yang
besar. Faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah
jumlah konsentrasi dan bentuk fisik (cair, tepung, padat) dari karbohidrat,
lamanya retensi dimulut, frekuensi snacks serta lamanya interval waktu makan.
Anak yang berisiko karies tinggi sering mengkonsumsi makanan manis yang
berpotensi karies seperti, permen, coklat, cookies, cake, chewing gum, dan
minuman beverages termasuk minuman berkarbonasi dan snacks lain yang
tinggi kandungan sukrosanya diantara jam makan.
Host
Terjadinya karies gigi dibutuhkan host (tuan rumah) yang rentan. Lapisan
keras gigi terdiri dari email (lapisan yang paling luar ) dan dentin, dan karies
dimulai dari lapisan luar, oleh karena itu email sangat menentukan proses
terjadinya karies. Bentuk gigi dengan pit dan fisur yang dalam lebih mudah
terserang karies, posisi gigi yang berjejal dan susunan gigi yang tidak teratur
lebih sukar dibersihkan. Posisi gigi yang tidak teratur disebabkan oleh kebiasaan
buruk, yaitu menghisap ibu jari, ukuran rahang yang tidak sesuai dengan
besarnya gigi yang tumbuh, gigi desidui yang terlambat tanggalnya atau tanggal
sebelum waktunya. Cenderung meningkatkan penyakit karies dan periodontal.
Gigi desidui lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap, disebabkan email
nya mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah
mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis
kristal-kristal gigi desidui tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi
salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.
Dalam keadaan normal, gigi selalu dibasahi oleh saliva. Karena
kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung kepada lingkungannya,
maka peran saliva sangat besar sekali. Beberapa peneliti telah mengajukan data-
data yang menunjukkan bahwa kecepatan aliran saliva merupakan hal penting
dalam etiologi karies. Aliran saliva yang lebih sedikit rata-rata menyebabkan lebih
banyak karies dibandingkan orang dengan aliran saliva yang lebih banyak rata-
rata. Menurut Rigolet pasien dengan sekresi saliva yang sedikit atau tidak ada
12

sama sekali, misalnya oleh karenaaptyalismus, terapi radiasi kanker ganas,


xerostamia memiliki presentase karies gigi tinggi.
Waktu
Telah dibuktikan bahwa asam dari plak gigi akan menurunkan pH rongga
mulut sampai 5 dalam waktu 3-5 menit sesudah memakan makanan yang
mengandung karbohidrat, pH rendah ini sangat membahayakan gigi, walaupun
pH ini akan menjadi normal kembali setelah satu jam. Oleh sebab itu menyikat
gigi segera sesudah makan adalah satu faktor yang penting, karena dapat
menurunkan insidens dan frekuensi karies gigi.
B.2. Klasifikasi karies gigi
Klasifikasi karies dibagi menurut kedalamannya (Tarigan, 2002) :
1) Karies Superfisialis
Karies baru mengenai email saja, sedangkan dentin belum terkena.
2) Karies Media
Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
3) Karies Profunda
Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan terkadang sudah
mengenai pulpa. Karies profunda terdiri atas Karies profunda stadium I, yaitu
karies yang telah melewati setengah dentin, biasanya belum dijumpai radang
pulpa; Karies profunda stadium II, dijumpai adanya lapisan tipis yang membatasi
karies dengan pulpa, biasanya telah terjadi radang pada pulpa; Karies profunda
stadium III, yaitu pulpa telah terbuka dan dijumpai berbagai macam radang
pulpa.
Klasifikasi karies menurut Tingkat keparahan karies diukur berdasarkan Indeks
DMF-T. Indeks DMF merupakan indeks aritmetika penyebaran karies yang
kumulatif pada suatu kelompok masyarakat.
Indeks DMF-T meliputi :
a. Jumlah gigi karies yang tidak diobati (D)
b. Jumlah gigi yang telah dicabut dan tidak ada (M)
c. Jumlah gigi yang ditambal (F)
DMF-T di gunakan untuk mengemukakan gigi karies, hilang dan ditambal (Kidd
dan Bechal, 2002).
13

C. Gingivitis
Penyebab gingiva berdarah adalah kebersihan gigi yang kurang baik,
sehingga terbentuk plak pada permukaan gigi dan gingiva. Mikroorganisme pada
plak menghasilkan racun yang merangsang terbentuknya gingivitis. Gingivitis
dapat juga terjadi karena kekurangan vitamin C. Gingiva akan tampak merah,
bengkak, mudah berdarah bila ditekan sedikit, sedangkan warna gingiva yang
normal adalah merah jambu (coral pink). Jika plak tidak dihilangkan, plak akan
mengeras dan akhirnya membentuk kalkulus. Bila kalkulus tidak dihilangkan
akan menyebabkan gigi akan menjadi goyang dan lepas dengan sendirinya.
Kalkulus hanya dapat dihilangkan oleh dokter gigi atau perawat gigi dengan alat
khusus.

D. Kerangka konsep

Karies gigi

Pengetahuan
kesehatan gigi dan
mulut
Gingivitis

E. Definisi Operasional

1. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut : Tingkat pengetahuan


kesehatan gigi dan mulut pada penelitian ini diketahui dengan
menggunakan lembar pertanyaan yang berisi 8 pertanyaan untuk
pengetahuan tentang karies dan 8 pertanyaan untuk pengetahuan
tentang gingivitis, dimana menjawab tahu diberi nilai 2, kurang tahu
diberi nilai 1, dan tidak tahu diberi nilai 0.
2. Karies gigi : Kondisi terjadinya kerusakan pada gigi ditandai dengan
adanya lubang berwarna coklat atau kehitaman dan pada saat dilakukan
sondasi ujung sonde akan tersangkut di daerah ceruk, fisura, dan daerah
interproksimal dan meluas sampai ke arah pulpa. Penilaian karies
berdasarkan indeks DMF-T. Penilaian karies : sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi, sangat tinggi.
14

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini
akan mengamati gambaran pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan
tingkat keparahan penyakit karies gigi masyarakat di Desa Jambur
Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir Kabupaten Dairi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini di Desa Jambur Indonesia Kecamatan
Siempat Nempuh Hilir Kabupaten Dairi. Waktu penelitian ini adalah pada
bulan Februari sampai dengan bulan Juni tahun 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang
menetap di wilayah Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh
Hilir Kabupaten Dairi berjumlah 1114 orang. Sampel penelitian ini adalah
subjek yang berusia dewasa (30-60 tahun) berjumlah 30 orang yang
dipilih secara acak dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
(Notohartojo & Ghani, 2015).

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini data primer adalah pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner dan data analitik kejadian karies diperoleh melalui pemeriksaan
gigi di rongga mulut menggunakan alat diagnostik set yakni kaca mulut,
pinset, sonde, ekscavator, dan periodontal prob.

D.1. Pemeriksaan karies gigi : menggunakan indeks karies gigi yaitu


Indeks DMF-T menurut WHO (1986)
- D (Decay) : Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal atau

sekunder karies
- M (Missing) : Jumlah gigi tetap yang telah / harus dicabut karena karies
15

- F (Filling) : Jumlah gigi yang telah ditambal.

Status karies gigi yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan


tingkat keparahan karies digolongkan menjadi sangat rendah, sedang,
tinggi, dan sangat tinggi. Kategori tingkat intensitas status karies gigi
menurut Infirri dan Barmes (1970) dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel. kategori status karies gigi berdasarkan tingkat keparahan karies


gigi
Tingkat intensitas DMF-T
Sangat rendah 0,0 - 1,1
Rendah 1,2 - 2,6
Sedang 2,7 - 4,4
Tinggi 4,5 - 6,5
Sangat tinggi >6,6

D.2 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan responden didapat dari pertanyaan


kuesioner. Kuesioner terdiri dari 8 pertanyaan untuk pengetahuan tentang
karies dan 8 pertanyaan untuk pengetahuan tentang gingivitis, dimana
untuk setiap pertanyaan yang dijawab Tahu diberi nilai 2, Kurang tahu
diberi nilai 1, dan jika Tidak tahu diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang
diperoleh adalah 32 dan terendah adalahk 0. Pengelompokan kategori
pengetahuan terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu Baik, Cukup, Kurang.

Maka :

Skor maksimum-skor minimum 32 = 10,67


Jumlah kategori 3

Maka :
Kategori 1 = 0 - 10 : Pengetahuan kurang

Kategori 2 = 21 : Pengetahuan cukup

Kategori 3 = 22 - 32 : Pengetahuan baik


16

D.3 Pemeriksaan Gingivitis


Skor Indeks Gingiva :
 0 : Gingiva normal; tidak ada keradangan,tidak ada perubahan
warna, dan tidak ada perdarahan
 1 : Peradangan ringan; terlihat ada sedikit perubahan warna
dan sedikit edema, tetapi tidak ada perdarahan saat probing
 2 : Peradangan sedang; warna kemerahan, adanya edema,
dan terjadi perdarahan pada saat probing
 3 : Peradangan berat; warna merah terang atau merah
menyala, adanya edema, ulserasi, kecenderungan adanya
perdarahan spontan

Nilai Akhir : Total Skor

12
KATEGORI :
- 0,1-1,0 : gingivitis ringan,
- 1,1-2,0 : gingivitis sedang
3,1-4,0 : gingivitis berat/parah

E. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul lalu diolah. Hasil pengolahan dan analisis data yang
akan diproses dengan bantuan komputer bergantung pada kualitas data.
Proses pengolahan data harus melalui tahap-tahap berikut:
1. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukanpenyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing
adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner tersebut.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Data Entry
Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
17

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program SPSS


for Window.
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Metode
statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dalam bentuk statistik univariat.
18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Penelitian ini telah dilakukan pada 30 orang. Pengambilan data sampel
dilakukan selama 1 minggu dimana pengumpulan data diperoleh dari kuesioner,
dan pemeriksaan klinis di dalam rongga mulut subjek.

4.1 Data Demografi Subjek Penelitian

Data demografi subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin
dan usia. Berdasarkan jenis kelamin, persentase anak laki-laki bejumlah 43,3%
dan perempuan berjumlah 56,7%. Berdasarkan kriteria umur, jumlah
subjekpaling banyak berusia antara 30-50 tahun berjumlah 73,3%, dan hanya
26,7% yang berjumlah 26,7%. Menurut kriteria pendidikan, paling banyak
berpendidikan SMP sebesar 50%. Hal ini dapat dilihat seperti tertuang dalam
tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Data Distribusi Frekuensi karakteristik subjek

Karakteristik n %
Jenis kelamin
Laki-laki 13 43,3
Perempuan 17 56,7
Umur
30-50 22 73,3
>50 8 26,7
Pendidikan
SD 4 13,3
SMP 15 50
SMA 11 36,7
Total 30 100

4.2Analisis Univariat Data Pengetahuan subjek


Analisis univariat data pengetahuan subjek terdiri atas data pengetahuan,
data karies gigi dan gingivitis yang dapat dilihat pada tabel berikut :
19

Tabel 4.2
Data Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Karies Gigi dan Gingivitis Subjek

Variabel n (30) %
Pengetahuan
Kurang (0-10) 25 83,3
Cukup (11-21) 2 6,7
Baik (22-32) 3 10
Karies gigi
Sangat Rendah (0,0-1,1) 0 0
Rendah (1,2-2,6) 0 0
Sedang (2,7-4,4) 4 13,3
Tinggi (4,5-6,5) 6 20
Sangat tinggi (>6,6) 20 66,7
Gingivitis
Ringan (0,1-1,0) 30 100
Sedang (1,1-2,0) 0 0
Berat (2,1-3,0) 0 0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa pengetahuan subjek


tentang karies gigi dan gingivitis kebanyakan dalam kategori kurang (83,3%) dan
hanya 10% yang kategori baik. Berdasarkan hasil pemeriksaan karies gigi
diketahui paling banyak subjek mengalami karies gigi dengan kategori sangat
tinggi yaitu 66,7%. Menurut pemeriksaan gingivitis yang dilakukan, seluruhnya
subjek mengalami gingivitis ringan (100%).
20

B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang responden di Desa Jambur
Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir Kabupaten. Berdasarkan hasil
kuesioner penelitian ini diketahui pengetahuan responden paling banyak adalah
kriteria kurang sebesar 83,3%. Pengetahuan responden berpengaruh terhadap
perilaku responden dalam memelihara kebersihan gigi seseorang. Tingkat
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut sangat berpengaruh terhadap
perilaku subyek dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan
mulut dilakukan untuk mencegah penyakit gigi dan mulut seseorang. Semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang diasumsikan semakin baik tingkat
pemahamannya mengenai informasi kesehatan gigi dan mulut yang
diperolehnya. Subjek dengan pendidikan rendah umumnya kurang termotivasi
untuk meningkatkan status kesehatannya dan memiliki kesadaran yang rendah
untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya (Sariningrum et al., 2009).
Kesehatan rongga mulut memegang peranan penting sebagai komponen
hidup sehat. Jika oral higiene tidak dipelihara dengan baik, akan menimbulkan
penyakit di rongga mulut, yaitu karies gigi dan gingivitis. Kerusakan gigi atau
karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan
sementum yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang diragikan (Kidd dan Bechal, 2002). Berdasarkan hasil penelitian
ini diperoleh jumlah responden yang mengalami karies gigi paling banyak kriteria
sangat tinggi (66,7%). Karies gigi dapat disebabkan karena mengkonsumsi
makan yang kariogenik. Menurut Andayanisari et al., (2016) Salah satu makanan
yang dapat menyebabkan karies gigi yaitu makanan yang banyak mengandung
gula atau sukrosa. Sukrosa mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap
pertumbuhan mikroorganisme dan dimetabolisme dengan cepat untuk
menghasilkan zat-zat asam. Makanan yang menempel pada permukaan gigi jika
dibiarkan akan menghasilkan zat asam lebih banyak, sehingga mempertinggi
risiko terkena karies gigi.
Tindakan pencegahan pada karies lebih menekankan pada pengurangan
konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula. Nasehat diet
yang dianjurkan adalah memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang
berserat dan berair karena bersifat membersihkan dan merangsang sekresi
21

saliva. Mengurangi makanan yang manis dan lengket serta menjalankan waktu
makan tiga kali secara teratur untuk menghindari makanan kecil dalam
keseharian.
Selain faktor makanan terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan
penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies gigi
antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat pendidikan, tingkat
ekonomi serta sikap dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut seperti kebiasaan menyikat gigi (Dewanti, 2012). Menurut karakteristik
responden penelitian ini, kebanyakan responden berpendidikan SMP (50%),
sebanyak 13,3% berpendidikan SD , dan 36,7% berpendidikan SMA.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh hasil jumlah responden yang
mengalami gingivitis seluruhnya termasuk kriteria ringan (100%). Penyebab
gingiva berdarah atau gingivitis adalah kebersihan gigi yang kurang baik,
sehingga terbentuk plak pada permukaan gigi dan gingiva. Jika plak tidak
dihilangkan, plak akan mengeras dan akhirnya membentuk kalkulus. Bila
kalkulus tidak dihilangkan akan menyebabkan gigi akan menjadi goyang dan
lepas dengan sendirinya.
22

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Sebanyak 83,3% masyarakat di Desa Jambur Indonesia Kecamatan
Siempat Nempuh Hilir Kabupaten Dairi memiliki Tingkat pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut kriteria kurang.
2. Sebanyak 66,7% masyarakat di Desa Jambur Indonesia Kecamatan
Siempat Nempuh Hilir Kabupaten Dairi memiliki karies gigi status sangat
tinggi.
3. Seluruhnya (100%) masyarakat di Desa Jambur Indonesia Kecamatan
Siempat Nempuh Hilir Kabupaten Dairi mengalami gingivitis ringan.

B. Saran
1. Agar dilakukan penyuluhan tentang manfaat pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut oleh pihak puskesmas secara berkelanjutan kepada
masyarakat di Desa Jambur Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh
Hilir Kabupaten Dairisehingga pengetahuan masyarakat meningkat.
2. Agar pemerintah mendorongmasyarakat di Desa Jambur Indonesia
Kecamatan Siempat Nempuh Hilir Kabupaten Dairi untuk
memeriksakan masalah gigi dan mulutnya secara rutin baik ke
praktek dokter gigi atau ke puskesmas sehingga angka kejadian
karies gigi menjadi menurun.
23

DAFTAR PUSTAKA

Astoeti, T. E., dan Boesro, S. 2003. Pengaruh tingkat pengetahuan Terhadap


Kebersihan Gigi dan Mulut Murid-Murid Sekolah Dasar DKI Jakarta.
Dentika Journal Universitas Trisakti, 8 (2): 145-150

Gede, Y. Pandelaki, K. dan Ni, W. (2013). Hubungan Pengetahuan Kebersihan


Gigi dan Mulut dengan Status KebersihanGigi dan Mulut pada Siswa SMA
Negeri 9 Manado. Jurnal e-GiGi (eG), 1 (2): 84-88.

Herijulianti, E. Indriani S. dan Artini, S. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi.


Jakarta: EGC.

Julitanti, Elica H, Susanti T, Sri A, 2002. Pendidikan kesehatan gigi, EGC Jakarta

Kidd EAM, Joyston-Bechal S. Dasar-dasar karies. Alih Bahasa: Narlan S.


Jakarta: EGC, 1992; p. 2-9

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip


Dasar).Jakarta: Rineka Cipta

Made A. Dkk., 2010. Hubungan pola makan dan kebiasaan menyikat gigi dengan
kesehatan gigi dan mulut (karies) di Indonesia, Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan Surabaya.

Notoatmodjo IT, Suratri MAL, 2012. Menyikat gigi, konsumsi buah dan sayur,
aktivitas fisik, diabetes mellitus dengan jaringan periodontal gigi di
Indonesia. Pusat penelitian dan pengembangan sumber daya dan
pelayanan kesehatan RI.

Putri, Megananda H., Herijulianti, liza., Nurjannah, Neneng. Ilmu Pencegahan


Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.
2012

Ramayanti, S. dan Purnakarya, I. 2013. Peran Makanan Terhadap Kejadian


Karies Gigi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (2).

RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar, 2013. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan: Kementerian Kesehatan RI

Sariningrum, E, Indrawanti. 2009. Hubungan tingkat pendidikan, sikap, dan


pengetahuan orang tua tentang kebersihan gigi dan mulut pada anak
balita 3-5 tahun dengan tingkat kejadian karies di Paud Jatipurno. Berita
Ilmu Keperawatan ISSN, 2 (3), pp.119-124.

Sinaga ED., 2008. Efek penyuluhan dan pelatihan dalam penurunan indeks plak
pada murid-murid kelas IV dan V di dua SDN, e-repository USU.

Sondang P. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. Medan:
USU Press, 2008:2-7

Tarigan, R. (2002). Karies Gigi. Ed. 2. Jakarta: EGC


24

Tulongow, J. Mariati, N. dan Mintjelungan, C. 2013. Gambaran Status Karies


Murid SDN 48 Manado Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Orang Tua.
jurnal e-Gigi (eG), 1 (2).
25

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. Identitas Pribadi
Nama : Tiurma Dame Sihombing
Tempat, Tanggal Lahir : Pardomuan, 19 September 2018
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Anak Ke : 5 dari 8 Bersaudara
Alamat  : Desa Jambur Indonesia Kec. Siempat nempuh
hilir kab. Dairi
Nama Orang Tua
 Ayah : Pardomuan Sihombing (+)
 Ibu  : Lidia Sitorus (+)

b. Riwayat pendidikan
1. 1981 – 1987 : SD Negeri Pardomuan
2. 2087 – 1990   : SMP Ampera PArdomuan
3. 1990 – 1993  : SPRG DEPKES RI Medan
4. 2017 - 2018 : D-III Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan
26

MASTER TABEL

Gambaran Pengtahuan Kesehatan gigi dan mulut dan tingkat keparahan penakit gigi dan mulut di desa Jambur Indonesa,
Kecamatan Siempat nempuh hilir kabupaten Dairi

Kat_Pe KAT_K Kat_GI


KODE RESPONDEN JENIS KELAMIN UMUR PENDIDIK PENGET DMF-T ARIES GINGIVITIS
(TAHUN) AN AHUAN
L P
S.01 √ 39 SMP 3 1 4 2 0,6 1
S.02 √ 35 SMA 2 1 6 3 0 1
S.03 √ 35 SMA 4 1 3 2 0,08 1
S.04 √ 40 SMA 7 1 11 4 0,25 1
S.05 √ 35 SMA 19 2 5 3 0 1
S.06 √ 40 SMA 5 1 4 4 0,33 1
S.07 √ 35 SMA 8 1 11 4 0,25 1
S.08 √ 38 SMA 9 1 3 2 0,25 1
S.09 √ 51 SMP 6 1 5 3 0 1
S.10 √ 34 SMA 5 1 9 4 0.,16 1
S.11 √ 37 SD 8 1 6 3 0 1
S.12 √ 35 SMP 7 1 7 4 0,25 1
S.13 √ 36 SMP 9 1 5 3 0,8 1
S.14 √ 37 SMP 20 2 7 4 0,08 1
S.15 √ 66 SMP 23 3 12 4 0,08 1
S.16 √ 63 SMP 4 1 4 4 0,25 1
S.17 √ 30 SMP 26 3 12 4 0 1
S.18 √ 34 SMP 4 1 3 2 0,3 1
S.19 √ 52 SD 2 1 5 4 0,16 1
S.20 √ 39 SMA 3 1 12 4 0,5 1
S.21 √ 61 SMP 2 1 5 4 0,08 1
27

S.22 √ 62 SMP 4 1 4 4 0,08 1


S.23 √ 68 SMP 4 1 4 3 0,83 1
S.24 √ 66 SMA 3 1 13 4 0 1
S.25 √ 38 SMA 10 1 12 4 0 1
S.26 √ 38 SMP 2 1 11 4 0 1
S.27 √ 40 SD 8 1 12 4 0.83 1
S.28 √ 39 SMP 24 3 12 4 0,41 1
S.29 √ 35 SMP 2 1 11 4 0 1
S.30 √ 40 SD 4 1 12 4 0,6 1
TOTAL 13 17
DAFTAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL : Gambaran Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dan


Tingkat Keparahan Penyakit Gigi Dan Mulut Di Desa Jambur
Indonesia Kecamatan Siempat Nempuh Hilir Kabupaten Dairi.

Hari/ Materi Bimbingan Paraf Paraf


No Saran
Tgl Bab Sub Bab Mhs Pemb
Jumat, Lakukan survey awal
Mengajukan
1 15-02- pertimbangkan waktu
Judul KTI
2017 dan lokasi
Sabtu,
Mengajukan
2 16-02- ACC Judul
Judul KTI
2017
Jumat,
Konsultasi
3 05-01- Outline
Lanjutan
2018

Sabtu,
Konsultasi
4 13-01- Bab I
Lanjutan
2018

Jumat,
- Konsultasi
5 02-02- Bab II
Bab I
2018
Sabtu, - Konsultasi
6 17-02- Bab II Bab II dan ACC Bab II dan III
2018 III
Jumat,
Konsultasi
7 16-03- Bab III
penelitian
2018

Ujian
Sabtu,
Proposal
8 19-05- -
KaryaTulis
2018
Ilmiah

Jumat Konsultasi
Bab
9 22-06- Perbaikan
I, II, III
2018 proposal KTI

Selasa,
Konsultasi
10 03-07- Bab IV, V ACC KTI dan abstrak
KTI
2018
Rabu,
Ujian seminar
11 04-07-
KTI
2018

Kamis,
12 05-07- Revisi KTI Periksa kelengkapan dokumen
2018

Jumat, Dijilid lux dan ditandatangani


Menyerahkan
13 03-08- oleh pembimbing, penguji, dan
KTI
2018 ketua jurusan.

Plt.Ketua Jurusan Keperawatan Gigi Medan,


Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Dosen Pembimbing
Medan

drg. Adriana Hamsar, M.Kes drg. Kirana P.Sihombing M. Biomed


NIP. 196810091998032001 NIP. 198304012009122002

Mengetahui,
Jadwal Penelitian

Uraian Bulan
No Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
Judul
2. Persiapan
proposal
3. Persiapan Izin
Lokasi
4. Pengumpulan
Data
5. Pengolahan
Data
6. Analisa Data
7. Mengajukan
Hasil
Penelitian
8. Seminar Hasil
Penelitian
9. Penggandaan
Laporan
Penelitian
FORMAT PEMERIKSAAN
FORMULIR INFORMED CONSENT

SURAT PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Yang bertandatangan di bawahini :


Saya/Istri/Suami/Ibu/Bapak/Saudara/dll*)
Nama :
Umur :
Alamat :
Bertindakuntukanak atasnama :
Denganini memberi izinkepada
Operator : Tiurma Dame Sihombing
Untukmelakukantindakan : PemeriksaanKaries Gigi, Pengukuran
Pengetahuan dan pemeriksaan gingivitis
Padapasien, nama :

Persetujuaninisayaberikandalamkeadaansadartanpa pemaksaan darimanapun.

Medan, 07 Mei 2018


Yang memberipersetujuan

( )

Anda mungkin juga menyukai